Pada sel mamalia, kelimpahan mRNA bervariasi hingga kelipatan 10
4
, yang mana keseluruhan dari anggota kelas ini berfungsi sebagai pembawa yang
menyampaikan informasi dalam suatu gen ke perangkat pembentuk protein. Masing-masing mRNA berfungsi sebagai cetakan untuk membentuk polimer
asam amino dengan sekuens spesifik, sehingga membentuk molekul protein spesifik yaitu produk akhir suatu gen
Denake et al., 2013.
2.5 Reseptor Androgen Pada Kelenjar Prostat
Secara ultrastruktur, kelenjar aksesori terdiri dari sel epitelium dengan morfologi sel glandular yang mensekresikan protein. Pertumbuhan epitelium
dipengaruhi oleh hormon androgen tertentu yakni DHT. Hormon tersebut diperoleh dari konversi testoteron dan androgen adrenal yang memasuki sel
sekretorik epithelium glandular. Dehidrotestosteron memilliki aktivitas 30 kali lebih kuat dari testosteron,
ikatan DHT dengan AR akan menyebabkan perubahan konformasional reseptor menuju nukleus yang akhirnya mempengaruhi transkripsi gen, yang menstimulasi
pertumbuhan normal epitelium khususnya pada prostat, serta dapat memicu pertumbuhan sel yang abnormal seperti benign prostatic hyperplasia BPH dapat
berkembang menjadi kanker prostat, terutama jika sebelumnya terdapat riwayat dari kanker prostat Fernandez et al., 2005. Oleh karena itu, androgen dapat
mempengaruhi perkembangan dari kelenjar prostat melalui reseptor protein intraseluler yaitu reseptor androgen Marker et al., 2003 dalam Khan et al., 2005.
Penyediaan androgen merupakan syarat untuk mendorong pertumbuhan kelenjar prostat dan untuk menjaga ukuran yang tetap stabil. Meskipun testosteron
merupakan androgen yang lazim beredar dalam darah, DHT adalah androgen yang paling aktif terlibat dalam regulasi kelenjar prostat. Konversi testosteron menjadi
metabolit aktifnya dicapai melalui aktivitas 5 α-reduktase, yang terjadi dalam dua
isozim, tipe I dan tipe II. Sementara jenis II didominasi oleh sel-sel prostat, tipe I oleh jaringan lain, seperti kulit dan hati. Kekurangan tipe II sangat menghambat
pengembangan kelenjar prostat pada manusia dan yang lebih rendah pada tikus Mahendroo et al., 2001.
Reseptor androgen bertindak sebagai faktor transkripsi dimana fungsinya untuk pengikatan DNA dan mengatur ekspresi gen. Ekspresi mRNA AR secara
signifikan terdeteksi pada sel kanker payudara, liver, sel line prostat, terdapat banyak pada permukaan fibroblas genital, ventral prostat dan pada line kanker
prostat, ekspresi dari mRNA AR tersebut diregulasi oleh adanya androgen Culig, 2004.
Respon androgen terlibat dalam banyak kegiatan seluler yang berkisar dari proliferasi menuju ke kematian sel yang terprogram. Ekspresi AR telah terbukti
terkait dengan proliferasi sel dan berkontribusi terhadap perkembangan kanker prostat. Hasil ini menunjukkan dengan jelas pentingnya tingkat ekspresi AR
dalam mengatur tingkat pertumbuhan kelenjar prostat terutama pada penuaan Shidaifat, 2009, dan lokasi AR diketahui paling banyak terletak pada sel basal
dari epitelium ventral prostat tikus Soeffing, 2005.
Hormon steroid meregulasi diferensiasi dan menginduksi respon fisiologis pada beberapa variasi dari organisme eukariotik. Kerja hormon tersebut timbul
jika berikatan dengan hormon steroid spesifik yang memiliki afinitas yang tinggi dengan reseptor protein pada sel-sel target, dan interaksi dari kompleks reseptor
hormon steroid dengan elemen regulator pada gen spesifik Yamamoto, 2005 dalam Chang et al., 2008.
Reseptor androgen ditemukan pada beberapa organ yang sensitif terhadap androgen seperti prostat, vesikula seminalis, folikel rambut, kelenjar sebaceus dan
preputial, otot levator ani dan beberapa tumor yang sensitif terhadap androgen. Beberapa abnormalitas dari respon androgenik kemungkinan terjadi karena
adanya mutasi dari gen AR Bardin et al., 2003 dalam Chang et al., 2008. Reseptor androgen merupakan ligand-activated dari faktor transkripsi yang
memediasi sinyal dari semua androgen . Ketika diaktivasi oleh androgen, AR akan
berikatan pada respon elemen pada promotor gen target, termasuk protein penyandi yang terkait dengan proses mitosis, diferensiasi dan apoptosis pada
prostat Verrijdt et al., 2003
. Mekanisme aktivasi dari gen target oleh reseptor nuklear diidentifikasi oleh
banyak protein coactivator, selanjutnya protein tersebut membentuk ikatan bersama agar dapat mengaktivasi reseptor ligand-dependent atau reseptor yang
sebelumnya telah membentuk kompleks androgen-AR, dan juga meningkatkan kemampuan untuk mengaktivasi gen target Bevan Parker 1999 dalam Chang et
al., 2008.
2.6 Hormon Testosteron