13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Tentang Hukum Agraria
Pengertian Agraria secara bahasa adalah hal-hal yang berkaitan dengan pertanian. Namun dalam perkembangannya agraria tidak lagi terfokus pada
pertanian. Agraria dalam arti luas meliputi permukaan bumi, air, pertambangan dan ruang angkasa. Sedangkan agraria dalam arti sempit hanya
meliputi bumi atau tanah saja. Sedangkan hukum agraria itu sendiri ialah sejumlah aturan hukum yang mengatur tentang hak-hak penguasaan atas
sumber daya alam. Sejarah hukum agraria di Indonesia sendiri terbagi dalam 3 tiga
periode yaitu periode sebelum tahun 1945, periode pada tahun 1945 dan periode pada saat setelah tahun 1945.
Dalam 3 tiga periode tersebut memiliki sejarah yang sama-sama menentukan, dimulai saat tahun 1870. Sebelumnya hanya ada satu hukum
yang mengatur tentang agraria yaitu Hukum Adat, namun saat itu pemerintah Hindia-Belanda membuat hukum baru tentang agraria yang disebut dengan
Agrarian Wet
. Munculnya hukum ini berkaitan dengan kegiatan kapitalis yang ada di negeri Belanda. Tahun demi tahun berjalan hingga akhirnya di
bentuklah undang-undang yang mengatur tentang agraria yang cocok untuk semua pihak, baik untuk pribumi maupun golongan eropa dan timur asing
yaitu dengan di bentuknya Undang-Undang Pokok Agraria pada tahun 1960. Namun kembali seiring dengan berjalannya waktu makin banyak
pula pelanggaran tindak pidana tentang pertanahan yang ada di negeri ini, terutama tentang permohonan hak milik yang sering kali demi kepentingan
pribadi banyak pihak yang menyalah gunakan proses permohonan pembuatan sertifikat hak milik atas tanah. Hal ini dibuktikan dengan makin
banyaknya sertifikat palsu yang dengan mudahnya muncul dan dikeluarkan di negeri ini. Tentunya hal ini sangat meresahkan warga,
terutama menyangkut hak mereka terhadap sebidang tanah yang sangat
14 mudah sekali dirampas oleh para pihak yang tidak bertanggung jawab.
Kekuatan alat bukti yang mereka miliki berupa sertifikat hak milik seakan menjadi selembar kertas yang tidak ada harganya dan tidak ada gunanya.
Sudah pasti keadaan seperti ini tidak bisa begitu saja kita anggap sebagai keadaan yang tidak berbahaya sama sekali namun sebaliknya.
Jika kita coba mengkaji lagi di dalam proses permohonan sertipikasi hak milik atas tanah terdapat beberapa asas yang wajib dipenuhi oleh
kalangan staf pembuat akta tanah dan para pihak yang terkait. Menurut Pasal 2 UUPA tahun 1960 pendaftaran atas sebidang tanah
harus dilaksanakan berdasar asas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka. Hal ini bertujuan sebagai berikut menurut Pasal 3 UUPA
tahun 1960 :
9
a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun, dan hak-hak lain yang terdaftar, agar dengan mudah membuktikan dirinya sebagai
pemegang hak yang bersangkutan. Untuk itu kepada pemegang haknya diberikan sertifikat sebagai surat tanda buktinya;
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
termasuk pemerintah, agar dengan mudah dapat memeproleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun yang terdaftar;
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Hal ini
direalisasikan dengan cara mewajibkan pendaftaran terhadap semua perbuatan hukum yang berlaku mulai dari peralihan, pembebanan hingga
hapusnya hak tersebut.
B. Tinjauan Umum Tentang Peralihan Hak Atas Tanah