Kapitalisasi Belanja Daerah Kabupaten Sragen 1. Gambaran Umum

97 bendahara SKPD dalam akuntansi belanja adalah Surat Edaran SE Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 900743BAKD tentang Akuntansi Di Satuan Kerja.

6. Kapitalisasi Belanja Daerah

Terdapat polemik dalam pengalokasian belanja daerah sebagai akibat dari adanya 2 dua peraturan yang saling bertentangan. Permendagri Nomor 132006 mengklasifikasikan belanja dalam 3 tiga jenis yaitu 1 Belanja Administrasi Umum, yaitu belanja tidak langsung yang dialokasikan pada kegiatan yang tidak menambah aset, 2 Belanja Operasi dan Pemeliharaan yaitu belanja langsung yang digunakan untuk membiayai kegiatan non investasi tidak menambah aset, dan 3 Belanja ModalPembangunan yaitu belanja langsung yang digunakan untuk membiayai kegiatan investasi menambah aset, sementara menurut Peraturan Menteri Keuangan PMK Nomor 91PMK.052007 tentang Bagan Akun Standar yang merupakan penyempurnaan dari Peraturan Menkeu Nomor 13PMK.062005 tidak mengakomodir adanya belanja umum. Lampiran PMK Nomor 91PMK.052007 BAB III Bagian Ketiga mengklasifikasikan belanja dalam 8 katagori yaitu 1 Belanja Pegawai, 2 Belanja Barang, 3 Belanja Modal, 4 Pembayaran Bunga Utang, 5 Subsidi, 6 Hibah, 7 Bantuan Sosial, dan 8 Belanja Lain-lain. 98 Hasil interview dengan bendahara SKPD pada Inspektorat, Dinas Perhubungan, Dinas Hutbun, Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertanian diperoleh kondisi bahwa memang terdapat perbedaan aplikasi di lapangan terkait dengan pemahaman bendahara SKPD terhadap pengalokasian belanja, sebagai contoh misalnya di Inspektorat Kabupaten Sragen terdapat alokasi belanja untuk rehab gedung dan bangunan tahun 2008 senilai Rp. 139.000.000,- dari Anggaran ADB Asian Development Bank. Sesuai dengan DPA-SKPD yang ada, biaya umum biaya persiapan, biaya pengawasan, biaya ATK masukdikapitalisasi menambah nilai aset karena dalam DPA- SKPD rehab yang bersangkutan, hal ini dapat terjadi apabila biaya umum menjadi sub rekening dari belanja modal aset gedung dan bangunan sehingga dapat langsung diakui sebagai penambah nilai aset. Realisasi di lapangan hal tersebut ternyata tidak terjadi, ketika Inspektorat Kabupaten Sragen merehab gedung senilai Rp. 147.000.000,- dari anggaran APBD II, dalam kegiatan rehab tersebut biaya umum tidak dikapitalisasi menambah nilai aset karena dalam DPA-SKPD yang ada, biaya umum tidak menjadi sub rekening dari belanja modal tetapi menjadi rekening yang berbeda yaitu rekening belanja barang dan jasa sehingga tidak dapat secara langsung diakui sebagai penambah nilai aset. Penyebab tidak masuknya rekening biaya umum menjadi sub rekening 99 belanja modal karena daerah mengacu pada Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan tidak berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91PMK.052007. Bendahara Umum Daerah Pemerintah Kabupaten Sragen membenarkan atas kondisi yang terjadi bahwa dalam pengelolaan belanja daerah telah terjadi kesimpangsiuran sebagai akibat dari adanya dua peraturan perundang-undangan yang saling bertentangan. Pemahaman yang timbul dalam pengelolaan belanja adalah bahwa untuk belanja yang bersumber dari APBN pusat maka pedoman yang digunakan adalah Peraturan Menteri Keuangan PMK Nomor 91PMK.052007 sedangkan untuk belanja yang bersumber dari APBD berpedoman pada Permendagri No. 13 Tahun 2006. Data sekunder juga menyatakan terdapat perbedaan ketentuan yang mengatur tentang kapitalisasi Tabel 5. Hasil interview pada Dinas Perhubungan, Dinas Hutbun, Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertanian diperoleh deskripsi bahwa kapitalisasi nilai aset sebenarnya telah dilakukan di beberapa SKPD di Pemerintah Kabupaten Sragen Dinas Perhubungan, Dinas Hutbun, Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertanian. Ketika ada koordinasi antara bendahara SKPD yang melakukan kegiatan belanja aset dengan Bendahara Daerah, 100 permasalahan kapitalisasi aset dapat dilaksanakan, tapi apabila SKPD yang melakukan belanja aset tidak berkoordinsi dengan Bendahara Umum Daerah maka akan terjadi selisih nilai aset antara SKPD dengan Neraca Daerah nilai aset di Neraca Daerah dinilai lebih rendah. Tabel IV.4 Tabulasi Kebijakan Akuntansi Keuangan Pemkab Sragen dengan PMK No. 91PMK.052007 No. Ketentuan Perbub Sragen No. 14 Tahun 2006 PMK No. 91PMK.052007 1 Batas minimal belanja yang dapat dikapitalisasi Batas minimal biaya kapitalisasi sebesar Rp.75.000,- c. pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin, dan alat olah raga yang sama dengan atau lebih dari Rp. 300.000,- tiga ratus ribu rupiah; dan d. pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang sama dengan atau lebih dari Rp. 10.000.000,- sepuluh juta rupiah. 2 Pengecualian kapitalisasi aset tetap gedung bangunan Tidak diatur Pengeluaran untuk tanah, jalanirigasijaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian. 3 Kriteria kapitalisasi belanja Pengeluaran biaya tersebut dapat memenuhi: - Memperpanjang masa manfaat atau - Memberi manfaat ekonomik di masa yad dalam bentuk Tidak diatur 101 peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja. Kebijakan Akuntansi Keuangan Pemerintahan Kabupaten Sragen yang mengatur tentang kapitalisasi diatur dalam Lampiran I Kebijakan Akuntansi Keuangan Pemerintahan Kabupaten Sragen Peraturan Bupati Sragen Nomor 14 Tahun 2006 sebagai berikut: Biaya Kapitalisasi: Biaya yang dikapitalisir setelah tahun perolehan ke dalam masing-masing aset, harus memenuhi: a Batas minimal biaya kapitalisasi sebesar Rp. 75.000 dan atas b Pengeluaran biaya tersebut dapat memenuhi: - Memperpanjang masa manfaat atau - Memberi manfaat ekonomik di masa yad dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja. 7. Hasil Audit BPK Hasil Reviu Inspektorat Terhadap Penyajian Aset Tetap dalam Laporan Keuangan Daerah Reviu terhadap Laporan Keuangan Daerah LKD dilakukan dengan tujuan untuk menilai apakah Sistem Pengendalian Intern SPI yang diimplementasikan telah berjalan dengan baik dan memadai serta menilai apakah pos-pos dalam LKD telah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan SAPPP No. 24 Tahun 2005. Reviu LKD wajib dilaksanakan sebelum LKD diaudit oleh BPK RI. Reviu dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Permendagri Nomor 4 Tahun 102 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. BPK RI melaksanakan pemeriksaan terhadap LKD berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, UU No. 15 Tahun 2006 tentang BPK dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SPKN yang ditetapkan oleh BPK dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Pemeriksaan BPK meliputi penilaian atas implementasi SAP, estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah dan penilaian terhadap LKD secara menyeluruh. Hasil reviu Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Sragen Tahun Anggaran 2008 oleh Inspektorat Kabupaten Sragen secara spesifik tidak menguraikan tentang temuan terkait dengan kapitalisasi aset tetapi temuan yang ada mengungkap terkait pengelolaan aset, yaitu: Terdapat perbedaan Nilai Aset Tetap per 31 Desember 2008 antara Hasil Review dengan Neraca Pemda senilai Rp2.625.968.639,00 Berdasarkan sampling terhadap beberapa SKPD di lingkungan Pemda Sragen dijumpai adanya Nilai Aset tetap yang dikuasaidimiliki oleh masing-masing SKPD sebagaimana yang tercatat dalam Neraca SKPD per 31 Desember 2008 senilai Rp.1.333.946.585.356,00 sedangkan menurut Hasil Review senilai Rp.1.333.809.580.315,00 sehingga terdapat selisih senilai Rp.2.625.968.639,00 103 Hasil Audit Badan Pemeriksa Keuangan BPK terhadap Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Sragen Tahun Anggaran 2007 juga secara spesifik tidak mengungkap temuan tentang kapitalisasi aset, tetapi mengungkap penyajian rekening aset, yaitu sebagai berikut: Penyajian aset tetap dalam neraca belum tepat, karena di dalamnya terdapat aset yang belum jelas statusnya. Antara lain aset tanah yang disajikan tanpa membedakan status kepemilikan tanah seperti tertuang pada Catatan atas Laporan Keuangan D.3.a.b.2 dan D.3.d.3.

B. Kabupaten Karanganyar 1. Gambaran Umum