Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Desa merupakan organisasi terkecil yang berhubungan langsung dengan rakyat, secara hirarki desa menjadi pemerintahan terkecil dalam struktur negara. Namun secara umum desa berada jauh dari pusat kekuasaan yang berada diatasnya, padahal desa memiliki arti penting dalam penyelengaraan pelayanan publik serta berperan besar memfasilitasi publik dalam hal pemenuhan hak hak publik di tingkat lokal. Desa dikatakan sebagai suatu wilayah terkecil dari negara yang dikelola secara formal dan mandiri oleh kelompok masyarakat yang berdiam didalamnya dengan aturan-aturan yang disepakati bersama dengan tujuan menciptakan keteraturan, kebahagiaan dan kesejahteraan bersama yang dianggap menjadi hak dan tanggung jawab bersama kelompok masyarakat tersebut. Secara umum masyarakat desa bertempat tinggal di suatu wilayah administrasi dimana setiap penduduk saling mengenal dan masih didominasi nilai nilai leluhur dari penduduk desa tersebut, desa sebagai tempat hidup masyarakat didominasi oleh mata pencaharian dari pertanian dan juga biasanya desa bersifat homogen penduduknya. Universitas Sumatera Utara Masyarakat desa sebagai sistem sosial berbeda dengan contoh sistem sosial lain seperti kelompok sosial atau organisasi sosial. Mayarakat desa merupakan sistem sosial yang komprehensif, artinya di dalam masyarakat desa terdapat semua bentuk pengorganisasian atau lembaga lembaga yang diperlukan untuk kelangsungan hidup dan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan dasar manusia. Namun ini tidak berarti 100 masyarakat itu secara ekonomi betul betul dapat memenuhi kebutuhan kebutuhannya sendiri 1 Pemerintahan desa memiliki peranan signifikan dalam pengelolaan proses sosial di dalam masyarakat, tugas utama yang harus diemban pemerintah desa . Dari sudut pandang politik desa akan diidentifikasi sebagai sebuah organisasi kekuasaan. Undang - Undang No. 22 Tahun 1999 menyatakam bahwa pemerintahan desa adalah pelaksana kegiatan penyelenggara pemerintahan yang terendah langsung di bawah Pemerintahan Kecamatan. Pemerintahan desa terdiri atas, kepala desa, BPD dan perangkat desa yaitu sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 1999 telah memberikan peluang dan kesempatan bagi desa dalam memberdayakan masyarakat desa, untuk menghidupkan kembali parlemen desa dengan tujuan membangun relasi yang demokratis desentralisasi dan demokrasi lokal melalui perluasan ruang partisipasi politik pada masyarakat desa, untuk menghapus dan mengakhiri sentralisasi dalam mewujudkan suatu masyarakat yang otonom desa otonom . 1 Jabal Tarik Ibrahim. 2003. Sosiologi Pedesaan. Malang : UMM Pres. hal 30. Universitas Sumatera Utara adalah bagaimana menciptakan kehidupan demokratik, memberikan pelayanan sosial yang baik sehingga dapat membawa warganya pada kehidupan yang sejahtera, rasa tentram dan berkeadilan 2 Pemerintah Orde Baru mengatur Pemerintahan DesaMarga melalui UU No. 51979 tentang Pemerintahan Desa. Undang-undang ini bertujuan untuk menyeragamkan nama, bentuk, susunan dan kedudukan Pemerintahan Desa. Pada . Pemerintahan Desa diharapkan harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat, agar masyarakat senantiasa memiliki dan turut bertanggung jawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga desa. Jika dilihat dari segi kewilayahan maka desa merupakan pemerintahan yang menyelengggarakan fungsi fungsi pelayanan publik langsung kepada masyarakat, Pemerintahan Desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan nasional, sehingga harus mampu memberikan pelayanan secara efektif kepada masyarakat, serta mampu mewujudkan penyelengaraan pemerintahan desa yang demokratis. Pada dasarnya kehidupan berdemokrasi yang dapat di sesuaikan secara langsung dengan nilai nilai yang ada pada bangsa ini dapat dimulai dari demokrasi di desa. Secara historis pun akar pemerintahan Indonesia adalah pemerintahan desa atau system pemerintahan desa. Artinya sebelum Pemerintahan Indonesia eksis yang ada adalah pemerintahan desa, di Indonesia sekarang terdapat kurang lebih 70.000 buah desa dan masyarakat indonesia mayoritas masih tinggal di desa. 2 AAGN Ari Dwi Payana. 2003. Membangun Good governance di Desa. Yogjakarta : IRE pres. hal 33. Universitas Sumatera Utara masa ini hak ulayat desa tidak dijadikan salah satu hal yang dapat menjadi nilai nilai dalam mengambil keputusan terkait kepentingan desa, sebagai institusi dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di level bernegara tepat dibawah kekuasaan pemerintahan kecamatan, tentu saja penyelenggaraan pemerintahan dan tata kelola desa akan didominasi persetujuan berdasarkan dari pihak Kecamatan. Secara otomatis kemandirian desa akan terpasung dan masyarakat desa yang diwakili oleh pemerintahan desa tidak memiliki kewenangan dalam mengelola serta mengatur wilayahnya sendiri. Demokrasi yang diharapakan sebagai jembatan peningkatan kesejahteraan masih jauh dari harapan pada masa ini, desa sebagai pemerintahan level terendah tidak bisa bertindak sesuai dengan kehendaknya sendiri. Dalam kenyataan dengan berbagai peraturan dan ketentuan, masyarakat desa bukan diberdayakan akan tetapi lebih dibudidayakandiperlemah karena diambil berbagai sumber penghasilannya dan hak ulayatnya sebagai masyarakat tradisonal, hal yang sangat bertolak belakang dengan maksud penyeragaman desa untuk memperkuat pemerintahan desa agar mampu menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Pasca berahirnya orde baru dengan lengsernya presiden soeharto Pemerintahan Desa diatur dalam UU No. 221999 yang diperbarui menjadi 322004 tentang Pemerintahan Daerah, setelah hadirnya Undang Undang ini Indonesia memasuki era desentralisasi dimana daerah diberikan kewenangan untuk mengurusi apa yang menjadi urusanya sendiri. Provinsi, kabupaten, kota, Universitas Sumatera Utara dan bahkan desa pada hari ini tidak lagi menjadi kepanjang tangan pusat melainkan sebagai mitra strategis dalam menjalankan dan mengelola pemerintahan diberbagai sektor Bab XI pasal 200 sd 216. Menurut undang-undang ini, Desa atau disebut dengan nama lain yang disesuikan dengan daerah dan bahasa daerahnya, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memilik kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat- istiadat setempat yg diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Desa dapat dibentuk, dihapus, danatau digabung dengan memperhatikan asal-usulnya atas prakarsa masyarakt dengan persetujuan Pemerintah Kabupaten dan DPRD. . Setelah lahirnya UU ini maka desa tidak lagi dibawah kontrol langsung kecamatan, namun dikontrol langsung oleh kabupaten selain itu terdapat pemisahan antara eksekutif kepala desa dan legislatif badan perwakilan desa. Melalui Undang - Undang No. 32 Tahun 2004 sebagai pengganti UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, undang – undang ini memberikan wacana dan paradigma baru dalam upaya mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan, dan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan, serta daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, dan keadilan. Universitas Sumatera Utara Dalam UU 32 Tahun 2004 pasal 209 terjadi perubahan mendasar terhadap peran dan fungsi BPD, dimana LKMD diganti dengan istilah Badan Permusyawaratan Desa dan mengalami penurunan derajat wewenang, sehingga tidak ada lagi fungsi kontrol terhadap kepala desa, BPD juga tidak memiliki kewenangan dalam pengolahan keuangan desa, termasuk penetapan APBDes dan penetapan tata cara pungutan objek pendapatan dan belanja desa. Undang – undang ini menempatkan lembaga BPD bukan dibawah kepala desa implisit di sini adalah bahwa BPD sebagai partner kepala desa dalam memfasilitasi warganya. Melalui Undang Undang ini desa akhirnya menjadi suatu daerah otonom yang dapat mengatur wilayahnya sendiri, otonomi desa telah menghadirkan hak dan wewenang desa untuk mengatur dan menyelenggarakan pemerintahan desa yang telah ditetapkan bersama BPD, urusan pemerintahan yang menjadi wewenang desa mencakup A. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa; B. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupatenkota yang diserahkan pengaturannya kepada desa; C. tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, danatau kabupatenkota; Universitas Sumatera Utara D. urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundangperundangan diserahkan kepada desa 3 meskipun pemerintahan desa memiliki wewenang otonomi dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, namun pemerintahan desa harus tetap menjaga keseimbangan kewenangan dengan penyelenggaraan otonomi daerah KabupatenKota. Eksistensi desa selama ini tidak bisa dilepaskan dari relasi kekuasaan dan kepentingan kekuatan supra desa,seperti pemerintah pusat atau pemerintah daerah di atasnya yaitu Kabupaten. Pembangunan desa dilakukan oleh Kabupaten Kota dan pihak ketiga mengikutsertakan Pemerintah Desa dan Badan Permusyawratan Desa. 4 pembangunan desa sering dikaitkan dengan upaya atau usaha bagaimana memajukan desa tersebut menjadi lebih baik dan berkualitas, baik dari sumber daya alamnya, sumber daya manusia, ataupun mengembangkannya melalui inudstri kreatif. Mensejahterakan penduduk desa tersebut itu tujuan utama dari adanya pembangunan desa. Pada dasarnya Kenyataan menunjukkan bahwa Desa memiliki sumber-sumber keuangan yang sangat terbatas, walaupun sudah ada yang mengatur urusan keuangan desa di dalam UU 32 sehingga pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu pembangunan di desa adalah bagian terkecil yang tidak bisa dipisahkan dari rencana pembangunan nasional yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat. 3 UU 32 Pemerintahan Daerah pasal 206 4 UU 32 Pemerintahan Daerah pasal 215 ayat 1 Universitas Sumatera Utara memberikan perhatian khusus terhadap upaya peningkatan pendapatan desa yang bersumber dari bantuan pemerintah, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupatenkota, serta bagi hasil penerimaan pajak dan retribusi daerah.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Terhadap Masyarakat Dikecamatan Sidamanik Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Serta Pelaksanaannya Berdasarkan Uu Pa Dan Peraturan Pemerintah Nomor24 Tahun 1997

2 111 115

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

1 62 186

Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Mewujudkan Good Governance"(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)

27 139 108

Dampak Relokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Simalungun Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Raya

2 36 189

BAB II DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN A. Kabupaten Simalungun - Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

1 3 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

0 0 28

Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

0 0 11

RELASI ANTARA KEPALA DESA DENGAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Analisis relasi kekuasaan dalam pemerintahan desa :Suatu Studi Terhadap Relasi Kekuasaan Kepala Desa dengan Maujana Nagori di Nagori Simattin, Kecamatan Pamatang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Content, 104 p

0 0 28

Analisis relasi kekuasaan dalam pemerintahan desa :Suatu Studi Terhadap Relasi Kekuasaan Kepala Desa dengan Maujana Nagori di Nagori Simattin, Kecamatan Pamatang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Content, 104 pages, 5 tables, 2 graphichs, 1 map, 23 books,

0 0 11