Wolf. J., 2012, U.S. lawmakers seek to block China Huawei,
edisi sembilan 2015
Buletin Informasi SDPPI
sesuai Permenkominfo No.032011: Melaksanakan pengawasan dan
pengendalian dibidang penggunaan Spektrum Frekuensi Radio SFR
yang meliputi kegiatan pengamatan, deteksi sumber pancaran, monitoring,
penertiban, evaluasi dan pengujian ilmiah, pengukuran dan koordinasi monitoring
Frekuensi Radio.
Indikator permasalahan dapat dilihat dari Kasus gangguan radio penerbangan
dimana sepanjang tahun 2014 terjadi 13 kasus gangguan yang diadukan.
Penggunaan perangkat dan frekuensi yang tidak sesuai peruntukannya oleh beberapa
nelayan pelayaran rakyat berdampak gangguan yang merugikan pada dinas
maritim dan penerbangan terutama pada band HF juga menjadi indikasi peluang
terjadinya kecelakaan armada yang membahayakan jiwa manusia diudara atau
dilaut.
Hal yang melatarbelakangi perlunya secara rutin memonitor frekuensi
marabahaya adalah disamping menjadi tugas dan fungsi dari stasiun monitor
frekuensi radio suatu negara yang menjadi anggota himpunan telekomunikasi
internasional maka memonitor frekuensi marabahaya juga diwajibkan bagi stasiun
radio maritim maupun penerbangan untuk selalu standby di frekuensi marabahaya
tertentu sesuai dinasnya pada waktu periode diam silence period atau bila
sedang tidak sedang berkomunikasi. Terkait hal tersebut stasiun monitor
frekuensi radio yang ada di UPT monitoring frekuensi radio monfrekrad Ditjen SDPPI
dapat berfungsi sebagai penjaga frekuensi marabahaya membantu tugas stasiun
pantai maupun stasiun penerbangan.
Tindak lanjut Penerimaan Informasi Marabahaya
Stasiun monitoring yang berada di UPT Monfrekrad-Ditjen SDPPI dilengkapi
dengan perangkat untuk pemantauan penggunaan frekuensi radio termasuk
frekuensi yang digunakan untuk menyampaikan pesanberita marabahaya
termasuk sinyal Beacon atau rambu radio dari unit locator penentu posisi emergensi
seperti Emergency Locator Transmitter ELT, Emergency Position Indicating
Radio Beacon EPIRB atau Personal Locator Beacon PLB. Tentunya sementara
ini stasiun monitoring hanya mampu memonitor transmisi secara teresterial.
Hasil penerimaan informasi yang telah teridenti
ˉ kasi selanjutnya dapat
disampaikan kepada Kepala UPT Monfrekrad dan atau ke kantor pusat
Direktorat Pengendalian SDPPI untuk dikoordinasikan dengan segera ke
BASARNAS sebagai wujud kontribusi Ditjen SDPPI-Kemkominfo, didalam membantu
informasi proses menemukenali sumber pengirim pesan marabahaya dan
penentuan posisi yang mengindikasikan terjadinya marabahaya emergensi.
Berikut ini diagram komunikasi untuk koordinasi yang diambil dari situs Basarnas
dimana Instansi Pemerintah yang memiliki potensi SAR dapat bergabung disana, meski
dari Ditjen SDPPI hanya dapat memberikan informasi berita marabahaya dan posisi
lokasi terjadinya musibah, tentunya hal ini diperlukan standar prosedur operasi SOP
internal Ditjen SDPPI atau dapat juga MoU atau kerjasama operasi dengan Basarnas.
Disamping tahapan Koordinasi dengan Basarnas, UPT Monfrekrad juga dapat
mengawasi monitoring frekuensi kerja Basarnas, berikut:
HF : 0:3.023 KHz, 5.680 KHz, 13.545
KHz simplek VHF
: Tx=159.300 MHz, Rx= 154.300 MHz duplek
VHF AM : 123,1 MHz, 282,8 MHz simplek UHF
: Tx=356.250 MHz, Rx= 351.250 MHz duplek
EPIRB ELT
PLB
BASARNAS
DIAGRAM KOMUNIKASI UNTUK KOORDINASI
KANSAR
POS SAR POS SAR
Potensi SAR Instansi Pemerintah
Berpotensi SAR
Untuk alasan mendesak, dapat juga menghubungi kantor Basarnas berikut ini: BADAN SAR NASIONAL BASARNAS
Jl. Angkasa Blok B.15 KAV 2-3 Kemayoran, Jakarta Pusat – Indonesia 10720 Telp : 62-21 6570 1116
13