B. Pengembangan Hipotesis
Beberapa penelitian mengenai manfaat rasio keuangan atas laporan keuangan perusahaan swasta sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Penelitian tersebut antara lain telah dilakukan oleh Prakoso 2005
meneliti kegunaan rasio keuangan untuk menentukan keuntungan saham, dengan variabel
10 rasio keuangan dengan sampel 127 perusahaan. Analisis dilakukan dengan cara
univariate
dan
multivariate
dan ditemukan 5 rasio kategori profitabilitas mempunyai hubungan yang kuat untuk memprediksi keuntungan saham.
Ou dan Penman 1992 memprediksi keuntungan saham dengan 68 rasio keuangan dengan
stepwise regression
. Hasil seleksi menunjukkan terdapat 16 rasio keuangan untuk perioda 1965 – 1972 dan 18 rasio keuangan untuk periode
1973 – 1977 yang signifikan untuk memprediksi keuntungan saham. Hasil penelitian yang di lakukan oleh Ou dan Penman memperoleh bukti bahwa
informasi akuntansi rasio keuangan mengandung informasi fundamental yang tidak tercermin dalam harga saham. Rasio keuangan terbaik dalam memprediksi
laba mendatang adalah rasio profitabilitas. Asyik dan Soelistyo 2000 dalam penelitiannya menggunakan 21 rasio
keuangan dalam memprediksi laba dengan menggunakan metode
discriminant analysis
. Adapun sampel penelitian menggunakan perusahaan manufaktur dengan periode penelitian tahun 1995-1996. Hasil penelitiannya adalah 5 rasio keuangan
merupakan
discriminator
yang signifikan dalam memprediksi laba di masa yang akan datang.
Laba merupakan salah satu indikator kinerja suatu perusahaan. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan
operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya. Sumber daya perusahaan tercantum di dalam neraca. Hubungan antara unsur-unsur yang
membentuk neraca dapat ditunjukkan oleh rasio keuangan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan
pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan. Analisis laporan keuangan khususnya memperhatikan pada penghitungan rasio keuangan agar dapat
mengevaluasi keadaan pada masa lalu, sekarang dan proyeksi hasil di masa datang.
Rasio keuangan perusahaan yang baik mencerminkan bahwa pertumbuhan laba perusahaan juga baik. Hal ini dikarenakan pertumbuhan laba yang baik
menunjukkan bahwa kinerja suatu perusahaan juga baik, karena pertumbuhan laba merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja
manajemen perusahaan. Pesatnya perkembangan yang terjadi mendorong dilakukannya studi-studi
yang menghubungkan rasio keuangan dengan fenomena-fenomena ekonomi tertentu dengan harapan akan ditemukan berbagai kegunaan objektif rasio
keuangan. Machfoedz 1994 melakukan pengujian terhadap 68 perusahaan pabrikan yang terdaftar di BEJ. Machfoed menganalisis 47 rasio keuangan yang
dikategorikan dalam 9 kategori yaitu
short terms liquidity, long terms solvency, profitability, productivity, indebteness, investment intersiveness, leverage, return
on investment,
dan
return on eq
uity. Rasio yang digunakan adalah
cash flow to
current liabilities, net worth and total liabilities to fixed asset, gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, quick asset to inventory,
operating income to net worth
dan
net worth to total liabilities.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam model bermanfaat
untuk memprediksi laba satu tahun ke depan, namun tidak bermanfaat untuk prediksi lebih dari satu tahun.
Asyik dan Soelistyo 2000 memperoleh bukti empiris hasil bahwa rasio
dividendnet income, salestotal asset, long terms debttotal asset, net incomesales, investment in property, plant and equipmenttotal uses
INPPETU merupakan
discriminator
yang signifikan dalam prediksi laba perusahaan. Lewellen 2002, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
Dividend Yield
dapat memprediksi
market returns
selama periode
1946-2000. Earnings to Price
dan
Book to Market ratio
dapat memprediksi
return
selama periode 1963-2000.
Dividend Yield
memiliki pengaruh yang paling kuat dibandingkan dua rasio lainnya.
Juliana dan Sulardi 2003 melakukan penelitian dengan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
gross profit margin
dan
operation profit margin
yang mampu memprediksi laba perusahaan manufaktur. Prakoso 2005 memperoleh bukti dalam penelitian yang menunjukkan bahwa secara serentak
rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas dan solvabilitas mampu memprediksi perubahan laba perusahaan manufaktur. Sementara secara individu hanya rasio
likuiditas
current ratio
dan aktivitas
net profit margin
yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba perusahaan manufaktur. Meriewaty dan
Setyani 2005, dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan di Industri
Food and Beverages go public
dengan menggunakan 14 rasio keuangan menunjukkan bahwa rasio
total debt to total capital asset, total asset turnover, return on investment
ROI, dan
current ratio
CR berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja.
Steven dan McGowan 1983 melakukan penelitian yang menggunakan rasio kinerja pemerintah dengan variabel
revenue expenditure variables, tax
related, employee and real estate variables, composite measures
terhadap
external reliance measure.
Hasil penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan yang erat antara rasio keuangan dalam laporan keuangan pemerintah daerah dengan
external reliance measure.
Selain itu, hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa jumlah populasi penduduk dapat menjadi variabel kontrol dalam hubungan diantara
variabel yang diteliti. Godsey dan Shulman 2001 menggunakan variabel lingkungan
environment
, variabel organisasi
organizational
dan variabel keuangan
financial
dalam mengukur tren kinerja pemerintah. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa variabel keuangan yang dinyatakan dalam rasio
pendapatan, pengeluaran dan struktur hutang pemerintah berpengaruh terhadap tren kinerja pemerintah daerah.
Rasio kinerja dengan ukuran ROE telah digunakan sebelumnya. Cohen 2006 menggunakan ROE dalam penelitian untuk menggambarkan kinerja
keuangan pemerintah di Yunani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROE berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah dan jumlah penduduk di pemerintah
Yunani. ROE juga digunakan oleh Jones dan Walker 2007 yang
menghubungkan
financial ratio
pemerintah daerah di Australia dengan
distress
pemerintah daerah. Hasil penelitian tersebut, secara umum menyatakan bahwa ROE dapat berpengaruh terhadap
distress
pemerintah daerah dalam menyediakan pelayanan bagi publik.
Dalam penentuan rasio ROE menggunakan data surplus dan defisit anggaran. Jika pemerintah daerah mempunyai jumlah surplus yang tinggi, maka
pemerintah daerah akan mempunyai angka rasio ROE yang tinggi dan sebaliknya. Tingginya angka rasio ROE mengindikasikan bahwa pemerintah mempunyai
kemampuan yang kurang baik dalam menggunakan anggaran yang telah diajukan pada tahun sebelumnya. Oleh karena itu, tingginya angka rasio ROE dapat
menurunkan tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran pada tahun berikutnya.
Atas dasar hasil penelitian dan logika teoritis dalam pengembangan hipotesis ini, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti
berikut ini. H
1
:
Return on Equity
Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia satu dua tahun setelah
penerbitan laporan keuangan.
Return on Asset
ROA merupakan perbandingan antara jumlah
net income
dengan jumlah
total asset
. Rasio ini menggambarkan kemampuan entitas dalam menggunakan
asset
entitas untuk memperoleh
net income
. Pada sektor pemerintah, menurut Cohen 2006
net income
dapat digambarkan dengan jumlah
surplus atau defisit anggaran yang terjadi dalam satu periode anggaran. Oleh karena hal tersebut, maka ROA dalam sektor pemerintah adalah perbandingan
antara jumlah surplus atau defisit anggaran dengan jumlah
asset
pemerintah. Bukti empiris tentang pengaruh ROA terhadap kinerja diperoleh Cohen 2006 dalam
penelitianya. Plammer
et al.
2007 menggunakan ROA dalam menjelaskan kegagalan keuangan pemerintah. Hasil yang diperoleh adalah bahwa rasio yang
menggunakan nilai aktiva yang disusun dengan dasar akrual, salah satunya adalah ROA mempunyai informasi yang lebih baik dibanding aktiva yang disajikan
berdasar kas basis. Pemerintah daerah dengan jumlah surplus yang tinggi mengindikasikan
bahwa pemerintah daerah kurang mampu menggunakan anggaran secara efisien dan efektif sehingga tidak mampu menggunakan anggaran yang telah disusun.
Sebagai konsekuensi dari jumlah surplus ini adalah pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembalikan jumlah surplus tersebut ke kas negara dan
tidak diperbolehkan mengajukan anggaran melebihi jumlah realisasi anggaran tahun sebelumnya. Akibat dari adanya konsekuensi ini adalah bahwa pemerintah
daerah dibatasi anggaranya sehingga berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah pada tahun berikutnya, sehingga dapat dinyatakan bahwa
jumlah surplus atau defisit yang tinggi menjadikan kemungkinan pemerintah daerah untuk menjalankan operasional pemerintah daerah dalam kondisi kurang
efisien dan efektif. Atas dasar penelitian dan logika berpikir tersebut, maka hipotesis kedua
dalam penelitian ini dapat dirumuskan seperti berikut ini.
H
2
:
Return on assets
Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia satu dua tahun setelah
penerbitan laporan keuangan. Profit merupakan perbandingan antara jumlah laba kotor dengan jumlah
pendapatan. Rasio ini menggambarkan kemampuan entitas dalam memperoleh jumlah laba kotor dari nilai penjualan yang dilakukan. Rasio profit margin yang
tinggi mengindikasikan bahwa entitas mempunyai kemampuan yang baik dalam mencapai tingkat laba kotor yang tinggi dari nilai penjualan yang dilakukan oleh
perusahaan Meriawaty dan Setyani, 2005. Pada sektor pemerintahan, laba kotor digambarkan sebagai selisih antara pendapatan operasional PAD dengan
pengeluaran untuk operasional pemerintah. Profit margin pada sektor pemerintah adalah perbandingan antara jumlah selisih PAD setelah dikurangi dengan
pengeluaran-pengeluaran untuk operasional rutin dengan jumlah PAD dalam realisasi anggaran pemerintah. Semakin tinggi angka rasio ini, menggambarkan
semakin tinggi kemampuan pemerintah untuk menghasilkan jumlah selisih PAD dengan pengeluaran operasional dari pendapatan asli daerah pemerintah. Bukti
empiris bahwa profit margin mempengaruhi kinerja pemerintah diperoleh Cohen 2006 dalam penelitian yang dilakukan pada pemerintah Yunani. Hasil ini
mengindikasikan bahwa profit margin dapat digunakan untuk memprediksi kinerja keuangan pemerintah. Sementara itu, Groves
et al
. 1981 menemukan bukti empiris bahwa jumlah pendapatan yang tinggi berkemungkinan
menghasilkan jumlah surplus yang tinggi hingga dapat membiayai kegiatan pelayanan publik oleh pemerintah daerah. Jones dan Walker 2007
mengidentifikasi
distress
pemerintah daerah dengan menggunakan
financial measure
berupa perbandingan antara jumlah surplusdefisit dengan hasil bahwa rasio tersebut berpengaruh terhadap kondisi keuangan pemerintah daerah.
Profit margin ratio
merupakan perbandingan antara jumlah surplus atau defisit dengan jumlah pendapatan asli daerah. Jika pemerintah daerah mempunyai
jumlah surplus yang tinggi, maka pemerintah daerah akan mempunyai
profit margin ratio
yang tinggi dan sebaliknya. Jumlah surplus yang tinggi mengindikasikan bahwa realisasi anggaran pemerintah daerah lebih rendah dari
jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah kurang mampu mengoptimalkan anggaran dalam operasional
pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan pada masyarakat. Jumlah surplus yang tinggi ini dapat berpengaruh pada penurunan efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan anggaran pada periode berikutnya. Atas dasar hasil penelitian dan logika teoritis tersebut, maka hipotesis
ketiga dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini. H
3
:
Profit Margin Ratio
Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia satu dua tahun setelah
penerbitan laporan keuangan.
Current ratio
merupakan perbandingan antara jumlah kewajiban lancar dengan harta lancar suatu entitas. Rasio ini menggambarkan kemampuan entitas
untuk menjamin pembayaran utang lancar dengan harta lancar yang dimiliki oleh entitas. Angka
current ratio
yang tinggi mengindikasikan bahwa entitas
mempunyai jumlah harta lancar yang cukup untuk menjamin semua utang lancar dan masih mempunyai jumlah sisa harta lancar yang cukup untuk mendukung
proses operasional entitas sehingga kemungkinan proses operasional entitas dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena proses operasional berjalan lancar maka
kemungkinan entitas tersebut untuk dapat mencapai kinerja yang tinggi dapat terlaksana. Bukti bahwa
current ratio
dapat digunakan untuk memprediksi kinerja pemerintah diperoleh dalam penelitian Cohen 2006. Hasil ini mengindikasikan
bahwa
current ratio
berpengaruh dan dapat digunakan untuk memprediksi kinerja keuangan pemerintah. Plammer
et al
. 2007 menghubungkan
current ratio
dengan risiko kegagalan pemerintah daerah dengan hasil penelitian bahwa rasio hutang lancar atas aktiva lancar tersebut mempunyai pengaruh risiko kegagalan
keuangan pemerintah daerah. Jones dan Walker 2007 menggunakan
current ratio
sebagai variabel yang menjelaskan
distress
pemerintah daerah. Bukti empiris yang diperoleh menunjukkan bahwa
current ratio
berpengaruh terhadap
distress
pemerintah daerah.
Current ratio
merupakan perbandingan antara jumlah harta lancar pemerintah daerah dengan jumlah hutang lancar yang dimiliki pemerintah daerah.
Rasio ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban lancar pemerintah dengan harta lancar yang dimiliki pemerintah
daerah. Angka
current ratio
yang tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah daerah mempunyai jumlah harta lancar yang mencukupi untuk menjamin hutang
lancar dan kegiatan operasional dalam rangka memberikan pelayanan bagi publik. Oleh karena adanya jaminan atas utang lancar dan jaminan atas pendanaan
kegiatan operasional tersebut, maka kencenderunganya pemerintah daerah dapat melakukan kegiatan operasional dengan menggunakan anggaran pemerintah
secara efektif dan efisien. Atas dasar hasil penelitian dan logika teoritis tersebut,
maka hipotesis keempat dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini. H
4
:
Current Ratio
Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia satu dua tahun setelah
penerbitan laporan keuangan.
Debt to equity
merupakan gambaran kemampuan entitas dalam memenuhi seluruh kewajiban dengan modal sendiri yang dimiliki. Angka rasio yang rendah
mengindikasikan bahwa entitas mempunyai kecukupan jumlah modal sendiri untuk menutup seluruh kewajibannya. Tingginya angka rasio ini mengindikasikan
bahwa entitas tersebut mempunyai jumlah modal sendiri yang memadai dalam memenuhi jumlah utangnya tanpa bergantung pada pendanaan dari pihak
eksternal. Cohen 2006 menggunakan variabel ini dalam memprediksi kinerja pemerintah di Yunani. Hasil yang diperoleh penelitian ini adalah
debt to equity ratio
berpengaruh pada kinerja pemerintah di Yunani. Groves
et al
. 1981 menggunakan
debt to equity
sebagai variabel keuangan pemerintah daerah dalam suatu analisis tren keuangan pemerintah daerah. Sementara itu, Plammer
et al
. 2007 juga menggunakan rasio
debt to equity
dalam menjelaskan risiko kegagalan pemerintah daerah dengan hasil bahwa rasio ini berpengaruh dan dapat
menjelaskan risiko kegagalan keuangan pemerintah daerah.
Debt to equity ratio
merupakan perbandingan antara jumlah total hutang dengan jumlah total ekuitas dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Rasio ini
menggambarkan kemampuan pemerintah dalam menyediakan jaminan bagi seluruh total hutang dengan dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Jika
angka
debt to equity ratio
tinggi, memberikan indikasi bahwa pemerintah daerah mempunyai jumlah hutang yang tinggi sehingga mempunyai risiko untuk tidak
mampu membayar hutangnya. Ketidakmampuan ini dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah yaitu terjadinya ketidakefisienan dan
ketidakefektifan pelaksanaan anggaran pemerintah pada tahun berikutnya. Atas
dasar hasil penelitian dan logika berpikir ini mendasari pengajuan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu seperti berikut ini.
H
5
:
Debt to Equity Ratio
Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia satu dua tahun setelah
penerbitan laporan keuangan.
Long terms liabilities to asset
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan entitas dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dengan total
asset
yang dimiliki oleh entitas yang bersangkutan. Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah utang jangka panjang dengan jumlah
asset
entitas Meriawaty dan Setyani, 2005. Jika entitas mempunyai angka rasio yang rendah, hal ini
mengindikasikan bahwa entitas mempunyai jumlah
asset
yang cukup untuk menjamin pembayaran utang jangka panjang dan jumlah sisa
asset
yang cukup untuk menjalankan kegiatan operasional entitas. Oleh karena itu dapat dinyatakan
bahwa dengan
Long terms liabilities to asset
yang rendah kemungkinan entitas
dapat mencapai kinerja keuangan yang tinggi. Bukti empiris terkait pengaruh
Long terms liabilities to asset
terhadap kinerja telah diperoleh Cohen 2006 dalam penelitian terkait kinerja pemerintah Yunani. Hasil penelitian Cohen 2006
tersebut menyatakan bahwa
Long terms liabilities to asset
berpengaruh dan dapat digunakan dalam memprediksi kinerja pemerintah daerah di Yunani. Jones dan
Walker 2007 menggunakan rasio yang menggunakan aktiva jangka panjang dalam analisis
distress
pemerintah daerah dengan hasil bahwa aktiva jangka panjang berpengaruh terhadap
distress
pemerintah daerah.
Long terms liabilities to assets
merupakan perbandingan jumlah hutang jangka panjang yang dimiliki oleh pemerintah daerah dengan jumlah total
asset
pemerintah daerah. Rasio ini memberikan penggambaran tentang kemampuan pemerintah daerah dalam menjamin terpenuhinya hutang jangka panjang dengan
asset
yang dimiliki pemerintah daerah. Angka
long terms liabilities to assets
yang tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah daerah mempunyai kemampuan
memberikan jaminan terpenuhinya hutang yang jelek. Kemampuan yang jelek ini mengindikasikan bahwa jumlah
asset
pemerintah dalam proporsi yang rendah, sehingga dapat berpengaruh pada kinerja keuangan yang jelek pula.
Atas dasar hasil penelitian dan logika teoritis tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.
H
6
:
Long Terms Liabilities to Assets
Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia satu dua
tahun setelah penerbitan laporan keuangan.
Asset turnover
merupakan rasio aktivitas yang merupakan perbandingan antara total
operating revenue
dengan total
asset
. Rasio ini menggambarkan kemampuan entitas dalam melakukan efisiensi dalam melakukan aktivitas
operasional entitas. Angka rasio yang tinggi mengindikasikan bahwa entitas mempunyai jumlah pendapatan operasional yang tinggi sehingga dapat dinyatakan
efisien dalam melakukan kegiatan operasional entitas. Jika entitas melakukan kegiatan operasional secara efisien, maka kinerja keuangan yang dicapai entitas
tersebut menjadi baik karena tingginya pendapatan asli daerah. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa tinggi rendah angka rasio
asset turnover
mempengaruhi kinerja keuangan entitas. Pada sektor pemerintah,
asset turnover
merupakan gambaran pemerintah dalam melakukan efisiensi dalam proses kegiatan
penyediaan layanan pada publik. Jika kegiatan pelayanan publik dapat dilakukan secara efisien dibuktikan dengan rendahnya biaya operasional, maka kinerja
keuangan pemerintah tersebut akan mencapai tingkatan yang lebih baik. Bukti empiris terkait pengaruh
asset turnover
terhadap kinerja keuangan pemerintah diperoleh Cohen 2006 dalam penelitian pada pemerintah daerah di Yunani.
Asset turnover
merupakan perbandingan antara jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah
asset
pemerintah daerah. Rasio ini menggambarkan kemampuan daerah dalam menggunakan jumlah
asset
daerah yang dimiliki untuk memperolah pendapatan asli daerah. Semakin tinggi angka
asset turnover
mengindikasikan bahwa pemerintah daerah mampu mengoptimalkan penggunaan
asset
untuk mendapatkan jumlah pendapatan asli daerah yang tinggi. Dengan jumlah pendapatan asli daerah yang tinggi tersebut, maka pemerintah daerah akan
dapat melakukan kegiatan operasional pada tahun berikutnya secara efisien dan efektif.
Atas dasar hasil penilitian dan logika teoritis ini, mendasari pengajuan hipotesis penelitian yang dapat dinyatakan seperti berikut ini.
H
7
:
Asset Turnover
Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia satu dua tahun setelah
penerbitan laporan keuangan.
Operating revenue to total revenue
merupakan perbandingan antara jumlah pendapatan dari kegiatan operasional dengan jumlah total pendapatan.
Tinggi rendah angka rasio ini mengindikasikan kemampuan entitas dalam memperoleh pendapatan dari kegiatan operasional atau pokok entitas. Kegiatan
operasional merupakan kegiatan yang sifatnya kontinyu, sehingga memberi penggambaran tentang kinerja operasional entitas pada masa akan datang. Jika
entitas mempunyai jumlah pendapatan operasional yang tinggi, maka entitas tersebut mempunyai pendapatan yang bersifat terus-menerus yang tinggi,
sehingga kemungkinan kinerja keuangan pada masa datang menjadi baik. Pada sektor pemerintah, pendapatan operasional merupakan jumlah Pendapatan Asli
Daerah. Jika PAD merupakan bagian besar dari total pendapatan, maka hal tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah mempunyai pendapatan yang
sifatnya kontinyu dan hasil dari kemampuan sendiri, sehingga kinerja keuangan pemerintah pada masa depan kemungkinan adalah baik pula. Bukti empiris
tentang pengaruh PAD terhadap kinerja keuangan telah diperoleh Cohen 2006.
Dalam penelitianya, Cohen 2006 menemukan bahwa pendapatan operasional terhadap total pendapatan berpengaruh pada kinerja keuangan pemerintah pada
masa akan datang. Plammer
et al
. 2007 melakukan penelitian dengan menggunakan rasio yang menggunakan jumlah pendapatan operasional PAD
dan belanja operasional pemerintah dalam kaitanya dengan kegagalan keuangan pemerintah daerah dengan hasil bahwa jumlah pendapatan daerah yang tinggi
dapat menurunkan risiko kegagalan keuangan pemerintah.
Operating revenues to total revenues
merupakan perbandingan jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah total pendapatan daerah. Rasio ini memberi
penggambaran tentang kontribusi pendapatan asli daerah terhadap jumlah total pendapatan pemerintah daerah. Angka
operating revenues to total revenues
yang tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah mampu memperoleh jumlah
pendapatan asli daerah yang tinggi sehingga mampu memberikan kontribusi yang tinggi pula pada total pendapatan daerah. Tingginya jumlah pendapatan asli
daerah ini memberi kemungkinan bagi pemerintah daerah untuk dapat menjalankan operasional pada tahun berikutnya secara lebih efisien dan efektif.
Atas dasar hasil penelitian dan logika teori ini, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.
H
8
:
Operating Revenues to Total Revenues
berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia satu dua tahun setelah
penerbitan laporan keuangan.
Operating revenues to operating expenses
merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan antara jumlah pendapatan operasional dengan
beban operasional. Angka rasio ini mengindikasikan kemampuan entitas untuk memperoleh pendapatan operasional dengan pengeluaran operasional yang
dilakukan. Angka rasio yang tinggi menggambarkan bahwa entitas mempunyai jumlah pendapatan operasional yang lebih tinggi dibanding dengan pengeluaran
operasional. Karena pendapatan operasional lebih tinggi, maka pendapatan operasional tersebut dapat menutup pengeluaran operasional dan masih
mempunyai sisa yang dapat digunakan dalam pembiayaan kegiatan operasional pada periode akan datang. Dengan paparan tersebut, maka dapat dinyatakan
bahwa semakin tinggi angka rasio ini, maka akan semakin tinggi kemungkinan untuk entitas mencapai kinerja keuangan yang tinggi. Cohen 2006 memperoleh
bukti bahwa
Operating revenues to operating expenses
berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah Yunani. Steven dan McGowan 1983 juga
menggunakan ukuran pendapatan atas jumlah pengeluaran pemerintah daerah terkait indikator dan tren kinerja pemerintah daerah.
Operating revenues to operating expenses
merupakan perbandingan antara jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah pengeluaran daerah untuk
memperoleh pendapatan asli daerah tersebut. Angka rasio
operating revenues to operating expenses
ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperoleh pendapatan asli daerah dengan jumlah pengeluaran daerah yang
terjadi dalam suatu periode anggaran. Angka rasio
operating revenues to operating expenses
yang tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah daerah
mempunyai kemampuan yang baik dalam mengoptimalkan pendapatan asli daerah atas pengeluaran yang terjadi dan hal ini dapat berpengaruh positif terhadap
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan anggaran pada tahun berikutnya. Pengaruh positif terhadap efisiensi dan efektivitas anggaran ini dapat terjadi karena adanya
jaminan dana untuk kegiatan operasional yang disediakan oleh pendapatan asli daerah.
Atas dasar hasil penelitian dan logika teori ini, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.
H
9
:
Operating Revenues to Operating Expenses
Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
satu dua tahun setelah penerbitan laporan keuangan.
C. Kerangka Pemikiran