cairan prostat yang sedikit basa mungkin dapat menetralkan sifat asam cairan seminalis lainnya selama ejakulasi, dan juga meningkatkan motilitas dan fertilitas
sperma Guyton dan Hall, 2008.
2.3 Reseptor Androgen ARandrogen receptor Pada Tikus
Reseptor androgen juga dikenal sebagai nuclear receptor subfamily type dari nuclear receptor yang diaktivasi oleh ikatan dengan ligan dan menginduksi
faktor transkripsi, yang juga termasuk reseptor untuk hormon steroid pada hewan mamalia seperti glucocorticoid receptor GR, mineralcorticoid receptor MR,
progesterone receptor PR, estrogen receptor ER dan androgen receptor AR Marilia et al., 2009.
Analisis struktural dari cDNAs pada hAR human androgen receptor dan rAR rat androgen receptor mengindikasikan bahwa region dari amino terminal
pada AR kaya akan oligo dan poli amino acid, yang merupakan struktur dari beberapa gen homeotik. Reseptor androgen pada tikus mempunyai lengan atau
untaian basa yang kaya akan glutamin, dan terdapat kesamaan sequence antara AR dan GR, PR dan MR dalam domain steroid-binding.
Pada proses hibridasi molekuler cDNA AR digunakan sebagai promotor yang nantinya akan membentuk mRNA AR dalam proses transkripsi. Translasi
dari mRNA mengandung 94 dan 76 kDa protein dan bentuk yang lebih kecil pada ikatan DNA serta mempunyai afinitas yang tinggi terhadap androgen,
mengindikasikan bahwa organ aksesori genital pria ataupun hewan jantan kaya akan mRNA AR, dan produksi mRNA AR pada organ target terjadi karena
mekanisme autoregulasi oleh androgen Chang et al., 2008.
Gambar 2.4 Analisis Struktur cDNA Dari AR pada Tikus Chang et al., 2008.
Reseptor androgen bekerja secara bebas yang berinteraksi dan berikatan dengan DNA melalui protein sinyal transduksi di sitoplasma. Reseptor androgen
dapat menyebabkan perubahan yang cepat pada fungsi sel yang bebas dari perubahan di gen transkripsi seperti perubahan pada ion transport Arun et al.,
2001. Fungsi AR sebagai DNA-binding dari faktor transkripsi yang meregulasi
ekspresi gen, yang mana jika diberikan testosteron akan masuk ke dalam sel yang sebelumnya telah diubah menjadi DHT, kemudian berikatan dengan reseptornya
membentuk kompleks androgen-AR. Setelah pengikatan dengan steroid atau ligannya, AR mengalami perubahan bentuk dan pengeluaran heat shock protein
HSP, sehingga AR menjadi aktif Davison, 2006. Ikatan androgen dan reseptornya yang terjadi di dalam sel kemungkinan merupakan ikatan spesifik
pada sequence yang dekat dengan promotor dari gen target yang diaktivasi, dan akan menghasilkan modulasi dari inisiasi transkripsi Arun et al., 2001
. Pada ketiadaan hormon, AR dihubungkan dengan seluler chaperons seperti
HSP dan protein lainnya yang berlokasi di sitoplasma dari sel target. Pada saat tersedianya hormon maka hormon yang berdifusi ke dalam sel, akan berikatan
dengan reseptor dan menghasilkan perubahan pada AR yang inaktif yaitu perubahan bentuk reseptor dan peristiwa pelepasan hubungan antara reseptor dan
HSP, selanjutnya AR menjadi aktif. Kompleks androgen bersama reseptornya yang telah terbentuk tersebut kemudian mengalami dimerisasi, phosphorylation
dan selanjutnya translokasi ke dalam nukleus dan berikatan pada sequence DNA target hormone response elementHRE. Di dalam nukleus, interaksi AR dengan
coactivators dan enzim dari kromatin menyebabkan munculnya faktor general transkripsi pada bentuk preinisiasi dan gen target transkripsi Weigel dan Zhang,
2008, yang dapat ditunjukan pada gambar berikut ini:
Gambar 2.5 Aktivasi Dari Reseptor Hormon Steroid Weigel dan Zhang, 2008.
Reseptor hormon steroid coactivators SRCs menunjukan pertumbuhan protein pada interaksinya dengan reseptor pada ligan-spesifik dan menjalani
aktivitas transkripsi Khan et al., 2005. Coactivators memiliki aktivitas enzimatik, seperti histone acetyltransferase, histone methyltransferase, ubiquitin-
conjugation dan ubiquitin-protein ligase Nawaz et al., 2000 dalam Khan et al., 2005.
Fungsi coactivator’s in vivo dimanifestasi oleh aktivitas enzimatik yang
berkumpul pada region dari gen target. Kemampuan dari peningkatan reseptor dimediasi oleh ekspresi gen, coactivators memainkan peran penting dalam
meregulasi besarnya respon biologis dari hormon steroid. Level dari ekspresi coactivator merupakan faktor penentu dari aktivitas reseptor pada jaringan target
dan berbagai macam respon hormon yang dapat dilihat diantara individu dalam populasi Khan et al., 2005.
Reseptor androgen berinteraksi dengan protein lain di dalam nukleus, menghasilkan up atau down regulation dari gen spesifik transkripsi. Aktivasi atau
up regulasi transkripsi menghasilkan peningkatan sintesis mRNA yang diaktifkan dan ditranslasi oleh ribosom, untuk memproduksi protein spesifik yang berguna
untuk pertumbuhan sel Davison, 2006, sehingga kecepatan pertambahan jumlah sel efek non-genomic juga dikaitkan dengan aktivasi AR oleh karena androgen
Haelens et al., 2007. Semua AR ikut serta dalam proses transkripsi yang mengkode modular protein dari 919 asam amino yang timbul pada permukaan
molekul dengan berat 110 kD Lubhan et al., 2000 dalam Marilia et al., 2009.
Perbedaan spesies termasuk pada manusia, tikus, hamster membuktikan bahwa region promotor dari gen AR khususnya pada manusia dan tikus
mengalami kekurangan sequence yang khas seperti TATA dan CAAT, yang merupakan model urutan basa
dari 5’ UTR tapi kaya dengan region GC yang penting untuk cis-acting element untuk AR gen transkripsi, dan diduga merupakan
tempat yang aktif untuk mengikat faktor transkripsi dari gen sex limited protein Slp yang merupakan karakteristik suatu promotor Wolf et al., 2003.
Perbedaan antara subfamilies dari tipe reseptor nuklear, ditunjukan pada perbedaan mekanisme dari kumpulan sel dan regulasi dari promotor spesifik pada
ekspresi gen, termasuk reseptor heterodimerization, jarak variabel yaitu antara HRE dan HRE site Zechel et al., 2004 dalam Ikonen et al., 2007. Mekanisme ini
tidak digunakan oleh PR, GR, MR dan AR, hal tersebut dikarenakan bahwa variabelnya tinggi pada region N-terminal yang mampu merespon sel dan regulasi
dari steroid spesifik pada gen target. Gagasan tersebut mendukung pernyataan bahwa induksi dari ekspresi Slp pada tikus dimediasi oleh region N-terminal dari
AR Pearce Yamamoto, 2003 dalam Ikonen et al., 2007.
Delesi N-terminal identik pada wild-type rAR dan struktur rAR yang aktif AR domain 641
–902 tanpa ligand-binding domain LBD, yang dihasilkan sebagai akibat dari aktivasi transkripsi yaitu delesi dari residu 149
–295 yang dihilangkan dari aktivitas wild-type AR, merupakan aktivitas dari transaktivasi
domain N-terminal dan dikontrol oleh hormon yang bertindak sebagai LBD. Keadaan tersebut memberi kesan bahwa terdapat interaksi yang kuat dari
androgen-dependent antara region N-terminal dan LBD Ikonen et al., 2007.
Ekspresi dan regulasi dari gen hAR dan rAR diobservasi pada sel lines hewan, dan dapat dipastikan bahwa ekspresi RNA AR diregulasi oleh adanya androgen
Keller et al., 2006. Ekspresi relatif mRNA AR pada beberapa jaringan dari tikus yang dianalisis menggunakan realtime PCR.
Tabel 2.3 Ekspresi Relatif mRNA AR Pada Beberapa Organ Tikus Jantan
Organ Ekspresi mRNA AR
Hipotalamus 42
Kelenjar adrenal 141
Epididimis 115
Kelenjar tiroid 68
Kelenjar pituitari 56
Kelenjar preputial 44
Otot levator ani 30
Ginjal 27
Kelenjar prostat 25
Vesikula seminalis 25
Testis 20
Liver 18
Otot bulbocavernosus 16
Hati 8
Kelenjar submaksilaris 17
Young et al., 2001 dalam Keller et al., 2006. Data tersebut digunakan sebagai gambaran persentasi dari mRNA AR relatif
pada level mRNA AR dari organ reproduksi tikus jantan termasuk pada prostat. Ekspresi AR berubah selama perkembangan fetal, perkembangan seks sekunder,
penuaan dan keganasan. Regulasi dari level AR dapat terjadi kapanpun sepanjang gen AR mengalami proses transkripsi selanjutnya post-translasi. Faktor yang
mempengaruhi termasuk androgen yang melibatkan modulasi dari AR protein dari ekspresi mRNA Keller et al., 2006.
Pada perkembangan fetal tikus, mRNA AR tidak ditemukan pada urogenital pada 13,5 hari gestasi sedangkan pada 15,5 hari gestasi mRNA AR dan protein
dapat ditemukan Takeda et al., 2001. Pada tikus neonatal, setelah 3 hari kastrasi tidak menghasilkan perubahan ekspresi AR pada prostat tikus Husmann et al.,
2001 dalam Keller et al., 2006. Temuan ini memberi kesan bahwa terjadi satu atau lebih perkembangan dari faktor regulasi yang mempengaruhi ekspresi.
Peningkatan usia menimbulkan penurunan ekspresi AR pada tikus yang dikaitkan dengan ekspresi age dependent factor ADF yang diekspresikan pada semua
jaringan. Age Dependent Factor berikatan dengan fragmen rAR antara fragmen -310
sampai -330. Ikatan ADF pada promotor rAR secara in vitro menunjukan penurunan yang tergantung pada usia, ketika ADF berikatan pada tempatnya
dikatakan telah terjadi mutasi sehingga menurunkan aktivitas promotor dari rAR. Beberapa faktor seperti androgen dilaporkan dapat memodifikasi ekspresi AR,
yaitu terjadi penurunan ekspresi mRNA AR pada ventral prostat tikus, line kanker prostat LNCap dan line hepatoma sel Shan et al., 2000 dalam Keller et al.,
2006. Bagaimanapun temuan ini masih kontroversial karena up-regulation AR oleh karena androgen ditunjukan pada prostat tikus Takeda et al., 2001, pada
fibroblas genital, otot polos penis dan sel prekursor adiposa Pergola et al., 2000 dalam Keller et al., 2006.
Menurut Mozokami et al. 2002, terjadi down-regulation dari mRNA AR oleh karena androgen pada line kanker prostat yang dikaitkan dengan peningkatan
ekspresi AR protein, memberi kesan bahwa AR protein up-regulation oleh karena androgen dihasilkan dari sejak terjadinya stabilitas AR protein. Pemberian
androgen menyebabkan beberapa hormon dan faktor pertumbuhan dapat
meregulasi ekspresi AR, seperti FSH meningkatkan level mRNA AR pada sel Sertoli. Growth Hormone, prolaktin dan ephitelial growth factor EGF
meningkatkan mRNA AR pada sel prostatik Mizokami et al., 2002 dalam Keller et al., 2006.
Ekspresi AR dapat dimodifikasi oleh karena variasi beberapa faktor yang muncul yang bekerja bersama androgen pada jaringan dan model sel spesifik.
Meskipun androgen mengawali modulator dari perkembangan dan pemeliharaan pada struktur fenotif pria dan fungsi reproduksi, namun mekanisme molekuler
yang mendasari regulasi AR secara in vivo dan mekanisme kerjanya kurang diketahui secara pasti terutama pada jaringan reproduksi Wolf et al., 2003.
2.4 Messenger Ribonucleid Acid mRNA