18 Irene A.D. 2015: 57-58 menyatakan ada beberapa faktor yang
menghambat atau mengancam partisipasi antara lain: 1
Sifat malas, apatis, masa bodoh, dan tidak mau melakukan perubahan di tingkat anggota masyarakat.
2 Aspek-aspek tipologis pembuktian dan jurang.
3 Geografis pulau-pulau kecil yang tersebar letaknya.
4 Demografis jumlah penduduk
5 Ekonomi desa miskintertinggal.
Berdasarkan faktor-faktor partisipasi yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk melihat partisipasi pemuda
dalam pengembangan taman bacaan masyarakat dapat dikategorikan kedalam faktor pendorong dan faktor penghambat partisipasi. Faktor
pendorong partisipasi dapat dilihat dari tiga unsur pokok yaitu adanya kesempatan yang disediakan untuk berpartisipasi, adanya kemauan
untuk berpartisipasi, dan adanya kemampuan untuk berpartisipasi.
e. Tingkatan Partisipasi
Menurut Wilcox dalam Aprillia Theresia 2014: 202 ada lima tingkatan dalam partisipasi, yaitu:
1. Memberikan informasi Information. Dalam konteks ini pemuda
memberikan informasi sebagai bahan masukan dalam sebuah kegiatan.
19 2.
Konsultasi Consultation yaitu menawarkan pendapat, sebagai pendengar yang baik untuk memberikan umpan balik, tetapi tidak
terlibat dalam implementasi ide dan gagasan tersebut. 3.
Pengambilan keputusan bersama Deciding together, dalam arti pemuda memberikan dukungan terhadap, gagasan, pilihan-pilihan
serta mengembangkan peluang guna pengambilan keputusan. 4.
Bertindak bersama Acting together, dalam arti pemuda tidak sekedar ikut dalam pengambilan keputusan, tetapi juga terlibat dan
menjalin kemitraan dalam pelaksanaan kegiatannya. 5.
Memberikan dukungan Supporting independent community interest dimana pemuda menawarkan pendanaan, nasehat,dan
dukungan lain untuk mengembangkan agenda kegiatan. Menurut Peter Oakley dalam Siti Irene A.D. 2015: 65-66 ada
tujuh tingkatan partisipasi, yaitu: a.
Manipulation. Tingkatan paling rendah mendekati situasi tidak ada partisipasi, cenderung berbentuk indoktinasi.
b. Consultation. Stakeholder mempunyai peluang untuk memberikan
saran yang akan digunakan seperti yang mereka harapkan. c.
Consensus-building. Stakeholder berinteraksi untuk saling memahami dan dalam posisi saling bernegosiasi, toleransi dengan
seluruh anggota kelompok. Kelemahan yang sering terjadi pada tingkatan ini adalah individu-individu dan kelompok masih
cenderung diam atau setuju bersifat pasif.
20 d.
Decision-making. Konsensus yang terjadi didasarkan pada keputusan kolektif dan bersumber pada rasa tanggung jawab untuk
menghasilkan sesuatu. Negosiasi pada tahap ini mencerminkan derajat perbedaan yang terjadi dalam individu maupun kelompok.
e. Risk-taking. Proses yang berlangsung dan berkembang tidak hanya
sekedar menghasilkan keputusan, tetapi memikirkan akibat dari hasil yang menyangkut keuntungan, hambatan, dan implikasi. Pada
tahap ini semua orang memikirkan resiko yang diharapkan dari hasil keputusan. Karena akuntabilitas merupakan basis penting.
f. Partnership. Pada tingkatan ini memerlukan kerja secara equal
menuju hasil yang mutual. Equal tidak hanya sekedar dalam bentuk struktur dan fungsi tetapi dalam tanggung jawab.
g. Self-management. Puncak dari partisipasi masyarakat. Stakeholder
berinteraksi dalam proses saling belajar learning process untuk mengoptimalkan hasil dan hal-hal yang menjadi perhatian.
Berdasarkan pemaparan diatas penelitian ini merujuk pada pendapat Wilcox yang mengemukakan ada lima tingkatan partisipasi
yaitu memberikan informasi information, konsultasi consultation, pengambilan keputusan bersama deciding together, bertindak
bersama acting together, dan memberikan dukungan supporting independent community interest. Hal ini dikarenakan lebih fleksibel
digunakan dalam partisipasi pemuda dalam pengembangan taman bacaan masyarakat.
21
2. Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat