Urusan Penyelenggaraan, Sumber Daya, dan Perangkat Pos serta Informatika
Penulis: Ahadiat
INFO HUKUM
Pengertian Piutang Negara
Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah
Pusat atau Hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat
perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku atau akibat lainnya yang sah. Salah satu Piutang Negara yang terdapat
di Ditjen SDPPI adalah Piutang Biaya Hak Penggunaan BHP Frekuensi Radio. Piutang
BHP Frekuensi Radio adalah piutang yang muncul akibat dari tunggakan pembayaran
BHP Frekuensi Radio yang melewati batas jatuh tempo. Berdasarkan Pasal 29 ayat
4 PP Nomor 53 Tahun 2000 bahwa Biaya Hak Penggunaan spektrum frekuensi radio
dibayar dimuka setiap tahun, sehingga Wajib Bayar yang tidak melunasi tagihan
BHP Frekuensi Radio sampai dengan batas tanggal jatuh tempo maka akan dicatat
sebagai Piutang Negara.
Piutang BHP Frekuensi Radio berasal dari pengguna frekuensi di seluruh
Indonesia yang berjumlah sekitar 2.600
Tantangan dan Hambatan Tantangan dan Hambatan
Penyelesaian Piutang BHP Frekuensi Radio Penyelesaian Piutang BHP Frekuensi Radio
Melalui Panitia Urusan Piutang Negara Melalui Panitia Urusan Piutang Negara
Wajib Bayar. Namun dari jumlah Wajib Bayar sebanyak itu, sebagian besar nilai Piutang
BHP Frekuensi Radio berasal kurang dari 10 Wajib Bayar, atau biasa disebut dengan
Big User pengguna frekuensi. Tercatat nilai Piutang BHP Frekuensi Radio pada
Semester I Tahun 2015 sekitar Rp. 2,5 Triliun. Dari jumlah tersebut sekitar 97
berasal dari Big User. Piutang Negara ini adalah salah satu piutang dengan
nilai yang cukup besar diantara Piutang Negara KementerianLembaga lain yang
bersumber dari PNBP.
Mengacu Pasal 13 PP 29 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Penentuan Jumlah,
Pembayaran dan Penyetoran PNBP Yang Terutang, Piutang yang belum dibayar akan
dilakukan penagihan oleh Kementerian Lembaga sampai dengan tiga kali
penagihan, setelah upaya penagihan maksimal dilakukan oleh kementerian
Lembaga baru kemudian diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara
PUPN di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPNKL Ditjen
Keuangan Negara DJKN. Jadi hanya piutang yang telah dinyatakan macet
oleh KementerianLembaga, yang akan diserahkan penagihannya kepada PUPN di
KPKNL. Yang perlu dicatat, yang diserahkan kepada KPKNL adalah kewenangan
penagihannya, tetapi pencatatannya tetap dicatat di laporan keuangan Kementerian
Lembaga. Piutang ini akan tercatat di Laporan Keuangan sampai ada pelunasan
atau dinyatakan dihapus oleh Kementerian Keuangan.
Secara ilustrasi pengelolaan pengelolaan Piutang Negara sampai
dengan diserahkan kepada KPKNL sebagaimana gambar 1.1.
Persyaratan penyerahan piutang ke KPKNL.
Penyerahan Piutang Negara kepada PUPN dapat dilakukan apabila memenuhi
persyaratan berikut : 1. Dikategorikan sebagai Piutang Negara
macet. Dikategorikan piutang macet jika telah
edisi sembilan 2015
Buletin Informasi SDPPI
42
diterbitkan tiga kali surat penagihan sesuai PP Nomor 29 Tahun 2009.
2. Upaya maksimal telah ditempuh oleh penyerah piutang Kementerian
Lembaga, tapi tetap belum diselesaikan oleh Penanggung Hutang PH.
3. Adanya dan besarnya piutang telah pasti menurut hukum, dibuktikan
dengan dokumen lengkap dan jelas. Ada dan besarnya piutang telah pasti
termasuk pokok piutang beserta dendanya. Artinya besaran piutang
sudah tidak bertambah lagi. 4. Dalam hal tidak memenuhi syarat
dikembalikan ke Penyerah Piutang PP. Secara administrasi penyerahan
Piutang Negara kepada PUPN, harus dilengkapi dengan dokumen kelengkapan
antara lain : 1. Fotokopi dokumen dasar timbulnya
piutang misalnya : surat perjanjian kredit, surat kesanggupan bayar, etc.
2. Fotokopi dokumen bukti besarnya piutang misalnya : invoice, surat
pemberitahuan pembayaran, etc. 3.
Fotokopi surat menyurat antara Penyerah Piutang dengan Penanggung
Hutang yang berkaitan dengan upaya penagihan misalnya : surat tagihan
pertama, kedua, ketiga dan terakhir.
4. Fotocopi surat pemberitahuan bahwa pengurusan piutang akan diserahkan
kepada PUPN. 5. Fotocopi dokumen perusahaan Akta
Perusahaan, NPWP, SIUPTDP Setelah Piutang Negara diserahkan
ke PUPN, maka penagihan sepenuhnya menjadi kewenangan PUPN. Penyerah
Piutang tidak diperkenankan untuk melakukan penagihan atas piutang yang
telah diserahkan kepada Wajib Bayar lagi. Bahkan jika Wajib Bayar melakukan
pembayaran setelah Piutang Negara diserahkan kepada PUPN, maka Wajib
Bayar melakukan pembayaran kepada PUPN bukan lagi kepada Penyerah Piutang.
Nantinya PUPN yang akan mentransfer pembayaran Wajib Bayar kepada Penyerah
Piutang atau KementerianLembaga.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128 Tahun 2007 Tentang
Pengurusan Piutang Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 48 Tahun 2014
Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128 Tahun
2007 bahwa prosedur pengurusan Piutang Negara oleh PUPN dapat dilihat melalui
ilustrasi gambar 1.2.
Mengacu gambar 1.2, setelah Piutang Negara diserhakan ke PUPN, maka ada
beberapa tahapan yang akan dilakukan PUPN antara lain :
1. Menerbitkan Surat Penerimaan
Pengurusan Piutang Negara SP3N atau Surat Penolakan jika penyerahan
piutang tidak memenuhi syarat.
2. Menerbitkan Surat Pemanggilan
kepada Penanggung Hutang. Jika Penanggung Hutang mengakui
bersarnya Piutang Negara, maka akan dibuat pernyataan bersama dan diminta
kesanggupan untuk melunasinya. 3.
Menerbitkan Surat Keputusan Penetapan Jumlah Piutang Negara, jika
Penanggung Hutang tidak mengakui jumlah Piutang Negara atau tidak
bersedia menandatangani pernyataan bersama.
4. Menerbitkan Surat Paksa. 5. Melakukan sita atas harta kekayaan
yang dimiliki oleh Penanggung Hutang. 6. Menerbitkan Surat Pernyataan Piutang
Lunas , jika terjadi pelunasan. 7. Menerbitkan Surat Piutang Negara
Belum Dapat Ditagih PSBDT, Jika Wajib Bayar dinilai tidak mampu lagi
atau tidak diketahui keberadaannya.
Nantinya pada tahap akhir penyelesaian Piutang Negara, PUPN
akan menerbitkan surat sebagai bukti penyelesaian Piutang Negara, antara lain :
1. Surat Pernyataan Piutang Negara Lunas
SPPNL. Surat ini akan diterbitkan PUPN jika
Wajib Bayar telah melunasi seluruh Piutang Negara beserta dengan Biaya
Administrasi Biad Pengurusan Piutang Negara.
2. Surat Piutang Sementara Belum Dapat diTagih PSBDT.
Surat ini akan diterbitkan PUPN jika setelah dilakukan pemeriksaan lapangan,
Wajib Bayar dinyatakan tidak memiliki kemampuan untuk membayar hutangnya
dikarenakan tutup usaha, perusahaan tidak ditemukan atau sejenisnya.
Gambar 1.1
edisi sembilan 2015
Buletin Informasi SDPPI
43