PARTISIPASI PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT TERAS BACA GUYUB RUKUN DI DUSUN JAMBON, ARGOSARI, SEDAYU, BANTUL.

(1)

i

PARTISIPASI PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT TERAS BACA GUYUB RUKUN DI DUSUN JAMBON,

ARGOSARI, SEDAYU, BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Noviana Aji Purwanti NIM 13102241035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Anak muda memang minim pengalaman, karena itu ia tak tawarkan masa lalu. Anak muda menawarkan masa depan!.


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Atas rahmat Allah SWT tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Tugas akhir skripsi ini merupakan sebuah karya sebagai ungkapan pengabdian yang tulus dan penuh kasih teruntuk:

1. Kedua orang tuaku, Bapak Hasyim Abdullah dan Ibu Siti Ulfatul Masruhah yang telah banyak berkorban, mencurahkan segala doa, serta kasih sayang untuk kesuksesan dan kebahagiaanku.

2. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta atas kesempatan untuk menimba ilmu yang berharga.


(7)

vii

PARTISIPASI PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT TERAS BACA GUYUB RUKUN DI DUSUN JAMBON,

ARGOSARI, SEDAYU, BANTUL Oleh

Noviana Aji Purwanti NIM 13102241035

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul; (2) Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Pemuda.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif jenis studi kasus. Penelitian ini dilakukan di Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun. Subyek penelitian ini adalah ketua TBM, ketua dan anggota karang taruna, tokoh masyarakat, dan kepala dusun. Metode pengambilan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data komponensial yang dilakukan secara induktif. Teknik keabsahan data dengan trianggulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Partisipasi pemuda dalam pengembangan TBM Teras Baca Guyub Rukun meliputi: tingkatan, bentuk, hasil, dan dampak partisipasi. Tingkatan partisipasi meliputi: konsultasi, pengambilan keputusan bersama, bertindak bersama, dan memberikan dukungan. Bentuk partisipasi meliputi: partisipasi vertikal, horizontal, fisik, dan non fisik. Hasil partisipasi meliputi: (a) penambahan rak buku, banner, dan dekorasi rungan terkait sarana dan prasarana, (b) merchandise berupa kaos dan topi yang didesain pemuda, (c) link atau jalinan kerjasama menjadi bertambah, (4d TBM lebih dikenal banyak orang, dan (e) masyarakat selalu datang ketika TBM mengadakan kegiatan atau program. Dampak partisipasi meliputi: (a) pemuda ada rasa memiliki terhadap TBM, (b) dari perpustakaan masjid menjadi TBM yang memiliki berbagai kegiatan, tidak hanya kegiatan keagamaan, (c) semangat pemuda menjadi bertambah untuk terlibat dalam kegiatan TBM, (d) pemuda menjadi lebih berani bersosialisasi, dan (e) pengunjung TBM menjadi bertambah. (2) Faktor pedukung dan penghambat partisipasi pemuda dalam pengembangan TBM Teras Baca Guyub Rukun. Faktor pendukung pertisipasi pemuda, yaitu (a) pengelola TBM dapat merangkul pemuda, (b) pengelola memahami makna arti penting keterlibatan pemuda dalam pengembangan TBM, dan (c) Tokoh masyarakat dan perangkat dusun mendukung kegiatan atau program TBM baik secara materiil maupun non materiil. Sedangkan faktor penghambat partisipasi pemuda, yaitu: kesibukan dan keterbatasan pendidikan.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi yang berjudul “Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu,Bantul”.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan yang telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga saya lancar studi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan pengarahan dalam pengambilan tugas akhir.

3. Bapak Lutfi Wibawa, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu guna memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan yang membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. 4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Luar Sekolah yang telah

mendidik saya selama menuntut ilmu di bangku kuliah.

5. Kepala Dusun Jambon yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan bersedia menjadi narasumber sehingga penelitian berjalan lancar.


(9)

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Fokus Penelitian ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 10

1. Partisipasi Pemuda ... 10

a. Pengertian ... 10 hal


(11)

xi

b. Bentuk-bentuk Partisipasi Pemuda ... 11

c. Macam-macam Partisipasi Pemuda ... 13

d. Faktor-faktor Partisipasi ... 15

e. Tingkatan Partisipasi ... 18

2. Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat ... 21

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 34

C. Kerangka Berpikir ... 36

D. Pertanyaan Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 40

B. Subjek Penelitian ... 41

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41

D. Metode Pengambilan Data ... 41

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 46

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 51

a. Sejarah Berdiri ... 51

b. Lokasi ... 53

c. Tujuan Pendirian ... 53


(12)

xii

e. Sasaran ... 55

f. Data Kegiatan atau Program ... 55

g. Pengaturan Operasional TBM ... 58

2. Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat .... 58

a. Bentuk Partisipasi ... 58

b. Hasil Partisipasi ... 75

c. Dampak Partisipasi ... 79

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi ... 83

B. Pembahasan ... 89

1. Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat .... 89

a. Bentuk Partisipasi ... 89

b. Hasil Partisipasi ... 103

c. Dampak Partisipasi ... 106

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 117


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Panduan Pengambilan Data Lapangan (Metode Wawancara) ... 44 Tabel 2. Panduan Pengambilan Data Lapangan (Metode Observasi) ... 44 Tabel 3. Panduan Pengambilan Data Lapangan (Metode Studi Dokumentasi) . 45 hal


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 120

Lampiran 2. Pedoman Wawancara PengelolaTBM ... 121

Lampiran 3. Pedoman Wawancara Pengurus Kelompok Pemuda ... 124

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Anggota Kelompok Pemuda ... 127

Lampiran 5. Pedoman Wawancara Tokoh Masyarakat ... 130

Lampiran 6. Pedoman Wawancara Perangkat Dusun ... 131

Lampiran 7. Pedoman Observasi ... 132

Lampiran 8. Pedoman Studi Dokumentasi ... 133

Lampiran 9. Catatan Lapangan ... 134

Lampiran 10. Transkrip Wawancara ... 150

Lampiran 11. Hasil Studi Dokumen ... 179

Lampiran 12. Reduksi, Display, Kesimpulan ... 180

Lampiran 13. Trianggulasi ... 200

Lampiran 14. Data Sarana dan Prasarana ... 220

Lampiran 15. Struktur Pengelola TBM ... 221

Lampiran 16. Presensi Rapat Karang Taruna ... 222

Lampiran 17. Foto ... 224

Lampiran 18. Surat-surat Penelitian ... 227 hal


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya dilihat dari aspek pendidikan. Kualitas pendidikan menjadi ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 pasal 13 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

Ketiga jalur tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu mengembangkan potensi manusia. Pendidikan nonformal berperan dalam peningkatan kualitas pendidikan masyarakat, salah satunya melalui program Taman Bacaan Masyarakat.

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah sebuah tempat/wadah yang didirikan dan dikelola baik oleh masyarakat maupun pemerintah dalam rangka penyediaan akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai salah satu sarana utama dalam perwujudan konsep pembelajaran sepanjang hayat untuk mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar TBM (Kemendikbud, 2014: 3).

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sebagai salah satu program yang ingin mewujudkan budaya baca dimasyarakat karena minat baca masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Menurut survey UNESCO minat baca masyarakat Indonesia baru 0,01 persen. Artinya, dalam 10.000 anak bangsa hanya ada satu anak bangsa yang memiliki minat baca (Kompas.com: 2015).


(16)

2

Dan berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca (Kompas.com: 2016).

TBM selain berfungsi untuk meningkatkan minat baca masyarakat, juga berfungsi sebagai pendukung gerakan pemberantasan buta aksara karena penduduk Indonesia khususnya DIY belum terbebas dari buta aksra. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2015 penduduk usia 15-44 tahun yang mengalami buta aksara sebanyak 1,1% dan untuk penduduk usia diatas 45 tahun ada sekitar 11,89 %. Sedangkan untuk DIY pada pada tahun 2015 penduduk usia 15-44 tahun yang mengalami buta aksara sebanyak 0,19% dan untuk penduduk usia diatas 45 tahun ada sekitar 12,8%. TBM menjadi sarana pendukung yang efektif dalam pemberantasan buta aksara. Hal tersebut dilakukan dengan cara memberikan layanan pendidikan nonformal bagi masyarakat (Muhsin Kalida, 2012: 5-6).

Salah satu penyebab rendahnya minat baca masyarakat Indonesia adalah tingginya budaya menonton televisi. Dewasa ini, budaya baca termarjinalkan oleh hadirnya media televisi yang lebih menawarkan fitur-fitur yang menggiurkan sehingga banyak menarik minat masyarakat untuk menonton (Nurul Hayati dan Yoyon Suryono, 2015: 176). Merujuk data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik tahun 2012, sebanyak 91,58 persen penduduk Indonesia yang berusia 10 tahun ke atas lebih suka menonton televisi (Kompas.com: 2016). Menonton dianggap kegiatan yang lebih praktis


(17)

3

dan menyenangkan untuk dilakukan dari pada membaca. Apalagi dengan kemajuan IPTEK yang sangat pesat. Kita dapat melihat media televisi telah mendominasi dikalangan masyarakat karena menawarkan tontonan yang menggiurkan. Bahkan media televisi memberikan dampak yang besar dalam kehidupan manusia, baik dampak positif maupun negatif. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dampak negatif yang ditimbulkan lebih besar. Apalagi dikalangan anak-anak karena mereka belum dapat memilah apa yang ditonton. Dewasa ini sering ditemui fenomena taman bacaan masyarakat bukanlah tempat menyenangkan untuk dikunjungi bahkan menjadi tempat yang dianggap membosankan. Hal tersebut menyebabkan taman bacaan masyarakat sepi pengunjung. Ada beberapa faktor yang menyebabkan taman bacaan masyarakat sepi peminat, diantaranya adalah terbatasnya koleksi buku yang dimiliki, fasilitas yang belum memadai, pengelolaan yang belum profesional, dan tidak adanya kegiatan-kegiatan yang menarik minat pengunjung. Selain faktor-faktor tersebut, sepinya taman bacaan masyarakat juga karena masih kurangnya pengembangan dalam penyelenggarannya. Taman bacaan masyarakat sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan bagi masyarakat, keberadaannya memang seringkali mengalami ketertinggalan dari penelusuran informasi. Keadaan ini dimungkinkan karena masyarakat belum mengetahui seluk-beluk taman bacaan masyarakat, disamping minat baca masyarakat yang masih rendah (Muhsin Kalida, 2012: 8).

Melihat fenomena tersebut perlu adanya pengembangan dalam penyelenggaran taman bacaan masyarakat, baik dari segi fasilitas maupun


(18)

4

kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Dalam hal ini perlu adanya dukungan dari berbagai pihak. Selain dari pemerintah, diperlukan juga dukungan dari masyarakat sekitar taman bacaan masyarakat termasuk didalamnya adalah keterlibatan pemuda. Pemuda adalah motor penggerak dalam menciptakan perubahan di masyarakat. Seperti yang dikatakan Akbar Tandjung dalam Lutfi Wibawa (2016: 22) pemuda memiliki idealisme murni, dinamis, kreatif, inovatif, dan memiliki energi yang besar bagi perubahan sosial. Dengan adanya partisipasi dari pemuda diharapkan taman bacaan masyarakat dapat lebih berkembang dan diminati masyarakat.

Namun, dalam prakteknya pemuda saat ini jauh dari kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut menyebabkan keterlibatan pemuda dalam kegiatan sosial sangat minim. Fenomena ini dapat kita lihat dalam kegiatan-kegiatan sosial yang ada dimasyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut sangat sulit melihat pemuda yang terlibat didalamnya. Pemuda hari ini sering dibingkai di media massa sebagai: sumber masalah, sumber kerusuhan, apatis, dan individualis yang jauh dari pergerakkan masyarakat (Lutfi Wibawa, 2016: 34). Ada beberapa faktor yang menyebabkan minimnya keterlibatan pemuda dalam kegiatan sosial diantaranya: kesibukan di lingkungan sekolah, kampus, maupun pekerjaan, sikap acuh terhadap kegiatan sosial dimasyarakat, dan keingin tahuan yang besar terhadap hal baru diluar lingkungan masyarakatnya. Masalah-masalah yang dihadapi pemuda juga menjauhkan mereka dari kehidupan bermasyarakat dan menjadi isu yang dikhawatirkan untuk segera menemukan solusinya, misalnya rumah tangga single parent, obat terlarang


(19)

5

dan penyalahgunaan alkohol, gaya hidup dan materialisme, serta kesenjangan tingkat pendidikan (Lutfi Wibawa, 2016: 26-32). Terkait dengan hal tersebut Kompas.com (2016) melangsir data tentang pengguna narkoba. Ira Rachmawati menyebutkan pengguna narkoba di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan, sebelumnya pada bulan juni 2015 tercatat 4,2 juta pengguna dan pada November menjadi 5,9 juta pengguna.

Program taman bacaan masyarakat merupakan salah satu kegiatan sosial yang ada dimasyarakat. Seperti Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun yang merupakan salah satu program Karang Taruna Guyub Rukun. Karang Taruna Guyub Rukun memiliki tiga program besar yaitu Taman Bacaan Masyarakat (TBM), Bank Pupuk Organik (BPO), dan Barisan Remaja Peduli Alam Sekitar (BARKAS). Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun berlokasi di Dusun Jambon, Desa Argosari, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Untuk sementara TBM berada di teras dan ruang tamu kediaman Saudara Triyanto (RT 29) dengan sedikit modifikasi. Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun diresmikan pada tanggal 17 Mei 2015 dengan besaran koleksi masih sekitan 500 judul buku yang berasal dari beberapa swadaya masyarakat dan sumbangan-sumbangan dari donatur, dan fasilitas yang masih minim. Bersadarkan hasil wawancara dengan saudara “Ty” pada tanggal 11 November 2016 selaku Ketua Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun, diketahui bahwa ada beberapa kegiatan atau program yang dilaksanakan di Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun, diantaranya: sirkulasi buku, layanan


(20)

6

paket pinjam, bimbingan belajar, bermain sambil belajar sabtu sore, bank sampah, dan bank pupuk organik.

Dalam penyelenggaraannya, Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun masih memerlukan pengembangan agar lebih dapat menarik minat masyarakat untuk datang berkunjung. Pengembangan yang dapat dilakukan meliputi pengembangan koleksi, pengembangan sumber daya, pengembangan pengunjung, dan pengembangan sistem layanan. Dalam pengembangan tersebut dibutuhkan partisipasi pemuda sebagai anggota Karang Taruna Guyub Rukun. Partisipasi pemuda dalah keikutsertaan pemuda dalam kegiatan guna mencapai tujuan yang diharapkan. Partisipasi pemuda dalam pengembangan taman bacaan masyarakat sangatlah penting karena pemuda memiliki potensi yang sangat besar. Gagasan-gagasan pemuda dapat menjadi bahan masukan untuk pengembangan taman bacaan masyarakat. Namun, pada kenyataannya pemuda belum menyadari akan pentingnya partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Guyub Rukun. Bersadarkan hasil wawancara dengan saudara “Ty” pada tanggal 11 November 2016 selaku Ketua Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun, diketahui bahwa sebagian pemuda tidak pernah terlibat dalam kegiatan atau program rutin TBM seperti bimbingan belajar dan bermain sambil belajar sabtu sore. Hal tersebut dikarenakan adanya rasa malas untuk mengajar dan kurangnya percaya diri.

Belum menyadari akan pentingnya partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Guyub Rukun berdampak pada


(21)

7

kurang maksimalnya partisipasi pemuda dalam hal tersebut. Bersadarkan hasil wawancara dengan saudara “Ty” pada tanggal 11 November 2016 selaku Ketua Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun, diketahui bahwa pemuda akan berpartisipasi ketika mendapat ajakan atau teguran dari pengelola taman bacaan masyarakat. Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengambil penelitian tentang “Partisipasi Pemuda Dalam Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul”. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Perlunya pengembangan dalam penyelenggaraan taman bacaan masyarakat.

2. Minimnya keterlibatan pemuda dalam kegiatan sosial dimasyarakat. 3. Pemuda belum menyadari akan pentingnya partisipasi pemuda dalam

pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun 4. Kurang maksimalnya keterlibatan pemuda dalam pengembangan Taman

Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun. C. Fokus Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang terdapat di identifikasi masalah, agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak meluas maka peneliti memfokuskan penelitian pada (1) tingkatan partisipasi yang meliputi: konsultasi, pengambilan keputusan bersama, bertindak bersama, dan memberikan dukunga; (2) bentuk partisipasi yang meliputi: vertikal,


(22)

8

horizontal, fisik, dan non fisik; (3) hasil partisipasi; dan (4) dampak partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan

Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul.

2. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis


(23)

9

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian tentang program taman bacaan masyarakat terkait dengan partisipasi pemuda dalam pengembangan program. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pendorong atau bahan kajian penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapka berguna bagi “Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun” dalam memberikan masukan bagi pemuda agar mereka ikut berpartisipasi aktif dalam pengembangan taman bacaan masyarakat.


(24)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

1. Partisipasi Pemuda a. Pengertian

Partisipasi adalah keikutsertaan individu atau sekelompok individu dalam suatu kegiatan. Partisipasi merupakan proses yang akan menciptakan jaringan sosial baru yang masing-masing berusaha untuk melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan demi tercapainya tujuan akhir yang diinginkan (Aprillia Theresia, dkk, 2014: 196-197).

Dr. Made Pidarta dalam Siti Irene A.D. (2015: 50) mengatakan bahwa partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam segala kegiatan yang dilaksnakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggungjawab atas segala keterlibatan.

Partisipasi merupakan keterlibatan individu atau kelompok baik secara mental, emosional, maupun fisik dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam kegiatan sosial yang berada dimasyarakat dibutuhkan partisipasi dari berbagai pihak, salah satunya adalah pertisipasi pemuda karena pemuda dipandang sebagai agen perubahan. Seperti yang disebutkan Akbar Tandjung dalam Lutfi Wibawa (2016: 22)


(25)

11

pemuda memiliki idealisme murni, dinamis, kreatif, inovatif, dan memiliki energi yang besar bagi perubahan sosial. Selain itu Ambarita dalam Lutfi Wibawa (2016: 26) juga menyebutkan bahwa pemuda memiliki nilai serta posisi yang strategis dalam masyarakat yang memungkinkan mereka berpartisipasi aktif di dalamnya baik secara sukarela maupun kemauan pribadi yang tegas.

Partisipasi pemuda adalah keterlibatan pemuda dan remaja serta tanggung jawab baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu kegiatan sejak perencanaan, pelaksanaan, hingga akhirnya pada tahap evaluasi (Nurul Sawitri, 2014: 46). Sejalan dengan pendapat tersebut Lutfi Wibawa (2016: 93) menyebutkan keterlibatan pemuda memiliki arti bahwa orang muda mempengaruhi proses, keputusan, dan kegiatan yang mempengaruhi kehidupan mereka dan kehidupan orang lain dalam komunitas mereka atau organisasi.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi pemuda merupakan keikutsertaan pemuda baik secara mental, emosional, maupun fisik dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan sejak perencanaan, pelaksanaan, hingga akhirnya pada tahap evaluasi.

b. Bentuk-bentuk Partisipasi Pemuda

Menurut Effendi dalam Siti Irene Astuti D (2015: 58) bentuk partisipasi terbagi menjadi dua, yaitu partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal. Dalam partisipasi vertikal, pemuda berstatus sebagai


(26)

12

bawahan, pengikut, atau klien dari program pihak lain. Sedangkan dalam partisipasi horizontal, pemuda mempunyai prakarsa dimana setiap individu atau kelompok berpartisipasi satu dengan yang lainya.

Basrowi berpendapat dalam Siti Irene A.D. (2015: 58) partisipasi dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi fisik dan non fisik. Dalam pengembangan taman bacaan masyarakat, partisipasi fisik dapat berupa pembuatan atau pengadaan rak buku, pengadaan buku, dan sebagainya. Sedangkan partisipasi non fisik adalah keikutsertaan pemuda dalam menentukan arah pengembangan taman bacaan masyarakat. Partisipasi dapat berupa ide, gagasan, atau masukan yang berguna bagi pengembangan taman bacaan masyarakat. Menurut Dusseldorp dalam Aprillia Theresia, dkk (2014: 200) mengidentifikasi beragam bentuk-bentuk kegiatan partisipasi yang dilakukan warga masyarakat dapat berupa:

1. Menjadi kelompok-kelompok masyarakat. 2. Melibatkan diri pada kegitan diskusi kelompok.

3. Melibatkan diri pada kegitan-kegiatan organisasi untuk menggerakan partisipasi-partisipasi masyarakat yang lain.

4. Menggerakan sumberdaya masyarakat.

5. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan.

6. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya.


(27)

13

Berdasarkan bentuk partisipasi yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk melihat partisipasi pemuda dalam pengembangan taman bacaan masyarakat dapat dikategorikan kedalam empat bentuk partisipasi, yaitu partisipasi horizontal, partisipasi vertikal, partisipasi fisik, dan atau partisipasi nonfisik.

c. Macam-macam Partisipasi Pemuda

Menurut Cohen dan Uphoff dalam Siti Irene A.D. (2015: 61) partisipasi dibagi menjadi empat jenis, yaitu (1) partisipasi dalam pengambilan keputusan, (2) partisipasi dalam pelaksanaan, (3) partisipasi dalam pengambilan manfaat, dan (4) partisipasi dalam evalusi.

Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Hal ini terkait dengan penentuan alternatif dengan pemuda untuk menuju kata sepakat tentang berbagai gagasan menyangkut kepentingan bersama. Wujud dari partisipasi dalam pengambilan keputusan seperti kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan. Kedua, Partisipasi dalam pelaksanaan. Partisipasi ini berkaitan dengan penggerakan sumber daya dan dana. Ketiga, Partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi ini melihat kualitas dan kuantitas dari hasil pelaksanaan program yang telah dicapai. Dari segi kualitas, keberhasilan program ditandai dengan adanya peningkatan output, sedangkan dari segi kuantitas dilihat dari seberapa prosentase keberhasilan program. Dan


(28)

14

keempat, Partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi ini berkaitan dengan pelaksanaan program secara menyeluruh. Partisipasi dalam evaluasi bertujuan mengetahui bagaimana pelaksanaan program berjalan (Siti Irene Astuti D, 2015: 61-63).

Menurut Yadav dalam Aprillia Theresia, dkk (2014: 198-199) mengemukakan ada empat macam partisipasi, yaitu:

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Untuk menumbuhkan partisipasi perlu dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses pengambilan keputusan tentang program-program yang ada.

2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan. Partisipasi ini diartikan sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai, dan atau beragam bentuk korbanan lainnya yang sepadan dengan apa yang akan diterima. Selain itu, pemeliharaan proyek atau program-program yang telah berhasil diselesaikan. 3. Partisipasi dalam pemantauan evaluasi. Dalam hal ini, partisipasi

untuk mengumpulkan informasi berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat yang terlibat dalam proyek atau program yang bersangkutan.

4. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil. Dalam hal ini, partisipasi yang dimaksud adalah partisipasi dalam pemanfaatn hasil proyek atau program. Pemanfaatan hasil proyek atau program akan


(29)

15

merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program yang akan datang.

Berdasarkan macam-macam partisipasi yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk melihat partisipasi pemuda dalam pengembangan taman bacaan masyarakat dapat dikategorikan kedalam empat macam partisipasi, yaitu partisipasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, partisipasi dalam pemanfaatan, dan partisipasi dalam evaluasi.

d. Faktor- faktor Partisipasi

Dalam konsep pendidikan, Berlo (1961) menyatakan partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau respon atas rangsangan yang diberikan, yang dalam hal ini, tanggapan merupakan fungsi dari manfaat (rewerds) yang dapat diharapkan (Aprillia Theresia, dkk, 2014: 207). Oleh karena itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi. Menurut Slamet dalam Aprillia Theresia, dkk (2014: 207-211) tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat ditentukan oleh tiga unsur pokok, yaitu:

1) Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat, untuk berpartisipasi. Adanya kesempatan merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan menentukan kemampuannya. Beberapa kesempatan yang dimaksud disini adalah:


(30)

16

a) Kemauan politik dari penguasa untuk melibatkan masyarakat dalam proyek atau program, baik pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pemeliharaan, dan pemanfaatan hasil proyek atau program. b) Kesempatan untuk memperoleh informasi tentang proyek atau

program.

c) Kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya (alam dan manusia) untuk pelaksanaan proyek atau program. d) Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi

yang tepat, termasuk peralatan/perlengkapan penunjangnya. e) Kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk memperoleh

dan menggunakan peraturan, perijinan, dan prosedur kegiatan yang harus dilaksanakan.

f) Kesempatan mengembangkan kepemimpinan yang mampu menumbuh, menggerakkan, dan mengembangkan serta memelihara partisipasi masyarakat.

2) Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi. Kemauan untuk berpartisipasi ditentukan oleh sikap mental yang dimiliki masyarakat untuk membangun atau memperbaiki kehidupannya, yang menyangkut:

a) Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat proyek atau program.


(31)

17

b) Sikap terhadap pelaksana proyek atau program pada umumnya.

c) Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas diri.

d) Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah, dan tercapainya tujuan proyek atau program.

e) Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk memperbaiki mutu hidupnya.

3) Adanya kemampuan mayarakat untuk berpartisipasi. Kesempatan yang disediakan untuk menggerakkan partisipasi masyarakat tidak berarti apabila masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk berpartsipasi. Kemampuan yang dimaksud adalah:

a) Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan-kesempatan atau peluang proyek atau program.

b) Kemampuan untuk melaksanakan proyek atau program, yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki.

c) Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumber daya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia secara optimal.

Unsur-unsur pokok yang disebutkan diatas dapat disimpulkan sebagai faktor pendorong partisipasi. Sejalan dengan hal tersebut Siti


(32)

18

Irene A.D. (2015: 57-58) menyatakan ada beberapa faktor yang menghambat atau mengancam partisipasi antara lain:

1) Sifat malas, apatis, masa bodoh, dan tidak mau melakukan perubahan di tingkat anggota masyarakat.

2) Aspek-aspek tipologis (pembuktian dan jurang). 3) Geografis (pulau-pulau kecil yang tersebar letaknya). 4) Demografis (jumlah penduduk)

5) Ekonomi (desa miskin/tertinggal).

Berdasarkan faktor-faktor partisipasi yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk melihat partisipasi pemuda dalam pengembangan taman bacaan masyarakat dapat dikategorikan kedalam faktor pendorong dan faktor penghambat partisipasi. Faktor pendorong partisipasi dapat dilihat dari tiga unsur pokok yaitu adanya kesempatan yang disediakan untuk berpartisipasi, adanya kemauan untuk berpartisipasi, dan adanya kemampuan untuk berpartisipasi.

e. Tingkatan Partisipasi

Menurut Wilcox dalam Aprillia Theresia (2014: 202) ada lima tingkatan dalam partisipasi, yaitu:

1. Memberikan informasi (Information). Dalam konteks ini pemuda memberikan informasi sebagai bahan masukan dalam sebuah kegiatan.


(33)

19

2. Konsultasi (Consultation) yaitu menawarkan pendapat, sebagai pendengar yang baik untuk memberikan umpan balik, tetapi tidak terlibat dalam implementasi ide dan gagasan tersebut.

3. Pengambilan keputusan bersama (Deciding together), dalam arti pemuda memberikan dukungan terhadap, gagasan, pilihan-pilihan serta mengembangkan peluang guna pengambilan keputusan. 4. Bertindak bersama (Acting together), dalam arti pemuda tidak

sekedar ikut dalam pengambilan keputusan, tetapi juga terlibat dan menjalin kemitraan dalam pelaksanaan kegiatannya.

5. Memberikan dukungan (Supporting independent community interest) dimana pemuda menawarkan pendanaan, nasehat,dan dukungan lain untuk mengembangkan agenda kegiatan.

Menurut Peter Oakley dalam Siti Irene A.D. (2015: 65-66) ada tujuh tingkatan partisipasi, yaitu:

a. Manipulation. Tingkatan paling rendah mendekati situasi tidak ada partisipasi, cenderung berbentuk indoktinasi.

b. Consultation. Stakeholder mempunyai peluang untuk memberikan saran yang akan digunakan seperti yang mereka harapkan.

c. Consensus-building. Stakeholder berinteraksi untuk saling memahami dan dalam posisi saling bernegosiasi, toleransi dengan seluruh anggota kelompok. Kelemahan yang sering terjadi pada tingkatan ini adalah individu-individu dan kelompok masih cenderung diam atau setuju bersifat pasif.


(34)

20

d. Decision-making. Konsensus yang terjadi didasarkan pada keputusan kolektif dan bersumber pada rasa tanggung jawab untuk menghasilkan sesuatu. Negosiasi pada tahap ini mencerminkan derajat perbedaan yang terjadi dalam individu maupun kelompok. e. Risk-taking. Proses yang berlangsung dan berkembang tidak hanya

sekedar menghasilkan keputusan, tetapi memikirkan akibat dari hasil yang menyangkut keuntungan, hambatan, dan implikasi. Pada tahap ini semua orang memikirkan resiko yang diharapkan dari hasil keputusan. Karena akuntabilitas merupakan basis penting. f. Partnership. Pada tingkatan ini memerlukan kerja secara equal

menuju hasil yang mutual. Equal tidak hanya sekedar dalam bentuk struktur dan fungsi tetapi dalam tanggung jawab.

g. Self-management. Puncak dari partisipasi masyarakat. Stakeholder berinteraksi dalam proses saling belajar (learning process) untuk mengoptimalkan hasil dan hal-hal yang menjadi perhatian.

Berdasarkan pemaparan diatas penelitian ini merujuk pada pendapat Wilcox yang mengemukakan ada lima tingkatan partisipasi yaitu memberikan informasi (information), konsultasi (consultation), pengambilan keputusan bersama (deciding together), bertindak bersama (acting together), dan memberikan dukungan (supporting independent community interest). Hal ini dikarenakan lebih fleksibel digunakan dalam partisipasi pemuda dalam pengembangan taman bacaan masyarakat.


(35)

21

2. Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah salah satu jenis perpustakaan, oleh karena itu masih banyak para tokoh mengartikan makna TBM sama dengan perpustakaan. Menurut Muhsin Kalida (2012: 2) TBM adalah suatu lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat akan informasi mengenai ilmu pengetahuan dalam bentuk bahan bacaan dan bahan pustaka lainnya.

Dalam Juknis Penguatan TBM disebutkan bahwa Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah sebuah tempat/wadah yang didirikan dan dikelola baik oleh masyarakat maupun pemerintah dalam rangka penyediaan akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai salah satu sarana utama dalam perwujudan konsep pembelajaran sepanjang hayat untuk mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar TBM (Kemendikbud, 2014: 3).

TBM sebagai salah satu pendidikan non formal memiliki peranan penting dalam mewujudkan budaya baca dalam masyarakat. Seperti yang disebutkan S. Wisni Septiarti dan Mulyadi (2009: 5) TBM merupakan instrument penting dalam pengembangan minat hingga budaya baca, selain itu TBM juga memiliki fungsi sebagai pendukung gerakan pemberantasan buta aksara dan agar aksarawan baru tidak kembali menjadi buta aksara.

TBM merupakan wadah atau tempat untuk memberikan layanan bahan bacaan kepada masyarakat dalam rangka menumbuhkan minat baca


(36)

22

hingga budaya baca dan mendukung gerakan pemberantasan buta aksara. Terkait dengan hal tersebut ada tiga fungsi yang melekat pada TBM, yaitu: 1. Sebagai sumber belajar

TBM dengan menyediakan bahan bacaan utamanya buku merupakan sumber belajar yang dapat mendukung masyarakat pembelajar sepanjang hayat, seperti buku pengetahuan untuk membuka wawasan, juga berbagai keterampilan praktis yang bisa dipraktekkan setelah membaca, misal praktek memasak, budidaya ikan, menanam cabe, mengolah barang bekas dan lainnya.

2. Sebagai sumber informasi

TBM dengan menyediakan bahan bacaan berupa koran, tabloid, referensi, booklet-leaflet, dan/atau akses internet dapat dipergunakan masyarakat untuk mencari berbagai informasi.

3. Sebagai tempat rekreasi-edukasi

Dengan buku-buku nonfi ksi yang disediakan memberikan hiburan yang mendidik dan menyenangkan. Lebih jauh dari itu, TBM dengan bahan bacaan yang disediakan mampu membawa masyarakat lebih dewasa dalam berperilaku, bergaul di masyarakat lingkugan (Kemendikbud, 2012: 7).

Penyelenggaraan TBM dimaksudkan memberikan akses layanan pembelajaran berupa layanan bahan bacaan kepada masyarakat secara luas, merata dan terjangkau oleh masyarakat, sejalan dengan hal tersebut maka tujuan penyelenggaraan TBM sebagai berikut:


(37)

23

1. Meningkatkan kemampuan keberaksaraan dan keterampilan membaca. 2. Menumbuh kembangkan minat dan kegemaran membaca.

3. Membangun masyarakat membaca dan belajar.

4. Mendorong terwujudnya masayarakat pembelajar sepanjang hayat. 5. Mewujudkan kualitas dan kemandirian masyarakat yang

berpengetahuan, berketerampilan, berbudaya maju, dan beradab (Kemendikbud, 2012: 6).

Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan pengelolaan yang baik, berikut aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan TBM dilihat dari segi manajemen TBM, yaitu sebagai berikut;

1. Perencanaan, yaitu proses menentukan aktifitas apa dan bagaimana yang akan dilakukan, bersama siapa, kapan dilakukan, di mana, dan dari mana sumber dananya. Agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar, pembiayaan terhadap program pendidikan masyarakat perlu dipikirkan sejak awal.

2. Pengorganisasian, yaitu mencakup struktur pengelolaan personil serta tugas dan fungsi masing-masing pengelola. Sering terjadi konsep pengorganisasian dalam lembaga pendidikan nonformal, miskin pengurus atau pengelola tetapi kaya tugas dan fungsi. Tetapi ada pula yang memperkaya pengurus dan pengelola dengan sedikit tugas dan fungsi. Namun, struktur organisasi yang semakin banyak anggotanya bukanlah suatu indikator yang menunjukan bahwa cara kerja organisasi itu bagus dan memiliki produk yang bermutu tinggi. Ada


(38)

24

kalanya semakin kompleks dan banyak pengelola yang dilibatkan, sementara kegiatan sedikit, akan menghambat kinerja lembaga dan kurang efisien.

3. Pelaksanaan, yaitu merupakan operasionalisasi dari apa yang direncanakan. Pelaksanaan kegiatan merupakan inti dari program TBM. Orang akan melihat dan menaruh perhatian pada lembaga ini apabila ada gerakan dan aksi nyata. Apabila gerakan ini tidak ada, maka masyarakat tidak akan peduli (Muhsin Kalida, 2010: 17-18).

Namun, pengelolaan TBM yang baik belum cukup, dibutuhkan juga pengembangan TBM sebagai salah satu jenis perpustakaan. Dalam UU No. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 19 “Pengembangan perpustakaan merupakan upaya peningkatan sumber daya, pelayanan, dan pengelolaan perpustakaan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas”. Menurut Sutarno NS (2006: 113-122) untuk pengembangan sebuah perpustakaan ada beberapa bidang yang perlu dikembangkan antara lain: 1. Pengembangan Koleksi

Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama sebuah perpustakaaan. Pengembangan koleksi mencakup: (a) jumlah, judul, jenis dan eksemplar, (b) terbitan baru, (c) variasi, baik yang tercetak seperti buku, majalah, koran, maupun yang terekam, (c) sumber penerbitnya, makin banyak, (e) sumber asalnya, dalam negeri (Bahasa Indonesia dan bahasa daerah), dari luar negeri, terjemahan, saduran bahasa Inggris, dan bahasa lainnya.


(39)

25

Pada akhirnya pengembangan koleksi bertujuan untuk (a) menambah jumlah, (b) meningkatkan jenis bahan bacaan serta (c) meningkatkan mutunya sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemakai. Pada sisi yang lain, apabila koleksi terus bertambah, sedangkan ruangan, rak dan tempat penyimpanan tidak dikembangkan, maka pada suatu saat nanti perpustakaan akan penuh. Untuk menghindari keadaan demikian, maka dalam kegiatan pengembangan koleksi harus disertai kegiatan penyiangan. Untuk memisahkan koleksi yang kadalu warsa, rusak, dan tidak terpakai lagi, dikeluarkan dari jajarannya di rak buku, dan tempatnya dipergunakan untuk koleksi baru.

2. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia di perpustakaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Oleh karena itu harus selalu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang harus dipenuhi. Pengembangan sumber daya manusia mencakup 2 bidang yaitu:

a. Kualitas pengetahuan, ketrampilan dan sikap, kepribadian, perilaku. Pengembangan di bidang ini dilakukan dengan:

1) Mengikutsertakan dalam pendidikan formal berjenjang.

2) Mengikutsertakan pegawai atau pengelola didalam pendidikan dan pelatihan (Diklat) (in the job training).

3) Mengikutsertakan pegawai atau pengelola dalam kursus-kursus dan sejenisnya.


(40)

26

4) Mengikutsertakan pegawai atau pengelola dalam pendidikan professional (of the job training). Misalnya untuk menambah kemampuan bahasa, computer, dan teknologi informasi lainnya.

5) Mengikutsertakan pegawai atau pengelola dalam latihan jabatan, pra jabatan, magang dan sejenisnya.

b. Kuantitas (jumlah)

1) Menambah jumlah pegawai atau pengelola, apabila perkembangan organisasi, yang berarti tersedia formasi baru dan volume pekerjaan bertambah.

2) Mengurangi jumlah pegawai atau pengelola, apabila terjadi perampingan struktur organisasi, karena penggabungan atau penghapusan sebagian dari struktur yang sudah ada.

3) Mempertahankan yang ada, namun dilakukan efisiensi dan efektifitas agar terjadi penghematan waktu, tenaga, dan biaya serta sarana dan prasarana, namun tujuan dapat tercapai dengan lebih baik.

3. Pengembangan pengunjung perpustakaan

Pengunjung perpustakaan merupakan target dan sasaran utama penyelenggaraan perpustakaan. Semua daya dan upaya semata-mata diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat. Maksudnya adalah agar masyarakat yang berpotensi diharapkan


(41)

27

memakai perpustakaan dapat berkembang dan bertambah jumlahnya dari waktu ke waktu.

Pengembangan pengunjung perpustakaan tidak terbatas pada penambahan jumlah dan intensitas waktu kunjungan ke perpustakaan. Namun akan bertambah pula permintaan jenis dan variasi sumber informasi atau koleksi bahan pustaka. Perkembangan pengunjung perpustakaan dapat disebabkan beberapa hal yaitu: pertama, upaya perpustakaan melalui berbagai cara dan media, yakni atas dorongan dari luar (faktor eksternal), dan kedua, disebabkan makin bertambahnya pengetahuan, wawasan dan kesadaran yang tumbuh dari diri mereka sendiri (faktor internal).

Pengembangan pengunjung perpustakaan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

a. Sosialisasi perpustakaan kepada masyarakat.

b. Membuka dan memperluas akses dan informasi perpustakaan. c. Mengadakan kegiatan yang melibatkan masyarakat.

d. Memberikan kemudahan layanan dan pemakaian perpustakaan. e. Mengembangkan jenis layanan.

f. Menciptakan suasana dan kesan yang menarik dan baik kepada pengunjung.

g. Menerapkan teknologi tepat guna yang dapat membantu pemakai. h. Memenuhi semua kebutuhan informasi pemakai dengan cepat dan


(42)

28

i. Menciptakan citra layanan yang baik, sehingga pengunjung termotivasi untuk datang berkunjung kembali.

4. Pengembangan Sistem Layanan

Penerapan suatu sistem layanan di perpustakaan adalah dimaksudkan agar proses pemberian jasa layanan dapat berlangsung tertib, teratur dan cepat tanpa ada hambatan. Sistem layanan perpustakaan merupakan mata rantai rangkaian kegiatan yang terdiri atas beberapa subbagian yang saling berhubungan satu sama lain. Masing-masing jenis perpustakaan akan memilih sistem yang paling cocok dengan pemakainya dan kesiapan petugas dan ketersediaan sarana dan prasarananya. Layanan yang dikembangkan oleh perpustakaaan adalah agar tercipta layanan terbaik sejauh dapat dilaksanakan, yaitu yang sering disebut sebagai layanan prima yang dilaksanakan secara professional. Sebelum dapat diciptakan layanan prima diupayakan dulu layanan minimal yang pada intinya berlangsung secara mudah, sederhana, cepat, tepat, dan bermanfaat serta murah.

Layanan TBM merupakan salah satu hal penting dalam pengembangan TBM, oleh karena itu pengelola TBM diharapkan mampu menggunakan kreativitasnya untuk memberikan layanan yang mampu mendorong dan menarik masyarakat untuk datang berkunjung. Layanan TBM yang dapat diberikan berupa:


(43)

29

1. Layanan taman bacaan masyarakat secara elekronik meliputi antara lain: (i) layanan bahan bacaan (buku, majalah, surat kabar/koran) digital, (ii) layanan informasi secara elektronik baik melalui media terkemas maupun dunia maya. Dengan adanya layanan elektronik diharapkan terwujudnya masyarakat berkeaksaraan media, teknologi, dan informasi karena tidak dapat dipungkiri perkembangan IPTEK sangat pesat.

2. Membaca ditempat, dengan menyediakan ruangan yang nyaman dan didukung dengan variasi bahan bacaan bermutu, sesuai dengan kebutuhan pengunjung. Untuk dapat menyediakan bahan bacaan sesuai dengan kebutuhan perlu berupaya untuk menemukenali minat dan karakteristik pengunjung.

3. Meminjamkan buku, artinya buku dapat dibawa pulang untuk dibaca dirumah, dan dalam waktu tertentu dan peminjam wajib mengembalikan buku.

4. Pembelajaran, dengan menggunakakan berbagai pendekatan seperti membimbing teknik membaca cepat, menemukan kalimat dan kata kunci dari bacaan, dan belajar efektif.

5. Praktek keterampilan. Dengan buku kerampilan yang ada, pengunjung diajak untuk mempraktekan bersama, seperti praktek memasak, membuat kerajinan, dll.

6. Kegiatan literasi. Melaksanakan kegiatan literasi yang menyenangkan dan bermanfaat, seperti: bedah buku, diskusi isu


(44)

30

yang sedang berkembang, temu penulis, dan belajar menulis cerpen.

7. Melaksanakan lomba-lomba, seperti: lomba kemampuan membaca dan cerdas cermat (Kemendikbud, 2012: 8-9).

Dalam pengembangan TBM perlu diperhatikan juga ruang lingkup program TBM, yaitu sebagai berikut:

1. Penerima manfaat layanan TBM

Seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan segmentasinya masing-masing terutama masyarakat yang memiliki kebutuhan bahan bacaan untuk meningkatkan keberaksaraannya. Penerima manfaat layanan TBM tidak terbatas baik dalam kelompok umur, jenis kelamin, maupun golongan; oleh karena itu, dalam pelaksanaannya, Program Pengembangan TBM diharapkan untuk memperluas pilihan menu bahan bacaannya.

2. Lembaga penyelenggara TBM

Satuan pendidikan nonformal penyelenggara taman bacaan, diantaranya: PKBM, LKP, rumah Pintar, Yayasan, UPTD SKB, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan unsur masyarakat yang menyelenggarakan program PNF lainnya.

3. Sumber Daya Manusia


(45)

31

a. Ketua, mempunyai tugas: (1) memimpin TBM, (2) menyusun dan menetapkan program, (3) memajukan dan mengembangkan TBM, (4) melakukan hubungan kerja sama, dan (5) mengelola keuangan. b. Urusan Administrasi dan Teknis, mempunyai tugas: (1) mengurus

administrasi dan surat menyurat, (2) mengadakan seleksi dan pengadaan bahan bacaan, (3) melaksanakan pengelolaan bahan bacaan, dan (4) melaksanakan pengembangan bahan bacaan. c. Urusan Layanan, mempunyai tugas: (1) membuat tata tertib, (2)

memberikan layanan TBM, dan (3) melaksanakan administrasi keanggotaan.

4. Sarana dan prasarana yang wajib dimiliki

Sarana dan Prasarana TBM dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: sumber daya fisik utama (sarana), dan sumber daya fisik pendukung (prasarana).

a. Sumber daya fisik utama adalah bahan bacaan, yaitu: semua jenis bahan bacaan dalam berbagai bentuk media seperti : buku, majalah, tabloid, koran, CD dan lainnya. Perlu disadari bahwa bahan bacaan yang disediakan tidak lain untuk melayani masyarakat sehingga masyarakat sebagai kelompok sasaran perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh, oleh karena itu penentuan bahan bacaan yang harus disediakan perlu memperhatikan : karakteristik masyarakat (meliputi jenis kelamin, rentang usia


(46)

32

profesi, dll), kebutuhan nyata masyarakat, kemampuan baca masyarakat, dan sesuai dengan potensi lokal.

b. Sumber daya pendukung, adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk mendukung pengelolaan TBM, antara lain: rak/almari buku, display buku baru, rak majalah, gantungan koran, meja kerja, perangkat peralatan elektronik yang relevan dan merupakan salah satu komponen penting terwujudnya layanan taman bacaan masyarakat secara elektronik. Perangkat tersebut sekurangnya meliputi (1) komputer personal atau komputer jinjing, (2) Kamera Digital (3) fasilitas modem internal/eksternal (mobile/ ADSL), (4) alat pencetak (printer), (5) televisi, (6) alat pemutar video digital (DVD Palyer), (8) Pencadang Sumberdaya Listrik (UPS), Almari penyimpanan dan fasilitas lain untuk membaca seper฀ : meja baca/bangku, alas duduk (tikar/kapet) dan kaca mata baca perlu juga disediakan.

5. Inovasi kreatif TBM

Dalam pengembangan TBM, layanan yang diberikan harus selalu ada inovasi kreatif supaya pengunjung atau masyarakat selalu tertarik untuk berkunjung dan menjadikan TBM sebagai tempat belajar yang menyenangkan karena mendorong masyarakat untuk datang tidak hanya dengan menyediakan buku bacaan yang baragam. Berikut kiat untuk mendorong masyarakat untuk mau datang dam mampu membaca:


(47)

33

a. Mengenali masyarakat dan mengenali berbagai kebutuhannya. Agar dapat mengajak masyarakat di TBM perlu mengenal lebih dahulu masyarakat di sekitar TBM sebagai sasarannya. Dengan maksud untuk mengetahui sosial–budaya, ekonomi, agama, potensi lingkungan, latar belakang pendidikan, serta kebutuhan nyata yang diperlukan. Hal ini penting sekali sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan, juga penting dalam penyediaan koleksi bahan-bahan bacaan yang akan disediakan.

b. Melakukan sosialisasi TBM dan memberi kesadaran arti pentingnya kepada masyarakat. TBM sebagaimana perpustakaan, memberikan layanan di bidang bahan bacaan kepada masyarakat, dengan jumlah bahan bacaan yang terbatas baik jumlah maupun jenisnya perlu dioptimalkan pemanfaatannya dengan cara mengenalkan TBM kepada masyarakat melalui sosialisasi keberadaan TBM, dan sekaligus memberi kesadaran terhadap manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan membaca.

c. Membentuk kelompok sasaran berdasarkan kemampuan baca/kebutuhan. Membentuk kelompok sasaran berdasarkan kemampuan baca/kebutuhan dengan maksud untuk mempermudah melakukan pendekatan dan bimbingan. Seperti membentuk kelompok sasaran: (a) Pelajar, (b) Mahasiswa, (c) Petani/ Nelayan, (d) Pedagang/Wiraswasta; (e) Religius, dan (f) pegawai/karyawan.


(48)

34

d. Membimbing dan meningkatkan kemampuan baca kelompok sasaran, Salah satu faktor penyebab masyarakat Indonesia belum berbudaya baca antara lain kemampuan membaca yang rendah. Kemampuan membaca dalam arti : 1) memahami isi bacaan, 2) menginterpretasikan bacaan, atau 3) mengkombinasikan bacaan satu dengan yang lain.

e. Menyelenggarakan kegiatan yang bermanfaat. Praktek keterampilan dari buku-buku yang tersedia di TBM dengan cara pengelola mencarikan narasumber teknis di bidang keterampilan tertentu misalnya membuat sampo, sabun cuci, kecap, atau minyak kelapa dengan cara demo. Beberapacontoh kegiatan yang dapat dipadukan dengan buku bacaan adalah mempraktekkan isi buku, mendiskusikan isi buku baru, dan lomba-lomba seperti lomba menulis synopsis, lomba memasak, dan cerdas cermat (Kemendikbud, 2014: 3-7).

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Nurul Sawitri. Jurnal Universitas Negeri Semarang tentang “Partisipasi Pemuda Dalam Program Karang Taruna Desa (Studi Pada Pemuda Di Dusun Kupang Kidul Desa Kupang Kecamatan Ambarawa”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subyek penelitian ini berjumlah 8 orang. Keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi data yaitu triangulasi sumber. Teknik


(49)

35

analisis data adalah deskriptif kualitatif dengan tahap sebagai berikut pengumpulan data, reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini (1) partisipasi pemuda dalam program Karang Taruna desa dilihat aspek pengelolaan program menggunakan tiga tahap partisipasi, yaitu partisipasi dalam perencanaan; partisipasi dalam pelaksanaan dan partisipasi dalam pemanfaatan; (2) faktor yang menghambat partisipasi pemuda dalam program Karang Taruna yaitu keterbatasan waktu dari individu dan rasa kurang percaya diri untuk menyalurkan potensi yang dimiliki. Sedangkan faktor yang mendukung yaitu individu mempunyai kesadaran atau jiwa bersosial yang tinggi untuk membangun masyarakat melalui program Karang Taruna. 2. Dwi Sandy Aprilian. Skripsi Universitas Jember tentang “Partisipasi

Pemuda dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang Desa) di Desa Sidorejo Kecamatan Rowo Kangkung Kabupaten Lumajang”. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Fokus penelitian adalah partisipasi pemuda pada tahap persiapan dan tahap pelaksanaan Musrenbang Desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap persiapan Musrenbang Desa, penentuan pemuda yang akan menghadiri musyawarah dusun dilakukan melalui undangan dan ditentukan oleh pemerintah desa. Penggalian gagasan pemuda dilakukan melalui perkumpulan pemuda dan kegiatan olahraga. Selanjutnya, gagasan pemuda disampaikan pada musyawarah dusun. Dalam forum tersebut, pemuda mempunyai pengaruh terhadap keputusan


(50)

36

yang diambil meskipun pada akhirnya beberapa hal masih ditentukan oleh pemerintah desa. Sedangkan pada tahap pelaksanaan Musrenbang Desa semua usulan pemuda disampaikan oleh tokoh masyarakat. Namun tidak ada jaminan semua usulan pemuda akan diperhatikan dalam penetapan Rencana Kerja Pemerintah Desa. Partisipasi pemuda pada tahap ini tetap berada pada derajat kedua namun letak tangga partisipasinaya turun menjadi tangga keempat yaitu konsultasi.

Berdasarkan penelitian yang ada sebelumnya, partisipasi pemuda dilihat dari beberapa tahapan yaitu tahan perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan. Dalam penelitian tersebut partisipasi pemuda belum masuk pada tahapan evaluasi.

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi manusia, salah satunya melalui jalur pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal berperan dalam peningkatan kualitas pendidikan masyarakat, salah satunya melalui program Taman Bacaan Masyarakat (TBM). TBM adalah sebuah tempat/wadah yang didirikan dan dikelola baik oleh masyarakat maupun pemerintah dalam rangka penyediaan akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai salah satu sarana utama dalam perwujudan konsep pembelajaran sepanjang hayat untuk mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar TBM. Sebagaimana yang dilakukan oleh Karang Taruna Guyub Rukun yang mejadikan TBM Teras Baca Guyub Rukun sebagai salah satu program yang bergerak pada bidang pendidikan nonformal.


(51)

37

Kesimpulannya, TBM adalah salah satu bentuk pendidikan nonformal yang mewujudkan konsep pembelajaran sepanjang hayat dengan menyediakan akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat.

Dalam penyelenggaraannya, TBM mempunyai beberapa layanan, diantaranya: membaca ditempat, meminjamkan buku, pembelajaran dengan berbagai pendekatan, kegiatan literasi, praktek keterampilan, dan melaksanakan lomba-lomba. Namun, layanan itu tidak cukup untuk mendorong masyarakat untuk datang berkunjung ke TBM, sebagaimana yang terjadi pada TBM Teras Baca Guyub Rukun. Diperlukan inovasi kreatif dalam pengembangan TBM. Pengembangan yang dilakukan meliputi pengembangan koleksi, pengembangan sumber daya, pengembangan pengunjung TBM, dan pengembangan sistem layanan. Kesimpulannya, dalam penyelenggaraan TBM dibutuhkan pengembangan untuk mendorong masyarakat datang berkunjung.

Dalam pengembangan TBM dibutuhkan partisipasi dari berbagai pihak, salah satunya pemuda sebagai bagian dari masyarakat. Pemuda dipandang sebagai agen perubahan yang memiliki potensi yang sangat besar. Ide-ide kreatifnya sangat dibutuhkan dalam pengembangan layanan-layanan yang ada di TBM. TBM Teras Baca Guyub Rukun sebagai salah satu program Karang Taruna membutuhkan partisipasi dari anggota Karang Taruna yang mayoritas adalah pemuda. Kesimpulannya, dalam pengembangan TBM Teras Baca Guyub Rukun dibutuhkan partisipasi dari para pemuda.

Penelitian ini akan melihat bagaimana partisipasi pemuda dalam pengembangan TBM Teras Baca Guyub Rukun, yang meliputi tingkatan,


(52)

38

betuk, hasil, dan dampak partisipasi. Selain itu apa saja faktor pendukung dan penghambat partisipasi pemuda dalam pengembangan TBM Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah: 1. Bagaimanakah partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan

Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul

a. Bagaimana bentuk partisipasi horizontal pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul?

b. Bagaimana bentuk partisipasi vertikal pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul?

c. Bagaimana bentuk partisipasi fisik pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul?

d. Bagaimana bentuk partisipasi nonfisik pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul?

e. Apa sajakah hasil dari partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul?


(53)

39

f. Apakah partisipasi pemuda berdampak pada pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul?

2. Faktor pendukung dan faktor penghambat partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul

a. Apa dukungan dan hambatan yang ditemui dalam partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul?

b. Bagaimana peran tokoh masyarakat dan perangkat dusun dalam mendorong pemuda agar ikut terlibat dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul?


(54)

40 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong (2005: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus. Penulis memilih penelitian studi kasus karena penelitian studi kasus berusaha menggambarkan kehidupan dan tindakan-tindakan manusia secara khusus pada lokasi tertentu dengan kasus tertentu. Penelitian studi kasus menurut Rachmat (2006: 79) merupakan metode riset yang menggunakan berbagai macam sumber data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. Dalam penelitian ini peneliti ingin berusaha mengungkapkan secara mendalam partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukunyang dilihat pada: (a) tingkatan partisipasi; (b) bentuk partisipasi; (c) hasil partisipasi; dan (d) dampak partisipasi.


(55)

41 B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini antara lain:

1. Pengelola TBM Teras Baca Guyub Rukun yang diwakili oleh ketua dengan inisial Ty dan pengurus dengan inisial TA.

2. Karang Taruna Guyub Rukun yang diwakili oleh ketua dengan inisial Wr dan anggota dengan inisial PR.

3. Tokoh masyarakat dengan inisial Sp. 4. Kepala Dusun Jambon dengan inisial Sd. C. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini berada Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul. Peneliti memfokuskan pengamatan pada partisipasi pemuda dalam pengembangan taman bacaan masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Januari-Maret, penentuan waktu penelitian didasarkan bahwa penelitian kualitatif membutuhkan pemahaman yang luas dan mendalam terhadap kondisi sosial yang diteliti.

D. Metode Pengambilan Data

Untuk memperoleh jenis data yang dibutuhkan penelitian, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah dasar pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau


(56)

42

berlangsungnya peristiwa. Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2012: 310) observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Di dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif. Peneliti ikut aktif secara langsung melakukan pengamatan secara langsung partisipasi pemuda dalam pelaksanaan pengembangan taman bacaan masyarakat.

Metode observasi digunakan peneliti karena peneliti ingin mengetahui secara langsung apa saja yang dilakukan atau yang terjadi di lapangan mengenai partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun. Teknik ini difokuskan untuk memperoleh data tentang perencanaa dan pelaksanaan program-program TBM, serta kelengkapan sarana dan prasarana. Dari observasi yang dilakukan akan menghasilkan pengamatan mengenai aktivitas-aktivitas yang relevan dan berkaitan dengan partisipasi pemuda dalam pengembangan taman bacaan masyarakat. Observasi dilakukan pada aspek fisik dan non fisik yang berkaitan dengan partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun guna kepentingan penarikan kesimpulan dari data yang telah diperoleh.

2. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2012: 317) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam topik tertentu. Pada penelitian ini, wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai partisipasi pemuda dalam pengembangan


(57)

43

taman bacaaan masyarakat. Dalam wawancara, peneliti melakukan wawancara dengan pengelola Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun, karang taruna, tokoh masyarakat, dan perangkat Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul.

3. Studi Dokumen

Dokumen merupakan cacatan peristiwa yang sudah berlalu. Untuk mengetahui secara tertulis dokumen tentang partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun diperlukan studi terhadap dokumen yang berkaitan dengan hal tersebut. Penggunaan studi dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data yang tidak dapat diperoleh melalui wawancara dan observasi. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan sejarah, profil lembaga, struktur pengelola, data koleksi buku, data sarana dan prasarana, dan data administrasi. Dokumen berbentuk gambar misalnya presensi rapat karang taruna dan foto kegiatan. Harapannya, data yang diperoleh dari metode studi dokumen dapat menambah serta melengkapi data yang terkumpul dari dua metode pengumpulan data lainnya guna kepentingan penarikan kesimpulan.


(58)

44

Tabel 1. Panduan Pengambilan Data Lapangan (Metode Wawancara)

No. Aspek Sumber Data

1. Bagaimanakah partisipasi pemuda dalam pengembangan TBM

a. Bentuk partisipasi vertikal pemuda

b. Bentuk partisipasi horizontal pemuda

c. Bentuk partisipasi fisik pemuda d. Bentuk partisipasi nonfisik

pemuda

e. Hasil partisipasi pemuda f. Dampak partisipasi pemuda

Pengelola TBM

Pengurus Karang Taruna Anggota Karang Taruna

2. Faktor pendukung dan faktor penghambat partisipasi pemuda dalam pengembangan TBM

a. Dukungan dan hambatan partisipasi pemuda

b. Dorongan tokoh masyarakat dan perangkat dusun

Pengelola TBM

Pengurus Karang Taruna Anggota Karang Taruna Pengelola TBM

Tokoh masyarakat Perangkat dusun Tabel 2. Panduan Pengambilan Data Lapangan (Metode Observasi)

No. Aspek Sumber Data

1. Bagaimanakah partisipasi pemuda dalam pengembangan TBM

a. Bentuk partisipasi fisik pemuda

b. Hasil partisipasi pemuda

Kelengkapan sarana dan prasarana

Pelaksanaan program-program TBM

Pelaksanaan program-program TBM

2. Faktor pendukung dan faktor penghambat partisipasi pemuda dalam pengembangan TBM

a. Dukungan dan hambatan partisipasi pemuda

Rapat perencanaan program TBM Rapat Karang Taruna


(59)

45

Tabel 3. Panduan Pengambilan Data Lapangan (Metode Studi Dokumentasi)

No. Aspek Sumber Data

1. Bagaimanakah partisipasi pemuda dalam pengembangan TBM

a. Bentu partisipasi vertikal pemuda

b. Bentuk partisipasi fisik pemuda c. Hasil partisipasi pemuda d. Dampak partisipasi pemuda

Struktur pengelola TBM Presensi kehadiran rapat Foto kegiatan

Foto kegiatan Foto kegiatan

E. Intrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2012: 305-306). Nasution dalam Sugiyono (2012: 307) mengatakan peneliti sebagai instrumen utama memiliki ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.


(60)

46

dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan.

6. Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan.

7. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang berbeda dan bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha sendiri terjun secara langsung dalam pengambilan data dengan menggunakan teknik pengamatan untuk mendapatkan data murni di lapangan. Dengan demikian peneliti mencatat segala aspek perilaku pemuda dalam ikut berpartisipasi dalam pengembangan taman bacaan masyarakat. Selain pedoman observasi, peneliti juga menggunakan pedoman wawancara.

F. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2012: 333) mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam. Sugiyono (2012: 335)


(61)

47

menerangkan bahwa teknik analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan atau menjadi hipotesis, kemudian data disimpulkan. Apabila penyimpulan tersebut diterima maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.

Macam-macam teknik analisis data kualitatif menurut Spradley dalam Sugiyono (2012: 348) sebagai berikut:

1. Analisis domain (domain analysis). Memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek/ penelitian atau situasi sosial. Ditemukan berbagai domain atau kategori. Diperoleh dengan pertanyaan grand dan minitour. Peneliti menetapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk peneliti selanjutnya. Makin banyak domain yang dipilih, maka akan semakin banyak waktu yang diperlukan untuk penelitian.

2. Analisis taksonomi (taxonomic analysis). Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi lebih rinci, untuk mengetahui struktur internalnya. Dilakukan dengan observasi terfokus.

3. Analisis komponensial (componential analysis). Mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskan antar elemen. Dilakukan melalui obervasi dan wawancara terseleksi dengan pernyataan yang mengontraskan (contrast question).

4. Analisis tema kultural (discovering cultural theme). Mencari hubungan diantara domain, dan bagaimana hubungan dengan keseluruhan, dan selanjutnya dinyatakan kedalam tema judul penelitian.


(62)

48

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis komponensial yang dilakukan secara induktif. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh.

Teknik analisis data yang digunakan meliputi 3 tahap, yaitu reduksi data (penyederhanaan), display data (disajikan), dan verifikasi atau penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudahpeneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,dan mencarinya apabila diperlukan (Sugiyono, 2012: 338). Data yang di reduksi adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumen yang di rasa tidak mendukung terhadap permasalahan partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul.

2. Display Data

Display data merupakan suatu proses penyajian data. Dengan tujuan data yang terkumpul dari observasi, wawancara dan dokumentasi itu bisa di lihat gambaran seluruhnya, sehingga akan memudahkan dalam mengambilan kesimpulan yang tepat dan mempermudah dalam penyusunan penelitian.


(63)

49

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012: 341) yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.

3. Verifikasi atau penarikan kesimpulan

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif adalah verifikasi atau penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan sejak awal penelitian itu dimulai. Namun, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2012: 345).

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu. Denzin (1978) membedakan empat macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori (Lexy J. Moleong, 2005: 330). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik trianggulasi dengan sumber. Cara ini membandingkan dan mengecek kembali


(64)

50

data yang diperoleh dari sumber data satu dengan sumber data yang lain. Dengan demikian hasil penelitian memiliki derajat kepercayaan dan terhindar dari subjektivitas peneliti.


(65)

51 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Sejarah Berdiri

Taman Baca Masyarakat (TBM) yang bernama “Teras Baca Guyub Rukun”, atas prakarsa dari perkumpulan pemuda di Dusun Jambon, Argosari Sedayu, Bantul. Desa yang masih asri dan ramah, serta masih memegang teguh warisan budaya lokal akan tetapi tidak ketinggalan jaman dibuktikan dengan pemuda-pemudinya yang kreatif dan peduli akan kearifan lokal di desanya.

Keprihatinan terhadap minimnya kegiatan-kegiatan yang ada dalam kepemudaan, dulu hanya berkumpul rapat dilanjut pagi harinya yaitu kerja bakti. Dilain sisi perkumpulan pemuda mempunyai perpustakaan kecil yang berada di Masjid. Perpustakaan yang berada di Masjid tentunya hanya diakses oleh orang yang sering ke masjid atau jama’ah. Oleh karena itu, pemuda berinisiatif jika perpustakaan dipindahkan keluar lingkungan masjid menjadi perpustakaan komunitas atau rumah baca atau taman baca, dll. Untuk mengenal apa itu taman baca dan kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat mendukung taman baca tersebut. Akhirnya pemuda memiliki ide untuk study banding. Perwakilan pemuda belajar di TBM Mata Aksara yang berada di Jalan Kaliurang. Disana pemuda diberi gambaran oleh Ibu Heni dan


(66)

52

Bapak Nurhadi tentang taman bacaan masyarakat dan kegiatan yang ada di taman bacaan masyarakat.

Selain itu, Taman Bacaan Masyarakat ini didirikan oleh pemuda-pemudi Dusun Jambon dikarenakan keinginan mereka untuk memberikan fasilitas tempat baca dan rekreasi bagi masyarakat melalui satu wadah dan satu tempat yang bisa memudahkan akses untuk mencari informasi secara gratis. Atas keinginan yang kuat ini didirikanlah Taman Bacaan Masyarakat (TBM) pada 17 Mei 2015 dengan ijin penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat No. 06/TBM/ 2015. Besaran koleksi masih sekitar 500 judul buku yang berasal dari beberapa swadaya masyarakat dan sumbangan-sumbangan dari donatur.

Taman bacaan masyarakat tersebut dibangun atas prakarsa perkumpulan pemuda dan pemudi dari Dusun Jambon yang diberi nama “Guyub Rukun”. Selain itu terkandung makna filosofis dari istilah “Guyub Rukun” yaitu perkumpulan dari banyak orang dari berbagai level masyarakat, pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainnya berkumpul membangun sebuah perkumpulan dan selalu tetap rukun atau kompak dalam perkumpulan tersebut. Dari filosofi itu diharapkan semua lapisan masyarakat yang ada di dusun itu senantiasa kompak dalam sebuah wadah Taman Bacaan Masyarakat yang akan mencerdaskan bangsa.


(67)

53

Kegiatan kreatif juga dilakukan oleh TBM Teras Baca Guyub Rukun seperti penyediaan sarana “ingkling” di teras TBM sebagai permainan tradisional yang bisa dimainkan oleh siapa saja baik dewasa maupun anak-anak. Rak yang digunakan pun bukan rak biasa seperti kebanyakan, tetapi anak-anak muda kreatif memanfaatkan bambu yang dibuat menjadi rak buku. Rak seperti itu dibuat dari beberapa potongan bambu yang disusun sedemikian rupa agar bisa digunakan sebagai rak, murah, mudah dan unik. Banyak aksesoris-aksesoris TBM yang dibuat untuk membuat TBM semakin meriah tetapi sekali lagi tanpa mengeluarkan biaya yang banyak. Hal ini membuat TBM semakin semarak dan nyaman sebagai tempat berkegiatan. Selain itu, tidak lupa, tim sosial media selalu update kegiatan dan sarana yang ada di Guyub Rukun agar bisa diketahui oleh masyarakat.

b. Lokasi

TBM Teras Baca Guyub Rukun beralamat di Jl. Wates KM 13 RT 29 Dusun Jambon Desa Argosari Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul. Lebih tepatnya di kediaman Saudara Triyanto.

c. Tujuan Pendirian

Tujuan didirikannya TBM Teras Baca Guyub Rukun ini adalah:

1) Mempermudah anak-anak usia sekolah mendapat buku referensi sekolah.


(68)

54

3) Memberikan anak-anak dan remaja kegiatan bermutu lewat membaca dan menulis.

4) Memberikan pengetahuan tentang dunia internet dan teknologi kepada warga sekitar.

5) Mendekatkan masyarakat dengan buku.

6) Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya membaca.

7) Menggalakkan budaya membaca di kalangan masyarakat.

8) Meningkatkan keterampilan dan kecakapan dalam berusaha (beternak, bertani, wirausaha) sehingga dapat meningkatkan taraf hidup perekonomian warga.

9) Menbuka cakrawala dunia dengan menambah pengetahuan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

10)Meningkatkan kualitas baik fisik maupun mental masyarakat sehingga berdampak kepada kehidupan yang lebih baik.

11)Dan masih banyak tujuan baik dari kegiatan membaca dan terbentuknya taman baca ini.

d. Visi dan Misi Visi :

Ikut berperan aktif mengisi pembangunan dalam dunia pendidikan dengan menciptakan budaya baca dan budaya belajar pada masyarakat serta memperkaya wawasan masyarakat melalui buku.


(69)

55 Misi :

1) Menciptakan masyarakat yang gemar membaca

2) Sebagai wadah kegiatan positif masyarakat yang sifatnya mengembangkan diri

e. Sasaran

Sasaran pengguna fasilitas umum gratis ini adalah semua warga masyarakat dusun Jambon khususnya dan warga masyarakat desa Argosari pada umumnya serta warga Negara Indonesia dalam cakupan lebih luas. Baik dari usia anak-anak, remaja dan dewasa atau orang tua. f. Data Kegiatan atau Program

Kegiatan atau program yang dilaksanakan di TBM Teras Baca Guyub Rukun, sebagai berikut:

1) Sirkulasi Buku

Sirkulasi buku adalah layanan peminjaman dan pengambalian buku di TBM Teras Baca Guyub Rukun kepada masyarakat. Untuk dapat meminjam buku harus menjadi anggota terlebih dahulu. Cara untuk menjadi anggota sangatlah mudah yaitu dengan mengisi kartu anggota dengan identitas diri.

2) Layanan Paket Pinjam

Layanan paket pinjam ini adalah kegiatan meminjamkan buku koleksi yang dimiliki TBM Teras Baca Guyub Rukun kepada suatu instansi/lembaga lain yang membutuhkan penambahakn buku untuk akses pengembangan literasi dan kegiatan instansi/lembaga


(70)

56

tersebut. Koleksi TBM Teras Baca Guyub Rukun yang dipinjamkan maksimal berjumlah 75 judul buku dalam jangka waktu 2 bulan. Setelah jatuh tempo selama 2 bulan pengelola TBM Teras Baca Guyub Rukun akan menggantinya. Instansi/lembaga yang menginginkan bekerjasama dilayanan paket pinjam ini diwajibkan mengirimkan surat pengajuan dan profil instansi/lembaga.

3) Sinau Bebarengan atau bimbingan belajar

Kegiatan belajar mengajar tambahan bagi siswa SD dan SMP yang pengajarnya berasal dari sukarelawan yang memiliki komitmen dan kepedulian di bidang pendidikan. Dilaksanakan setiap Hari Senin, Rabu dan Jumat sore (pukul 16.00-17.15 WIB) dan malam (pukul 18.30-19.45 WIB).

4) Bermain Sambil Belajar Sabtu Sore

Program kegiatan belajar sambil bermain untuk anak-anak usia dini. Dilaksanakan setiap Hari Sabtu pukul 16.00-17.15 bertempat di TBM Teras Baca Guyub Rukun.

5) Bank Sampah

Bank Sampah di TBM Teras Baca Guyub Rukun muncul karena minimnya sumber dana untuk pengembanga operasional TBM. Kegiatan di Bank Sampah ini adalah pengumpulan barang bekas dari warga masyarakat Dusun Jambon yang hasil dari penjualan dapat digunakan untuk pengembangan kegiatan TBM. Pengelala


(71)

57

TBM yang membidangi bank sampah tergabung dalam komunitas BARKAS (Barisan Remaja Kebersihan Alam Sekitar). Pengumpulan barang bekas dilaksanakan setiap sebulan 2 kali setiap Ahad Legi dan Ahad Pahing pukul 07.00-10.00 WIB. Pos Bank Sampah yang dikelola BARKAS berada di perkarangan tanah Bapak Suparjo yang letaknya di RT 30. Tentunya sampah yang dukumpulkan tidak hanya untuk dijual. Pengelola TBM juga memanfaatkan sampah yang bisa didaur ulang., misalnya seperti plastic bekas pembungkus kopi, dibuat bros, gantungan kunci dll. Semua donasi sampah barang bekas dari warga masyarakat diberikan secara gratis sehingga pengelola TBM harus memiliki komitmen yaitu berupa membuat kegiatan-kegiatan yang positif untuk masyarakat yang salah satunya fokus dibidang pendidikan. 6) Bank Pupuk Organik

Berkaitan dengan sampah organik pengelola TBM Teras Baca Guyub Rukun mencetuskan program bank pupuk. Program ini bernama Bank Pupuk Organik Jambon. Proses pemilihan sampah organik diolah menjadi pupuk organik. Untuk produksi pupuk setiap sebulan sekali bertempat di perkarangan tanah Bapak Suparjo menyatu dengan Bank Sampah. Aplikasi dari pupuk ini digunakan untuk mengawali terciptanya kebun gizi. Pupuk organik juga dijual ke masyarakat yang membutuhkan.


(1)

224

Lampiran 17. Foto

Hasil partisipasi fisik: Banner TBM Teras Baca Guyub Rukun


(2)

225 Hasil partisipasi fisik: Rak Buku


(3)

226

Bentuk partisipasi fisik: Bermain Sambil Belajar Sabtu Sore


(4)

227


(5)

(6)