Ketuntasan Belajar Motivasi Belajar

28 Meskipun tidak dapat disangkal bahwa kemampuan eksplorasi akhir yang diharapkan dimiliki siswa sesuai dengan indikator di atas, pada penelitian ini peneliti membatasi diri dengan tidak sepenuhnya menggunakan indikator kemampuan eksplorasi tersebut. Adapun kemampuan yang dimaksudkan dalam penelitian ini lebih mengacu kepada Permendiknas No. 41 tahun 2007, yaitu 1 Observasi lingkungan Dari permasalahan yang ada siswa mencoba mencari fakta apa saja yang sudah terungkap melalui kegiatan mengamati, atau bertanya, bahkan bila memungkinkan siswa mencari informasi dari buku di perpustakaan. 2 Manipulasi lingkungan Dengan menggunakan kemampuan elaborasi atas fakta-fakta yang telah ada siswa mencoba membuat intuisi tebakan dan melakukan manipulasi terhadap lingkungan kegiatan coba-coba untuk membuktikan atau mencari fakta lain. 3 Penentuan pola Hasil dari kegiatan manipulasi lingkungancoba-coba diharapkan munculdidapat suatu pola dari permasalahan yang dihadapi.

2.7 Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar siswa dalam setiap pelajaran dirumuskan dalam suatu Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditentukan dengan mempertimbangkan kompleksitas kompetensi, daya dukung atau sumber daya pendukung dalam 29 penyelenggaraan pembelajaran, dan tingkat kemampuan intake rata-rata siswa Safari 2008: 27. Indikator ketuntasan belajar yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu ketuntasan individual dan klasikal. 1 Ketuntasan individual Dalam penelitian ini, KKM yang digunakan bukanlah KKM yang ditentukan oleh sekolah, melaikan berupa indikator ketuntasan hasil belajar kemampuan eksplorasi, yakni sebesar 40, yang ditentukan peneliti dengan mempertimbangkan rata-rata nilai siswa pada tes kemampuan awal. 2 Ketuntasan klasikal Suatu kelas dikatakan telah mencapai ketuntasan klasikal jika banyaknya siswa yang yang telah mencapai ketuntasan individual sekurang- kurangnya 50. Dalam penelitian ini, ketuntasan belajar matematika siswa tercapai jika memenuhi ketuntasan individual dan klasikal.

2.8 Motivasi Belajar

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku Uno 2006: 1. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. 30 Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota masyarakat. Motivasi juga dapat diartikan sebagai proses untuk mencoba mempengaruhi orang lain agar melakukan kegiatan yang diinginkan, sesuai dengan tujuan tertentu yang telah ditetapkan lebih dahulu Uno 2006: 1. Motivasi adalah suatu hal yang penting, bahkan tanpa kesepakatan tertentu mengenai definisi konsep tersebut. Apabila terdapat dua anak yang memiliki kemampuan sama dan memberikan peluang dan kondisi yang sama untuk mencapai tujuan, kinerja dan hasil yang dicapai oleh anak yang termotivasi akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi. Hal ini dapat diketahui dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Walaupun begitu, hal itu kadang- kadang menjadi masalah, karena motivasi bukanlah suatu kondisi. Apabila motivasi siswa rendah, umumnya diasumsikan bahwa prestasi siswa anak yang bersangkutan akan rendah. 31

2.9 Tinjauan Materi Geometri Bangun Ruang Sekolah Dasar Kelas V