commit to user
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Pustaka
Kajian
gebyok
dan ragam hias
gebyok
Kudus, dilakukan dalam disiplin ilmu Kajian Budaya merupakan kajian yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Kajian ini tidak hanya ditujukan untuk memahami
gebyok
dan ragam hias
gebyok
Kudus sebagai sebuah perwujudan fisik dari ilmu seni rupa saja. Dalam kajian ini gebyok dan ragam hias
gebyok
Kudus merupakan objek material dari sebuah kajian mengenai gebyok dan ragam hias. Penelitian yang memfokuskan kajian
pada
gebyok
dan ragam hias
gebyok
Kudus untuk merumuskan bentuk gebyok dan makna simbol ragam hias yang ada di dalamnya, adalah banyaknya
permasalahan yang
menyertai dan
mempengaruhinya. Kenyataan
ini menunjukkan bahwa kajian ini tidak bisa hanya mengandalkan pengetahuan seni
rupa secara umum danatau perwujudan ragam hias semata-mata, tetapi harus dikembangkan lebih lanjut pada pemahaman konsep-konsep yang menyertai dan
teori-teori yang digunakan. Hasil penelitian tentang arsitektur rumah Kudus yang dilakukan oleh
Triyanto 1992 dalam bukunya yang berjudul “
Makna Ruang dan Penataannya Dalam Arsitektur Rumah Kudus
” pada tahun 2001. Dalam penelitian yang menjadi pokok perhatian adalah makna ruang dan penempatannya dalam
arsitektur rumah Kudus. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa ruang dan juga penataannya dapat dilihat sebagai simbol ekspresi gaya hidup warga masyarakat
commit to user
10 Kudus sebagai orang Jawa yang taat, patuh atau tunduk dalam menjalankan
ajaran-ajaran agama Islam yang menjadi pedoman dan bersifat normatif dalam kehidupan mereka. Penelitian ini cukup banyak memberikan informasi tentang
rumah Kudus beserta budayanya yang dapat dijadikan sumber data sekunder dalam penelitian ini.
Hasil penelitian lain dari Bayu Widiantoro 2003 dalam tesisnya yang berjudul
“Peranan Proporsi Terhadap Ukuran Ruang Interior Rumah Tradisional Kudus Joglo Pencu
” , menyimpulkan bahwa dilihat pola proporsi yang muncul dan budaya yang berlaku dikalangan masyarakat Kudus, maka pola proporsi yang
diterapkan dalam rumah tradisional Kudus Joglo Pencu ini bukan sebagai suatu hal yang muncul dengan tiba-tiba, tetapi muncul sebagai suatu bentuk warisan
budaya yang berkembang di kalangan masyarakat Kudus. Rumah tradisional Kudus mempergunakan suatu pola proporsi tertentu untuk membentuk keindahan
di dalam bangunannya. Kendati dalam penelitian Bayu Widiantoro tentang Proporsi Terhadap Ukuran Ruang Interior Rumah Tradisional Kudus Joglo Pencu
hanya ditempatkan pada objek arkeologi-budaya yang pengungkapan makna simboliknya hanya berdasar informasi sepihak dari penulisnya, tetapi hasil
penelitian tersebut paling tidak dapat dijadikan data sekunder dalam penelitian ini Hasil penelitian tesis lain yang lebih fokus pada gebyok oleh Yusuf Istanto
2008 penelitiannya adalah untuk mengetahui dan menganalisis kedudukan kerajinan gebyok Kudus menurut Pasal 10 Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta dan untuk mengetahui dan menganalisis mengenai peranan pemerintah kabupaten Kudus dalam pendaftaran Hak Cipta kerajinan
commit to user
11 gebyok Kudus menurut Pasal 10 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002.
Penelitian ini menunjukan bahwa masih banyak perajin gebyok yang setia memakai pakem ukir dalam membuat gebyok Kudus meskipun tak jarang perajin
membuat gebyok Kudus dengan motif hasil kreasi sendiri sesuai dengan permintaan dari pemesan gebyok Kudus. Gebyok Kudus sebagai kerajinan yang
didapat secara turun temurun merupakan salah satu kerajinan yang dapat dikategorikan sebagai pengetahuan tradisional akan tetapi UUHC 2002 belum
cukup memberikan perlindungan terhadap Hak Cipta gebyok Kudus. Pemerintah Kabupaten Kudus menyadari bahwa kerajinan gebyok Kudus merupakan aset
daerah yang berharga dan merupakan salah satu produk unggulan Kudus. Untuk itu Pemkab Kudus melalui klinik HKI Universitas Diponegoro Semarang untuk
mendaftarkan Hak Cipta gebyok Kudus. Dari penelitiannya Yusuf Istanto 2008 dapat memberikan informasi tentang gebyok Kudus yang dapat dijadikan data
sekunder dalam penelitian ini. Dari tiga hasil penelitian mengenai rumah tradisional dan gebyok Kudus di
atas dapat dicatat dua hal penting.
Pertama
, ketiga kajian di atas memiliki persamaan dalam memposisikan rumah tradisional Kudus maupun gebyok Kudus
sebagai objek rekayasa yang mencerminkan falsafah hidup Jawa yang berinti pada pencapaian kesempurnaan hidup.
Kedua
, ketiga kajian di atas memiliki kesamaan dalam memposisikan rumah adat Kudus dan gebyok serta mitos-mitos yang
melekat sebagai arkeologi-budaya sehingga rumah tradsional Kudus yang selama ini dianggap mempunyai makna simbol yang tinggi, tanpa sadar hanya dipandang
sebagai peninggalan budaya.
commit to user
12
2.2. Kajian Budaya Jawa 2.2.1. Wujud Kebudayaan