Pengujian Asumsi Klasik Pengujian Data

Negative -0,042 -0,099 -.090 -0,101 Kolmogorov-Smirnov Z 1,083 1,047 1.235 1.256 Asymp. Sig. 2-tailed 0,191 0,223 0.095 0,085 a. Test distribution is Normal. Sumber: hasil pengolahan data Tabel di atas menunjukkan bahwa dengan pengujian nilai residu data setelah proses outlier seluruh data yang digunakan baik dalam pengujian satu dan dua tahun setelah penerbitan laporan keuangan terdistribusi secara normal. Kesimpulan ini dibuktikan dengan nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi penelitian 5.

2. Pengujian Asumsi Klasik

a Uji Autokorelasi Autokorelasi menunjuk pada hubungan yang terjadi di antara anggota- anggota serangkaian pengamatan yang tersusun dalam serangkaian waktu maupun serangkaian ruang. Dalam penelitian ini, pengujian autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson , yaitu dengan membandingkan nilai tabel Durbin Watson dengan nilai Durbin Watson yang diperoleh dari perhitungan regresi . Kriteria pengujian menurut Santosa 2004 adalah jika angka D-W di atas 2 berarti terdapat autokorelasi positif, jika angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak terjadi autokorelasi dan jika angka D-W dibawah -2 berarti terjadi autokorelasi negatif. Berikut ini disajikan hasil pengujian autokorelasi baik untuk data satu tahun dan data dua tahun setelah penerbitan laporan keuangan pemerintah daerah. Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi Data Satu Tahun Data Dua Tahun Nilai DW Kriteria Nilai DW Kriteria Model 1 1,868 -2 s.d. 2 Model 1 2,171 -2 s.d. 2 Model 2 1,639 -2 s.d. 2 Model 2 1,757 -2 s.d. 2 tidak terjadi autokorelasi terjadi autokorelasi positif Sumber: Hasil pengolahan data Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk data satu tahun setelah penerbitan laporan keuangan pemerintah daerah baik untuk model regresi 1 maupun regresi 2 tidak terdapat gejala autokorelasi yang dibuktikan dengan nilai DW berada pada kisaran kriteria yang telah ditetapkan. Namun demikian, untuk data dua tahun, tabel mengindikasikan bahwa dalam model 1 terdapat gejala aoutokerasi positif dan dalam model 2 tidak terdapat gejala autokorelasi. b Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan keadaan yang menggambarkan seluruh faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama untuk seluruh pengamatan atas variabel independen. Dalam penelitian ini, uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya Heteroskedastisitas dalam model regresi adalah metode Glejser , yaitu dengan meregresikan nilai dari seluruh variabel independen dengan nilai mutlak absolute dari nilai residual sehingga dihasilkan probability value . Kriteria pengujiannya adalah jika probability value 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas dan jika probability value 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas . Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Data Satu Tahun Data Dua Tahun Variabel Model 1 Model 2 Model 1 Model 2 Kriteria ROE 0,905 0,724 0,208 0,683 P value 0,05 ROA 0,980 0,593 0,765 0,221 P value 0,05 PM 0,919 0,066 0,284 0,314 P value 0,05 CR 0,353 0,319 0,771 0,885 P value 0,05 DER 0,935 0,946 0,857 0,828 P value 0,05 LTTA 0,279 0,235 0,854 0,080 P value 0,05 AT 0,284 0,395 0,818 0,974 P value 0,05 OROE 0,520 0,724 0,074 0,851 P value 0,05 ORTR 0,776 0,128 0,851 0,487 P value 0,05 Sumber: Hasil pengolahan data Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai probabililtas seluruh variabel dalam model regresi I untuk data satu tahun setelah pelaporan keuangan dan model regresi 2 untuk data dua tahun setelah pelaporan keuangan berada di atas tingkat signifikansi dalam penelitian ini 5. Dengan hasil pengujian tersaji di atas, maka dapat dinyatakan bahwa model regresi 1 dan 2 yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau data bersifat homokedastistas. c Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linier di antara variabel-variabel independen dengan model regresi. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tolerance value dan variance inflation factor VIF dengan kriteria, jika tolerance value 0,01 dan VIF 10 maka terjadi multikolinieritas dan jika tolerance value 0,01 atau VIF 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 8 Hasil Uji Multikolinieritas Data Satu Tahun Data Dua Tahun Variabel VIF Tolerance Variabel VIF Tolerance Model I: Model I: ROE 5,240 0,166 ROE 1,026 0,975 ROA 4,116 0,243 ROA 3,007 0,333 PM 1,659 0,603 PM 1,691 0,618 CR 1,139 0,878 CR 1,263 0,792 DER 1,704 0,587 DER 1,625 0,615 LTTA 1,702 0,587 LTTA 1,006 0,994 AT 1,107 0,904 AT 2,126 0,470 OROE 1,799 0,556 OROE 1,388 0,721 ORTR 1,002 0,998 ORTR 1,026 0,975 Model II: Model II: ROE 1,709 0,785 ROE 1,309 0,962 ROA 5,107 0,190 ROA 1,257 0,795 PM 1,637 0,611 PM 3,883 0,258 CR 1,026 0,975 CR 1,263 0,792 DER 1,004 0,996 DER 2,126 0,473 LTTA 1,799 0,556 LTTA 1,116 0,896 AT 1,471 0,680 AT 1,682 0,595 OROE 1,464 0,683 OROE 2,068 0,484 ORTR 1,464 0,683 ORTR 1,553 0,644 Sumber: Hasil pengolahan data Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk semua variabel independen baik untuk model regresi I maupun model regresi II mempunyai nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance value lebih besar dari 0,1 sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas pada model regresi baik model regresi I maupun regresi II yang digunakan dalam penelitian.

3. Uji Hipotesis