biasanya melakukan pembayaran secara langsunguang kontan. Selain tatap langsung antara penjual dan pembeli, COD ini bisa dilakukan
antara kurir dan pembeli; biasanya penjual hanya akan melayani COD apabila daerah pembeli masih dapat dijangkau oleh penjual.
C. Keuntungan dan Kelemahan Belanja Online
Keuntungan 1. Pembeli tidak perlu mengunjungi tempat penjualan baik itu toko,
butik, mall, dan lain sebagainya. Pembeli cukup mengklik ke web yang dituju dan memilih barang yang dikehendaki.
2. Pemilihan barang bisa dilakukan dari rumah atau kantor sehingga pembelian bisa dilakukan berjam-jam tanpa harus keluar rumah.
3. Penjual dapat menekan ongkos pembukaan toko karena melalui belanja online, penjual cukup memasarkan produknya melalui
internet. Kelemahan
1. Kualitas barang yang diinginkan kadang-kadang berbeda kualitasnya dengan yang tercantum di website.
2. Rentannya aksi penipuan dimana banyak kasus ketika pembeli telah mengirim sejumlah uang yang disepakati, barang yang dibeli
tidak dikirim. 3. Rentan rusak atau pecah barang karena media pengiriman melalui
pos.
Universitas Sumatera Utara
4. Rentan aksi pemboboloan rekening karena pembayaran dilakukan melalui internet.
5. Marak aksi spamming karena setelah pembeli melakukan registrasi, penjual cenderung selalu mengirimkan katalog online
melalui email pembeli dan hal ini cukup mengganggu privasi. 2.1.5
Konsumen
Konsumen atau pelanggan merupakan sentral perhatian, baik dalam konsep pemasaran maupun dalam hubungan yang positif antara perusahaan
dengan pelanggannya, karena itu perusahaan perlu mempelajari apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh para konsumen. Untuk mengetahui
keinginan dan kebutuhan konsumen tersebut, maka aspek-aspek yang mempengaruhi perilaku konsumen secara individu seperti persepsi cara
memperoleh informasi, sikap, demografi, kepribadian dan gaya hidup perlu dianalisis.
A. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau
jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan yang menyusul tindakan itu. Perilaku konsumen adalah dinamis. Itu berarti bahwa
perilaku seorang konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerka sepanjang waktu Setiadi, 2003:3. Lebih
lanjut, Setiadi 2003:11 menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap proses kebutuhan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor Kebudayaan Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari
keinginan dan perilaku seseorang. Faktor kebudayaan terdiri dari: a. Sub budaya ialah identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik
untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan,
kelompok ras, area geografis. b. Kelas sosial ialah kelompok-kelompok yang relatif homogen
dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat
dan perilaku yang serupa. 2. Faktor Sosial
a. Kelompok referensi ialah seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau
perilaku seseorang. b. Keluarga
3. Faktor Pribadi Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
sosial, seperti: umur dan tahapan siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian dan konsep diri.
4. Faktor Psikologis Pilihan seseorang dalam membeli dipengaruhi oleh tiga faktor
psikologis penting, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Motivasi, ialah kebutuhan yang bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu, seperti
kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima.
b. Persepsi ialah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk
menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. c. Pembelajaran, ialah proses belajar yeng menjelaskan perubahan
dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. d. Kepercayaan dan Sikap
Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki
seseorang terhadap sesuatu. B. Kepercayaan Konsumen
Kepercayaan merupakan pondasi dari bisnis. Membangun kepercayaan dalam jangka panjang dengan pelanggan adalah suatu
faktor penting untuk menciptakan loyalitas pelanggan. Kepercayaan ini tidak begitu saja dapat diakui oleh pihak lain mitra bisnis,
melainkan harus dibangun mulai dari awal dan dapat dibuktikan. Menurut Prasaranphanich 2007:23.1 ketika konsumen mempercayai
sebuah perusahaan, mereka akan lebih suka melakukan pembelian ulang dan membagi informasi pribadi yang berharga kepada
perusahaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Moorman et al., 1993 dalam Darsono 2008:11 mendefinisikan kepercayaan trust sebagai kesediaan willingness individu untuk
menggantungkan dirinya kepada pihak lain yang terlibat dalam pertukaran karena individu mempunyai keyakinan confidence
kepada pihak lain. Ketika suatu pihak mempunyai keyakinan confidence bahwa pihak lain yang terlibat dalam pertukaran
mempunyai reliabilitas dan integritas, maka dapat dikatakan ada trust. Rofiq 2007:32 mendefinisikan kepercayaan trust adalah
kepercayaan pihak tertentu terhadap yang lain dalam melakukan hubungan transaksi berdasarkan suatu keyakinan bahwa orang yang
dipercayainya tersebut memiliki kewajibannya secara baik sesuai yang diharapkan. Sedangkan kepercayaan konsumen menurut Mowen
2002:312 adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut,
dan manfaatnya.
2.1.6 Persepsi Manfaat