122 Contoh lain Kasus PPAT yang melakukan kesalahan dalam
pembuatan akta jual beli yang tidak sesuai tata cara pembuatan akta PPAT adalah PPAT Bsk dengan nomor akta 3402015 tanggal 20-012-2015
dengan kesalahan akta sudah di tanda tangani tetapi sertipikat belum dilakukan pengecekan di Kantor Pertanahan, sehingga saat mau di daftar
untuk proses peralihan hak di tolak oleh kantor pertanahan Nasional Kota Yogyakarta. Sehingga PPAT mendapat teguran lisan dari Kantor Pertanahan
Kota Yogyakarta dan di haruskan membuat suatu pernyataan tertulis yang menyatakan alasan kenapan terjadi pelangaran dan tidak akan
mengulanginya lagi.
C. Perbuatan hukum yang bagaimana yang dapat dikatakan sebagai tidak
sesuai dengan tata cara pembuatan akta oleh PPAT di kaikan dengan teori sistem hukum Lowrence M. Friedman,
Sistem hukum terdiri dari 3 tiga unsur, tiga unsur dari sitem hukum teori Lowrence M. Friedman sebagai
Three Elements of Legal System
tiga elemen dari sistem hukum.
1. Komponen struktur
Komponen stuktur Hukum yaitu kelembagaan yang diciptakan oleh sistem hukum itu dengan berbagai macam fungsi dalam rangka
mendukung bekerjanya sistem tersebut. Komponen ini dimungkinkan untuk melihat bagaimana sistem hukum itu memberikan pelayan terhadap
penggarapan bahan-bahan hukum secara teratur. Sukses tidaknya sebuah lembaga Negara dalam menjalankan pemerintahannya ditetapkan oleh
kemampuan pejabatnya dalam menjalankan roda pemerintahannya. Salah satu tugas pejabat khususnya disini adalah PPAT memiliki peranan
penting dalam bekerjanya PPAT adalah untuk membuat akta jual beli tanah. Peranan PPAT disini adalah dalam membuat akta jual beli tanah
dimana akta tersebut harus di buat sesuai dengan tata cara pembuatan akta
123 PPAT. Hasil wawancara dengan salah satu PPAT Kota Yogyakarta, SY,
SH, bahwa : “ Untuk mengajukan transaksi jual beli tanah harus di lakukan dengan
akta Jual beli yang di buat oleh PPAT, dalam pembuatan akta jual beli harus sesuai dengan prosedur pembuatan akta, dan apabila ada salah
satu pihak yaitu penjual dan pembeli yang tidak bersedia melakukan sesuai prosedur maka PPAT berhak menolak permohonan tersebut, dari
pada nanti terjadi masalah di kemudian hari”
105
Selain itu hasil wawancara dengan Kepala Seksi Peralihan Hak Atas Tanah Kota Yogyakarta Mulyono, A.ptnh menjelaskan pada intinya
bahwa : “Permohonan Pengajuan proses balik nama jual beli di Kantor
Pertanahan Kota Yogyakarta masih ada PPAT yang membuat akta tidak sesuai dengan tata cara, sehingga berkas tersebut di di tolak dan harus
dilengkapi terlebih dahulu agar dapat diproses di kantor pertanahan
Kota Yogyakarta”.
106
Dari hasil wawancara dengan Kepala seksi Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta dan PPAT selaku penegak hukum yang memberikan
perlindungan hukum terhadap masyarakat untuk mendapatkan kepastian hukum. Namun dalam implementasinya, PPAT sendiri yang kurang
paham tentang aturan pembuatan akta jual beli tanah.
2. Komponen substantif
Komponen Substantif yaitu sebagai
output
dari sistem hukum berupa peraturan-peraturan, keputusan-keputusan yang digunakan baik
oleh pihak yang mengatur maupun yang diatur. Substansi dalam sistem hukum menentukan bisa tidaknya hukum dilaksanakan, substansi juga
berarti produk hukum yang di hasilkan oleh orang yang berada dalam sistem hukum mencangkup keputusan yang mereka keluarkan, aturan
baru yang mereka susun, substansi juga mencangkup aturan yang hidup
105
Wawancara dengan PPAT di Kota Yogyakarta, SY, SH tanggal 7 November 2015
106
Wawancara dengan kepala seksi BPN Kota Yogyakarta, Mulyono, A.ptnh, 10 November 2015
124
living low
bukan hanya melihat aturan yang ada dalam Undang-Undang saja. Secara garis besar prosedur pembuatan akta jual beli tanah diatur
dalam PP nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah juga mengacu pada Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, yang kemudian dikeluarkanya peraturan Walikota Yogyakarta nomor 102 tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan daerah Koya Yogyakarta Nomor 8 tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Sehingga sebelum
mendaftarkan berkas Akta Jual Beli tanah di Kantor pertanahan Kota Yogyakarta, terlebih dahulu harus melakukan verifikasi atau validasi
BPHTB yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta yang secara normatif dan yuridis bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
lainnya serta menghambat tugas dari Pejabat PPAT, Notaris maupun pejabat Lelang.
Jika melihat substansi dari peraturan yang berlaku masih ada PPAT yang melakukan pelanggaran-pelangaran tersebut, yang disebabkan karena
dalam implementasinya PPAT yang melakukan pelanggaran hanya di kenakan denda administrasi dan membuat surat pernyataan tidak akan
mengulang kesalahan lagi supaya balik nama dapat di proses di kantor Pertanahan Kota Yogyakarta.
3. Komponen kultural
Komponen kultural budaya yaitu terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap yang mempengaruhi bekerjanya hukum, atau disebut sebagai
kultur hukum. Kultur hukum inilah yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara peraturan hukum dan tingkah laku hukum
seluruh PPAT. Jadi budaya hukum yang ada selalu mengulangi kesalahan yang PPAT lakukan.
125 Dari hasil penelitian penulis, ketiga unsur dari sitem hukum teori
Lowrence M. Friedman
sebagai
Three Elements of Legal System
tiga elemen dari sistem hukum.
1. Komponen Struktur adalah pejabat PPAT, Kantor Pertanahan, Kantor
BPKAD 2.
Komponen Substansi yaitu peraturan-peraturan yang berlaku di kantor Pertanahn, BPKAD yang masih dilanggar olehkantor pertanahan dan
PPAT 3.
Komponen kultur budaya yaitu budaya yang menyimpang dari PPAT yang sering dilakukan oleh PPAT.
Menurut hemat Penulis dari hasil wawancara dengan beberapa sumber diatas, dapat disimpulkan bahwa beberapa PPAT Kota Yogyakarta,
kesadaran hukum akan pelanggaran yang dilakukan dalam prosedur pembuatan akta jual beli tanah masih kurang, terlihat dari berkas yang
masuk ke kantor Pertanahan Kota Yogyakarta, yang membuat berkas tersebut di kembalikan untuk di lengkapi terlebih dahulu sehingga proses
balik nama tanah tersebut menjadi terhambat. Dari ketiga komponen tersebut tidak efektif di laksanakan di Kota
Yogyakarta, karna masih ada PPAT yang melakukan pembuatan akta jual beli tanah yang tidak sesuai dengan tata cara pembuatan akta PPAT.
126
BAB IV PENUTUP
Berpijak dari keseluruhan hasil penelitian dan pembahasan seperti telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, penulis dapat mengemukakan
kesimpulan sebagai berikut:
A. Simpulan 1.