memberikan perhatian khusus terhadap upaya peningkatan pendapatan desa yang bersumber dari bantuan pemerintah, pemerintah propinsi dan pemerintah
kabupatenkota, serta bagi hasil penerimaan pajak dan retribusi daerah.
B. Perumusan Masalah
Program pembangunan desa dari kabupaten merupakan salah satu cara untuk mempercepat laju pembangunan di desa. Perencanaan pembangungan desa
merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah kabupatenkota. Kabupatenkota secara kelembagaan pemerintah kabupatenkota
memiliki peran untuk menjamin pembangunan di desa-desa berlangsung, demi terjaminya pemerataan pembangunan di desa. Mengingat sampai dengan hari ini
masih banyak desa-desa di Indonesia yang masih terpinggirkan dan jauh dari sentuhan pembangunan pemerintah kabupaten maupun pusat. Sehingga sebuah
hubungan antara kepala desa dan kepala daerah akan sangat menentukan laju pembangunan sebuah desa, sebab dengan banyaknya desa di suatu daerah
kabupaten kota akan menimbulkan persaingan antara desa untuk menyuarakan kebutuhannya.
Berangkat dari latar belakang dan penjelasan singkat diatas maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana relasi kekuasaan antara kepala daerah dengan kepala desa dalam mewujudkan good
governance di nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya, kabupaten Simalungun ?.
Universitas Sumatera Utara
C. Pembatasan Masalah
Dalam sebuah penelitiaan dibutuhkan adanya pembatasan masalah terhadap hal yang akan diteliti, pembatasan ini diperlukan agar hasil penelitian
lebih terfokus dan tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai menjadi karya tulis yang sistematis. Adapun yang mejadi Batasan masalah dalam
penelitian ini adalah 1.
Hubungan kepala desa dengan kepala derah 2.
Peran kepala desa dalam mewujudkan Good governance pada tahun 2009- 2014
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Mengeksplorasi dan mendeskripsikan relasi kekuasaan antara kepala Daerah dan kepala Desa dalam pengelolaan Pemerintahan Nagori di
Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun.
2. Menganalisis peran Kepala desa dalam mewujudkan Good governance
setelah pergantian kepala daerah di Kabupaten Simalungun. E. Manfaat Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Dalam setiap penelitian, secara teoritis diharapkan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat. Terlebih lagi untuk perkembangan Ilmu pengetahuan.
Adapun yang menjadi manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1.
Dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi terkait pelaksanaan good governance di suatu desa.
2. Dengan penelitian ini penulis semakin mengasah kemampuan analisa
penulis sendiri. 3.
Menambah rujukan bagi mahasiswa ilmu politik mengenai penelitian tentang politik di desa.
F. Kerangka Teori 1. Demokrasi Lokal
Demokrasi lokal adalah demokrasi yang terjadi di level lebih bawah dari hirarki pemerintahan suatu negara. Sementara itu, kajian Birokrasi dan Demokrasi
utamanya ditujukan mengefektifkan tujuan-tujuan pemerintahan demokrasi dalam memenuhi janji terhadap para konstituen. Salah satunya adalah, lewat
penitikberatan pada kinerja birokrasi. Publik diarahkan lebih mendekati “kerja- kerja nyata” pemerintahan, tidak seperti kondisi saat ini yang seperti “teralienasi”
dari implementasi perilaku pemerintah. Dengan lain perkataan, diupayakan suatu pengalihan titik perhatian dari aspek
input sistem politik kepada output. Salah satu upaya kea rah pemberdayaan partisipasi politik public ini adalah dengan demokrasi tingkat local. Jarak antara
konstituen dengan pejabat public terpilih relative lebih dekat dengan “daerah”
Universitas Sumatera Utara
ketimbang “pusat.” Terlebih kini daerah telah punya kewenangan yang semakin besar dalam memproduksi dan mengimplentasikan kebijakan yang punya efek
atas masyarakat. Signifikansi demokrasi di tingkat local semakin terlihat tatkala banyak
keputusan-keputusan yang khas ditujukan hanya pada satu wilayah. Keputusan spesifik ini membutuhkan persetujuan dari public, baik tatkala disusun maupun
dijalankan. Demokrasi tingkat lokal adalah suatu konsep yang berupaya mendekatkan
alam bernegara kepada individu. Jarak, sebagai suatu hal yang kerap membuat warganegara punya political efficacy yang rendah, dipangkas oleh konsep ini.
Sebab itu, demokrasi local kerap dipahami sebagai cara berdemokrasi memerintah di:
1.Dalam lembaga-lembaga pemerintahan local seperti walikota, dewan kota atau DPRD, komite-komite, dan pelayanan administrative;
2.Dalam pengorganisasian dan aktivitas masyarakat civil society.
Secara ideal, kedua elemen di atas pemerintah dan civil society bekerja sama dalam melakukan penyusunan dan implementasi kebijakan. Keduanya merupakan
partner kerja, kendati di alam kenyataan keduanya lebih merupakan “sparring enemy.” Sebab itu, demokrasi mengutamakan masyarakat lokal sesungguhnya
adalah fondasi utama dalam gagasan modern mengenai kewarganegaraan, sebab
Universitas Sumatera Utara
lembaga-lembaga masyarakat yang ada beserta segala proses pengambilan keputusannya memungkinkan terwujudnya praktik demokrasi yang lebih
langsung, yang di dalamnya suara individu dapat didengar dengan lebih mudah
5
2. Kekuasaan
.
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan para
pelaku
6
Kekuasaaan merupakan suatu kondisi yang memunculkan dua pemahaman pertama pemahaman tentang orang yang memperoleh kekuasaan dan kedua
pemahaman tentang orang yang dikuasai atau tunduk pada kekuasaan. Pemahaman sentral yang berkenaan dengan ini berkisar pada sumber kekuasaan
. Konsep kekuasaan erat sekali hubungnnya dengan konsep kepemimpinan. Dengan kekuasaan pimpinan memperoleh alat untuk
mempengaruhi pengikutnya. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan dalam arti bahwa ada satu pihak
yang memerintah dan ada pihak yang diperintah satu pihak yang memberi perintah, satu pihak yang mematuhi perintah dari yang memerintah. Tidak ada
persamaan martabat, hirarki hadir sebagai aturan utama, selalu yang satu lebih tinggi daripada yang lain dan selalu ada unsur paksaan dalam hubungan
kekuasaan. Paksaan tidak selalu perlu dipakai secara gamblang, tetapi adanya kemungkinan paksaan itu dipakai, sering sudah cukup.
5
http:setabasri01.blogspot.com200906demokrasi-di-tingkat-lokal.html diaksekes tanggal 6 maret 2014 pukul 20.30
6
Miriam Budiardjo. 2008.
Dasar Dasar Ilmu Politik
, Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. hal 17.
Universitas Sumatera Utara
sebagai legitimasi atas kekuasaan itu pada satu sisi dan kemauan seseorang untuk tunduk pada kekuasaan yang maknanya adalah pembatasan dan bahkan menerima
tekanan pada sisi lain. Legitimasi sebagai dasar berfungsinya kekuasaan bisa bermacam macam, di
dalam perspektif lebih teknis rincian dari sumber kekuasaan khususnya secara formal administrartif ada 6 sebagai berikut :
1. Kekuasaan balas jasa reward power yaitu kekuasaan yang legitimasinya
bersumber dari sejumlah balas jasa yang bersifat positif uang perlindungan, perkembangan karir, janji positif dan sebagainya yang
diberikan kepada pihak penerima guna melaksanakan perintah ataub persyaratan lain. Faktor ketundukan seseorang pada kekuasaan dimotivisir
oleh hal itu dengan harapan jika telah melakukan sesuatu akan memperoleh seperti yang dijanjikan.
2. Kekuasaan paksaan coercive power berasal dari perkiraan yang
dirasakan orang bahwa hukuman dipecat, ditegur, akan diterima jika mereka tidak melaksanakan perintah pimpinan. Kekuasaan menjad suatu
motivasi yang bersifat refresif terhadap kejiwaan seseorang untuk tunduk pada kekuasaan pimpinan itu dan melakukan seperti apa yang
dikehendaki. Jika tidak paksaan yang diperkirakan akan dijatuhkan 3.
Kekuasaan legitimasi legitimate power kekuyasaan yang berkembang atas dasar dan berangkat dari nilai nilai intern yang mengemuka dari dan
sering bersifat konvensional bahwa seorang pimpinan mempunyai hak sah
Universitas Sumatera Utara
untuk mempengaruhi bawahannya . sementara itu pada sisi lain seorang mempunyai kewajiban untuk menerima pengaruh tersebut karena seorang
lainnya ditentukan sebagai pimpinannya atau petinggi sementara dirinya seorang bawahan. Legitimasi demikian bisa diperoleh atas dasar aturan
formal tetapi bisa juga bersumber pada kekuasaan yang muncul karena kekuatan alamiah dan kekuatan akses dalam pergaulan bersama yang
mendudukkan seseorang beruntung memperoleh legitimasi suatu kekuasaan.
4. Kekuasaan pengendalian atas informasi kekuasaan ini ada dan berasal dari
kelebihan atas suatu pengetahuan dimana orang lain tidak mempunyai. Cara ini digunakan dengan pemberian atau penahanan informasi yang
dibutuhkan oleh orang lain yang mau tidak mau tunduk secara terbatas pada kekuasaan pemilik informasi. Pemilik informasi dapat mengatur
segala sesuatu yang berkenaan denga peredaran informasi, atas legitimasi kekuasaan yang dimiliki.
5. Kekuasaan panutan referent power kekuasaan ini muncul di dadsarkan
atas pemahaman secara kultural dari orang orang dengan yang berstatus sebagai pemimpin. Masyarakat menjadikan pemimpim tersebut sebagai
panutan atau simbol dari perilaku mereka. Aspek kultural yang biasanya muncul dari pemahaman religiusitas direfleksikan pada kharisma pribadi,
keberanian,sifat simpatik dan sifat sifat lain yang tidak ada pada
Universitas Sumatera Utara
kebanyakan orang. Hal ini menjadikan orang lain tunduk pada kekuasaannya.
6. Kekuasaan keahlian expert power kekuasaan ini ada dan merupakan hasil
dari tempaan yang lama dan muncul karena suatu keahlian atau ilmu pengetahuan. Kelebihan ini menjadikan seorang menjadi winasis dan
secara alamiah berkedudukan sebagai pemimpin dalam bidang keahliannya itu. Sang pemimpin bisa mereflesikan kekuasaan dalam batas
bats keahliannya itu dan secara terbatas pula orang tunduk pada kekuasaan yang bersumber dari keahlian yang dimiliki karena adanya kepentingan
terhadap keahlian sang pemimpin
7
Konsep kekuasaan politik diupayakan sebagai suatu elaborasi dengan menjadikan kekuasaan itu sebagai fenomena politik kekuasaan
.
8
. Untuk memahami fenomena kekuasaan politik, Charles F Andrain dan Ramlan Surbakti
seperti yang dikutip oleh P. Anthonius Sitepu dapat ditinjau dari enam 6 dimensi yaitu
9
1. Dimensi Potensial dan Aktual
:
Seseorang yang dipandang mempunyai kekuasaan potensial apabila mempunyai atau memiliki sumber-sumber kekuasaan seperti
kekayaan, tanah, senjata, pengetahuan informasi, popularitas, status sosial yang tinggi, massa yang terorganisir, dan jabatan. Sebaliknya seseorang
7
Samsul Wahidin. Dimensi Kekuasaan Negara Indonesia. Yogjakarta: Pustaka pelajar. hal 3
8
P. Anthonius Sitepu. 2012. Studi Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu. hal.130
9
P. Anthonius Sitepu. 2012. Teori-Teori Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu. hal.54
Universitas Sumatera Utara
yang dipandang memiliki kekuasaan aktual apabila telah menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya kedalam kegiatan-kegiatan politik secara
efektif. 2.
Dimensi Konsensus dan Paksaan Dalam menganalisis hubungan kekuasaan harus membedakan
kekuasaan yang berdasarkan paksaan dan kekuasaan yang berdasarkan consensus. Para analisis politik yang lebih menekankan aspek konsensus
dari kekuasaan akan cenderung melihat elit politik sebagai orang yang tengah berusaha menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan
masyarakat secara keseluruhan. Sementara itu, apabila menekankan pada aspek paksaan dari kekuasaan akan cenderung memandang politik sebagai
perjuangan, pertarungan, dominasi, dan konflik. 3.
Dimensi Positif dan Negatif Tujuan umum pemegang kekuasaan adalah untuk mendapatkan
ketaatan atau penyesuaian diri dari pihak yang dipengaruhi. Tujuan umum ini dapat dikelompokkan menjadi dua aspek yang berbeda yakni, tujuan
positif dan negatif. Kekuasaan positif adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencapai tujuan yang dianggap penting dan diharuskan.
Sedangkan kekuasaan negatif adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencegah orang lain mencapai tujuan yang tidak hanya
dipandang tidak perlu akan tetapi juga merugikan pihaknya. 4.
Dimensi Jabatan dan Pribadi
Universitas Sumatera Utara
Dalam masyarakat yang sudah maju dan mapan, kekuasaan terkandung erat dalam jabatan-jabatan. Penggunaan kekuasaan yang
terkandung dalam jabatan secara efektif tergantung pada kualitas pribadi yang dimiliki dan ditampilkan oleh setiap pribadi yang memegang jabatan.
Dalam masyarakat yang masih sederhana, struktur kekuasaan didasarkan atas realitas pribadi lebih menonjol daripada kekuasaan yang terkandung
di dalam jabatan itu. Dalam hal ini, pemimpin yang melaksanakan kekuasaan efektifitas kekuasaannya terutama berasal dari kualitas pribadi.
5. Dimensi Implisit dan Eksplisit
Kekuasaan implisit adalah kekuasaan yang tidak terlihat dengan kasat mata akan tetapi dapat dirasakan. Sedangkan kekuasaan eksplisit
adalah pengaruh yang terlihat dan dapat dirasakan. Adanya kekuasaan dimensi eksplisit, menimbulkan perhatian orang pada segi rumit hubungan
kekuasaan yang disebut dengan “azas memperkirakan reaksi dari pihak lain”.
6. Dimensi Langsung dan Tidak Langsung
Kekuasaan langsung adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mempengaruhi pembuat dan pelaksana keputusan politik
dengan melakukan hubungan secara langsung tanpa melalui perantara. Yang termasuk dalam kategori sumber-sumber kekuasaan adalah sarana
paksaan fisik, kekayaan dan harta benda ekonomi normatif jabatan, keahlian, status sosial popularitas pribadi, massa yang terorganisasi,
Universitas Sumatera Utara
senjata, penjara, kerja paksa, teknologi, aparat yang menggunakan senjata. Sedangkan kekuasaan yang tidak langsung adalah penggunaan sumber-
sumber kekuasaan untuk mempengaruhi pembuat dan pelaksana keputusan politik dengan melalui perantara pihak lain yang diperkirakan mempunyai
pengaruh yang lebih besar terhadap pembuat dan pelaksana keputusan politik.
1. Teori dan Konsep Pembagian Kekuasaan
Dalam sebuah negara gagasan tentang pemisahan kekuasaan diasumsikan sebagai suatu cara untuk menjadikan negara tidak berpusat pada satu tangan
monarkhi melainkan harus memiliki batasan-batasan kewenangan. Dalam hal ini John Locke 1632-1704 mengemukakan gagasan tentang teori yang memisahkan
kekuasaan dari tiap-tiap negara kedalam tiga bagian antara lain yaitu Kekuasaan Legislatif, yakni kekuasaan untuk membuat undang-undang, kekuasaan Eksekutif,
yakni kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang, kekuasaan Federatif, yakni kekuasaan mengadakan perserikatan dan aliansi serta segala tindakan dengan
semua orang dan badan-badan luar negeri
10
. Pada dasarnya, dalam perspektif pembagian kekuasaan John Locke lebih menginginkan pembagian kekuasaan
dalam arti sebagai sebuah konsistensi atas perlindungan terhadap hak-hak rakyat dari kesewenang-wenangan penguasa
11
10
Moh. Mahfud MD. 2001. Dasar dan struktur ketatanegaraan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. hal. 72.
11
Samsul Wahidin. 2007. Dimensi Kekuasaan Negara Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal.16.
.
Universitas Sumatera Utara
Menurut John Locke, ketiga kekuasaan ini harus dipisahkan satu dari yang lainnya
12
1. Kekuasaan Legislatif dilaksanakan oleh suatu badan perwakilan rakyat
parlemen. Isi ajaran Montesquieu ini adalah mengenai pemisahan kekuasaan the Separation of Power yang dikenal dengan Istilah Trias
Politica istilah yang diberikan oleh Imanuel Kant. Keharusan pemisahan kekuasaan negara menjadi tiga jenis itu adalah agar tindakan sewenang-
wenang oleh raja dapat dihindarkan. . Sementara itu, dalam pandangan Montesquieu 1689-1755 dalam suatu
pemerintahan negara, ketiga jenis kekuasaan itu harus terpisah, baik mengenai fungsi tugas maupun mengenai alat kelengkapan organ yang melaksanakan.
Montesquieu membagi kekuasaan kedalam tiga organ yaitu :
2. Kekuasaan Eksekutif, dilaksanakan oleh pemerintah presiden atau raja
dengan bantuan menteri-menteri atau kabinet. 3.
Kekuasaan Yudikatif, dilaksanakan oleh badan peradilan Mahkamah Agung dan pengadilan dibawahnya melainkan kekuasaan itu harus
terpisah
13
3. Good Governance
.
Good governance merupakan wacana baru dalam kosa kata ilmu politik. Konsep ini semakin menguat di negara ini semakin menjadi isu sentral
dewasa ini ketika konsep otonomi daerah diberlakukan di indonesia, semangat
12
C.S.T Kansil. 2003. Sistem pemerintahan Indonesia. Jakarta: Bumi aksara. hal. 8
13
C.S.T Kansil. ibid. hal. 8-9
Universitas Sumatera Utara
reformasi telah mendayai aparatur negara dengan tuntutan untuk kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara.
Good governance yang dimaksud adalah proses penyelenggaraan kekuasaan dalam melaksanakan penyediaan public goods and service disebut
governance, pemerintahan atau kepemerintahan sedangkan praktek terbaiknya disebut good governance kepemerintahan yang baik
14
1. Teori political society masyarakat politik : partai politik,birokrasi,negara
. Good governance menurut Bank Dunia World Bank adalah
cara kekuasaan digunakan dalam mengelola berbagai sumberdaya sosial dan ekonomi untuk pengembangan masyarakat The way state power is used in
managing economic and social resources for development of society. Ada 3 teori yang menjadi kata kunci dalam pembahasan mengenai konsep
good governance yaitu :
Adalah kumpulan organisasi organisasi dalam masyarakat yang tujuan pendirian dan aktivitas utamanya adalah untuk memperoleh dan
menjelaskan kekuatan politik. 2.
Teori econic Society masyarakat ekonomi Adalah kumpulan organisasi-organisasi di dalam masayarakat yang tujuan
pendirian dan aktivitas utamanya untuk memperoleh keuntungan finansial.
14
Dr. Sedarmayanti. Good Governance Kepemerintahan Yang Baik Dalam Rangka Otonomi Daerah. Bandung: Mandar Maju. hal 2
Universitas Sumatera Utara
3. Teori Civil Society masyarakat sipil masyarakat madani
Adalah kumpulan organisasi organisasi di dalam masyarakat yang tujuan pendirian dan aktivitas utamanya memiliki empat ciri
a. Non politis dan non ekonomi
b. Inisiatif pendirian datang dari bawahgrassroots
c. Menjunjung pluralitas
d. Mengembangkan demokrasi egaliter
15
Secara sederhana good governance dapat diartikan sebagai prinsip dalam mengatur pemerintahan yang memungkinkan layanan publik efesien, sistem
pengadilannya bisa diandalkan dan administrasinya bertanggung jawab kepada publik. Menurut hardijanto pengertian governance mengandung makna yang
lebih luas daripada government , karena tidak hanya mengandung arti sebagai proses pemerintahan, tetapi termasuk di dalammnya mencakup mekanisme
pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan sektor negara, masyarakat, dan swasta negara dana non negara
16
1. asas kecermatan formal.
.
Ada 9 asas umum pemerintahan yang baik good governance principles, yang selama ini menjadi acuan berbagi literatur, yaitu
2. Fair play
15
Adi Sujatno. 2007. Moral Dan Etika Kepemimpinan : merupakan landasan ke arah pemerintahan yang baik good governance. Jakarta: Team 4s. hal 42-43.
16
Dr. Pandji Santosa. 2008. Administrasi Publik Teori Dan Aplikasi Good Governance. Bandung: PT. Refika Aditama. hal 55.
Universitas Sumatera Utara
3. Perimbangan
4. Kepastian hukum formal
5. Kepastian hukum material
6. Kepercayaan
7. Persamaan
8. Kecermatan
9. Asas keseimbangan
17
Selain asas, konsep good governance sebagai hubungan yang sinergis dan konnstruktif antara negara, sektor swasta dan masyarakat memiliki karakteristik
dasar yakni sebagi berikut: 1.
Participation. Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermeditasi institusi
legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperi ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara
konstruktif 2.
Rule of law. Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa perbedaan, terutama hukum hak asasi manusia
3. Transparenacy. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus
informasi. Proses lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan.Informasi harus dapat dipahami dan
dapat dipantau
17
Ibid hal 56.
Universitas Sumatera Utara
4. Responsiveness. Lembaga dan proses harus mencoba untuk melayani
setiap stake holders. 5.
Consensus Orientation. Good governance menjadi perantara kepentinganyang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi
kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan maupun prosedur. 6.
Effectiveness and effeciency. Proses dan lembaga mengahsilkan sesuai dengan apa yang digariskan dengan menggunakan sumber yang tersedia
sebaiki mungkin 7.
Accountabilty. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektoe swasta dan masyarakat civil society bertanggung jawab kepada publik
dan lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk
kepentinga internal atau eksternal organisasi. 8.
Starategic Vision. Para pemimpin dan publik harus perspektif good governance dan pengembangan manusia yang luas serta jauh ke depan
sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini
18
Negara, Sektor swasta dan masyarakat merupakan domain utama dalam good governance, dan dari ketiga domain tersebut negara menjadi aktor dominan
dalam mewujudkan good governance, negara diharapkan menerapkan good governance meliputi sistem adaministrasi negara. Keseluruhan karakteristik dari
good governance tersebut merupakan karakteristik yang saling memperkuat dan .
18
Opcit, Dr Sedarmayanti hal 8.
Universitas Sumatera Utara
saling terkait serta tidak bisa berdiri sendiri. Sehingga dapat dikerucutkan bahwa terdapat empat prinsip utama yang dapat memberi gambaran good governance
adminisitrasi publik yang berciri kepemerintahan yang baik yaitu sebagai berikut : 1.
Accountabilty 2.
Transparenacy 3.
Participation 4.
Rule of law Di lingkungan negara pemerintah dikembangkan etika pemerintahan, di
lingkungan sektor swasta disebarluaskan etika bisnis, dan lingkungan civil society ditanamkan etika sosial atau kemasyarakatan.walaupun ketiga pelaku
termaksud memiliki ideologi berbeda tetapi bukan berarti mereka tidak akan mendapatkan titik temu etika pemerintahan, etika bisnis, dan etika sosial atau
kemasyarakatan demi kepentingan umum. Setiap pelaku Good governance memiliki peran dan tugas masing-masing
dalam mencapai tujuan hidup bernegara. Negara pemerintah berperan menciptakan lingkungan politik dan hukum kondusifbeberapa dan bertanggung
jawab dalam penyelenggaraan pelayanan publik, penyelenggaraan kekuasaan memerintah, dan membangun lingkungan kondusif bagi tercapainya tujuan
pembangunan pada tingakat lokal, nasional maupun internasional dan global.
Universitas Sumatera Utara
G. Metodologi Penelitian 1. Metode penelitian
Metode yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi atau
arena populasi tertentuyang bersifat faktual secara sistematis dan akurat
19
. Metode penelitian ini dimaksudkan sebuah proses pemecahan suatu masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan atau menerangkan keadaan sebuah objek maupun subjek penelitian seseorang, lembaga maupun masarakat pada saat
sekarang dengan berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya
20
2. Lokasi penelitian
.
Pelaksanaan penelitian ini diadakan di Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.
3. Jenis Penelitian
Jenis penelian ini adalah kualitatif, Penelitian kualitatif bermaksud untuk memberi makna atas fenomena secara holistik dan harus memerankan dirinya
secara aktif dalam keseluruhan prose studi. Orientasi penelitian kualitatif yaitu pada upaya memahami fenomena secara menyeluruh
21
19
Sudarwan Danin. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif, Ancangan Metodologi, Presentasi Dan Publikasi Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa Dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu Ilmu Sosial, Pendidiakan Dan Humaniora.
Bandung: Pustaka Setia. hal 41.
20
Hadari Nawawi.1987. Metodologi Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta:Gajahmada University Press. hal.63.
21
Opcit, Sudarwan Danin, hal.41.
. Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat
Universitas Sumatera Utara
penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadalkan analisis data secara induktif, bersifat deskriftif, membatasi studi dengan fokus
22
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan dan syarat tertentu yang
ditetapkan berdasarkan tujuan dan masalah penelitian .
23
4. Teknik Pengumpulan Data
. Oleh karena penelitian ini menggunakan metode kualitatif maka peneliti membutuhkan informan kunci key
informan. Key informan yang dipilih yaitu Pangulu, Maujana nagori, dan perangkat
nagori serta tokoh masyarakat dengan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Peneliti akan melaksanakan wawancara secara langsung dan bertemu
dengan informan yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai judul penelitian. Pihak-pihak yang diwawancarai dilibatkan dalam penggalian data
sebagai informan dengan tujuan agar memperoleh informasi yang tersaring tingkat akurasinya sehingga keseimbangan informasi dapat diperoleh.
Ada beberapa tekik pengumpulan data yang dapat digunakan, antara lain penelitian perpustakaanlibrary research, yang sering disebut metode
dokumentasi, dan penelitian lapangan, seperti wawancara dan observasi
24
22
Lexy J Moleong, metode penelitian Kualitatif, Bandung, remaja rosdakarya, 1994, hal 27.
23
Hadari Nawawi. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada Press.hal.157.
24
Ibid , hal 130
. Untuk
Universitas Sumatera Utara
dapat memperoleh data berupa fakta di lapangan yang adalah informasi asli maka penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut
1. Metode Library research atau studi kepustakaan
Studi yang dilakukan ini adalah dengan cara pengumpulan data dengan cara menghimpun dan mengumul buku buku, dokumen
dokumen,makalah,arsip arsip dan literatur literatur serta seluruh sarana informasi lainnya yang tentu saja berhubungan dengan masalah penelitian
ini. 2.
Wawancara Teknik pengumpulan data secara langsung dengan memberikan kepada
pertanyaan pertanyaan kepada informan, untuk mendapatkan data secara langsung yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Teknik analisa data
Sesuai dengan metode penelitian dalam menganalisis data pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kualitatif, yaitu teknik tanpa
menggunakan alat bantu dengan rumus statistik.
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan merupakan penjabaran rencana penulisan agar lebig mudah dan teraqrah untuk menyusun karya ilmiah ini, maka penulis membagi
sistematika penulisan ini menjadi empat bab, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang akan diteliti, perumusan masalah, pembatasan masalah, Tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Dalam bab ini akan menguraikan tentang profil Desa Dolok Huluan dan profil Kepala Desa pangulu Dolok Huluan.
BAB III RELASI KEKUASAAN BUPATI SIMALUNGUN DENGAN
PANGULU NAGORI DOLOK HULUAN DALAM MEWUJUDKAN
GOOD GOVERNANCE DI NAGORI DOLOK HULUAN
Dalam bab ini akan membahas secara garis besar hasil penelitian sekaligus menganalisi hubungan kekuasaan antara bupati dengan
pangulu dalam mewujudkan Good governance di Nagori Dolok Huluan.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab yang terakhir ini, berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Pada bab ini juga
akan terjawab pertanyaan terhadap penelitian yang dilakuakan.
Universitas Sumatera Utara