nakal dikatakan bahwa anak itu hiperaktif. Kesan orang lain lebih positif terhadap istilah hiperaktif daripada langsung mengatakan bahwa si anak tersebut nakal.
Tuturan atau sering disebut peristiwa tutur adalah terjadinya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan penutur dan mitra
tutur, dengan satu pokok tuturan di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu Kridalaksana, 1984:200; Leech, 1993:20; Chaer dan Leonie Agustina, 1995:47.
Perkawinan merupakan saat peralihan dari tingkat hidup remaja ke tingkat hidup berkeluarga Koentjaraningrat, 1985:90. Perkawinan termasuk masa
peralihan hidup yang terpenting dari semua manusia di seluruh dunia. Hampir semua kelompok etnis mengakuinya dengan berpedoman kepada nilai, aturan dan
kegiatan yang berhubungan dengan tahap tersebut. Pada beberapa etnis, masa ini ditandai dengan berbagai jenis upacara untuk mematangkan kepribadian si
individu.
2.1 Landasan Teori
Allan dan Burridge 1991 mengemukakan bahwa eufemisme mempunyai beberapa tipe. Tipe-tipe eufemisme itu adalah sebagai berikut:
1. Ekspresi figuratif, yaitu bersifat perlambangan, ibarat, atau kiasan.
Contoh: go to the happy huntinggrounds ‘pergi ke tanah pekuburan yang menyenangkan’
→ die ‘meninggal’ 2.
Metafora, yaitu perbandingan yang implisit di antara dua hal yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
Contoh: the miraculous pitcher that holds water with the mouth downwards ‘tempat air yang menakjubkan dengan mulut yang
menghadap ke bawah’ → vagina ‘vagina’
3. Flipansi Flippancy, yaitu makna di luar pernyataan.
Contoh: kick the bucket ‘menendang ember’ → die ‘meninggal’
4. Pemodelan ulang Remodeling, yaitu pembentuk ulang.
Contoh: basket ‘keranjang’ → bastard ‘bajingan’
5. Sirkumlokusi Cirkumlocutions, yaitu penggunaan beberapa kata
yang lebih panjang atau bersifat tidak langsung. Contoh: little girl’s room ‘ruang gadis kecil’
→ toilet ‘toilet’ 6.
Kliping Clipping, yaitu pemotongan atau pemenggalan. Contoh: brassiere ‘bh’
→ bra ‘bh’ 7.
Akronim, yaitu penyingkatan atas beberapa kata menjadi satu. Contoh: commfu ‘commfu’
→ complete monumental military fuck up ‘monumen kemiliteran’
8. Abreviasi, yaitu penyingkatan kata-kata menjadi beberapa huruf.
Contoh: S.O.B → son of bitch ‘anak seorang pelacur’
9. Pelesapan Omission, yaitu penghilangan sebagian kecil.
Contoh: I need to go ‘saya mau pergi’ → I need to go to the lavatory
‘saya mau pergi ke kamar mandi’ 10.
Penggantian kata per kata one for one substitutions. Contoh: bottom ‘dasar’
→ ass ‘pantat’
Universitas Sumatera Utara
11. Hipernim general for specific, kata yang umum menjadi kata yang
khusus. Contoh: go to bed ‘pergi tidur’
→ fuck ‘bersenggama’ 12.
Hiponim part for whole eupheisms, yaitu kata yang khusus menjadi kata yang umum.
Contoh: stuffed up nose, postnasal drip running eyes ‘hidung tersumbat, ingusan, mata berair’
→ I’ve got cough ‘saya demam’ 13.
Hiperbola, yaitu ungkapan yang berlebihan. Contoh: flight to glory ‘terbang ke tempat yang nyaman surga’
→ death ‘meninggal’
14. Makna di luar pernyataan understatement, yaitu satu makna kata
yang terlepas dari makna kata tersebut. Contoh: genitals, bulogate etc ‘alat kelamin, kasus, dll’
→ thing ‘sesuatu’
15. Jargon, yaitu kata yang memiliki makna yang sama tetapi berbeda
bentuk. Contoh: feces ‘kotoran istilah medis’
→ shit ‘tahi’ 16.
Kolokial, yaitu ungkapan yang dipakai sehari-hari. Contoh: period ‘periode’
→ menstruation ‘menstruasi’ Selanjutnya, Allan dan Burridge 1991 menyebutkan empat fungsi
eufemisme, yaitu: 1
Penamaan dan sapaan
Universitas Sumatera Utara
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat selalu berhubungan dengan kata sapaan. Kata sapaan yang digunakan bergantung pada usia dan kedudukan
penyapa dan pesapa. Kata sapaan yang lazim digunakan ditujukan untuk menyebutkan: nama Tuhan mis: Adonai ‘Adonai’
→ lord ‘Tuhan’, nama binatang buas mis: bear ‘beruang’
→ the honey eater ‘pemakan madu’, dan nama yang berhubungan dengan kegiatan berisiko hazardous persuits mis: pro
vovka pomovka a vovk u khatu
2 Menghindari tabu
, “one speaks of the wolf and it runs into the house”.
Kata tabu merujuk pada tindakan yang dilarang atau dihindari. Dalam masyarakat kata-kata yang berkonotasi seks dianggap tabu sehingga tidak boleh
digunakan di tengah-tengah masyarakat. Kata-kata tabu juga terdapat pada bagian tubuhbody-parts, bagian tubuh khusus bodily effluvia, haid, penyakit, cacat
mental dan tubuh, yang dikeluarkan tubuh body’s waste products, kematian, dan seni.
3 Pemarkah identitas gender
Kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari status sosial. Setiap masyarakat mempunyai kedudukan jabatan dan kemampuan ekonomi yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam komunikasi sehari-hari juga ditemukan sebutan yang berbeda kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya masing-
masing. Contohnya terdapat pada ungkapan di bawah ini. underprivileged sounds much better than “poor and needy
“diberi hak istimewa” kedengaran lebih baik daripada “miskin” ”
Universitas Sumatera Utara
senior citizens rather than “old people “warga negara yang paling tua” kedengaran lebih baik daripada “orang
tua” ”
Selain berbicara mengenai tipe dan fungsi eufemisme, Allan dan Burridge 1991 juga menyinggung makna eufemisme. Adapun makna eufemisme yang
dikemukakan oleh Allan dan Burridge berhubungan dengan makna atau tujuan sebuah tuturan. Di dalam mengatakan suatu kalimat, seseorang penutur tidak
semata-mata mengatakan sesuatu dengan pengucapan kalimat itu. Di dalam pengucapan kalimat, ia penutur juga “menginginkan” sesuatu. Oleh karena itu,
makna suatu ucapan atau kalimat tergantung pada pemakaiannya. Searle dalam Wijana, 1996 mengemukakan bahwa secara pragmatis
setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yaitu:
a. Lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan atau menginformasikan
sesuatu. b.
Ilokusi adalah tindak tutur yang tidak hanya digunakan untuk menginformasikan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu.
c. Perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk
mempengaruhi lawan tutur. Tindak tutur lokusi memiliki makna secara harfiah, seperti yang dimiliki
oleh komponen-komponen kalimat itu. Tindak tutur dengan kalimat yang sama mungkin dipahami secara berbeda oleh pendengar. Makna sebagaimana ditangkap
oleh pendengar ini adalah makna tindak tutur ilokusi. Sebaliknya, penutur juga
Universitas Sumatera Utara
mempunyai harapan bagaimana pendengar akan menangkap makna sebagaimana yang dimaksudkannya. Makna ini disebut tindak tutur perlokusi Chaer dan
Leonie Agustina, 1995: 54 Dari ketiga jenis tindak tutur di atas, ilokusi adalah tindak tutur yang
paling dekat dengan eufemisme. Dalam penelitian ini makna eufemisme difokuskan pada tindak ilokusi. Pada ilokusi, pendengar sering tidak memahami
makna yang terkandung dalam tuturan yang diutarakan penutur. Hal ini terjadi karena makna kalimat yang diujarkan tergantung dari konteksnya. Makna kalimat
tersebut berbeda dengan makna harfiah seperti yang dimiliki oleh komponen- komponen kalimat itu.
Kalau dilihat dari konteks situasinya ada dua macam tindak tutur, yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur langsung
mudah dipahami oleh pendengar karena ujarannya bermakna lugas. Misalnya, kalimat berita difungsikan untuk memberitakan sesuatu, kalimat tanya untuk
bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon, dsb. Dalam tindak tutur tidak langsung, kalimat perintah dapat digunakan dengan kalimat
berita atau kalimat tanya untuk melembutkan tuturan. Tuturan yang diutarakan secara tidak langsung mis, dengan kalimat tanya biasanya tidak dapat dijawab
secara langsung, tetapi harus segera dilaksanakan maksud yang terimplikasi di dalamnya Wijana, 1996:31
Berbicara mengenai kalimat terdapat tiga jenis kalimat berdasarkan tatabahasa tradisional, yaitu 1 kalimat deklaratif kalimat berita, 2 kalimat
interogatif kalimat tanya, dan 3 kalimat imperatif kalimat perintah.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, Austin dalam Chaer dan Agustina, 1995 membedakan kalimat deklaratif menjadi kalimat konstatif dan kalimat performatif. Kalimat konstatif
adalah kalimat yang berisi pernyataan belaka, misalnya, “Kepala sekolah kami tampan sekali”. Kalimat performatif adalah kalimat yang berisi perlakuan.
Misalnya, kalau seorang menteri perhubungan mengatakan, “Saya umumkan bahwa tarif angkutan lebaran tidak mengalami kenaikan”, makna kalimat itu
adalah apa yang diucapkannya. Selanjutnya, kalimat performatif dibagi atas lima kategori, yaitu 1
kalimat verdiktif adalah kalimat yang menyatakan keputusan atau penilaian, misalnya, Kami menyatakan terdakwa bersalah; 2 kalimat eksersitif adalah
kalimat yang menyatakan perjanjian, nasihat, peringatan, dan sebagainya, misalnya, Kami harap kalian datang tepat waktu; 3 kalimat komisif adalah
kalimat yang dicirikan dengan perjanjian, misalnya, Besok kita pergi berenang; 4 kalimat behatitif adalah kalimat yang berhubungan dengan tingkah laku sosial
karena seseorang mendapat keberuntungan atau kemalangan, misalnya, Saya mengucapkan selamat atas kelahiran anak Anda; 5 kalimat ekspositif adalah
kalimat yang memberi penjelasan, keterangan atau perincian kepada seseorang, misalnya, Saya jelaskan kepada Anda bahwa mereka bukan pencuri.
Kalimat seperti 4a “Saya kemarin tidak dapat hadir”,
apabila dipandang dari aspek lokusinya, memberitahukan bahwa kemarin ia tidak dapat menghadiri acara temannya tersebut. Kalau dipandang dari aspek
ilokusinya, kalimat itu merupakan permohonan maaf karena telah diundang,
Universitas Sumatera Utara
tetapi ia tidak dapat hadir pada saat yang sudah ditentukan. Perlokusi dari ucapan itu dapat membuat pendengarnya memaafkannya dengan berkata, “Ya, tidak apa-
apa” atau bersikap tak peduli diam dan tidak menunjukkan ekspresi memaafkan.
Dari segi konteksnya kalimat di atas merupakan tindak tutur tidak langsung. Hal ini terlihat dari penggunaan kalimat tersebut kalimat berita yang
seolah-olah hanya memberitahukan temannya bahwa kemarin ia tidak dapat hadir. Padahal, si penutur hendak memohon maaf dan seharusnya ia menggunakan
kalimat perintah imperatif. Untuk membuktikan kebenarannya, perhatikan contoh di bawah ini sebagai perluasan dari kalimat tersebut:
4b “Saya minta maaf, karena kemarin tidak dapat hadir.” atau seperti kalimat berikut.
4c “Saya kemarin tidak dapat hadir, ada urusan mendadak. Oleh karena itu, saya mohon maaf.”
2.3 Tinjauan Pustaka