IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KESETARAAN PAKET B DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT(PKBM) WIYATASARI TAPEN ARGOSARI SEDAYU BANTUL.

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KESETARAAN PAKET B DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT(PKBM)

WIYATASARI TAPEN ARGOSARI SEDAYU BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Panca Setiawan NIM 09102249018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

1. Satya ku, ku dharmakan, dharmaku, ku baktikan (Dharma Pramuka).

2. (Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman): "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan (QS. Al-Mukmin : 16). Sesuatu akan lahir dengan baik dari hati yang jernih, begitu pula ilmu, ilmu akan masuk dengan hati yang jernih, dan hidup beramal adalah dengan ilmu (penulis)

3. Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan .(QS. Ar. Rahman : 29). Allah yang aku cintai dan Dialah penentu tiba segala keputusan untuk tiba tepat waktunya, mencintai-Nya dengan Tauhid yang murni adalah semangatku untuk terus melakukan semuanya yang terbaik dengan ibadah (Penulis)


(6)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT dan dengan mengucap syukur alhamdulilah atas nikmat dan rahmat yang telah dilimpahkan serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sebuah karya ini penulis persembahkan kepada :

1. Ayah dan ibuku tercinta. 2. Agama, nusa, dan bangsa.


(7)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KESETARAAN PAKET B DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) WIYATASARI

TAPEN ARGOSARI SEDAYU BANTUL Oleh

Panca Setiawan NIM 09102249018

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai implementasi pembelajaran kesetaraan paket B di PKBM Wiyatasari meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta persepsi peserta didik mengenai pembelajaran yang dilaksanakan oleh tutor di PKBM Wiyatasari.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan subyek pendidik dan peserta didik di PKBM Wiyatasari. Setting Penelitian ini adalah di PKBM Wiyatasari. Pembuktian keabsahan data dengan teknik trianggulasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitif dengan langkah pengumpulan data, reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah mengenai implementasi pembelajaran kesetaraan Paket B di PKBM Wiyatasari yaitu meliputi tahap–tahap : 1) perencanaan pembelajaran yaitu berupa Silabus dan pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tidak dilakukan oleh tutor, 2) proses pelaksanaan pembelajaran meliputi tahap praintruksional, instruksional dan evaluasi, pada tahap prainstruksional yaitu tahap persiapan sebelum mengajar meliputi memeriksa kehadiran, kondisi kelas dengan alokasi waktu yang singkat, tahap instruksional yaitu tahap ketika pembelajaran dilakukan kepada peserta didik, tahap ini menyajikan materi, dengan menerapkan berbagai metode, media, dan strategi pembelajaran, tahap evaluasi pada proses pelaksanaan tutor memberikan umpan balik kepada peserta didik dengan memberikan simpulan atau kuis, post test, dan memberitahu materi selanjutnya 3) evaluasi pembelajaran dilakukan dengan penilaian tes tertulis, kuis, tugas, ulangan harian, ulangan akhir semester, acuan penilaian yang digunakan adalah PAP (Penilaian Acuan Patokan), hasil penilaian tersebut diberikan dalam bentuk rapor, 5) persepsi peserta didik meliputi persepsi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan, media yang digunakan, fasilitas kelas dan pembelajaran, metode, serta motivasi peserta didik.,

Kata kunci : Implementasi Pembelajaran, Kesetaraan Paket B, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi,


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada kesempatan yang baik ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Kesetaraan Paket B di PKBM Wiyatasari Tapen Argosari Sedayu Bantul” guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah berkenan membantu proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Dalam kesempatan yang baik ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memperkenankan saya dalam menyelesaikan skripsi dan studi saya di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah berkenan memberikan ijin kepada

penulis untuk menyusun skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

4. Bapak Drs. Hiryanto, M. Si. selaku Dosen Pembimbing I, yang dengan sabar mengarahkan dan membimbing penulis hingga terselesaikannya tugas akhir skripsi.

5. Ibu Dra. Serafin Wisni Septiarti, M. Si. selaku Dosen Pembimbing II, yang dengan sabar memberikan bimbingan kepada penulis sehingga terselesaikannya tugas akhir skripsi.

6. Bapak Hiryanto, M. Si. selaku Dosen Penasehat Akademik selama saya studi dan menyelesaikan studi saya ini.

7. Seluruh Bapak Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan ilmu dalam perkuliahan.

8. Ketua Penyelenggara, Pengelola, Pendidik, dan Peserta Didik PKBM Wiyatasari, yang telah memberikan kemudahan dalam saya menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.


(9)

9. PKBM Tunas Harapan yang telah memberikan rekomendasi kepada saya untuk menempuh pendidikan ke Universitas Negeri Yogyakarta.

10. Ibu dan Ayah yang telah memberikan semuanya dengan tulus ikhlas.

11. Wanita hebatku Norma Fia Afriana (PLB 2012) yang turut menyemangatiku. 12. Teman-teman PLS angkatan 2009 khususnya kelas PTK - PNF yang telah

banyak membantu saya baik dalam memberikan informasi maupun dukungannya.

13. Semua pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian studi dan skripsi ini.

Semoga bantuan, doa, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan kepada saya mendapat imbalan dari Allah SWT. Inilah yang dapat penulis berikan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis sendiri, bagi rekan-rekan PLS, dan para pembaca. Amin.

Yogyakarta, Desember 2013 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Pembatasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Definisi Istilah ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoretik ... 11

1. Kajian Tentang Pembelajaran... 11

a. Pengertian Pembelajaran ... 11

b. Tujuan pembelajaran ... 13

c. Langkah-langkah pembelajaran... 14

d. Tahapan Proses Pembelajaran ... 17

e. Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran ... 19


(11)

2. Kajian tentang Pendidikan Kesetaraan Paket B... 25

a. Pengertian Pendidikan Kesetaraan ... 25

b. Pengertian Pendidikan Kesetaraan Paket B ... 26

c. Sasaran Pendidikan Kesetaraan Paket B... 26

d. Komponen–komponen Program Kesetaraan Paket B ... 27

3. Kajian Tentang Persepsi ... 37

a. Penegertian Persepsi ... 37

b. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Persepsi... 38

4. Kajian Tentang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 40

a. Pengertian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 40

b. Tujuan dan Tugas–tugas PKBM... 41

c. Fungsi PKBM ... 42

d. Program–Program yang dikembangakan PKBM ... 43

B. Pertanyaan Penelitian... 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 46

B. Waktu dan Tempat Penelitian... 47

C. Subjek Penelitian ... 48

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

E. Instrumen Penelitian ... 53

F. Teknik Analisis Data ... 54

G. Pengujian Keabsahan Data ... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi PKBM Wiyatasari ... 58

1. Sejarah Berdirinya dan Lokasi PKBM wiyatasari... 58

2. Kedudukan, visi, dan misi PKBM wiyatasari... 61

3. Struktur organisasai pkbm wiyatasari... 63

4. Keadaan Peserta didik... 65

5. Sumber dana ... 66

6. Program-program Pendidikan di PKBM Wiyatasari ... 67


(12)

8. Media dan jadwal kegiatan belajar mengajar ... 69

9. Subjek Penelitian ... 70

B. Hasil dan Pembahasan 1. Implementasi Pembelajaran Kesetaraan Paket B di PKBM ... 71

a. Perencanaan Pembelajaran ... 71

b. Pelakanaan Pembelajaran ... 74

c. Evaluasi Pembelajaran ... 82

2. Persepsi peserta didik mengenai pembelajaran Kesetaraan Paket ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 96

2. Saran... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(13)

DARTAR TABEL

hal

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data ... 53

Tabel 2. Tabel Penyelenggara PKBM Wiyatasari ... 65

Tabel 3. Prosentasi Peserta Didik PKBM Wiyatasari ... 66

Tabel 4. Fasilitas PKBM Wiyatasari ... 69

Tabel 5. Subjek Penelitian Tutor ... 70


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal Bagan 1. Struktur Organisasi Pengurus PKBM Wiyatasari Tahun 2012 ... 63


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran. 1. Pedoman Wawancara, Observasi, Dokumentasi... 103

Lampiran 2. Catatan Lapangan... 109

Lampiran 3. Catatan Wawancara... 126

Lampiran 4. Tabel Penyajian Data ... 144


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Upaya peningkatan dan pengembangan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) tidak terlepas dari peran pendidikan. Pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Carter. V. Good (Dwi Siswoyo, dkk, 2008 : 18) bahwa:

“pendidikan adalah 1) keseluruhan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuannya, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai positif dalam masyarakat dimana dia hidup, 2) proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dan sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal.”

Berdasarkan uraian tersebut berarti bahwa pendidikan memiliki tujuan yang sangat komplek dalam berbagai aspek. Tujuan tersebut meliputi tujuan dalam pembentukan manusia itu sendiri untuk beragama dan berakhlak mulia, pengembangan kemampuan untuk kecakapan hidup dan bekal hidup mandiri, pengembangan sosial dalam hidup bermasyarakat, pengembangan tingkah laku untuk pembentukan moral dan karakter. Jadi pendidikan tidak hanya merupakan kegiatan transfer of knowledge saja atau pemberian ilmu pengetahuan saja.

Hal tersebut juga sependapat dengan pendapat Ki Hajar Dewantara (Dwi Siswoyo, dkk, 2008 : 18) bahwa:

“pendidikan yaitu tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Artinya bahwa pendidikan berfungsi sebagai sumber informasi untuk memperoleh berbagai ilmu pengetahuan untuk tuntunan hidup sehingga dapat dicapai keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan yang setinggi-tingginya”.


(17)

Mengingat pentingnya pendidikan maka pemerintah mengupayakan pendidikan dalam struktur yang terencana. Kemudian pemerintah melalui undang-undang membentuk suatu sistem pendidikan nasional untuk mengarahkan pemerolehan pendidikan tersebut.

Menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 mengartikan “pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi didiknya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Berdasarkan undang-undang tersebut pendidikan merupakan sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran. Oleh karena itu pemerintah menformalkan pendidikan. Sehingga terbentuklah pendidikan formal yang dijenjangkan untuk mempermudah, mengarahkan, dan menata proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Pendidikan formal merupakan yang segaja diadakan dan kemudian dijenjangkan. Penjenjangan pendidikan formal dimasuki oleh siswa yang usianya telah ditentukan. Jadi tidak sembarang usia dapat memasuki pendidikan ini, karena penjenjangan yang dilakukan disesuaikan dengan tingkat usia dan perkembangan anak. Penjenjangan tersebut yaitu, pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Oleh masyarakat biasa disebut SD, SMP, dan SMA.

Penataan dan pengaturan pendidikan formal tidak berarti menuai masalah. Keragaman etnis, ekonomi, dan budaya menjadikan pendidikan


(18)

formal sebagai sebuah hal yang mengganggu waktu dan sangat terikat, karena seseorang harus setiap hari berangkat kesekolah dengan sistem tertentu dan jangka waktu yang telah ditentukan. Selain itu biayanya yang cukup tinggi, adanya masyarakat yang kurang sadar pendidikan, adanya masyarakat yang belum menempuh pendidikan padahal usianya telah dewasa atau tua (buta aksara) menjadi kendala pendidikan tersebut diselenggarakan.

Untuk mengatasi hal tersebut maka pemerintah menyediakan jalur pendidikan non formal dan informal yang sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 pasal 13 yang mengatur tentang jalur pendidikan. Undang-undang tersebut menentukan jalur pendidikan menjadi jalur pendidikan formal, non formal, dan informal yang saling berkesinambungan.

Bagi masyarakat yang tidak dapat menenumpuh pendidikan formal karena berbagai faktor serta tidak memenuhi syarat. Maka, warga masyarakat dapat mengikuti pendidikan non formal.

PNF meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, dan pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik (Sisdiknas no 20 tahun 2003 bab VI pasal 26).

Pendidikan kesetaraan sebagai bagian dari PNF adalah program pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI,


(19)

SMP/MTs, dan SMA/MA yang mencakup Pendidikan Kesetaraan Paket A, B, dan C. Setiap kesetaraan merupakan perjenjangan dari masing–masing tingkat pendidikan tingkat pendidikan, kesetaraan A untuk jenjang SD, kesetaraan B untuk jenjang SMP, dan kesetaraan C untuk jenjang SMA. Program ini berupaya melayani peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah, tamat pada suatu jenjang pendidikan tertentu tetapi karena berbagai sebab tidak dapat melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi (putus lanjut) serta mereka yang berusia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidupnya. Hal ini dimaksudkan dan sejalan dengan pelaksanaan misi pendidikan nasional (Nova Devista, 2007 : 88) yang diantaranya adalah (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia, (2) meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing, (3) meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan global, dan (4) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global.

Pasal 26 UU No. 20 Tahun 2003 juga menyatakan bahwa hasil Pendidikan Non Formal dihargai setara dengan hasil pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP tersebut terdiri dari delapan aspek yang


(20)

meliputi standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan standar penilaian. Pernyataan ini secara tidak langsung memberikan implikasi terhadap tanggungjawab dan sekaligus tantangan bagi penyelenggara PNF bagaimana memberikan layanan pendidikan yang bermutu dan hasil dari program kesetaraan tersebut mempunyai kredibilitas, sehingga betul – betul dapat dihargai setara dengan pendidikan formal.

Program Paket B setara SMP/MTs merupakan program pendidikan kesetaraan yang dirancang untuk memberikan bekal kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan fungsional, yang dapat dimanfaatkan untuk bekerja dan usaha mandiri serta memiliki kemampuan, pengetahuan, dan sikap yang setara dengan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berdasarkan kurikulum Paket B, kurikulum dibagi menjadi dua yaitu kurikulum inti dan kurikulum muatan lokal. Kurikulum inti disusun oleh Direktorat PAUDNI (Pendidikan Anak Usia Dini dan Non Formal dan Informal) dan Direktorat Pendidikan Nasional, yang memuat kompetensi dasar akademik. Kurikulum muatan lokal atau keterampilan disusun oleh Dinas Pendidikan Kabupaten atau Kota, termasuk kompetensi dasar keterampilan bermata pencaharian yang sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi Kabupaten atau Kota.

Wilayah PKBM Wiyatasari memiliki banyak warga masyarakat yang menjadi sasaran pendidikan non formal khususnya pendidikan kesetaraan Paket B. Sasaran belajar lebih banyak memanfaatkan waktu mereka untuk


(21)

mencari penghasilan, serta masih adanya sikap hidup masyarakat yang menganggap pendidikan tidak penting. Mengatasi hal tersebut maka perlu diberikan pendidikan non formal. Peserta didik pendidikan non formal umumnya adalah orang dewasa atau mereka yang tidak memiliki waktu atau terpaksa bekerja. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh (Suprijanto, 2008: 11) yang mengatakan bahwa :

“Orang dewasa sudah dapat membangun karakter dan jati dirinya. Mereka tidak mau belajar sesuatu yang mereka tidak inginkan dan butuhkan. Mereka mau belajar sesuatu yang dapat menunjang hidupnya atau mempengaruhi kehidupannya khususnya dapat menunjang perekonomian dan pendapatannya“

Oleh sebab itu maka penyelenggaraan pendidikan non formal tentunya memiliki keberfungsian yang lebih besar untuk kehidupan seseorang.

PKBM Wiyatasari khususnya program Paket B menyelenggarakan kegiatan pembelajaran paket B. Hal ini juga diamanatkat dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat 2 yang berbunyi: “Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.”

Penelitian mengenai pelaksanaan pembelajaran pada tutor di lembaga pendidikan Non formal pada khususnya pendidikan kesetaraan paket B sangat minim. Padahal penentu kualitas pendidikan terletak pada kualitas pembelajaran yang dilakukan. Sehingga mengakibatkan kurangnya pengetahuan tentang pembelajaran oleh tutor pada pendidikan kesetaraan


(22)

khususnya paket B. Pendidikan non formal masih di pandang sebagai pendidikan tambahan yang tidak penting oleh sebagian besar masyarakat di wilayah peneliti. Sehingga perhatian pada pembelajaran yang di lakukan oleh tutor pada peserta didik pendidikan kesetaraan sangat minim. Hal ini mengakibatkan melemahnya hasil pendidikan kesetaraan yang berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia.

Berdasarkan pengalaman yang dialami mengenai pembelajaran yang dilakukan oleh para tutor dan Mengingat pentingnya pelaksanaan pembelajaran pada pendidikan kesetaraan paket B untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan terangkatnya kualitas sumber daya manusia maka penulis menulis tentang Implementasi Pembelajaran Kesetaraan Paket B di PKBM Wiyatasari. PKBM Wiyatasari di pilih karena PKBM ini merupakan salah satu PKBM yang melaksanakan Program Pendidikan Kesetaraan Paket B. Penelitian ini penulis menitik beratkan pada pelaksanaan pembelajaran dan persepsi peserta didik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Pendidikan kesetaraan paket B belum terlaksana seperti yang telah ditetapkan dalam program.


(23)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan dan mengingat luasnya permasalahan yang ada maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan pelaksanaan pembelajaran kesetaraan paket B di PKBM Wiyatasari. Oleh karena itu penelitian ini dibatasi pada permasalahan tersebut yaitu, implementasi pembelajaran kesetaraan paket B di PKBM Wiyatasari.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian yang telah disebutkan dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi pembelajaran kesetaraan paket B yang dilakukan di PKBM Wiyatasari ?

2. Bagaimana persepsi peserta didik mengenai pembelajaran yang dilakukan di PKBM Wiyatasari ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan maka dapat dituliskan tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui implementasi pembelajaran Kesetaraan Paket B di PKBM Wiyatasari.

2. Mengetahui persepsi peserta didik mengenai pembelajaran yang dilakukan di PKBM Wiyatasari.

F. Manfaat Penelitian


(24)

1. Masyarakat secara umum untuk memperoleh akses informasi pendidikan non formal.

2. Tutor dalam upaya meningkatkan peran dan kinerjanya dalam mendidik warga belajar untuk menghasilkan warga belajar yang baik dan termotivasi.

3. Tutor dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.

4. Instansi/lembaga lain yang serupa sebagai bahan masukan dalam penyelenggaraan program dan pembelajaran pendidikan kesetaraan paket B.

G. Definisi Istilah 1. Implementasi

Imlementasi adalah pelaksanaan dari suatu kegiatan yang telah ditentukan meliputi, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan berbagai usaha yang terorganisir untuk melakukan kegiatan yang mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar.

3. Kesetaraan Paket B

Program Paket B adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan non formal setara SMP/MTs bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan dasar.


(25)

4. PKBM ( Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)

Umberto Sihombing ( 1999: 113) menyebutkan bahwa PKBM adalah sebuah model pelembagaan yang diartikan sebagai basis pendidikan masyarakat, dikelola secara professional oleh LSM atau organisasi kemasyarakatan lainnya, sehingga masyarakat dengan mudah dapat berhubungan dengan PKBM dan meminta informasi tentang berbagai program pendidikan masyarakat, persyaratan, dan jadwal pelaksanaannya.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoretik

1. Kajian Tentang Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang melibatkan antara peserta didik dan pendidik. Proses tersebut merupakan serangkaian kegiatan untuk membuat peserta didik melakukan kegiatan belajara di dalam lingkungan belajar sebagaima telah disebutkan dalam (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20) yaitu “Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Selain itu menurut Sudjana (Sugihartono, 2012:80) “pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar”.

Pembelajaran merupakan berbagai usaha yang terorganisir untuk melakukan kegiatan yang mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar..

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Nasution (Sugihartono, 2012:80) mendefinisikan:

“pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan pendidikan disini meliputi ruang kelas, guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran.”


(27)

Pendapat lain mengemukakan arti pembelajaran yaitu pendapat Biggs (Sugihartono, 2012:80-81) membagi konsep pembelajaran dalam 3 pengertian yaitu :

1) pembelajaran dalam pengertian kuantitatif

Secara kuantitatif pembelajaran berarti penularan pengetahuan dari guru kepada murid. Sehingga tutor dituntut untuk menguasai pengetahuan yang relevan dengan bidangnya.

2) pembelajaran dalam pengertian institusional

Secara institusional pembelajaran berarti penataan segala kemampuan mengajar sehingga dapat berjalan secara efisien. Pengertian ini menuntut tutor untuk dapat mengelola pembelajaran, melakukan perencanaan pembelajaran, menentukan metode dan media serta pengalokasian waktu untuk melakukan pembelajaran yang berjalan efisien.

3) pembelajaran dalam pengertian kualitatif

Secara kualitatif pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar siswa. Dalam pengertian ini tutor di tuntut untuk dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif, penggunaan metode, strategi, dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan.

Istilah pembelajaran juga didefinisikan oleh (Isnaini dan Dewi, 2012 : 10) yaitu :

“pembelajaran adalah sesuatu yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Jadi, pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tujuan kurikulum.”

Pengertian ini mengarah bahwa pembelajaran melibatkan pengetahuan proffesional dan mengarah pada tujuan kurikulum. Berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang terorganisir yang dilakukan oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dengan


(28)

pengkondisian lingkungan yang kondusif, berbagai metode dan media pembelajaran sehingga dapat timbul proses belajar siswa untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.

b. Tujuan Pembelajaran

Suatu prose kegiatan pasti mengarah pada tujuan, demikian pula pembelajaran. Pembelajaran memiliki tujuan yang hendak dicapai pada akhir maupun selama proses pembelajaran.Tujuan sebagai sebuah hasil dari proses mempunyai definisi, sebagaimana yang di sebutkan oleh (Martinis Yamin, 2011:133)” Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta sasaran yang hendak dicapai pada serta kemampuan yang harus dimiliki siswa.

Selanjutnya tujuan pembelajaran berdasarkan teori behavioristik (C. Asri Budiningsih, 2013:73) ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan kuis atau tes.

Pendapat tersebut mengemukakan pembelajaran bertujuan menekankan pada pencapaian kurikulum, dimana siswa lebih banyak didasarkan pada buku teks atau modul yang telah ada.

Selanjutnya masih menurut (C. Asri Budiningsih, 2013: 77) berdasarkan teori humanistik bahwa “pembelajaran lebih mengarahkan siswa untuk berfikir induktif mementingkan pengamatan serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar”.


(29)

Berdasarkan berbagai teori dan pendapat yang telah dipaparkan maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam suatu pembelajaran akan ditentukan tujuan. Pada hakikatnya tujuan pembelajaran merupakan suatu sasaran yang hendak dicapai berupa pemahaman materi (transfer of knowledge), memberikan pengalaman dan keaktifan siswa untuk berfikir induktif.

c. Langkah–langkah Pembelajaran

Sebagaimana suatu kegiatan untuk memiliki hasil maksimal pembelajaran memiliki langkah-langkah pembelajaran. Langkah-langkah tersebut dilaksanakan agar kegiatan yang dilakukan dapat efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Ada beberapa pendapat mengenai langkah-langkah pembelajaran (Dimyati & Mudjiono, 2006: 9-17) yaitu:

1) langkah – langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan sebagai berikut :

a) mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif dan negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku negatif akan dikurangi,

b) membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat,

c) memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya, dan

d) membuat program pembelajaran.

Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidakberhasilan tersebut menjadi cacatan penting bagi modifikasi perilaku selanjutnya.

Berdasarkan Teori ini sebelum melakukan suatu kegiatan pembelajaran maka seorang tutor harus mempelajari tingkah laku serta


(30)

kebutuhan peserta didik sehingga program yang diberikan sesuai dan peserta didik termotivasi.

2) langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget (Dimyati & Mudjiono, 2006: 15-16)

a) Langkah satu, menemukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri. Penentuan topik tersebut dibimbing dengan beberapa pertanyaan, seperti berikut :

1. Pokok bahasan manakah yang cocok untuk eksperimentasi ? 2. Topik manakah yang cocok untuk pemecahan masalah dalam

situasi kelompok ?

3. Topik manakah yang dapat disajikan pada tingkat manipulasi secara fisik sebelum secara verbal ?

b) Langkah dua : memilih atau mengembangkan kreativitas kelas dengan topik tersebut. Hal ini dibimbing dengan pertanyaan seperti ini :

1. Apakah aktivitas ini memberi kesempatan untuk melaksanakan metode eksperimen ?

2. Dapatkah kegiatan ini menimbulkan pertanyaan siswa? 3. Dapatkah siswa membandingkan berbagai cara bernalar

dalam kegiatan di kelas ?

4. Apakah masalah tersebut merupakan masalah yang tidak dapat dipecahkan atas dasar pengisyaratan perceptual ? 5. Apakah aktivitas itu dapat menghasilkan aktivitas fisik dan

kognitif ?

6. Dapatkah kegiatan siswa itu memperkaya konstruk yang sudah dipelajari ?

c) Langkah tiga : mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah. Bimbingan pertanyaan berupa :

1. Pertanyaan lanjut yang memancing berfikir seperti bagaimana jika ?

2. Memperbandingkan materi apakah yang cocok untuk menimulkan pertanyaan spontan ?

d) Langkah empat : menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan revisi. Bimbingan pertanyaan seperti :

1. Segi kegiatan apakah yang menghasilkan minat dan keterlibatan siswa yang besar ?

2. Segi kegiatan manakah yang tak menarik, dan apakah alternatifnya ?


(31)

3. Apakah itu memberi peluang untuk mengembangkan siasat baru untuk penelitian atau meningkatkan siasat yang sudah dipelajari ?

4. Apakah kegiatan itu dapat dijadikan modal untuk pembelajaran lebih lanjut ?

Secara singkat, Piaget menyarankan agar dalam pembelajaran guru memilih masalah yang berciri kegiatan prediksi, eksperimentasi, dan eksplanasi (Dimyati & Mudjiono, 2006:15-16)

Berdasarkan teori ini seorang tutor melakukan segala kegiatan pembelajaran yang sebelumnya telah dirancang berdasarkan berbagai analisis yang dapat memacu peserta didik untuk belajar, bertanya serta bereksperimen.

3) Langkah-langkah Pembelajaran menurut Rogers (Dimyati & Mudjiono, 2006:16-17)

Rogers mengemukanan saran tentang langkah-langkah pembelajaran yang diperlu dilakukan oleh guru. Saran pembelajaran itu meliputi hal berikut :

1. Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur.

2. Guru dan siswa membuat kontrak belajar.

3. Guru menggunakan metode inkuiri, atau belajar menemukan (discovery learning)

4. Guru menggunakan metode simulasi

5. Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain. 6. Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.

7. Sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram, agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreativitas

Berdasarkan teori ini tutor membuat kesepakatan bersama peserta didik mengenai kontrak belajar. Sebelum melakukan pembelajaran tutor


(32)

membuat program yang sesuai dengan peserta didik serta metode yang tepat digunakan untuk pembelajaran yang berhasil.

d. Tahapan Proses Pembelajaran

Suatu pembelajaran tidak dapat bermakna tanpa adanya suatu proses yang terstandar. Tanpa adanya suatu proses yang baik maka produk yang dihasilkan tidak dapat dimaksimalkan. Pada pembelajaran produk adalah keberhasilan siswa untuk belajar dan proses berarti pada bagaimana kegiatan pembelajaran itu diorganisir. Sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Majid (2013: 37) yaitu:

“mengingat kebhinekaan budaya, beragam latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.”

Proses pembelajaran tidak hanya untuk memindahkan pengetahuan saja dari guru ke peserta didik tetapi proses pembelajaran harus bermakna untuk kemajuan peserta didik utamanya pada kemandirian.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses pembelajaran (Abdul Majid, 2013: 38) sebagai berikut :

1) Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, Standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator


(33)

pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

a) Silabus

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Isi dan SKL, serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Perencanaan sangat penting untuk menentukan pelaksanaan dan keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Sebagaimana dikemukanan oleh William H Newman (Abdul Majid, 2006: 15-16) mengemukakan bahwa :

“perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan berdasarkan jadwal sehari-hari.”

Berdasarkan pendapat tersebut maka dalam perencanaan pembelajaran juga ditentukan metode-metode untuk mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran.


(34)

2) Pelaksanaan Proses Pembelajaran

a) Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran meliputi rombongan belajar, robongan belajar pada kelas menengah adalah maksimal 32 peserta didik tiap kelas, beban kerja minimal guru meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian serta melaksanakan tugas tambahan, buku teks pelajaran, dan pengelolaan kelas.

b) Pelaksanaan Pembelajaran

Setiap pelaksanaan pembelajaran harus melaui suatu proses yaitu sebagaimana telah di kemukakan oleh Muhibinsyah (2011: 213-214) bahwa tahapan pelaksanaan pembelajaran meliputi tiga tahap yaitu :

i) Tahap Prainstruksional, yaitu persiapan sebelum mengajar dimulai. Meliputi kegiatan memeriksa kehadiran siswa, kondisi kelas, dan kondisi peralatan yang tersedia dengan alokasi waktu yang singkat.

ii) Tahap instruksional, yaitu saat-saat mengajar. Meliputi kegiatan guru dalam menyajikan materi lengkap dengan persiapan model, metode, dan strategi pembelajaran. Terakhir guru dapat menentukan simpulan.

iii)Tahap evaluasi dan tindak lanjut, yaitu penilaian atas hasil belajar siswa setelah mengikuti pengajaran dan penindaklanjutan. Meliputi post test untuk mengetahui penguasaan terhadap materi yang telah disajikan guru. Sebelum meninggalkan kelas guru dianjurkan untuk memberitahukan pokok bahasan selanjutnya sehingga siswa dapat membaca materi tersebut.

e. Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran 1) Pengertian evaluasi dan penilaian

Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran maka dilakukanlah evaluasi. Evaluasi dan penilaian dengan tes memiliki makna yang berbeda. Guba dan Lincoln (Zainal Arifin, 2012: 5) mengemukakan bahwa evaluasi sebagai “A process for describing an evaluand and judging its merit and worth.” Pendapat tersebut memiliki makna bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk


(35)

menggambarkan peserta didik dan menimbangnya dari segi nilai dan arti. Definisi ini menegaskan bahwa evaluasi berkaitan dengan nilai dan arti.

Secara lebih dalam Zainal Arifin (2012: 5) mengemukakan bahwa:

“evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran. Pengukuran lebih membatasi pada gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta didik (learning in progess) sedangkan evaluasi dan penilaian pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu obyek. Keputusan penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran, tetapi dapat pula didasarkan pada hasil pengamatan dan wawancara”.

2) Fungsi Evaluasi

Suryabrata (Sugihartono dkk, 2012: 132-133) menjelaskan fungsi evaluasi hasil belajar meliputi :a) fungsi psikologis, yaitu agar siswa memperoleh kepastian tentang status di dalam kelasnya. Disamping itu, bagi guru merupakan suatu pertanggungjawaban sampai seberapa jauh usaha mengajarnya dikuasai siswa, b) Fungsi Didaktis, bagi anak didik keberhasilan maupun kegagalan belajar akan berpengaruh besar pada usaha-usaha berikutnya. Sedang bagi pendidik, penilaian hasil belajar dapat menunjukan keberhasilan atau kegagalan mengajarnya termasuk di dalamnya metode yang dipergunakan, c) fungsi administratif, dengan adanya penilaian dalam bentuk rapor akan dapat dipenuhi berbagai fungsi administratif.


(36)

3) Prinsip–prinsip evaluasi

Evaluasi hendaknya dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut (Sugihartono dkk, 2012: 144) yaitu a) evaluasi harus kontinyu, artinya evaluasi harus dilaksanakan terus-menerus pada masa tertentu, b) evaluasi harus komprehensif, artinya evaluasi mampu memahami keseluruhan aspek pola tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan, c) evaluasi harus dilaksanakan secara obyektif artinya dalam menilai harus sesuai dengan kenyataan, atau hanya ada satu interpretasi, d) dalam mengadakan evaluasi harus menggunakan alat yang baik, artinya alat tersebut harus memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas, dan daya pembeda.

Evaluasi yang dilakukan haruslah bersifat obyektif dengan cara dan langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan diberbagai tempat yang relevan. Evaluasi yang dilakukan ditempat Q juga dapat dipergunakan ditempat P.

4) Alat Evaluasi

Alat evaluasi merupakan instrument yang digunakan untuk melakukan penilaian. Sugihartono dkk (2012: 144) mengartikan alat evaluasi sebagai alat pengukur hasil belajar yang dibedakan menjadi alat yang berupa tes dan non tes.

Penilaian tes merupakan (Abdul Majid, 2013: 345) tes dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal, siswa tidak selalu


(37)

harus merespon dalam bentuk menulis kalimat jawaban, tetapi dapat juga dalam bentuk mewarnai, memberi tanda, menggambar grafik, diagram dan lain sebagainya. Sedangkan penilaian non tes dapat dilakukan dengan teknik-teknik penilaian kerja, penilaian sikap, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan fortofolio, dan penilaian diri.

5) Acuan Penilaian

Untuk melakukan penilaian yang reliabilitas dan valid sehingga dapat diterapkan diberbagai tempat maka terdapat beberapa acuan penilaian (Abdul Majid, 2013: 341) yaitu :

a) Penilaian Acuan Norma (PAN)

Adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok, nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain termasuk di dalam kelompok itu. PAN memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok.

b) Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Penilaian acuan patokan biasanya disebut juga criterion evaluation yang merupakan pengukuran dengan menggunakan acuan kriteria. Dalam pengukuran ini, siswa dikomparasikan dengan kriteria terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan penampilan siswa yang lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tergantung pada penguasaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item perencanaan guna mendukung tujuan instruksional.

Berdasarkan berbagai paparan tersebut dapat dijelaskan bahwa evaluasi dan penilaian berhubungan erat dengan pengukuran. Maka, evaluasi merupakan proses penilaian, proses penilaian merupakan pengukuran. Pengukuran membutuhkan suatu alat yang disebut alat evaluasi. Penilaian yang dilakukanpun dengan menggunakan acuan


(38)

yaitu berupa penilaian acuan norma dan penilaian acuan patokan. Masing masing acuan digunakan sesuai dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai.

f. Proses Pembelajaran pada Program Kesetaraan Paket B

Pendidikan kesetaraan memiliki peserta didik yang bervariasi dan tidak terbatas usia sebagaimana pendidikan formal. Oleh sebab itu tahap-tahap pembelajaran juga harus memperhatikan kondisi peserta didik. Sebagaimana disampaikan oleh Anisah Basleman dan Syamsu Mappa (2011: 154-157) yaitu bahwa tahap-tahap pembelajaran orang dewasa adalah :

1) Perumusan Tujuan Pembelajaran

Tujuan program ini ialah untuk menyatakan domain tingkah laku serta tingkatan tingkah laku yang ingin dicapai sebagai hasil belajar. Berdasarkan tujuan program belajar, fasilitator memilih dan mengorganisasikan bahan pelajaran yang sesuai, menyiapkan atau memilih bahan dan alat penyajian yang relevan, serta menetapkan strategi belajar yang akan ditempuh.

2) Pengembangan alat evaluasi

Teori belajar orang dewasa yang erat hubungannya dengan tahap evaluasi, antara lain sebagai berikut :

a) Pengembangan kemampuan berfikir, penggunaan ikhtisar, bagan, diagram dan peta. Aplikasi metode penyelesaian masalah, penggunaan pengertian kunci, merupakan teknik pengembangan kemampuan berfikir.

b) Hukum efek, kegiatan belajar yang memberikan efek hasil belajar yang menyenangkan seperti nilai yang baik, cenderung untuk diulang dan ditingkatkan.

c) Penguatan, pujian ataupun teguran/peringatan diberikan sesegera mungkin dan konsisten. Warga belajar perlu mengetahui hasil tesnya agar ia terdorong untuk lebih berkembang dan dapat menilai usaha belajar untuk menghadapi tes berikutnya.

d) Keputusan penyajian, hasil evaluasi dijadikan dasar pengambilan keputusan apakah pelajaran dapat dilanjutkan atau diperlukan


(39)

penjelasan remedial atau mengulang kembali bagian yang dianggap sukar.

e) Hasil evaluasi, hasilnya merupakan balikan bagi fasilitator tentang efektivitas atau kemampuan penyajiaannya dan bagi warga belajar untuk mengetahui penguasannya terhadap bahan pelajaran.

3) Analisis tugas belajar dan identifikasi kemampuan Warga belajar. Kemampuan yang ingin dicapai sebagai tjuan pembelajaran, diurai atas unsur tingkah laku membentuk kemampuan tersebut. Unsur yang telah diidentifikasi itu diseleksi sehingga hanya unsure yang belum dikuasai saja yang dipilih sebagai bahan pelajaran. Tahap ini juga diidentifikasi karakteristik individual warga belajar, seperti kecerdasan/bakat, kebiasaan belajar, motivasi belajar, kemampuan awal dan kebutuhan belajar, dan terutama yang menyangkut kesulitan belajar.

4) Penyusunan Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran pada hakikatnya adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dipilih oleh fasilitator untuk dilaksanakan, baik oleh warga belajar maupun oleh sumber belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajran. Kegiatan ini menyangkut uraian tentang jadwal dan tempat, format, dan lama waktu pertemuan serta kriteria yang biasa digunakan dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu efisiensi, efektivitas, dan keterlibatan warga belajar.

5) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Tahap ini merupakan pelaksanaan strategi pembelajaran yang telah disiapkan pada tahap sebelumnya, yaitu :

a) Pengelolaan kelas: klasikal, kelompok, tim, perseorangan, termasuk pula pengaturan tempat duduk berbanjar, segi empat, bundar oval atau tapal kuda.

b) Penyelenggaraan tes atau tanya jawab untuk memperoleh bahan mengenai penguasaan warga belajar mengenai bahan pelajaran baru.

c) Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan metode dan teknik penyajian yang dikemukakan dalam strategi pembelajaran.

d) Pemberian motivasi dan penguatan.

e) Diskusi atau tanya jawab, kerja kelompok atau perseorangan. f) Pemantauan proses interaksi belajar.

6) Pemantapan hasil belajar

Tahap ini tidak terstruktur dalam jadwal kegiatan belajar kelompok, tetapi mereka laksanakan dirumah, baik sebagai tugas rumah maupun sebagai kegiatan mandiri untuk menelaah, mereview tugas dari tutor.


(40)

7) Evaluasi hasil dan program belajar

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh balikan tentang :

a) Tahap pencapaian tujuan pembelajaran, keseksamaan perumusan tujuan,

b) Kesesuaian antara metode dan teknik penyajian dengan sifat bahan pelajaran, tujuan yang ingin dicapai, karakteristik warga belajar, kemampuan dasar warga belajar,

c) Keberhasilan program dalam mencapai tujuan program,

d) Keseksamaan alat evaluasi yang digunakan dengan tujuan program yang ingin dinilai keberhasilannya.

8) Perbaikan Program Kegiatan Belajar

Dengan menganalisis hasil evaluasi dan pelaksanaan fungsi dari setiap komponen dan tahap kegiatan, dapat diketahui komponen dan tahap kegiatan mana yang perlu direvisi atau diperbaiki.

Proses pembelajaran di pendidikan kesetaraan paket B tidak jauh berbeda dengan tahapan proses kegiatan pada umumnya, yaitu meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

2. Kajian tentang Pendidikan Kesetaraan Paket B a. Pengertian Pendidikan Kesetaraan

Pendidikan kesetaraan merupakan program yang sangat vital dalam menjawab permasalahan mutu sumber daya manusia, terutama dalam masalah pendidikan. (Mustofa Kamil, 2011: 96) menyebutkan bahwa “Pendidikan kesetaraan sangat dibutuhkan oleh masyarakat dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional, mengembangkan sikap, dan kepribadian profesional peserta didik.”

Sedangkan menurut (Sudjana, 2004: 145) Pendidikan kesetaraan merupakan salah satu program pendidikan nonformal yang meliputi


(41)

program paket A setara SD/MI, paket B setara SMP/MTs, paket C setara SMA/MA, dan mungkin pula paket D setara PT (Sudjana, 2004: 145). Program paket A setara SD atau MI dan paket B setara SMP atau MTs berfungsi untuk menuntaskan wajib belajar sembilan tahun terutama pada kelompok usia 3 tahun di atas usia sekolah dan bagi siapapun yang terkendala memasuki jalur pendidikan formal karena berbagai hal serta bagi individu yang menentukan pendidikan kesetaraan atas pilihan sendiri. Program paket C setara SMA atau MA memberikan pelayanan pendidikan bagi siapapun yang kebutuhan pendidikannya tidak dapat dipenuhi oleh jalur pendidikan formal.

b. Pengertian Pendidikan Kesetaraan Paket B

Pendidikan Kesetaraan Paket B memberikan layanan pendidikan bagi mereka yang putus sekolah pada jenjang pendidikan sebelumnya karena berbagai faktor. (Dirjen PNFI, 2007: 12) mendefinisikan Pendidikan Paket B adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan non formal setara SMP/MTs bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan dasar. c. Sasaran Pendidikan Kesetaraan Paket B

Sasaran pendidikan Paket B setara SMP dapat dikelompokkan menurut usia dan status sosial. Sasaran pemberian layanan pendidikan Paket B menurut usia adalah: (1) anak wajib belajar, (2)


(42)

warga masyarakat diatas usia wajib belajar. Menurut status sosialnya program Paket B dapat diikuti oleh siapa saja yang telah berpendidikan SD atau Paket A (Dirjen PLS, 2006: 5).

Pendidikan kesetaraan paket B dapat diikuti oleh mereka dengan berbagai usia yang sesuai yang terputus sekolah pada jenjang SD dan telah menempuh Kesetaraan paket A.

d. Komponen-komponen Program Kesetaraan Paket B

Komponen-komponen penyelenggaraan program Paket B menurut Dirjen PLS (2006: 5) adalah:

1) Peserta didik

Menurut Imam Barnadib (Dwi Siswoyo dkk, 2011: 96) peserta didik adalah “anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Sosok peserta didik umumnya merupakan sosok anak yang membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan berkembang kearah kedewasaan”.

Pendapat tersebut menitik beratkan peserta didik adalah seluruh anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensinya. Dalam pendidikan kesetaraan paket B peserta didiknya tidak dibatasi usianya. Artinya tidak bisa disebut sebagai anak-anak saja. Biasanya peserta didik dalam pendidikan luar sekolah disebut dengan warga belajar.


(43)

Peserta didik dalam Pendidikan Non formal atau Pendidikan Luar Sekolah yaitu warga masyarakat yang menjadi sasaran program Paket B setara SMP. Setiap warga masyarakat dapat menjadi peserta didik program Paket B apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Lulus dan memiliki ijazah Sekolah Dasar (SD) atau yang sederajat.

b) Putus sekolah SMP atau yang sederajat.

Kewajiban peserta didik program Paket B adalah sebagai berikut: a) Mengikuti kegiatan belajar sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan dalam kelompok belajar. Kegiatan belajar Paket B dapat berupa tutorial, belajar sendiri, dan belajar kelompok dengan sesama teman di dalam Paket B.

b) Mentaati tata tertib yang telah ditetapkan dalam kelompok belajar.

c) Menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran dari tutor baik tugas mandiri maupun kelompok.

d) Mengikuti penilaian hasil belajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

e) Memelihara hubungan baik antara sesama peserta didik, tutor, dan penyelenggara.


(44)

a) Mengikuti kegiatan belajar sesuai dengan ketentuan dalam kelompok belajar.

b) Memperoleh bahan-bahan belajar untuk dapat dipelajari baik secara kelompok maupun mandiri.

c) Mengikuti penilaian hasil belajar serta mendapatkan laporan hasil kelompok maupun mandiri.

d) Memperoleh ijazah apabila dinyatakan lulus dalam ujian akhir/ ujian nasional.

e) Memperoleh perlakuan yang baik dari sesama peserta didik, tutor dan penyelenggara.

2) Program Pembelajaran

Program pembelajaran dan pola belajar mengacu pada kurikulum tahun 2007, yang ditetapkan oleh Direktorat Pendidikan Kesetaraan Direktorat Jenderal Pendidikan Non formal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional, dan memuat Standa Isi dan Kompetensi Lulusan, dengan bahan kajian kelas VII, VIII, IX. Alokasi waktu pertahun adalah 918 jam dalam jam pembelajaran (45 menit) dibagi dalam jumlah jam per minggu 27 jam, dimana minggu efektif dalam satu tahun pembelajaran (2 semester) minimal 34 minggu. Dalam jumlah SKS per tahun adalah 36 SKS, dan satu SKS adalah 45 menit. Belajar tutorial adalah 2 SKS untuk mata pelajaran pembinaan akhlak mulia, 13 SKS untuk mata pelajaran akademik, dan 3 SKS untuk mata


(45)

pelajaran praktik kecakapan hidup, dan 18 SKS belajar mandiri terstruktur.

Jadwal belajar disusun berdasarkan kondisi dan kesepakatan peserta didik. Penyusuan jadwal memperhatikan ketentuan sebagai berikut: jumlah pertemuan dalam satu minggu sekurang-kurangnya 3 kali, satu kali pertemuan sekurang-kurangnya 3-4 jam pelajaran, satu jam pelajaran 45 menit.

3) Penyelenggara Pembelajaran

Program Paket B diselenggarakan dengan menggunakan kelompok belajar sebagai unit pendidikan Paket B. Kelompok belajar dibentuk untuk menjamin kelangsungan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan belajar Paket B.

Kelompok pengetahuan belajar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Jumlah peserta didik dalam satu kelompok belajar adalah 25 orang.

b) Jumlah tutor dalam satu kelompok belajar belajar sekurang-kurangnya 6 orang, yang terdiri dari tutor-tutor bidang studi yang diujian nasionalkan.

c) Jumlah modul belajar dalam satu kelompok belajar sebanyak 25 set. Rasio antara peserta didik dengan modul belajar yaitu 1 orang: 1 set. Apabila mengalami kesulitan membentuk satu kelompok belajar dengan kelas yang sama, maka


(46)

dimungkinkan untuk membentuk satu kelompok belajar dengan peserta didik berasal dari berbagai kelas (multi grade). 4) Penyelenggara Program

Penyelenggara program adalah organisasi atau lembaga yang menyelenggarakan program Paket B setara SMP. Organisasi atau lembaga tersebut dapat berupa Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), pondok pesantren, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yayasan badan hukum dan tatanan yang dimiliki badan usaha, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) diklat di lingkungan departemen-departemen lain. Kriteria penyelenggara program: pertama, memenuhi syarat-syarat administrasi yaitu memiliki alamat yang jelas dan kepengurusan yang lengkap. Kedua, memenuhi persyaratan teknis yaitu mampu menyusun kegiatan pembelajaran Paket B setara SMP serta memiliki tempat belajar, papan tulis, meja, kursi, dana dan lain-lain.

Penyelenggara program Paket B mempunyai kewajiban:

a) Melaksanakan perekruitmenan calon peserta didik dan tutor, membentuk kelompok belajar, dan menyediakan sarana dan prasarana belajar.

b) Melaksanakan pembelajaran dan menjamin kelangsungan pelaksanaan proses belajar mengajar sesuai dengan program yang ditetapkan.


(47)

c) Melaksanakan pembinaan dan memberikan motivasi terhadap peserta didik dan tutor, penyelenggara memelihara hubungan baik dengan peserta didik dan tutor dalam mengelola dana penyelenggaraan program.

d) Penyusunan laporan hasil penyelenggaraan program.

Adapun hak penyelenggara program antara lain menerima, membukukan, dan membelajarkan dana penyelenggaraan serta memberikan honorarium tutor sesuai ketentuan, dan memperoleh bimbingan atau bantuan teknis untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan program dari dinas pendidikan baik ditingkat kabupaten, propinsi, maupun pusat.

5) Tutor

Tutor adalah tenaga pendidik pada program Paket B. Warga masyarakat dapat menjadi tutor pada program ini dengan syarat:

a) Memiliki kompetensi personal dan sosial: berakhlak mulia, sabar, berdedikasi, ikhlas, disiplin, memiliki etos kerja tinggi, memiliki jiwa kebersamaan dan sosial.

b) Menguasai materi yang diusulkan.

c) Mampu mengelola dan mengembangkan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteritik dan kebutuhan peserta didik berdasarkan kurikulum yang berlaku.

d) Menguasai dan mampu mengembangkan teknik atau metode pembelajaran.


(48)

e) Memiliki komitmen tinggi terhadap tugas dan kewajibannya sebagai tutor yang dilandasi dengan semangat pengabdian

f) Memiliki jenis keterampilan tertentu sesuai dengan kebutuhan. Adapun kewajiban tutor adalah sebagai berikut:

a) Membimbing dan membantu pembelajaran peserta didik dalam kelompok belajar.

b) Menyusun rencana pembelajaran yang akan diajarkan pada peserta didik.

c) Membuat bahan belajar atau media belajar sesuai dengan kebutuhan materi pelajaran.

d) Menilai kemajuan belajar peserta didik.

e) Memelihara hubungan baik antara sesama tutor, peserta didik, dan penyelenggara.

Hak tutor dalam program Paket B adalah:

a) Memperoleh SK dari Dinas Kabupaten atau kota.

b) Memperoleh honorarium sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c) Mengikuti pelatihan tutor.

d) Memberikan usul atau saran terhadap peningkatan kualitas penyelenggaraan kepada penyelenggara dan pembina.

e) Mendapat perlakuan yang baik dari penyelenggara maupun peserta didik.


(49)

6) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang perlu disediakan oleh penyelenggara program meliputi:

a) Tempat belajar

Penyelenggaraan program Paket B dapat dilaksanakan di berbagai tempat, baik milik pemerintah, masyarakat maupun pribadi. Tempat belajar yang disediakan oleh penyelenggara harus tetap memperhatikan kelengkapan sarana dan prasarana yang tersedia. Tempat belajar tersebut antara lain: ruang belajar PKBM, gedung-gedung sekolah, rumah ibadah, pusat-pusat majelis taklim, balai desa, kantor organisasi kemasyarakatan, rumah penduduk, tempat-tempat lain yang layak.

b) Sarana dan Prasarana Belajar

(a) Meja dan kursi belajar atau tempat duduk dan menulis lainnya. (b) Papan tulis/ white board

(c) Modul belajar Paket B, bahan belajar, dan lain-lain (d) Alat-alat tulis

(e) Papan nama kegiatan

(f) Papan struktur organisasi penyelenggara

7) Kelengkapan administrasi penyelenggaraan dan pembelajaran

Kelengkapan administrasi penyelenggaraan dan pembelajaran meliputi: buku induk peserta didik, buku biodata tutor, daftar hadir peserta didik, daftar hadir tutor, buku agenda pembelajaran, buku


(50)

keuangan kas umum, buku laporan bulanan tutor, buku daftar nilai peserta didik, buku daftar inventaris, buku agenda, surat masuk dan keluar, serta buku tanda terima ijazah.

8) Evaluasi Belajar dan Sertifikasi

Penilaian (Direktorat Pendidikan Kesetaraan, 2006: 35-45) hasil belajar dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kemajuan dan hasil belajar dalam aspek ketuntasan penguasaan kompetensi. Penilaian digunakan untuk penentuan perbaikan, pengayaan, penentuan kenaikan kelas dan kelulusan. Penilaian yang dilaksanakan pada program Paket B meliputi lima jenis yaitu :

a) Evaluasi Harian

Evaluasi harian merupakan penilaian untuk mengukur daya serap peserta didik setelah mempelajari materi yang telah disampaikan oleh tutor. Evaluasi harian dapat berbentuk tulisan atau lisan. Soal-soal evaluasi harian disusun dan dikembangkan oleh tutor bidang studi masing-masing.

b) Evaluasi Tiap-tiap Modul

Evaluasi tiap – tiap modul pelajaran adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik setelah selesai mempelajari modul belajar. Evaluasi tiap-tiap modul pelajaran meliputi tugas mandiri dan kelompok.


(51)

c) Evaluasi Semester

Evaluasi semester adalah penilaian yang dilakukan digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik setelah belajar selama satu semester. Kisi-kisi dan soal evaluasi disusun dan dikembangkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota yang melibatkan tutor.

d) Evaluasi Akhir Kelas atau Kelompok

Penilaian yang dilakukan untik menentukan kenaikan kelas peserta didik. Kisi-kisi dan soal evaluasi disusun dan dikembangkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota yang melibatkan tutor.

e) Evaluasi Akhir atau Ujian Nasional

Evaluasi ini sebagai kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan kesetaraan Paket B. Evaluasi dilaksanakan dalam bentuk ujian nasional tujuannya untuk mengukur tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik, menjamin kesetaraan kualitas lulusan pendidikan Paket B dengan SMP mengukur mutu pendidikan Paket B secara nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan kelompok belajar, serta mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan Paket B secara nasioanl. Peserta didik program Paket B memperoleh tanda lulus yang memiliki kekuatancivil effect yang sama dengan tanda


(52)

lulus SMP. Ijazah yang sudah diperoleh peserta didik Paket B setara SMP.

9) Tindak Lanjut

Tidak lanjut program diberlakukan berbagai cara diantaranya magang, bekerja, dan lain-lain.

10) Sumber Pendanaan

Sumber pendanaan untuk membiayai program Paket B berasal dari pemerintah yaitu dari Dinas Pendidikan Dasar berupa bantuan APBN. 3. Kajian Tentang Persepsi

b. Pengertian Persepsi.

Suatu aksi pasti menghasilkan reaksi begitupula suatu proses kegiatan pasti menyebabkan respon terhadap kegiatan tersebut. Respon yang timbul dari proses tersebut disebut dengan persepsi. Menurut Sugihartono, dkk (2012 : 8) “persepsi adalah kemampuan otak untuk menterjemahkan stimulus. Persepsi merupakan proses untuk menerjemahkan atau meninterpretasikan stimulus yang masuk dalam alat indranya.”

Senada dengan pendapat Rita L . Atkinson & Ricard C. Atkinson (1983 : 201) bahwa persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus ini dalam lingkungan.

Hubungannya dengan Pembelajaran persepsi berperan dalam pengambilan makna dari apa yang diajarkan. Persepsi berhubungan erat


(53)

dengan bagaimana peserta didik dapat melakukan atensi (pengamatan) dari stimulus yang diberikan berupa pembelajaran.

Stimulus dapat diterima apabila memenuhi syarat-syarat (Sugihartono dkk, 2012: 8) yaitu sebagai berikut :

a) ukuran stimulus cukup besar untuk diindra, b) alat indra yang dimiliki sehat,

c) adanya perhatian (atensi) untuk mengamati stimulus di sekitarnya Persepsi berhubungan erat dengan bagaimana individu dapat memperoleh informasi dari lingkungaannya. Tentunya hal ini sangat berhubungan dengan pembelajaran, karena pembelajran berhubungan erat dengan pemberian informasi pengetahuan.

Persepi setiap orang berbeda-beda sesuai denga faktor-faktor yang dapat menimbulkan persepsi.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Proses persepsi pada setiap orang berbeda hal tesebut dipengaruhi oleh beberapa hal. Menurut Rita L . Atkinson & Ricard C. Atkinson (1983 : 201) Persepsi dipengaruhi oleh stimulus, pengalaman, indra, dan berfikir.

Pengindraan yang dilakukan untuk memperoleh persepsi melalui atensi pada stimulus memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari meskipun stimulus sama diberikan kepada beberapa orang akan tetapi persepsi yang diterima pada masing-masing orang akan berbeda.


(54)

Perbedaan hasil pengamatan atau persepsi juga dipengaruhi oleh individu atau orang yang mengamati. Dilihat dari individu atau orang yang mengamati, adanya perbedaan hasil pengamatan dipengaruhi oleh (Sugihartono dkk, 2012: 9) yaitu :

a) pengetahuan, pengalaman atau wawasan seseorang, b) kebutuhan seseorang,

c) kesenangan atau hobi seseorang, dan d) kebiasaan atau pola hidup sehari-hari.

Pada proses pembelajaran fakto-faktor yang mempengaruhi persepsi perlu diperhatikan, karena pada hakikatnya proses pembelajaran merangsang siswa untuk melakukan atensi atau pengamatan yang dapat menimbulkan persepsi.

Proses pembelajaran mendorong siswa untuk belajar tentunya faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi peserta didik akan mempengaruhi belajar peserta didik pula. Muhibbinsyah (2013: 129) menyebutkan bahwa secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yakni :

a) faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik,

b) faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa,

c) faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Jika kita mengimplikasikan hal-hal yang mempengaruhi persepsi dan hal-hal yang mempengaruhi belajar peserta didik maka akan diperoleh kesimpulan bahwa secara psikologis indra sangat mempengaruhi belajar siswa hal ini adalah pada keadaan jasmani dan


(55)

rohani peserta didik, semakin baik kondisi jasmani peserta didik maka semakin baik pula atensi yang dilakukan. Selanjutnya stimulus berupa kondisi lingkungan yang mendukung dan pendekatan pembelajaran yang digunakan sangat mempengaruhi siswa. Metode yang monoton dan tidak bervariasi akan menimbulkan kejenuhan dan turunnya motivasi yang akan mempengaruhi atensi. Oleh sebab itu metode dan pendekatan serta pengaturan kelas sangat berpengaruh pada proses pembelajaran.

4. Kajian Tentang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

a. Pengertian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Untuk mengorganisasikan suatu kegiatan setiap organisasi pasti memiliki lembaga. Lembaga tersebut sebagai wadah dari kegiatan yang dilakukan. Wadah pelaksanaan pendidikan kesetaraan merupakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). ( PP 17 tahun 2010). Mendifinisikan Pusat kegiatan belajar masyarakat adalah satuan pendidikan non formal yang menyelenggarakan berbagai kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat atas dasar prakarsa dari, oleh, dan untuk masyarakat.

Unesco (Mustafa Kamil, 2009:85) memberikan definisi bahwa PKBM adalah sebuah lembaga pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal diarahkan untuk masyarakat pedesaan dan perkotaan dengan dikelola oleh masyarakat itu sendiri serta


(56)

model pembelajaran dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan keterampilan masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidupnya.

Umberto Sihombing ( 1999: 113) menyebutkan bahwa PKBM adalah sebuah model pelembagaan yang diartikan sebagai basis pendidikan masyarakat, dikelola secara professional oleh LSM atau organisasi kemasyarakatan lainnya, sehingga masyarakat dengan mudah dapat berhubungan dengan PKBM dan meminta informasi tentang berbagai program pendidikan masyarakat, persyaratan, dan jadwal pelaksanaannya.

Berdasarkan berbagai definisi yang telah di telaah maka PKBM merupakan sebuah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan luar sekolah, pendidikan tersebut memiliki kegiatan pembelajaran yang diarahkan untuk masyarakat dengan tujuan meningkatkan kualitas hidupnya.

b. Tujuan dan tugas-tugas PKBM

Tidak terlepas dari sebuah lembaga maka PKBM memiliki tujuan-tujuan yang telah terinci. Ada tiga tujuan-tujuan penting dalam rangka pendirian dan pengembangan PKBM yaitu : a) memberdayakan masyarakat agar mampu mandiri, b) meningkatkan kualitas hidup masyarakat baik dari segi sosial maupun ekonomi, c) meningkatkan kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi di lngkungannya


(57)

sehingga mampu memecahkan masalah yang terjadi di lingkungannya. Umberto Sihombing (1999:116) menyebutkan bahwa tujuan pelembagaan PKBM adalah untuk menggali, menumbuhkan, mengembangkan, dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di masyarakat, untuk sebesar-besarnya pemberdayaan masyarakat itu sendiri.

Tujuan dari pelembagaan PKBM itu sendiri tidak jauh dari pengertiannya yaitu bertujuan untuk memberdayakan masyarakat untuk mandiri, berkembang, dan meningkatkan kualitas hidup.

c. Fungsi PKBM

Berdasarkan pada peran PKBM terdapat beberapa fungsi yang dapat dijadikan acuan yaitu :

a) Sebagai tempat belajar masyarakat

PKBM merupakan tempat belajar masyarakat untuk memperoleh berbagai ilmu dan keterampilan fungsional sesuai kebutuhannya untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

b) Sebagai tempat tukar belajar, yaitu PKBM merupakan tempat pertukaran informasi ilmu pengetahuan antar warga belajar sehingga dapat saling mengisi.

c) Sebagai pusat informasi bacaan yaitu Taman Bacaan Masyarakat (Perpustakaan)


(58)

d) Sebagai pusat bertemunya masyarakat. PKBM berfungsi sebgai tenpat berkumpunya seluruh lapisan dan komponen masyarakat dengan berbagai kepentingan, pengembangan pembelajaran, dan penanaman pendidikan sepanjang hayat.

d. Program-Program yang dikembangkan PKBM

Program-program yang dikembangkan PKBM diataranya adalah : a) Program Keaksaraan Fungsional

Program ini bertujuan membelajarkan masyarakat atau warga belajar agar dapat meningkatkan kemampuan dasar baca, tulis, hitung, dan kemampuan fungsional sehari-hari. Materi yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan mata pencaharian.

b) Pengembangan Anak Usia Dini c) Program Kesetaraan

Program kesetaraan meliputi program kesetraan Paket A setara SD/MI, Kesetaraan Paket B setara SMP/MTs, dan Kesetaraan Paket C setara SMA/MA.

d) Kelompok Belajar Usaha

Kelompok belajar ini sebagai wujud tujuan pemberdayaan ekonomi warga.


(59)

Kursus-kursus ini diberikan sebagai wujud menngkatkan kualitas hidup warga belajar (masyarakat)

Masing-masing PKBM memiliki program- program yang berbeda. Hal tersebut disesuaikan dengan tujuan masing-masing lembaga dan kebutuhan masyarakat lingkungan sekitar PKBM.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan hasil pendahuluan dan kajian teori, maka dapat diajukan pertanyaan penelitian, yang diharapkan mampu menjawab permasalahan yang akan diteliti, sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi pembelajaran kesetaraan paket B di PKBM wiyatasari ?

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran kesetaraan paket B di PKBM wiyatasari ?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kesetaraan paket B di PKBM wiyatasari ?

c. Bagaimana evaluasi pembelajaran kesetaraan paket B di PKBM wiyatasari ?

2. Bagaimana persepsi peserta didik mengenai pembelajaran yang dilakukan di PKBM Wiyatasari ?

a. Bagaimana persepsi peserta didik terhadap metode pembelajaran yang digunakan ?

b. Bagaimana persepsi peserta didik mengenai media pembelajaran yang digunakan ?


(60)

c. Bagaimana persepsi peserta didik mengenai fasilitas kelas dan fasilitas pembelajaran yang ada di PKBM ?

d. Apakah peserta didik memiliki motivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran ?


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif karena berdasarkan paparan yang telah disebutkan permasalahan yang akan diteliti Implementasi Pembelajaran Kesetaraan Paket B di PKBM Wiyatasari di Tapen, Argosari, Sedayu, Bantul. Pengkajian mengenai masalah tersebut adalah berhubungan dengan eksplorasi terhadap bagaimana tutor melaksanakan pembelajaran, sehubungan dengan hal tersebut penulis memilih metode kualitatif sebagai metode yang tepat untuk digunakan.

Menurut Moleong (2005 : 6) penelitian kualitatif adalah:

“penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.

Langkah – langkah penelitian menurut Faisal (Nova Devista, 2007: visi PTK-PNF vol2, no 2) proses penelitian kualitatif biasanya menggunakan proses yang berbentuk siklus. Siklus penelitian dimulai dengan memilih proyek penelitian kemudian diteruskan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang berkaitan dengan proyek penelitian, mengumpulkan data yang menyangkut pertanyaan–pertanyaan dimaksud tadi, menyusun catatan data yang telah dikumpulkan dan menganalisisnya.


(62)

Selain itu penulis bermaksud untuk memahami situasi secara mendalam.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1) Waktu

Kegiatan penelitian ini dilakukan selama 2 bulan yaitu mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2013. Tahap-tahap penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Tahap pengumpulan data awal, yaitu peneliti melakukan observasi awal untuk mengetahui suasana, tempat, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, dan wawancara formal pada objek penelitian. b. Tahap penyusunan proposal penelitian. Tahap ini peneliti

melakukan penyusunan data-data yang telah dikumpulkan melalui tahap penyusunan data awal.

c. Tahap perijinan. Tahap ini peneliti melakukan pengurusan izin untuk penelitian ke PKBM Wiyatasari.

d. Tahap pengumpulan data dan analisis data. Tahap ini peneliti melakukan pengumpulan terhadap data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, selanjutnya data-data tersebut dikumpulkan. Setelah itu dilakukan analisis data untuk pengorganisasian data, tabulasi data, prosentase data dan penyimpulan data.


(63)

e. Tahap penyusunan laporan. Tahapan ini peneliti menyusun seluruh data hasil penelitian yang di dapat, selanjutnya disusun laporan pelaksanaan penelitian.

2) Tempat

Tempat penelitian mengenai Implementasi Pembelajaran Kesetaraan Paket B yang akan diteliti adalah di PKBM Wiyatasari,Tapen, Argosari, Sedayu, Bantul. Adapun dipilihnya PKBM ini sebagai tempat penelitian adalah karena kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dirasa belum optimal. Hal ini dapat dilihat pada metode serta motivasi peserta didik yang kurang. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat memaksimalkan kegiatan pembelajaran dengan baik.

C. Subjek Penelitian

Dalam rangka mendapat informasi sebanyak – banyaknya mungkin dibutuhkan orang – orang yang mengetahui, memahami, dan dapat meluangkan waktu serta dapat dipercaya untuk memberikan data – data yang dibutuhkan.

Dalam pemilihan sampel sumber data atau subjek penelitian ini, oleh Spradley (Sugiyono, 2011:293) disarankan untuk memenuhi persyaratan berikut :

1) mereka yang bukan sekedar mengetahui tetapi menguasai atau memahami situasi dan kondisi yang ada,

2) mereka yang masih berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang sedang diteliti,

3) mereka yang mempunyai kesempatan/waktu yang memadai untuk dimintai informasi,


(64)

4) mereka cenderung menyampaikan informasi hasil kemasan sendiri, 5) mereka yang pada mulanya tergolong cukup asing dengan peneliti

tetapi dapat dijadikan narasumber,

Subjek dalam penelitian ini adalah Tutor : (1) semua tutor mata pelajaran, (2) Peserta didik Kesetaraan paket B

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini pengumpulan data dilakukan pada natural setting

(kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam dan dokumentasi.

Jenis data dalam penelitia ini berupa kata-kata dan kalimat yang menggambarkan Pembelajaran Kesetaraan Paket B dalam penyelenggaraan pendidikan kesetaraan di PKBM Wiyatasari. Data yang dikumpulkan antara lain berupa:

1. Data hasil wawancara : implementasi pembelajaran kesetaraan paket B berupa perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, persepsi peserta didik terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh tutor meliputi persepsi dalam hal teknik mengajar, media pembelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran dan tempat pembelajaran.

2. Data dokumentasi : Dokumen internal PKBM termasuk di dalamnya profil lembaga, program-program utama lembaga, data peserta didik, data pendidik, data perencanaan pembelajaran berupa RPP, data silabus, data evaluasi pembelajaran berupa soal-soal, dan hal-hal yang terkait dengan lembaga PKBM.


(65)

3. Data observasi : berupa catatan lapangan observasi partisipan dan wawancara (pembelajaran Kesetaraan Paket B), catatan lapangan mengenai keadaan lembaga PKBM (lingkungan PKBM, sarana dan prasarana PKBM).

4. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mengkaji sumber-sumber yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas. Adapun sumber yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku, jurnal dan artikel-artikel yang terkait dengan permasalahan yang dibahas.

Data–data tersebut diperoleh dengan cara : 1) Observasi Partisipan

Observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan yang akan diamati atau yang digunakan sebagai sumber peneliti, yaitu peneliti mengamati pada situasi dan kondisi yang ada pada lembaga PKBM Wiyatasari, pembelajaran oleh tutor PKBM, dan persepsi peserta didik selama mengikuti pelaksanaan pembelajaran. Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran kesetaraan paket B dan persepsi


(66)

peserta didik dalam mengikuti pelaksanaan pembelajaran kesetaraan paket B.

2) Wawancara Semiterstruktur (semistructure Interview/In depth Interview)

Wawancara yang dimaksudkan adalah untuk meminta penjelasan secara langsung dari subjek penelitian terkait dengan data yang akan diperoleh. Sedangkan pihak-pihak yang akan diwawancarai adalah subjek terkait dengan masyarakat yaitu, Tutor PKBM dan peserta didik PKBM Wiyatasari. Dalam wawancara tersebut dibuat secara tertulis berisi mengenai sejumlah pertanyaan kepada responden. Sedangkan isi dari pertanyaan tersebut adalah hal-hal yang berhubungan dengan implementasi pembelajaran kesetaraan paket B di PKBM Wiyatasari. Peneliti tetap menggunakan pedoman wawancara agar informasi yang dibutuhkan dapat terpenuhi dan juga jalannya wawancara tetap terarah sesuai dengan koridor yang diinginkan.

Wawancara ini dalam pelaksanaannya lebih bebas daripada wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide–ide.

Sebagaimana dikemukakan Lincoln dan Guba, seperti yang dikutip Faisal (Sugiyono, 2011:227) menjelaskan bahwa kegiatan wawancara meliputi sejumlah langkah –langkah yaitu antara lain: (1) menetapkan kepada siapa wawancara dilakukan, (2) menetapkan pokok masalah


(67)

yang menjadi bahan pembicaraan, (3) mengawali atau membuka alur wawancara, (4) melangsungkan wawancara, (5) menulis hasil wawancara, dan (6) mengidentifikasi hasil wawancara.

3) Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen

Studi Dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Oleh karena itu selain menggunakan metode observasi dan wawancara, data penelitian ini juga diperoleh dari dokumen atau catatan yang berupa arsip Sejarah berdirinya PKBM Wiyatasari, Visi, misi dan tujuan, Struktur organisasi, Inventaris yang berhubungan dengan pembelajaran, Arsip pendidik kesetaraan paket B, arsip peserta didik kesetaraan paket B, silabus, arsip rencana pelaksanaan pembalajaran, arsip–arsip evaluasi pembelajaran, dan arsip lain yang berhubungan dengan fokus penelitian.

4) Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan teknik pengumpulan data dan sumber data. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data secara serempak.


(68)

Pernyataan tersebut memiliki makna bahwa Tujuan dari triangulasi bukan mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.

Tabel 1

Teknik Pengumpulan Data

No Aspek Sumber Data Teknik

Pengumpulan Data 1. Implementasi

pembelajaran kesetaraan paket B

Tutor observasi, wawancara, dokumentasi 2. Persepsi peserta didik Peserta didik observasi,

wawancara,

E. Instrumen Penelitian

Sebagaimana lazimnya dalam penelitian kualitatif maka pada penelitian ini, peneliti adalah instrumen utama. Namun, disamping peneliti sebagai instrumen utama, pengumpulan data juga menggunakan bantuan instrumen lain sebagai penunjang. Penunjang tersebut misalnya catatan, dokumen, pedoman wawancara, pedoman observasi dan data lain yang berkaitan dengan fokus penelitian.

Penelitian ini, peneliti terjun secara langsung dalam pengambilan data dengan menggunakan teknik pengamatan untuk mendapatkan data murni di lapangan. Dengan demikian peneliti mencatat segala aspek perilaku tutor dalam implementasi pembelajaran kesetaraan paket B dan persepsi peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran kesetaraan. Selain pedoman


(69)

dimaksudkan untuk memperoleh data yang sesungguhnya tentang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran oleh tutor dan persepsi peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam – macam, dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan terus – menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena itu, penulis/peneliti sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.

Milles dan Huberman dalam Rohidi (Sugiyono, 2011: 246) menyatakan bahawa analisis data terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis data sebagaimana yang dianjurkan Miles dan Huberman yaitu:

1) Reduksi Data

Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya


(70)

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Data yang direduksi adalah data data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang dirasa tidak mendukung terhadap permasalahan Implementasi Pembelajaran Kesetaraan paket B di PKBM Wiyatasari.

2) Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah memaparkan data. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie card, pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami.

Penelitian ini, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, Data yang telah direduksi atau dipilah-pilah selanjutnya akan disajikan dalam bentuk teks naratif dilampiri dengan gambar yang diperoleh melalui dokumentasi. Dalam hal ini Miles and Huberman (Sugiyono, 2011: 249 menyatakan

the most frequent form of display data for qualitative research

data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data penelitian ini adalah dengan menggunakan teks yang bersifat narative.


(71)

3) Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kulitatif menurut Miles and Hubermen (Sugiyono, 2011: 250) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti – bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti – bukti yang sahih dan konsisten saat peniliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Penelitian kualitatif penarikan kesimpulan dilakukan sejak awal mulai penelitian. Berdasarkan data yang disajikan selanjutnya ditarik kesimpulan terhadap seluruh data yang telah diperoleh selama berlangsungnya proses pengumpulan data. Penarikan kesimpulan sejak penelitian dimulai atau dilakukan setelah data secara keseluruhan dianalisis dan ditinjau dari konsep-konsep yang berhubungan. Kesimpulan merupakan hasil penelitian.

G. Pengujian Keabsahan Data

Untuk memperoleh keabsahan temuan, perlu digunakan suatu kriteria tertentu. Lincoln dan Guba dalam Faisal (Nova Devista, 2007 : Visi PTK-PNF vol.2, no. 2) menyajikan empat kriteria utama yaitu sebagai berikut.


(1)

Gambar 3. Taman Bacaan Masyarakat Wiyatasari


(2)

184

Gambar 5. Ruang Belajar


(3)

(4)

(5)

(6)