8 dari 10
Pasal 9
Norma-norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada waktu pemuatan kayu ke kapal: 1. Pemakian alat-alat pelindung diri sarung tangan, topi, pelampung;
2. Diperhatikannya keadaan sekelilingnya pada waktu melepaskan rakit-rakit; 3. Pemasangan tali pengikat dilakukan dengan sempurna;
4. Memperhatikan kodetanda-tanda yang dipakai dalam waktu pemuatan; 5. Tidak dibenarkan melakukan pemuatan pada waktu ada hujan deras dan angin ribut;
6. Kapal penariktug boat harus selalu dipersiapkan selama berlangsungnya pemuatan untuk memberi pertolongan kepada karyawan yang mendapat kecelakaan.
Pasal 10
Disamping norma-norma yang harus diperhatikan seperti diatas maka setiap unit kerja pada penebangan dan pengangkutan kayu harus diperhatikan pula:
1. Pada pekerjaan pengankutan barang dari bawah sikap tubuh harus tegak dengan lutut berada dalam keadaan menekuk dan pekerjaan mengangkat dilakukan dengan
kekuatan tumpahan pada kaki bukan pada punggung; 2. Tersedianya peralatan dan obat-obatan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan
termasuk untuk pencegahan: a. Lintahpacet, serangga, ular;
b. Malaria; c. Sakit perut;
d. Keracunan terhadap pestisida. 3. Tersedianya penerangan lampu yang cukup, apabila pekerjaan dilakukan pada waktu
malam hari.
BAB IV KEWAJIBAN PENGUSAHAPENGURUS PADA
PENEBANGAN DAN PENGANGKUTAN KAYU. Pasal 11
Selain kewajiban yang telah ditetapkan dalam undang-undang No. 1 Tahun1970. PengusahaPengurus dalam Peraturan Menteri ini berkewajiban pula:
1. Menerapkan norma-norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja Seperti tersebut di atas Bab II Peraturan Menteri ini.
9 dari 10
2. Harus memperhatikan tentang: 2.1 kondisi- kondisi dan bahaya yang mungkin timbul dalam tempat kerja dan
mengusahakan pencegahannya; 2.2 penyediaan dan penggunaan alat-alat pelindung diri dalam tempat kerja dan alat-
alat pengaman termasuk alat penyelamat diri. 3. Menyediakan tempat pemukiman sementara buruh dan sekitarnya yang harus selalu
dipelihara dalam keadaan baik dan bersih.
BAB V PELAKSANAAN UMUM
Pasal 12
Untuk kelancaran pelaksanaan Peraturan Menteri ini Direktur Jenderal Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja dapat melakukan kerja sama dengan Direktur Jenderal
Kehutanan.
Pasal 13
Direktur Jenderal Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja dalam hal ini Lembaga Nasional Perusahaan dan Kesehatan Kerja beserta Lembaga-lembaga Daerah melakukan
pengujian Laboratorium pengembangan keahlian dan penerapan yang bersangkutan dengan Norma-norma sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri ini.
Pasal 14
Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat memberikan petunjuk- petunjuk dalam hal kemungkinan timbulnya bahaya-bahaya akibat belum adanya norma-
norma seperti ayng telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri ini.
Pasal 15
Kepala kantor wilayah setempat melakukan koordinasi pelaksanaan Peraturan Menteri ini di daerah.
10 dari 10
BAB VI SANKSI DAN KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16
Setiap orang yang bersangkutan meupun tidak bersangkutan dengan pekerjaan ditempat kerja ini, yang tidak melaksanakan peraturan menteri ini diancam dengan hukuman sesuai
dengan pasal 15 ayat 2 Undang-undang No. 1 Tahun 1970.
Pasal 17
Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 07 Februari 1978
MENTERI TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KOPERASI
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
SUBROTO
1 dari 5
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KOPERASI
REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.03MEN1978
TENTANG
PERSYARATAN PENUNJUKAN DAN WEWENANG SERTA KEWAJIBAN PEGAWAI PENGAWAS
KESELAMATAN KERJA DAN AHLI KESELAMATAN KERJA.
MENTERI TENAGA KERJA TRANSMIGRASI DAN KOPERASI
Menimbang :
bahwa wewenang dan kewajiban pegawai pengawas dan Ahli Keselamatan Kerja sebagaimana dimaksud pasal 5 ayat 2
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 perlu dikeluarkan peraturan pelaksanaannya.
Mengingat :
1. Undang-undang No. 3 tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan Lembaran Negara No. 4 tahun 1951.
2. Pasal 1 ayat 4, 5, 6 dan pasal 5 ayat 2 Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kera Lembaran
Negara No. 1 tahun 1970. 3. Surat Keputusan Presiden R.I No. 5 tahun 1973 tentang
Pembentukan Kabinet Pembangunan II. 4. Keputusan Presiden R.I. No. 44 dan 45 tahun 1974 No. Surat
Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi R.I. No. Kep.-1000Men1977 tanggal 30 Juli 1977
tentang Penunjukan Direktur dimaksud dalam Undang- undang No. 1 tahun 1970;
5. Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi R.I. No. 79MEN1977 tanggal 30 Juli 1977 tentang
Penunjukan Direktur dimaksud dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970.
2 dari 5
M E M U T U S K A N
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA, TRANSMI- GRASI DAN KOPERASI TENTANG PERSYARATAN PE-
NUNJUKAN WEWENANG DAN KEWAJIBAN PEGAWAI PENGAWAS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DAN AHLI KESELAMATAN KERJA.
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1 Direktur adalah direktur sebagaimana telah ditetapkan dalam Surat Keputusan
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi R.I. No. 79MEN1977 tanggal 30 juli 1977;
2 Pegawai Pengawas adalah pegawai pengawas sebagaimana telah ditetapkan pada pasal 1 ayat 5 Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970;
3 Ahli Keselamatan Kerja adalah seorang ahli sebagaimana telah ditetapkan pada pasal 1 ayat 6 Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970.
Pasal 2
Pegawai Pengawas Keselamatandan Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud pada pasal 1 ayat 2 dan ayat 3 dalam Peraturan ini ditunjuk oleh Menteri atas usul Direktur
Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja.
Pasal 3
1 Untuk dapat ditunjuk sebagai Pengawas Keselamatan Kerja harus memenuhi syarat- syarat:
a. Pegawai Negeri Departemen Tenaga Kerja Transkop. b. Mempunyai keahlian khusus.
c. Telah mengikuti pendidikan calon pegawai pengawas yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja Transkop.
2 Untuk dapat ditunjuk sebagai ahli keselamatan kerja harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Mempunyai keahlian khusus. b. Telah mengikuti pendidikan oleh Departemen Tenaga Kerja Transkop.
3 dari 5
c. Mengetahui ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan perubahan pada umumnya serta bidang keselamatan dan kesehatan kerja pada khususnya.
Pasal 4
1 Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja berwenang untuk: a. memasuki semua tempat kerja.
b. Meminta keterangan baik tertulis maupun lisan kepada pengusaha, pengurus dan tenaga kerja mengenai syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Memerintahkan agar Pengusaha, pengurus dan tenaga kerja melaksanakan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.
d. Mengawasi langsung terhadap ditaatinya Undang-undang Keselamatan Kerja beserta peraturan pelaksanaanya termasuk:
1. Keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat-alat serta peralatan lainnya, bahan-bahan dan sebagainya;
2. Lingkungan; 3. Sifat pekerjaan;
4. Cara kerja; 5. Proses produksi;
e. Memerintahkan kepada pengusahapengurus untuk memperbaiki, merubah dan atau mengganti bilamana terdapat kekurangan, kesalahan dalam melaksanakan
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja. f. Melarang penggunaan pesawat-pesawat, alat-alat maupun proses produksi yang
membahayakan. g. sesuai dengan pasal 8 Undang-undang No. 3 Tahun 1951 Pegawai Pengawas
Keselamatn dan Kesehatan Kerja berwenang pula untuk melakukan pengusutan terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan peraturan Perundang-undangan Kese-
lamatan Kerja. 2 Pegawai Pengawas berkewajiban:
a. Mengadakan pemeriksaan disemua tempat kerja; b. Menelaah dan meneliti segala perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja;
c. Memberikan petunjuk dan penerangan kepada pengusaha, pengurus dan tenaga kerja atas segala persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja;
4 dari 5
d. Memberikan laporan kepada Direktur mengenai hasil segala kegiatan yang diwajibkan tersebut diatas menurut garis hirarchi Departemen Tenaga Kerja
Transkop; e. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan yang dapat
berhubungan dengan jabatannya.
Pasal 5
1 Ahli Keselamatan Kerja berwenang untuk: a. Memasuki tempat kerja yang ditentukan dalam surat pengangkatannya dan
tempat kerja lain yang diminta oleh Direktur; b. Meminta keterangan baik tertulis maupun lisan kepada pengusaha, pengurus dan
tenaga kerja yang bersangkutan mengenai syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja;
c. Memerintahkan agar Pengusaha, pengurus dan tenaga kerja melaksanakan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang bersangkutan;
d. Mengawasi langsung terhadap ditaatinya Undang-undang Keselamatan Kerja beserta peraturan pelaksanaanya termasuk:
1. Keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat-alat serta peralatan lainnya, bahan-bahan dan sebagainya;
2. Lingkungan; 3. Sifat pekerjaan;
4. Cara kerja; 5. Proses produksi.
e. Memerintahkan kepada pengusahapengurus untuk memperbaiki, merubah dan atau mengganti bilamana terdapat kekurangan, kesalahan dalam melaksanakan
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja; f. Melarang penggunaan pesawat-pesawat, alat-alat maupun proses produksi yang
membahayakan. 2 Ahli Keselamatan Kerja berkewajiban:
a. Mengadakan pemeriksaan di tempat kerja yang ditentukan dalam surat pengangkatannya dan tempat kerja lain yang diminta oleh Direktur;
b. Menelaah dan meneliti segala perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang bersangkutan;
5 dari 5
c. Memberikan laporan kepada Direktur mengenai hasil segala kegiatan yang diwajibkan tersebut diatas menurut garis hirarchi Departemen Tenaga Kerja
Transkop; d. Memberikan petunjuk dan penerangan kepada pengusaha, pengurus dan tenaga
kerja atas segala persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja; e. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan yang didapat
berhubung dengan jabatannya.
Pasal 6
1 Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja yang dengan sengaja membuka rahasia yang dipercayakan kepadanya sebagaimana
dimaksud pada pasal 4 ayat 2 sub e dan pasal 5 ayat 2 sub e dalam Peraturan ini dihukum sesuai pasal 6 ayat 1 Undang-undang No. 3 Tahun 1951 tentang
Pengawasan Perburuhan. 2 Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja
karena kehilapannya menyebabkan rahasia tersebut menjadi terbuka dihukum sesuai pasal 6 ayat 2 Undang-undang No. 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan.
Pasal 7
1 Sebelum diadakan penunjukkan kembali berdasarkan Peraturan Menteri ini. Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja
yang telah ada tetap melaksanakan tugasnya sebagaimana mestinya. 2 Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
bahwa semua persatuan perundang-undangan yang telah ada tetap berkalu sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri.
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 10 Maret 1978
MENTERI TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KOPERASI
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
SUBROTO
1 dari 3
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
No: PER.01MEN1979 TENTANG
KEWAJIBAN LATIHAN HYGIENE PERUSAHAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
BAGI TENAGA PARA MEDIS PERUSAHAAN. MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Menimbang : 1. Bahwa pelaksanaan perlindungan dan perawatan tenaga kerja
terhadap kesehatan dan keselamatan ditempat kerja perlu dijamin penyelenggaraannya sehingga betul-betul dapat dinikmati oleh para
tenaga kerja; 2. Bahwa tenaga kerja Para Medis hygiene perusahaan-perusahaan dan
keselamatan kerja harus dapat melaksanakan usaha penyelenggaraan hygiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja diperusahaan
atau tempat kerja masing-masing; 3. Bahwa untuk dapat melaksanakan tugas-tugas penyelenggaraan ter-
sebut tenaga Para Medis hygiene perusahaan dan keselamatan kerja harus mendapatkan latihan dalam bidang hygiene perusahaan,
kesehatan dan keselamatan kerja; 4. Bahwa untuk melaksanakan usaha-usaha tersebut pada angka 3,
maka perlu dikeluarkan peraturan tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi tenaga
Para Medis Perusahaan.
Mengingat : 1. Undang-undang No.14 Tahun 1969;
2. Pasal 9 ayat 3 Undang-undang No.1 Tahun 1970; 3. Keputusan Presiden R.I No 44 dan 45 Tahun 1975.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transkop No. Per01Men 76; 5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.71Men 78
2 dari 3
M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
TENTANG KEWAJIBAN LATIHAN HYGIENE PERUSAHAAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BAGI TENAGA PARA
MEDIS PERUSAHAAN.
Pasal 1
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga Para Medis diwajibkan untuk mengirimkan setiap tenaga tersebut untuk mendapatkan latihan dalam bidang Hygiene
Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Pasal 2
Yang dimaksud tenaga Para Medis ialah tenaga Para Medis yang ditunjuk atau ditugaskan untuk melaksanakan atau membantu penyelenggaraan tugas-tugas Hygiene Perusahaan,
Kesehatan dan Keselarnatan Kerja diperusahaan atas petunjuk dan bimbingan dokter perusahaan.
Pasal 3
Pusat dan Balai Bina Hygiene Perusahaan dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja ditunjuk untuk menyelenggarakan latihan dalam lapangan hygiene perusahaan kesehatan dan
keselamatan kerja dalam pasal 1 serta melaporkan tugas-tugas tersebut kepada Direktur Jenderal Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja.
Pasal 4
1 Setiap tenaga Para Medis yang telah dapat menyelenggarakan latihan akan mendapatkan sertifikat.
2 Dengan sertifikat tersebut tenaga kerja medis yang bersangkutan telah memenuhi syarat-syarat untuk menyelenggarakan pelayanan hygiene perusahaan dan kesehatan
kerja sesuai dengan fungsinya.
Pasal 5
Segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan Latihan Hygiene Perusahaan, Kesehatan Kerja tersebut akan ditentukan oleh Kepala Pusat Bina Hygiene Perusahaan,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
3 dari 3
Pasal 6
Perusahaan-perusahaan yang tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan tersebut pada pasal 1 dari peraturan ini diancam dengan hukuman sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat
2 Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Pasal 7
Pegawai Pengawas Kesehatan Kerja akan melakukan pengawasan terhadap ditaatinya ketentuan sebagaimana tersebut pada pasal 1.
Pasal 8
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 28 Februari 1979
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
HARUN ZAIN
1 dari 22
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
No. PER.01MEN1980 TENTANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA KONSTRUKSI BANGUNAN
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI.
Menimbang : a. bahwa kenyataan menunjukan banyak terjadi kecelakaan, akibat belum ditanganinya pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja secara
mantap dan menyeluruh pada pekerjaan konstruksi bangunan, sehingga karenanya perlu diadakan upaya untuk membina norma perlindungan
kerjanya; b. bahwa dengan semakin meningkatnya pembangunan dengan
penggunaan teknologi modern, harus diimbangi pula dengan upaya keselamatan tenaga kerja atau orang lain yang berada di tempat kerja.
c. bahwa sebagai pelaksanaan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja, dipandang perlu untuk menetapkan ketentuan-
ketentuan yang mengatur mengenai keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerjaan Konstruksi Bangunan.
Mengingat : 1. Pasal 10 a Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang ketentuan- ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja.
2. Pasal 2 2c dan pasal 4 Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
M E M U T U S K A N
Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA
KONSTRUKSI BANGUNAN.
2 dari 22
BAB I KETENTUAN UMUM