Kriteri Keefektifan Kerangka Berpikir

33

2.10 Kriteri Keefektifan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003:284, keefektifan artinya keadaan berpengaruh, keberhasilan terhadap usahatindakan. Sedangkan menurut Nieveen, Kemp dkk. serta Egen dan Kauchack dalam Soedjoko, 2007:24 keefektifan suatu produk pendidikan dipenuhi apabila 1 ahli atau praktisi beradasarkan pengalamannya menyatakan efektif dan dalam operasional pelaksanaannya memberikan hasil sesuai harapan, 2 siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan dalam satuan pelajaran, 3 siswa terlibat secara aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan dari informasi yang diberikan. Keefektifan pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan dan alat peraga manipulatif berbasis student centered learning pada penelitian ini dibatasi pada indikator sebagai berikut: 1 Kualitas proses yang dinilai dari nilai aktivitas siswa ≥ 3,00 dan nilai aktivitas guru ≥ 3,00. 2 Ketercapaian hasil belajar siswa yang dinilai dari hasil belajar siswa mencapai indikator ketuntasan yaitu rata-rata ≥ 40, dengan ketuntasan kelas ≥ 50 artinya 50 siswa di kelas mencapai indikator ketuntasan, dan dinilai dari peningkatan nilai THB dibanding TKA rata-rata nilai THB rata-rata nilai TKA, serta nilai rata-rata motivasi belajar siswa ≥ 3,00. 3 Rata-rata nilai kesan guru ≥ 3,00 dan rata-rata nilai respon siswa ≥ 3,00. 34

2.11 Kerangka Berpikir

Permendiknas No.41 tahun 2007 tentang standar proses yang menekankan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam setiap pelaksanaan pembelajaran menyebutkan bahwa pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpatisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Senada dengan isi Permendiknas No.41 tahun 2007 tentang standar proses, Aris Pongtuluran dalam Arlinah Imam Raharjo, 2004 lebih senang menyebutnya dengan istilah Student Centered Learning. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru diharapkan dapat berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi siswa dalam belajar, dan siswa sendirilah yang harus aktif belajar dari berbagai sumber. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif dalam belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima gagasan dari orang lain, dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi Zamroni dalam Sutarto Hadi, 2003 Akan tetapi, selama ini proses pembelajaran seperti yang terdapat dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tersebut belum mampu diwujudkan dengan optimal terutama di tingkat SD. Dalam proses pembelajaran guru selalu memandang siswa sebagai sebuah ‘gelas kosong’, John Locke dalam Faiz, 2008 menambahkan, hasil pembelajaran saat ini lebih banyak mengisi kepala anak dengan ‘sampah’ karena mereka tidak akan memikirkan hal itu lagi ‘selama hidupnya’. Pendidikan harus praktis, berguna, berarti, menyenangkan, anak harus 35 dihormati, “diperlakukan seperti orang dewasa”, dibiarkan untuk mengeluarkan pendapatnya, belajar dari pengalaman, dan memperoleh berbagai kemampuan yang akan berguna baginya. Sementara itu masih banyak anggapan dari sebagian besar guru bahwa mengajar dengan proses yang berpusat pada anak Student Centered Learning sangat sulit, memakan waktu, dan membingungkan Sukayati 2004:1. Oleh karena itu, agar Permendiknas No. 41 Tahun 2007 dapat terimplementasikan dalam aktivitas pembelajaran dan dapat mengembangkan kemampuan eksplorasi siswa maka diperlukan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan standar proses, efektif, serta disesuaikan dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran. Dalam proses pembelajaran, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan sumber belajar. Apalagi jika ditinjau dari tahapan berfikir siswa SD yang masih berada dalam tahap operasional konkret sehingga membutuhkan alat peraga yang mampu menjelaskan konsep matematika yang abstrak Jean Piaget dalam Dimyati dan Moedjiono 2002:14. Salah satu sifat matematika adalah abstrak. Hal ini berlawanan dengan tahap berpikir anak SD yang cenderung masih bersifat konkret. Salah satu materi pokok yang bersifat abstrak adalah geometri. Geometri merupakan salah satu materi yang diajarkan dalam pembelajaran matematika sekolah dasar yang dapat menumbuhkan cara berpikir logis. Selain itu pengalaman yang diperoleh dari mempelajari geometri dapat mengembangkan kemampuan eksplorasi siswa. Dengan demikian jelas bahwa pengembangan pembelajaran matematika yang memanfaatkan lingkungan dan alat peraga manipulatif dapat mengembangkan 36 kemampuan eksplorasi siswa dengan efektif. Keefektifan suatu produk pendidikan menurut Nieveen, Kemp dkk. serta Egen Kauchack dalam Soedjoko 2007:24 dipenuhi apabila 1 ahli atau praktisi beradasarkan pengalamannya menyatakan efektif dan dalam operasional pelaksanaannya memberikan hasil sesuai harapan, 2 siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan dalam satuan pelajaran, 3 siswa terlibat secara aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan dari informasi yang diberikan. Adapun indikator yang digunakan sebagai tingkat keefektifan pembelajaran yang diterapkan dinilai dari 3 aspek, kualitas proses pembelajaran, ketercapaian hasil belajar, dan tanggapan guru dan siswa. 1 Kualitas proses pembelajaran Keefektifan dilihat dari dua indikator yakni, aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses pembelajaran. 2 Ketercapaian hasil belajar Ketika membahas masalah hasil belajar, Rifa’I dan Chatarina 2009: 85 mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Oleh sebab itu, peneliti tiga indikator kriteria ketercapaian hasil belajar yakni, ketuntasan belajar siswa, peningkatan nilai siswa, dan motivasi belajar siswa. Ketuntasan belajar yang dimaksud adalah ketuntasan individual maupun ketuntasan klasikal. Pada penelitian ini diberlakukan dua buah tes, TKA Tes Kemampuan Awal yang diberikan pada awal penelitian dan THB Tes Hasil Belajar yang diberikan pada akhir penelitian, perbedaan rata-rata nilai pada 37 TKA dan THB menjadi salah satu penilaian apakah pembelajaran yang diterapkan efektif atau tidak. Motivasi belajar sebagai salah satu hasil belajar diukur dengan menggunakan angket motivasi belajar siswa yang diberikan pada akhir penelitian. 3 Tanggapan guru dan siswa Dalam menilai keefektifan pembelajaran yang diterapkan peneliti meminta pendapat guru dengan menggunakan angket, dan sebagai penyeimbang peneliti juga meminta pendapatrespon siswa sebagai bentuk refleksi atas proses pembelajaran ayng sudah mereka jalani.

2.12 Hipotesis