Ragam Hias Prasejarah Ragam Hias Sebagai Bentuk Rupa dan Simbol

commit to user 39 secara perlahan. Hubungan antara manusia dengan lingkungannya ini terjadi sebagai pencerminan dari kebutuhan asasi manusia sebagai mahluk hidup, yang kemudian akan menghasilkan sebuah budaya. Di Indonesia dapat ditemukan berbagai macam corak ragam hias, tiap daerah mempunyai kekhasan masing- masing sesuai dengan daerah di mana ragam hias berkembang. Berbagai corak ragam hias yang terdapat di Indonesia, dipengaruhi pula kebudayaan yang berasal dari luar, seperti dari India, Arab, Cina dan Eropa.

2.2.7.4. Ragam Hias Prasejarah

Beberapa corak ragam hias Indonesia yang berkembang pada zaman prasejarah antara lain sebagai berikut : Corak Manusia, muncul dalam berbagai bentuk, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Mempunyai dua fungsi sebagai penolak kejahatan dan melambangkan nenek moyang yang mengandung makna pelindung dari bahaya Hoop, 1949:92. Banyak ditemukan pada hiasan alat-alat perunggu seperti: nekara dan genderang perang yang terdapat pada songket di Sumatra Selatan dan Sumba, seni tato Dayak dan perisai perang Irian. Di samping itu juga banyak ditemukan pada hiasan hulu keris. commit to user 40 Gambar II.2 Ragam Hias corak Manusia sumber : Hoop, 1949:95 Corak Kedok topeng, bagian badan manusia yang dianggap mempunyai kesaktian paling besar oleh orang primitif adalah wajah. Maka orang membuat ragam hias yang dipengaruhi bentuk wajah banyak ditemukan. Kedok diyakini sebagai penangkal pengaruh jahat Hoop, 1949:100. Benda-benda yang dihiasi dengan raga-raga mini dapat ditemukan di Sulawesi, Sumba, Papua dan tempat-tempat lain di Indonesia . Gambar II.3 Ragam Hias Kedok topeng sumber : Hoop, 1949:105 Corak Tumpal , ragam hias tumpal berbentuk deretan segitiga sama kaki, sering commit to user 41 dijumpai dalam tenunan atau batik juga barang anyaman, nekara zaman pra sejarah, seni hias bangunan Hindu seperti di candi Naga dekat Blitar. Pada ukiran kayu rumah Minangkabau, corak tumpal diisi dengan hiasan tumbuh-- tumbuhan, juga ditemukan pada ukiran rumah Batak dan Toraja Hoop,1949:24. Corak tumpal ini hampir merata ada di seluruh Indonesia Gambar II.4 Ragam Hias corak Tumpal sumber : Hoop, 1949:25 Corak Pilin atau Pilin Berganda mempunyai bentuk huruf “S”, terdapat hampir di seluruh Indonesia. Corak pilin berganda ini munculnya bersamaan dengan kebudayaan perunggu. Dihiaskan pada nekara perunggu zaman pra sejarah berasal dari Jawa Barat. Corak ini juga merupakan ragam hias sebagai pengisi bidang dan pinggir haluan perahu, juga banyak digunakan pada rumah Toraja, Batak, dan perisai Irian Hoop,1949:36 commit to user 42 Gambar II.5 Ragam Hias Pilin Berganda sumber : Hoop, 1949:37 Corak Meander berasal dari zaman Perunggu, merupakan bentuk huruf “T” yang tegak lurus serta terbalik yang disusun bergantian dan bersambungan. Dalam teknik batik sering disebut dengan corak banji. Jenisnya bermacam-macam, meander dalam bentuk bundar, mengalir yang kemudian berubah menjadi pinggiran bentuk awan seperti yang terdapat di Cirebon Hoop,1949:56. Gambar II.6 Ragam Hias corak Meander sumber : Hoop, 1949:57 Corak Swastika melambangkan peredaran bintang-bintang, khususnya lambang matahari sebagai pembawa kemujuran. Di Indonesia ragam hias swastika dipakai commit to user 43 sebagai pengisi bidang yang terdiri dari gambar-gambar bergaris lurus dan seluruhnya dinamakan sebagai banji Hoop,1949:64. Gambar II.7 Ragam Hias corak Swastika sumber : Hoop, 1949:65 Corak Kait atau Kunci . Ragam hias ini erat kaitannya dengan ragam hias banji swastika dan meander, dapat dianggap sebagai kaki swastika atau kait meander. Banyak terdapat pada tenunan, seperti kain tenun dari Minangkabau. Kain itu ditenun dalam berbagai warna dengan benang sutera, di pinggir sebelah bawah yang lebih lebar dan lebih muda warnanya dihiasi dengan serat emas Hoop,1949:312. Gambar II.8 Ragam Hias corak kuncikait yang digabung dengan corak jalinan. sumber : Hoop, 1949:313 commit to user 44 Corak Binatang , penggambaran binatang seperti biawak, buaya, kadal, merupakan penggambaran roh nenek moyang. Binatang tersebut diyakini sebagai penjelmaan roh nenek moyang Hoop, 1949:218. Gambar II.9 Ragam Hias Corak Katak, Ular Buaya sumber : Hoop, 1949:219 Binatang lain yang sering digambarkan dalam corak ragam hias pra sejarah adalah Kerbau , nenek moyang bangsa Indonesia pada jaman Neolitikum sudah mengenal kerbau sebagai binatang ternak dan memujanya sebagai binatang keramat. Melambangkan kesuburan dan penolak bahaya. Dalam alam pikiran Indonesia dikenal sistem pembedaan yang terbagi dua, yaitu dunia atas dan dunia bawah. Kerbau termasuk dunia bawah seperti halnya bumi, bulan, air, bawah, kiri, dan lain-lain. Sedangkan matahari, burung, langit, api, atas, dan kanan termasuk dunia atas. Corak kerbau terdapat pada rumah Batak yang dipasang diujung atap, rumah adat Minangkabau dan Toraja. Dalam perkembangannya, tanduk kerbau menjadi bentuk bulan sabit seperti yang terlihat pada pikulan tukang commit to user 45 sate orang Madura, pada hiasan puncak rumah adat Jawa, bahkan mengandung arti lain sebagai lambang penghormatan pada kelahiran bulan yang baru terbit Hoop, 1949:130. Gambar II.10 Ragam Hias corak Kerbau sumber : Hoop, 1949:131 Corak Gajah sudah ada di Indonesia sejak dulu sebagai kendaraan untuk berperang dan untuk orang mati. Selain itu, juga terdapat pada hiasan keris, cincin, barang emas di Bali dan Hindu Jawa Hoop, 1949:138. commit to user 46 Gambar II.11 Ragam Hias corak Gajah sumber : Hoop, 1949:139 Corak Ular , sudah lama dikenal sejak zaman pra sejarah pada tutup peti mati. Di Jawa, Madura dan Bali digunakan sebagai hiasan ukiran kayu seperti naga pada pukulan, pegangan, hiasan gamelan dan keris. Gambar II.12 Ragam Hias corak Ular pada pancuran air sumber : Hoop, 1949:211 commit to user 47 2.2.8. Perkembangan Ragam Hias Indonesia 2.2.8.1. Pengaruh Ragam Hias Hindu, Budha