commit to user
13 munculnya  kebudayaan  nasional  merupakan  potensi  yang  sangat  strategis  untuk
dilestarikan,  sehingga  ditegaskan  oleh  Koentjaraningrat  1992:107-111  bahwa kebudayaan  nasional  adalah  sebagai  suatu  sistem  gagasan  dan  perlambang  yang
memberi  identitas  kepada  warga  Indonesia.  Dalam  rangka  menunjang  fungsi kebudayaan  nasional,  tentu  tidak  bisa  mengabaikan  begitu  saja  perkembangan
kebudayaan  daerah,  karena  kebudayaan  nasional  tetap  berorientasi  pada kebudayaan daerah di samping peradaban masa kini. Kebudayaan daerah sebagai
penghayatan  masyarakat  mampu  memberikan  benih  serta  berbagai  unsur  yang perlu  ditingkatkan  ditaraf  kebudayaan  nasional.  Pelestarian  dan  pengembangan
kebudayaan  daerah  sangat  perlu,  kemudian  dilakukan  penyeleksian  nilai  positif yang bisa ditingkatkan sebagai kebudayaan nasional.
2.2.2. Kebudayaan Jawa
Secara  umum  kebudayaan  Jawa  dapat  dibagi  menjadi  dua  kategori,  yaitu ”kebudayaan  pedalaman”  dan  ”kebudayaan  pesisir”.  Daerah  pedalaman  Jawa
yang  berpusat  di  Yogyakarta  dan  Surakarta  atau  yang  bisa  disebut  wilayah kebudayaan  Jawa
Negarigung,
sedangkan ”Kebudayaan Pesisir” meliputi daerah
–  daerah  pesisir  pantai  utara  Jawa  yang  berpusat  di  wilayah  Blambangan,  Pati, Tegal Sukmawati, 2004:12.
Masyarakat  Jawa  memiliki  pandangan  hidup  atau  falsafah  dalam memahami  makna  kehidupan,  sehingga  mempunyai  pedoman  dalam  melakukan
kegiatan  sehari-hari.  Demikian  juga  kebudayaan  Jawa  mempunyai  pengertian, norma,  nilai,  tata  aturan,  gagasan,  ide,  etika,  estetika  dan  hasil  karya  yang
dihasilkan oleh masyaraka Jawa dan berlaku dalam kehidupan sehari-hari, dengan
commit to user
14 demikian  dapat  menimbulkan  cara  pandang  masyarakat  Jawa  terhadap
kehidupannya serta menciptakan kaidah kehidupan masyarakat Jawa, yaitu prinsip
rukun
dan hormat demi terciptanya keselarasan. Kebudayaan Jawa memiliki ciri khas yang terletak pada kemampuan untuk
menerima  pengaruh  kebudayaan  lain  dan  tetap  mempertahankan  kebudayaan aslinya.  Selain  menemukan  jati  diri  dan  berkembang  kekhasannya  dari  pengaruh
luar,  identitasnya  semakin  berwarna  setelah  masuknya  budaya  Islam  di  pulau Jawa.  Pelaku  budaya  Jawa  adalah  orang  Jawa,  berdasarkan  masuknya  agama  di
Jawa  maka  dibagi  menjadi  tiga  kategori,  yaitu  :  Jawa  pra  Islam,  Jawa  Abangan, dan  Jawa  Santri    Jawa
–  Islam  .  Meskipun  demikian  orientasi  mereka  terarah pada  satu  budaya  yang  dipegang  erat,  sebab  itu  orang  Jawa  sebagai  penduduk
terbesar  di  Indonesia  mempunyai  pengaruh  yang  cukup  besar  terhadap  budaya Indonesia Koentjaraningrat, 1993:15.
Istilah  orang  Jawa  dan  masyarakat  Jawa  memiliki  perbedaan  dalam konteks cakupan dan jumlah. Orang Jawa atau manusia Jawa cakupannya sempit
dan menyangkut individu atau orang per orang , sedangkan masyarakat Jawa lebih luas  dan  mencakup  komunitas  yang  hidup  di  pulau  Jawa.  Orang  Jawa  sendiri
membedakan dua golongan sosial , yaitu
wong cilik
atau orang kecil yang terdiri dari  sebagian  petani  dan  mereka  yang  berpendapatan  rendah  di  kota.  Golongan
dua adalah kaum
priyayi
, termasuk didalamnya para pegawai dan para intelektual Koentjaraningrat, 1993:20.
Koentjaraningrat  berpendapat  bahwa  seperangkat  nilai-nilai  yang terkandung  pada  kebudayaan  terurai  pada  dimensi  atau  wujud  dan  unsur
commit to user
15 kebudayaan.  Kebudayaan  manusia  mengandung  tiga  dimensi,  yakni  kebudayaan
sebagai  kompleks  dari  ide-ide,  gagasan-gagasan,  nilai-nilai,  norma-norma peraturan dan pikiran manusia, terdapat pada alam pikir manusia, berupa tulisan-
tulisan  serta  karangan-karangan.  Wujud  pertama  ini  disebut  pula  sistem  budaya, sebab  bagian-bagian  ide,  gagasan  atau  pikiran  yang  ada  di  dalam  kepala  tidak
terlepas-lepas, melainkan saling berkaitan menjadi satu sistem yang relatif mantap dan  berkesinambungan.  Apabila  ide  seseorang  tidak  merupakan  suatu  sistem,
maka  jiwa  orang  itu  seperti  terganggu  ,  pikirannya  tidak  mantap  berubah-ubah, tidak  konsisten  dan  tidak  berkelanjutan.  Kebudayaan  sebagai  kompleks  aktivitas
yang  sudah  terpola  dalam  masyarakat,  berupa  sistem  sosial  dalam  masyarakat. Kompleknya  aktivitas  manusia  disebut  pula  sebagai  sistem  sosial  sebab,
terjadinya  aktivitas  itu  karena  adanya  saling  berkomunikasi  dan  berinteraksi sesama  manusia.  Sistem  sosial  telah  ditata  dan  diatur  oleh  gagasan  atau  tema
berpikir  tertentu,  sehingga  mewujudkan  aktivitas  dan  produktivitas  yang  positif. Aktivitas  interaksi  berupa  pertemuan-pertemuan  atau  persekutuan  yang  hasilnya
positif,  walaupun  wujudnya  ada  yang  berupa  pertengkaran,  akibat  positif  yang sering  muncul  adalah  gagasan  atau  konsep  yang  menguntungkan.  Kebudayaan
sebagai  hasil  karya  suatu  masyarakat,  berupa  benda-benda  berukuran  besar maupun  kecil,  tampak  fisiknya  maupun  kasat  mata,  dan  benda-benda  bergerak
maupun  tidak  bergerak.  Kebudayaan  fisik  lahir  karena  aktivitas  manusia  dalam bentuk interaksi  yang memerlukan sarana berupa benda yang dihasilkan manusia
Koentjaraningrat, 1992:6.
commit to user
16 Kebudayaan  menempati  posisi  sentral  dalam  seluruh  tatanan  hidup
manusia,  karena  tidak  ada  manusia  yang  dapat  hidup  di  luar  ruang  lingkup kebudayaan. Manusia sebagai  pencipta kebudayaan, makhluk budaya merupakan
suatu  fakta  historis  yang  tidak  bisa  terbantahkan  oleh  siapapun  sebagai  pencipta kebudayaan.  Holt 2000:xxi  mengatakan  bahwa  pada sebagian  besar  studi
tentang  Indonesia, tak  dapat dihindari bahwa  Jawa tetap  merupakan  pusat perhatian.  Hal  ini  bukan  karena Jawa sepanjang  sejarah  merupakan  fokus paling
penting  dari  kekuasaan  dan  perdagangan  antar  pulau  dan  antar  bangsa yang memusat,
tetapi Jawa juga menyediakan sejumlah
besar rekaman-rekaman sejarah.
Pulau Jawa berdasarkan tipe sosial budaya masyarakatnya dapat dibagi
dua,  yaitu: masyarakat yang bertempat tinggal di  daerah sepanjang pantaidataran rendah, sering  disebut  masyarakat
pesisir
dengan  karakter  sosial yang  lebih terbuka,  dan  masyarakat yang  berdomisili  di  sekitar  daerah  pegunungandataran
tinggi  yang  sering  disebut  sebagai masyarakat
pedalaman
, cenderung  lebih tertutup  terhadap  segala  perubahan  yang  bertentangan  dengan  budaya  aslinya.
Daerah  itu  ialah  Banyumas, Kedu, Yogyakarta,  Surakarta,  Madiun,  Malang  dan Kediri. Yogyakarta  dan  Surakarta,  merupakan  pusat dari  kebudayaan  tersebut
Kodiran, 2002:329. Kebudayaan Jawa  yang hidup di  Yogyakarta dan Surakarta merupakan  peradaban  orang  Jawa yang  berakar  di  kraton.  Peradaban  ini
menghasilkan  kesenian  yang  tinggi  dan  ditandai dengan  kehidupan  keagamaan yang
sinkretistik
, campuran  dari  unsur-unsur  agama  Hindu, Budha,  dan  Islam. Daerah istana-istana Jawa ini sering disebut dengan
Negarigung.
commit to user
17 Koentjaraningrat, 1994:26.
Gambar II.1 : Peta pembagian wilayah kebudayaan Jawa sumber: Koentjaraningrat, 1994:27
Di antara sekian banyak daerah tempat kediaman orang Jawa ini terdapat berbagai variasi  dan  perbedaan-perbedaan  yang  bersifat lokal  dalam  beberapa unsur-unsur
kebudayaannya, seperti perbedaan mengenai berbagai istilah teknis, dialek bahasa dan  lain-lainnya,  namun  masih  menunjukkan  satu  pola ataupun  satu  sistem
kebudayaan  Jawa. Lebih rinci Koentjaraningrat 1994:26  membagi peta wilayah kebudayaan  Jawa  menjadi 12  daerah  kebudayaan  Jawa  meliputi  Banten, Sunda,
Banyumas, Bagelen, Pesisir Kilen, Pesisir Wetan, Negarigung,
Mancanegari, Surabaya, Madura, Tanah Sabrang Wetan dan Blambangan.
Kebudayaan Jawa  yang  hidup  di pesisir  pantai Utara  Jawa  biasa  disebut dengan  kebudayaan
pesisir
.  Kebudayaan  ini  meliputi  daerah  dari  Indramayu- Cirebon  di sebelah  Barat, sampai  ke Gresik  di  sebelah  Timur.  Koentjaraningrat,
1994:26 menyarankan untuk memecah kebudayaan pesisir ke dalam sub daerah pesisir  Barat yang  meliputi  daerah  Cirebon, Tegal  dan  Pekalongan, sub  bagian
tengah  yang  meliputi  kota Kudus, Demak  dan  daerah  di sekitarnya,  dan  sub bagian  Timur  yang  berpusat di  Gresik. Sedangkan  Koentjaraningrat sendiri
commit to user
18 hanya membedakan antara suatu sub daerah Barat yang pusatnya di Cirebon, dan
suatu  sub  daerah  Timur  yang  berpusat di Demak. Penduduk  daerah  pesisir  ini pada  umumnya memeluk  agama Islam
puritan
yang  juga mempengaruhi kehidupan sosial budaya mereka.
2.2.3. Religi Orang Jawa