Pertanggungjawaban Klien Kepada Perusahaan Factoring Dalam Pengalihan Piutang Pedagang Terhadap Ketidakmampuan Nasabah Mengembalikan Kredit pada BTN Cabang Medan

(1)

PERTANGGUNGJAWABAN KLIEN KEPADA PERUSAHAAN

FACTORING DALAM PENGALIHAN PIUTANG PEDAGANG

TERHADAP KETIDAKMAMPUAN NASABAH

MENGEMBALIKAN KREDIT PADA

BTN CABANG MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

RIZKY YANUAR HSB NIM : 080200172

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERTANGGUNGJAWABAN KLIEN KEPADA PERUSAHAAN

FACTORING DALAM PENGALIHAN PIUTANG PEDAGANG

TERHADAP KETIDAKMAMPUAN NASABAH

MENGEMBALIKAN KREDIT PADA

BTN CABANG MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

RIZKY YANUAR HASIBUAN NIM : 080200172

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG Disetujui Oleh :

Ketua Depertemen Hukum Keperdataan

Dr. H. Hasim Purba, SH, M.Hum NIP. 196603031985081001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Tan Kamello, SH.MS Puspa Melati Hasibuan SH, M.Hum NIP. 196204211988031004 NIP.196801281994032001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

Rizky Yanuar Hasibuan* Tan Kamello** Puspa Melati Hasibuan***

Anjak Piutang (Factoring) merupakan salah satu bentuk bisnis yang turut meramaikan dunia perdagangan Indonesia saat ini yang dalam istilah Indonesia disebut anjak piutang. Anjak piutang adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu Perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut. Beberapa permasalahan yang diangkat, antara lain bagaimanakah perkembangan Perusahaan Factoring (Anjak Piutang) di Indonesia, bagaimanakah kedudukan perusahaan anjak piutang (factoring) dalam pengalihan piutang pedagang terhadap ketidakmampuan nasabah mengembalikan kredit dan bagaimanakah Bagaimana Pertanggungjawaban Klien Kepada Perusahaan Factoring (Anjak Piutang) Dalam Pengalihan Piutang Pedagang Terhadap Ketidakmampuan Nasabah Mengembalikan Kredit pada BTN Cabang Medan.

Adapun metode yang digunakan adalah yuridis normatif dan yuridis empiris, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder serta pengumpulan data yang digunakan studi kepustakaan dan studi lapangan pada BTN Cabang Medan. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa akibat hukum pengalihan piutang dari klien kepada Perusahaan anjak piutang (factoring) diantaranya undisclosed factoring ada kemungkinan perusahaan (klien) ingkar janji (wanprestasi) yaitu tidak mengembalikan pinjaman/pembiayaan kepada perusahaan factoring walaupun perusahaan sudah menerima pembayaran dari nasabah sehingga anjak piutang mengalami kerugian. Nasabah yang ingkar janji yaitu tidak membayar hutangnya pada saat jatuh tempo sehingga kemungkinan perusahaan atau lembaga anjak piutang yang mengalami kerugian. Tanggungjawab klien kepada perusahaan factoring dalam pengalihan piutang dagang karena ketidakmampuan nasabah mengembalikan kredit yaitu BTN Cabang Medan menanggung risiko kerugian terhadap piutang yang dialihkan pada BTN Cabang Medan. Oleh karena itu, perusahaan anjak piutang akan mengembalikan tanggung jawab (recourse) pembayaran piutang kepada klien atas piutang yang tak tertagih dari customer. Klien sebagai penjual piutang bertanggungjawab atas piutang yang tidak dibayar oleh pihak nasabah. Perlindungan hukum bagi pihak klien pada perusahaan factoring dalam pengalihan piutang pedagang terhadap ketidakmampuan nasabah mengembalikan kredit pada BTN Cabang Medan dengan tiga cara, yaitu melalui peradilan umum, musyawarah dan arbitrase. Cara penyelesaian klien harus melakukan pembayaran keseluruhan faktur yang belum dilunasi oleh customer seketika dan tunai, dilakukan penjualan barang jaminan dan perusahaan factoring memutuskan perjanjian dan selanjutnya mewajibkan klien untuk membayar seketika dan sekaligus tunai keseluruhan faktur yang telah dialihkan dan biaya anjak piutang. Kata kunci : Perusahaan anjak piutang (factoring), Pengembalian Kredit

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU/Penulis

**) Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembimbing I ***) Dosen/ Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembimbing II


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahrahmanirrahim

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmad, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan tidak lupa shalawat beriring salam saya sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan yang diridhoi Allah SWT.

Adapun skripsi ini berjudul: “Pertanggungjawaban Klien Kepada Perusahaan Factoring Dalam Pengalihan Piutang Pedagang Terhadap Ketidakmampuan Nasabah Mengembalikan Kredit pada BTN Cabang Medan”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan di dalam penulisannya, oleh karena itu penulis berharap adanya masukan dan saran yang bersifat membangun untuk dimasa yang akan datang.

Pelaksanaan penulisan skripsi ini diakui banyak mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta petunjuk dari dosen pembimbing, maka penulisan ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang banyak membantu, membimbing, dan memberikan motivasi. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera


(5)

Utara dan Bapak Dr. H. Ok. Saidin, SH. M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Rabiatul Syahriah, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS, selaku Dosen Pembimbing I yang banyak membantu penulis, dalam memberikan masukan, arahan-arahan serta bimbingan didalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.

5. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan masukan, arahan-arahan serta bimbingan didalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.

6. Kepada Ayahanda tersayang Syaiful Amril Hasibuan dan Ibunda Elvi Yanti Lubis, atas segala perhatian, dukungan, doa dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Selauruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

8. Kepada Mahasiswa/i Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara stambuk 2008 selama menjalani perkuliahan..

9. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.


(6)

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangan saya mohon maaf. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2015 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

Bab I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Manfaat Penulisan ... 6

E. Metode Penelitian ... 7

F. Keaslian Penulisan ... 9

G. Sistematika Penelitian ... 9

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERKEMBANGAN PERUSAHAAN FACTORING (ANJAK PIUTANG) DI INDONESIA ... 12

A. Sejarah Usaha Anjak Piutang (Factoring) ... 12

B. Anjak Piutang (Factoring) saat ini di Indonesia ... 15

C. Unsur-unsur Anjak Piutang (Factoring) ... 20

D. Perbandingan Antara Kredit Perbankan dengan Anjak Piutang (Factoring) ... 23

E. Peraturan-peraturan Mengenai Anjak Piutang (Factoring) di Indonesia... 28

BAB III : KEDUDUKAN PERUSAHAAN ANJAK PIUTANG (FACTORING) DALAM PENGALIHAN PIUTANG PEDAGANG TERHADAP KETIDAKMAMPUAN NASABAH MENGEMBALIKAN KREDIT ... 34

A. Kegiatan dan manfaat dari Lembaga Keuangan Factoring (Anjak Piutang) ... 34


(8)

B. Klasifikasi Perusahaan Factoring (Anjak Piutang) dalam

pengalihan piutang pedagang ... 44

C. Pihak yang terlibat dan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan Factoring (Anjak Piutang) ... 47

D. Pengalihan Piutang Pedagang kepada Perusahaan Factoring (Anjak Piutang) ... 56

E. Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Ketidakmampuan Nasabah Mengembalikan Kredit Perbankan ... 64

BAB IV : PERTANGGUNGJAWABAN KLIEN KEPADA PERUSAHAAN FACTORING (ANJAK PIUTANG) DALAM PENGALIHAN PIUTANG PEDAGANG TERHADAP KETIDAKMAMPUAN NASABAH MENGEMBALIKAN KREDIT PADA BTN CABANG MEDAN.... ... 73

A. Akibat Hukum Pengalihan Piutang dari Klien Kepada Perusahaan Anjak Piutang (Factoring)….... ... 73

B. Tanggungjawab Klien kepada Perusahaan Factoring dalam Pengalihan Piutang Pedagang karena ketidakmampuan nasabah mengembalikan kredit ... … …. ……... 80

C. Perlindungan Hukum Bagi Pihak Klien Pada Perusahaan Factoring dalam pengalihan piutang pedagang terhadap ketidakmampuan nasabah mengembalikan kredit pada BTN Cabang Medan……….. ... 86

BAB V : PENUTUP ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA


(9)

ABSTRAK

Rizky Yanuar Hasibuan* Tan Kamello** Puspa Melati Hasibuan***

Anjak Piutang (Factoring) merupakan salah satu bentuk bisnis yang turut meramaikan dunia perdagangan Indonesia saat ini yang dalam istilah Indonesia disebut anjak piutang. Anjak piutang adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu Perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut. Beberapa permasalahan yang diangkat, antara lain bagaimanakah perkembangan Perusahaan Factoring (Anjak Piutang) di Indonesia, bagaimanakah kedudukan perusahaan anjak piutang (factoring) dalam pengalihan piutang pedagang terhadap ketidakmampuan nasabah mengembalikan kredit dan bagaimanakah Bagaimana Pertanggungjawaban Klien Kepada Perusahaan Factoring (Anjak Piutang) Dalam Pengalihan Piutang Pedagang Terhadap Ketidakmampuan Nasabah Mengembalikan Kredit pada BTN Cabang Medan.

Adapun metode yang digunakan adalah yuridis normatif dan yuridis empiris, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder serta pengumpulan data yang digunakan studi kepustakaan dan studi lapangan pada BTN Cabang Medan. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa akibat hukum pengalihan piutang dari klien kepada Perusahaan anjak piutang (factoring) diantaranya undisclosed factoring ada kemungkinan perusahaan (klien) ingkar janji (wanprestasi) yaitu tidak mengembalikan pinjaman/pembiayaan kepada perusahaan factoring walaupun perusahaan sudah menerima pembayaran dari nasabah sehingga anjak piutang mengalami kerugian. Nasabah yang ingkar janji yaitu tidak membayar hutangnya pada saat jatuh tempo sehingga kemungkinan perusahaan atau lembaga anjak piutang yang mengalami kerugian. Tanggungjawab klien kepada perusahaan factoring dalam pengalihan piutang dagang karena ketidakmampuan nasabah mengembalikan kredit yaitu BTN Cabang Medan menanggung risiko kerugian terhadap piutang yang dialihkan pada BTN Cabang Medan. Oleh karena itu, perusahaan anjak piutang akan mengembalikan tanggung jawab (recourse) pembayaran piutang kepada klien atas piutang yang tak tertagih dari customer. Klien sebagai penjual piutang bertanggungjawab atas piutang yang tidak dibayar oleh pihak nasabah. Perlindungan hukum bagi pihak klien pada perusahaan factoring dalam pengalihan piutang pedagang terhadap ketidakmampuan nasabah mengembalikan kredit pada BTN Cabang Medan dengan tiga cara, yaitu melalui peradilan umum, musyawarah dan arbitrase. Cara penyelesaian klien harus melakukan pembayaran keseluruhan faktur yang belum dilunasi oleh customer seketika dan tunai, dilakukan penjualan barang jaminan dan perusahaan factoring memutuskan perjanjian dan selanjutnya mewajibkan klien untuk membayar seketika dan sekaligus tunai keseluruhan faktur yang telah dialihkan dan biaya anjak piutang. Kata kunci : Perusahaan anjak piutang (factoring), Pengembalian Kredit

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU/Penulis

**) Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembimbing I ***) Dosen/ Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembimbing II


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Munculnya lembaga anjak piutang (Factoring) dapat mengatasi berbagai kendala yang muncul dalam dunia usaha dan dapat menjadi alternatif pembiayaan suatu usaha terutama bagi usaha kecil dan menengah. Dengan melalui jasa anjak piutang, perusahaan dapat memperoleh pembiayaan dengan cara mudah dan cepat dibandingkan dengan cara memperoleh dana dari bank. Di samping itu dengan didukung tenaga-tenaga yang berpengalaman dan ahli di bidangnya, perusahaan anjak piutang dapat membantu mengatasi kesulitan dalam bidang pengelolaan kredit, sehingga penjual piutang dapat lebih mengosentrasikan diri pada kegiatan peningkatan produksi dan penjualan. Factoring merupakan salah satu bentuk bisnis yang turut meramaikan dunia perdagangan Indonesia saat ini yang dalam istilah Indonesia disebut anjak piutang.1

Perusahaan anjak piutang mempunyai fungsi memberikan pembiayaan jangka pendek bagi perusahaan. Fungsi tersebut dilakukan dengan jalan membeli piutang atau tagihan jangka pendek serta perusahaan yang timbul dari transaksi perdagangan baik dalam negeri maupun luar negeri. Transaksi perdagangan yang dimaksud adalah secara kredit. Kegiatan usaha yang umumnya dapat diterima sebagai obyek anjak piutang adalah perdagangan atau distribusi, manufaktur dan

1

Venny Alita Andrawina, Perlindungan Hukum Terhadap Pihak Klien Pada Perjanjian Anjak Piutang (Factoring Agreements), Jurnal Publikasi, (Malang : Program Studi Magister Kenotariatan, Universitas Brawijaya Fakultas Hukum, 2013), hal. 1.


(11)

jasa-jasa. usaha anjak piutang ini akan membantu arus kas penjual piutang (klien) atau yang dalam hal ini sebagai pihak penjual barang atau jasa (supplier).2

Semakin tingginya tingkat persaingan antar perusahaan saat ini akan memaksa perusahaan untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada para pelanggannya. Salah satu cara adalah dengan mempermudah syarat pembayaran produk. Oleh karena itu pembayaran yang ditunda menjadi suatu kebutuhan bagi perusahaan dalam rangka meningkatkan volume penjualannya. Atas penjualan secara kredit tersebut maka perusahaan memiliki tagihan (piutang) kepada nasabah. Piutang bagi perusahaan akan memperlambat arus kas karena dana tunai/kas baru akan masuk setelah piutang tersebut jatuh tempo. Padahal disisi lain perusahaan membutuhkan uang tunai/kas untuk kegiatan operasionalnya. Jika perusahaan kekurangan kas maka biasanya akan pinjam ke pihak lain misalnya bank. Sekarang ini, perusahaan mempunyai alternatif lain untuk memperoleh dana tunai yaitu dengan menjual atau mengalihkan faktur-faktur piutang yang dimilikinya ke Lembaga Keuangan Anjak Piutang (Factoring).

Kegiatan ekonomi berperan penting karena dengan perkembangan ekonomi yang berjalan dengan baik akan dapat menunjang pembangunan ekonomi yang baik pula. Dengan melakukan kegiatan yang terjadi dalam dunia bisnis dapat menimbulkan permasalahan hukum yang akan dihadapi oleh suatu perusahaan. Mengenai pengalihan piutang dari kreditur kepada perusahaan factoring ini di Indonesia belum ada suatu undang-undang yang secara khusus mengatur tentang anjak piutang (factoring), padahal ketentuan-ketentuan yang ada nantinya dalam peraturan perundang-undangan tersebut sangat diperlukan guna terciptanya suatu

2

Sofyan Hidayat, Perlindungan Hukum Para Pihak Dalam Pembiayaan Perusahaan Dengan Sistem Anjak Piutang, Makalah Pada Seminar Anjak Piutang, Diselenggarakan Iluni, Jakarta, 18 Februari 2009, hal. 6.


(12)

kepastian hukum tidak hanya bagi para pihak, lebih jauh juga mengenai perjanjian anjak piutang atau factoring itu sendiri, seperti yang telah disebutkan diatas yakni antara lain menyangkut tentang tata cara pengalihan piutang dalam factoring, akibat hukum dan masih banyak lagi aspek hukum lainnya dari anjak piutang atau factoring itu sendiri.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa anjak piutang adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan anjak piutang yang berkaitan dengan tagihan/piutang/receiveable. Di dalam kegiatan utama perusahaan anjak piutang yang memberikan jasa Dengan demikian secara umum kebutuhan akan jasa anjak piutang hanya akan timbul manakala seorang pedagang barang atau jasa secara kredit atau secara lebih luas apabila pedagang telah melepas barang ke dalam penguasaan pembelian maka pembeli secara sukarela berdasarkan kontrak wajib melakukan pembayaran. Dalam hal ini, perusahaan anjak piutang memberikan jasa pembiayaan pada pedagang barang atau jasa dengan cara membeli piutang, piutang yang timbul dari pedagang secara kredit tersebut. Perusahaan yang memperoleh fasilitas pembiayaan dari perusahaan anjak piutang dengan menjual piutang atau tagihannya tersebut disebut sebagai piutang pedagang (klien), setelah terlebih dahulu melakukan transaksi pedagang barang/ jasa yang dilakukan secara kredit kepada pihak ketiga (customer). Tidak semua piutang bias diserahkan atau dijual kepada perusahaan anjak piutang. Perusahaan anjak piutang mempunyai pedoman sendiri, khususnya yang bersangkutan dengan jumlah minimum penjualan tiap tahun dan besarnya setiap factor yang di keluarkan.

Dua bentuk factoring agreement yang lazim dilakukan dalam transaksi anjak piutang. Pertama dalam bentuk penawaran pedagang tagihan anjak piutang.


(13)

Dalam bentuk ini factoring agreement ada setelah perusahaan factoring dapat menerima penawaran penjualan tagihan yang diajukan oleh pihak klien. Penawaran diterima dengan menerbitkan pemberitahuan secara tertulis oleh perusahaan factoring, tetapi ada kalanya cukup dilakukan dengan mengkreditkan jumlah tagihan untuk pihak klien, jadi tidak perlu menanggung bea materai. Kedua dalam bentuk perjanjian tertulis antara kedua belah pihak yang yang menyatakan kesepakatan untuk menjual dan membeli tagihan pihak klien baik yang sudah ada maupun yang bakal terjadi pada waktu yang akan datang.

Permasalahan hukum yang akan timbul, ketika piutang dagang yang sudah dialihkan oleh pihak klien ke pihak BTN Cabang Medan anjak piutang, dikemudian hari pada saat piutang tersebut sudah patut untuk di tagih oleh pihak BTN Cabang Medan anjak piutang, pihak nasabah tidak mampu melunasi piutang tersebut sehingga pihak nasabah wanprestasi. Sehingga akan timbul berbagai permasalahan-permasalahan hukum seperti siapa yang akan bertanggung jawab akan ketidakmampuan pihak nasabah untuk melunasi piutang yang sudah dialihkan tersebut, bagaimana akibat hukum apabila pihak nasabah wanprestasi dalam perjanjian anjak piutang.

Akibat hukum yang akan timbul dalam hal debitur wanprestasi dalam perjanjian anjak piutang tergantung jenis anjak piutang yang dipilih para pihak dalam perjanjian anjak piutang, yaitu apabila para pihak memilih jenis anjak piutang recourse factoring maka akibat hukum apabila pihak debitur wanprestasi adalah pihak klien akan bertanggung jawab atas ketidakmampuan pihak nasabah melunasi hutangnya, sehingga pihak klien membayar hutang pihak nasabah terhadap pihak BTN Cabang Medan anjak piutang, sehingga kedudukan kreditur


(14)

akan berubah, dari pihak kreditur lama yaitu pihak BTN Cabang Medan anjak piutang ke pihak ketiga yaitu pihak klien sebagai kreditur baru sesuai konsep subrogasi, dan apabila para pihak memilih jenis anjak piutang without recourse factoring maka pihak BTN Cabang Medan anjak piutang saja akan bertanggung jawab atas ketidakmampuan pihak debitur yaitu pihak nasabah tidak bisa melunasi hutangnya terhadap pihak BTN Cabang Medan anjak piutang.

Kegiatan factoring selalu dibuat secara tertulis sebagai dokumen yang menjadi dasar kepastian hukum. Perjanjian anjak piutang (factoring) merupakan dokumen hukum utama yang dibuat secara sah dengan memenuhi Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Akibat hukum perjanjian yang dibuat sah, maka akan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak hal ini terdapat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata). Dalam transaksi anjak piutang terjadi proses pengalihan dari kreditur kepada perusahaan factoring. Agar peralihan piutang tersebut sah harus memperhatikan ketentuan pada Pasal 1400 KUH Perdata.

Dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis dalam bentuk skripsi dengan judul “Pertanggungajawaban Klien Kepada Perusahaan Factoring Dalam Pengalihan Piutang Pedagang Terhadap Ketidakmampuan Nasabah Mengembalikan Kredit pada BTN Cabang Medan.”

B. Perumusan Masalah

Adapun yang merupakan permasalahan yang timbul dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana akibat hukum pengalihan piutang dari klien kepada Perusahaan anjak piutang (factoring)?


(15)

2. Bagaimana tanggungjawab klien kepada perusahaan factoring dalam pengalihan piutang dagang karena ketidakmampuan nasabah mengembalikan kredit?

3. Bagaimana perlindungan hukum bagi pihak klien pada perusahaan factoring dalam pengalihan piutang pedagang terhadap ketidakmampuan nasabah mengembalikan kredit pada BTN Cabang Medan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui akibat hukum pengalihan piutang dari klien kepada Perusahaan anjak piutang (factoring)

2. Untuk mengetahui tanggungjawab klien kepada perusahaan factoring dalam pengalihan piutang dagang karena ketidakmampuan nasabah mengembalikan kredit.

3. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi pihak klien pada perusahaan factoring dalam pengalihan piutang pedagang terhadap ketidakmampuan nasabah mengembalikan kredit pada BTN Cabang Medan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan penulis lakukan adalah: 1. Secara teoretis

Sebagai bahan masukan teoritis bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan pemahaman hukum Perusahaan Factoring (Anjak Piutang).


(16)

2. Secara Praktis

Untuk menerapkan pengetahuan penulis secara praktis agar masyarakat mengetahui pertanggungjawaban klien kepada perusahaan factoring (anjak piutang) dalam pengalihan piutang pedagang terhadap ketidakmampuan nasabah mengembalikan kredit.

E. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jenis Data Penelitian

Ditinjau dari sudut tujuan penelitian hukum, maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Pada penelitian hukum normatif yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder, yang mungkin mencakup bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.3

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (secondary data), yaitu data yang tidak diperoleh langsung dari sumbernya atau yang tidak diperoleh secara langsung dari masyarakat tetapi dari bahan pustaka. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, jurnal, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan seterusnya.

2. Sumber Data

Penelitian ini mempergunakan sumber data sekunder yang terdiri dari : a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan

secara yuridis dan mengikat yang terdiri dari kaidah dasar, peraturan dasar,

3

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2008), hal. 52.


(17)

perundang-undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasi, jurisprudensi, traktat, dan bahan hukum dari zaman penjajahan yang sampai saat ini masih berlaku4, sedangkan yang menjadi bahan hukum primer dalam penelitian hukum ini adalah Kitab Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer berupa pendapat para ahli, surat kabar, majalah, internet dan jurnal, hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti : Kamus bahasa, Kamus hukum dan Ensiklopedia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Identifikasi isi dengan metode studi kepustakaan, dimana metode ini digunakan dalam rangka memperoleh data sekunder, yaitu mengumpulkan data berupa buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, dokumen-dokumen, peraturan perundangan yang sesuai dan lain sebagainya dengan membaca dan mengkajinya. Beberapa data juga diperoleh dari BTN Cabang Medan melalui wawancara dengan Irwan Simanullang selaku Consumer Loan Marketing dan Ibu Dysi Rusmin Lawin selaku kepala service credit.

4

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), hal. 13.


(18)

4. Analisa Data

Pengolahan data menggunakan metode diskriptif analitis artinya penelitian yang didasarkan atas satu atau dua variabel yang saling berhubungan yang didasarkan pada teori/konsep yang bersifat umum yang diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data atau menunjukkan komparasi atau hubungan. Data yang diperoleh berdasarkan kenyataan yang ada di BTN Cabang Medan, kemudian dikaitkan dengan penerapan peraturan perundang-undangan yang berlaku dibahas, dianalisa, kemudian ditarik kesimpulan yang akhirnya digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada.

F. Keaslian Penulisan

Adapun judul tulisan ini adalah Pertanggungajawaban Klien Kepada Perusahaan Factoring Dalam Pengalihan Piutang Pedagang Terhadap Ketidakmampuan Nasabah Mengembalikan Kredit pada BTN Cabang Medan, judul skripsi ini belum pernah ditulis, sehingga tulisan ini asli dalam hal tidak ada judul yang sama. Dengan demikian ini keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN, bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.


(19)

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERKEMBANGAN

PERUSAHAAN FACTORING (ANJAK PIUTANG) DI

INDONESIA, Bab ini berisikan tentang Sejarah Usaha Anjak Piutang (Factoring), Anjak Piutang (Factoring) saat ini di Indonesia, Unsur-unsur Anjak Piutang (Factoring), Perbandingan Antara Kredit Perbankan dengan Anjak Piutang (Factoring), dan Peraturan-peraturan Mengenai Anjak Piutang (Factoring) di Indonesia.

BAB III : KEDUDUKAN PERUSAHAAN ANJAK PIUTANG

(FACTORING) DALAM PENGALIHAN PIUTANG PEDAGANG

TERHADAP KETIDAKMAMPUAN NASABAH

MENGEMBALIKAN KREDIT. Bab ini berisikan tentang Kegiatan dan manfaat dari Lembaga Keuangan Factoring (Anjak Piutang), Klasifikasi Perusahaan Factoring (Anjak Piutang) dalam pengalihan piutang pedagang, Pihak yang terlibat dan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan Factoring (Anjak Piutang), Pengalihan Piutang Pedagang kepada Perusahaan Factoring (Anjak Piutang) dan Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Ketidakmampuan Nasabah Mengembalikan Kredit Perbankan.

BAB IV : PERTANGGUNGJAWABAN KLIEN KEPADA PERUSAHAAN FACTORING (ANJAK PIUTANG) DALAM PENGALIHAN PIUTANG PEDAGANG TERHADAP KETIDAKMAMPUAN

NASABAH MENGEMBALIKAN KREDIT PADA BTN


(20)

Pengalihan Piutang dari Klien Kepada Perusahaan Anjak Piutang (Factoring), Tanggungjawab Klien kepada Perusahaan Factoring dalam Pengalihan Piutang Pedagang karena ketidakmampuan nasabah mengembalikan kredit dan Perlindungan Hukum Bagi Pihak Klien Pada Perusahaan Factoring dalam pengalihan piutang pedagang terhadap ketidakmampuan nasabah mengembalikan kredit (studi kasus BTN Cabang Medan).

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN. Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran.


(21)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERKEMBANGAN PERUSAHAAN FACTORING (ANJAK PIUTANG) DI INDONESIA

A. Sejarah Usaha Anjak Piutang (Factoring)

Konsep pranata lembaga Anjak Piutang (Factoring) tidak dikenal dalam system “Civil Law” sebagaimana yang dianut dalam system hukum Indonesia. Factoring yang dikenal dewasa ini pertama kali tumbuh di Amerika Serikat tahun 1889, kemudian menyebar di Kanada sekitar tahun 1930-an sampai kemudian meluas ke Negara-negara Eropa Barat, Australia, Selandia Baru, Jepang, Filipina, dan akhirnya Indonesia mulai mengenal lembaga ini pada akhir tahun 1988 sejak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 61 tahun 1988 tanggal 27 Desember 1988. Di Amerika Serikat Anjak Piutang (Factoring) merupakan pembelian piutang jangka pendek oleh factor dari Clien sebagai penjual, disertai pengalihan hak dan pemberitahuan kepada debitor tagihan tersebut. Factor biasanya membeli tanpa recourse dan membayar di muka 90 persen dari nilai invoice, dan sisanya ditahan untuk diperhitungkan dengan jumlah yang dibayar oleh factor untuk piutang tersebut.

Menurut David Hawkins, ketentuan yang dibuat di tahun 1623 oleh Common Council di kota London sebagai awal dikembangkannya anjak piutang yang dilakukan oleh para pembuat pakaian dan pembantunya yang telah menjual dagangan (pakaian) kepada para pedagang atau pemakainya atas laba penuh yang diterimanya sendiri. Dengan demikian sejarah anjak piutang (Factoring) di Inggris ini ditandai oleh hal-hal sebagai berikut :


(22)

1. Anjak piutang tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh dan berkembangnya perdagangan tekstil. Dan hal ini bertahan cukup lama sebelum bisnis anjak piutang merambah juga ke bidang-bidang lain di luar perdagangan tekstil.

2. Pihak perusahaan anjak piutang (Factor) terdiri dari para pedagang dalam hal ini pedagang tekstil, bukan para banker.

Selanjutnya di awal abad ke 17 anjak piutang dibawa ke Amerika Serikat bersama-sama oleh gelombang hijrahnya orang-orang Inggris atau orang-orang Eropa lainnya, karena diantara mereka yang hijrah terdapat pengusaha-pengusaha anjak piutang, karena itu tidak mengherankan jika di Amerika Serikat anjak piutang itu berkembang cukup pesat.

Dalam tahun 1890, perusahaan di New York, Oelberman, Dommerich & Co, berkonsentrasi dalam pemberian jasa-jasa yang sebenarnya merupakan anjak piutang dalam arti modern, yaitu berupa penataan bukuan (ledging) terhadap administrasi pengontrolan kredit dan penagihan. Menjelang dekade 1930-an perusahaan-perusahaan anjak piutang (Factor) di Amerika Serikat telah beroperasi dengan dasar-dasar yang persis sama dengan anjak piutang yang dibicarakan saat ini, yakni piutang dialihkan oleh penjual piutang (Clien) kepada perusahaan anjak piutang (Factor) yang akan melakukan tagihan kepada nasabah (Costumer) atas notifikasi atau pemberitahuan dari adanya pengalihan piutang.

Menjelang dekade 1940-an anjak piutang (Factoring) sudah sedemikan maju di Amerika Serikat, sementara di Eropa tidak terjadi perkembangan yang berarti dari lembaga anjak piutang ini, kecuali perkembangannya di London. Perkembangan anjak piutang pada akhirnya menjalar ke Asia bahkan di seluruh


(23)

dunia. Di Jepang kegiatan anjak piutang pertama sekali dikenal sekitar tahun 1972, yang sebagian besar dilakukan oleh bank-bank komersil, umumnya oleh Citibank-citibank yang beroperasi di Jepang. Hanya saja kegiatan anjak piutang di Jepang tersebut lebih banyak berupa pembelian promisory notes dengan diskonto tertentu. Sebab orang-orang Jepang merasa bonafiditasnya akan menurun jika sempat menjual piutangnya kepada perusahaan anjak piutang.

Dalam perkembangannya ada variasi anjak piutang dari suatu negara ke negara lainnya. Jika di Amerika Serikat anjak piutang dimulai dari anjak piutang untuk tekstil, maka kelahiran anjak piutang di negara Belanda dimulai dari anjak piutang yang bergerak dibidang pelayaran.

Sejarah Anjak Piutang ini telah dikenal luas di dunia internasional, terutama di daerah Inggris dan Amerika Serikat. Pertama kali sebutan Factoring sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu dipergunakan di Mesopotania dalam bentuk yang sangat sederhana, yakni pihak Factor biasanya bertindak sebagai agen penjual yang sekaligus sebagai pemberi perlindungan kredit yang kemudian lazim dikenal sebagai “general Factoring”. Hal ini kemudian berkembang pesat di daratan Inggris yang banyak membantu para pedagang di Playmoud (Amerika) untuk mengageni penjualan mereka di daratan Eropa, juga untuk membeli barang-barang dagangan dari Inggris untuk di Impor ke Amerika.

Pada abad 19, lembaga Factoring ini telah meninggalkan sifat keagenannya dan mulai beralih dan berkosentrasi pada pengelolaan kredit bagi Clien-nya, yaitu menjamin kredit, merupakan embrio dari bisnis Anjak Piutang modern yang dikenal saat ini dan karenanya tidak heran sistem hukum yang digunakan berasal dari sistem Common Law.


(24)

Di Indonesia lembaga Anjak Piutang secara resmi dimulai dan dikembangkan dengan dikeluarkannya Keppres No. 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan, yang ditindaklanjuti oleh Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988, tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Sejak keluarnya peruturan yang termasuk dalam Paket Kebijaksanan Desember 1988 (Pakdes 1988) tersebut, maka mulailah bermunculan perusahaan-perusahaan anjak piutang (Factor). Peta bisnis anjak piutang di Indonesia sampai tahun 1997 cukup banyak yaitu terbanyak nomor dua di dunia setelah Italia. Namun dalam hal omzet, masih tertinggal dari lima negara maju lainnya.5

B. Anjak Piutang (Factoring) saat ini di Indonesia

Pengertian perusahaan anjak piutang atau yang lebih dikenal dengan nama factoring adalah perusahaan yang kegiatannya adalah melakukan penagihan atau pembelian atau pengambilalihan atau pengelolaan utang piutang suatu perusahaan dengan imbalan atau pembayaran tertentu milik perusahaan.6

Factoring (anjak piutang) adalah kontrak antara perusahaan anjak piutang (sebagai penyedia jasa) dengan klien, dimana klien wajib menjual atau menjaminkan piutang (dari hasil penjualan barang secara kredit) kepada factoring.7 Factoring atau anjak piutang adalah usaha pembiayaan dalam bentuk pembelian

5Siti Aroza, “

Anjak Piutang”, http://siltiaroza.blogspot.com/2012/12/anjak-piutang.html, diakses Rabu, 1 April 2015.

6

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 271.

7

Juli Irmayanto, Zainal A Indradewa, Tjiptono Roso, Tonny Hasibuan dan Desmizar,


(25)

dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam dan luar negeri.8

Transaksi anjak piutang, tagihan penjual kepada pembeli dialihkan pada perusahaan anjak piutang sehingga penjual tidak perlu menagihnya. Dengan cara ini, kas yang diterima penjual dapat digunakan untuk membiayai modal kerja demi kesinambungan usaha walaupun penjual harus membayar biaya tertentu. Namun, biaya yang harus dibayarkan tersebut dapat dikompensasi dengan potongan penjualan yang didapatkan dari pemasok apabila penjual membeli bahan baku secara tunai dari hasil pengalihan piutang kepada perusahaan anjak piutang. Hal ini merupakan hal inti dari transaksi anjak piutang yang dilakukan antara penjual dan perusahaan anjak piutang, yaitu hubungan yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Aspek saling menguntungkan inilah yang menjadi pedoman kunci bagi suksesnya transaksi anjak piutang.9

Lembaga anjak piutang atau factoring merupakan lembaga pembiayaan yang dalam melakukan usaha pembiayaannya dilakukan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Pada jasa factoring terbagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu jasa keuangan dan jasa non keuangan.10 Dalam kegiatan anjak piutang terdapat tiga pihak yang terlibat di dalamnya, seperti bank sebagai perusahaan factor, klien (perusahaan yang menjual

8

Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hal 112.

9Methaardiah, “

Anjak piutang”, http://methaardiah.blogspot.com/2012/10/anjak-piutang, html diakses Rabu, 1 April 2015.

10

Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 119.


(26)

tagihan kepada bank) dan nasabah (pihak atau perusahaan yang berutang karena mengadakan transaksi dengan pihak klien).11

Pengelolaan suatu perusahaan terdapat beragam kegiatan usaha, mulai dari kegiatan pokok (utama) samapai dengan kegiatan tambahan. Yang menjadi masalah adalah jika kegiatan poko mengalami hambatan, maka ini mengakibatkan kehidupan perusahaan terancam. Kegiatan poko merupakan tulang punggung kegiatan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Terancamnya kegiatan pokok tersebut akan mengakibatkan terancam pula keuntungan yang akan diperoleh dan pada akhirnya akan membahayakan kehidupan perusahaan yang bersangkutan. Untuk menghadapi hambatan tersebut pihak manajemen perlu melakukan berbagai tindakan penyelamatan, sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian yang lebih besar.

Hambatan-hambatan yang dialami oleh suatu perusahaan dapat berupa kesulitan melakukan penjualan, kesulitan melakukan penagihan piutang, kondisi administrasi kredit yang sembrawut ataupun teknologi yang digunakan sudah ketinggalan zaman. Kemudian hambatan atau ancaman tersebut dapat datang dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan.

Perusahaan yang bergerak dalam bidang perdaganngan atau penjualan, hambatan utama yang dapat menjadi ancaman adalah banyaknya penjualan kredit yang tidak dapat tertagih alias macet. Banyaknya kredit yang macet mengakibatkan terganggunya perputaran barang dan perputaran keuangan, apalagi jika sampai kredit tersebut tidak mampu lagi dibayar oleh nasabahnya.

11

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2012), hal. 367.


(27)

Masalah piutang macet tidak dapat segera ditanggulangi secara serius, bukan tidak mungkin kerugian yang lebih besar tidak dapat dihindari lagi. Untuk melakukan penagihan piutang yang macet diperlukan biaya maupun tenaga yang harus dikorbankan. Untuk menanggulangi masalah piutang macet dan administrasi kredit yang semrawut dapat diserahkan kepada perusahaan yang sanggup untuk melakukannya. Adalah perusahaan anjak piutang yang memang kegiatan utamanya adalah bergerak di bidang penagihan piutang. Perusahaan anjak piutang dapat mengambilalih pengelolaan piutang baik dengan cara dikelola atau dengan cara dibeli serta dapat pula melakukan pengelolaan administrasi piutang suatu perusahaan. Jadi bagi perusahaan yang mengalami kesulitan seperti di atas dapat menyerahkan seluruh persoalannya kepada perusahaan anjak piutang dengan imbalan fee dan biaya-biaya lainnya yang disepakati bersama. Pengertian perusahaan anjak piutang adalah perusahaan yang kegiatannya adalah melakukan penagihan atau pembelian, atau pengambilalihan atau pengelolaan hutang piutang suatu perusahaan dengan imbalan atau pembayaran tertentu milik perusahaan.12

Anjak piutang adalah suatu usaha yang dilakukan perusahaan baik dalam bentuk piutang maupun promes atas dasar diskonto dari klien dengan syarat recound atau withunt recourse sehingga hak penagihan beralih kepada perusahaan anjak piutang.13 Usaha anjak piutang (factoring) bagi dunia perbankan Indonesia adalah bentuk jasa yang baru diatur lebih jelas oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan bahwa melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat (Pasal 6).

12Methaardiah, “

Anjak piutang”, http://methaardiah.blogspot.com/2012/10/anjak-piutang.html, diakses Rabu, 1 April 2015.

13

Juli Irmayanto, Zainal A Indradewa, Tjiptono Roso, Tonny Hasibuan dan Desmizar,


(28)

Secara formal, pada awalnya perkembangan usaha anjak piutang di Indonesia belum begitu popular. Namun, kegiatan anjak piutang di Indonesia secara informal sebenarnya sudah ada sebelum dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 yaitu kegiatan Cheque Discounted atau Cheque yang didiskontokan yang sering dilakukan oleh para pedagang di pasar pasar. Kegiatan ini sudah berjalan secara informal di tengah masyarakat dan sudah baku di antara para pedagang di pasar. Biasanya para pedagang menukar Cek Mundur kepada penyedia dana,dan langsung dipotong dalam jumlah/persentase tertentu sesuai dengan jangka waktunya. Apabila cek itu tidak ada dananya,maka penjual cek harus mengganti dengan uang tunai kepada penyedia dana.

Masalah piutang macet tidak dapat segera ditanggulangi secara serius, bukan tidak mungkin kerugian yang telah lebih besar tidak dapat dihindari lagi. Untuk melakukan penagihan piutang yang macet diperlukan biaya maupun tena ga yang harus dikorbankan. Untuk menanggulangi masalah piutang macet dan administrasi kredit untuk melakukannya. Adalah perusahaan anjak piutang yang memang kegiatan utamanya adalah bergerak di bidang penagihan piutang. Perusahaan anjak piutang dapat mengambil alih pengelolaan piutang baik dengan cara dikelola atau dengan cara dibeli serta dapat pula melakukan pengelolaan administrasi piutang suatu perusahaan.14 Dalam kegiatan factoring terdapat tiga pihak yang terlibat secara aktif, yaitu perusahaan factoring, klien dan customer, klien adalah pengguna jasa perusahaan factoring dan customer adalah pihak yang berutang kepada klien. Perusahaan factoring, tidak mempunyai customer,

14


(29)

sedangkan klien bisa berupa pedagang, pabrik, pemilik took, petani, dan sebagainya.15

C. Unsur-unsur Anjak Piutang (Factoring)

Kegiatan pembiayaan anjak piutang tentunya banyak pihak-pihak yang terlibat didalamnya. para pihak tersebut tentunya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan yang mendorong berjalannya suatu transaksi perdagangan anjak piutang itu sendiri sehingga tumbuh dan berkembang menjadi suatu bentuk volume perdagangan yang besar. Para pihak itu juga merupakan salah satu unsur yang terkandung didalam tubuh suatu lembaga pembiayaan yang bernama anjak piutang. Berikut penjelasan beberapa unsur-unsur didalam anjak piutang.16

a. Factor, atau perusahaan anjak piutang yakni badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Adapun yang dimaksud dengan transaksi perdagangan adalah transaksi jual beli barang atau jasa yang pembayarannya dilakukan secara kredit. Apabila piutang yang akan dianjakpiutangkan tersebut berasal dari perdagangan internasional, maka akan memperlihatkan perusahaan anjak piutang domestik (domestic import factor) dan perusahaan anjak piutang Internasional (internasional export factor). Perusahaan anjak piutang domestik merupakan penghubung dengan client, sedangkan perusahaan anjak piutang internasional merupakan penghubung dengan nasabah.

b. Client, Menurut ketentuan Pasal 1 huruf (m) dari Keputusan Menteri Keuangan No.1251/KMK.013/1988 yang dimaksud dengan client (penjual piutang)

15

Richard Burton Simatupang, Op.Cit, hal. 120.

16


(30)

adalah perusahaan yang menjual dan atau mengalihkan piutang atau tagihannya yang timbul dari transaksi perdagangan kepada perusahaan anjak piutang. Dengan demikian client adalah pihak yang mempunyai piutang atau tagihan, piutang atau tagihan mana akan dialihkan kepada perusahaan anjak piutang. Client tersebut harus berupa perusahaan, baik perusahaan badan hukum seperti perseroan terbatas maupun bukan badan hukum seperti firma, CV.

c. Nasabah (Customer), nasabah adalah pihak yang membeli barang dari client yang pembayarannya dilakukan secara kredit. Dengan demikian, kedudukan nasabah adalah debitur (berutang) dan kedudukan client sebagai kreditor (berpiutang). Dalam transaksi anjak piutang, piutang client tersebut selanjutnya dialihkan kepada perusahaan anjak piutang. Melihat hubungan diatas, terlihat bahwa nasabah mempunyai kedudukan yang penting dalama transaksi anjak piutang, karena nasabahlah yang menentukan macet tidaknya serta lunasnya piutang client yang telah dialihkan kepada perusahaan anjak piutang.

d. Piutang/Tagihan Piutang atau tagihan merupakan objek dari anjak piutang. Meskipun objek anjak piutang berupa piutang/ tagihan, tetapi tidak semua jenis piutang dapat dianjakpiutangkan. Dalam anjak piutang hanya piutang yang timbul dari transaksi perdaganganlah yang dapat dianjakpiutangkan. Dengan demikian, piutang dari hibah, pinjam meminjam uang (kredit bank) atau perjanjian kerja bukan merupakan objek dari anjak piutang sehingga tidak dapat dianjakpiutangkan. Pembatasan lain atas objek anjak piutang adalah piutang yang akan dialihkan tersebut belum jatuh tempo (account receivable), baik yang dikeluarkan dengan menggunakan surat berharga seperti promis, atau berupa tagihan melalui invoice perdagangan pada umumnya. Singkatnya,


(31)

piutang yang akan dianjakpiutangkan bukanlah piutang yang sudah macet. Dengan demikian, tidak ada alasan bahwa bisnis anjak piutang sama saja dengan debt collector yang didalamnya ada unsur tekanan dan kekerasan. e. Pengalihan Piutang

Dalam transaksi anjak piutang terjadi proses peralihan piutang dari client kepada perusahaan anjak piutang. Agar peralihan piutang tersebut mempunyai akibat hukum yang sah, maka dalam proses peralihannya harus dilakukan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam KUHPerdata, khususnya Pasal 613 ayat (1) dan (2) tentang cessie serta Pasal 1400 tentang subrogasi. Cessie adalah penyerahan piutang atas nama dari kreditor lama kepada kreditor baru. Subrogasi adalah perpindahan hak kreditor kepada pihak ketiga sebagai akibat dibayarnya harga piutang oleh pihak ketiga tersebut. Jadi, dalam cessie menekankan pada segi pengalihan piutang, adapun subrogasi menekankan pada segi penggantian kreditor.

Berdasarkan ketentuan tersebut dalam transaksi anjak piutang, pengalihan piutang dari client kepada perusahaan anjak piutang dilakukan dengan akta cessie (Pasal 613 ayat (1). Selanjutnya, pengalihan piutang tersebut diberitahukan (notification) kepada atau mendapat persetujuan dari nasabah (Pasal 613 ayat (2). Pengalihan piutang dengan sepengetahuan atau persetujuan dari nasabah disebut discloused facility, adapun jika tidak ada pemberitahuan kepada atau persetujuan dari nasabah disebut undiscloused facility, sehingga nasabah tidak berkewajiban membayar tagihan secara langsung kepada perusahaan anjak piutang. Apabila perusahaan sudah membayar harga piutang kepada client, maka sesuai dengan Pasal 1400 KUHPerdata kedudukan hak tagih client terhadap nasabah berpindah


(32)

kepada perusahaan anjak piutang. Perusahaan anjak piutang biasanya membayar lebih dahulu harga pembelian piutang client yang besarnya hingga 80 % (delapan puluh persen) dari harga jual piutang. Adapun sisanya akan dibayar setelah tagihan terhadap nasabah dibayar lunas setelah dipotong biaya-biaya untuk perusahaan anjak piutang. Pembayaran lebih dahulu (prepayment) ini bukan merupakan panjar (down payment) atau pembayaran tanda jadi karena prepayment merupakan bagian dari pembiayaan atas seluruh harga jual piutang. Dengan demikian, fungsi prepayment adalah sebagai fasilitas bagi pembiayaan perusahaan client sehingga kontinuitas usaha terjamin, arus kas (cash flow) tetap lancar, dan resiko akibat kredit macet tanpa dicegah.

D. Perbandingan Antara Kredit Perbankan dengan Anjak Piutang (Factoring)

Anjak piutang (factoring) adalah suatu transaksi keuangan sewaktu suatu perusahaan menjual piutangnya (misalnya tagihan) dengan memberikan suatu diskon. Ada tiga perbedaan antara anjak piutang dan pinjaman bank. Pertama, penekanan anjak piutang adalah pada nilai piutang, bukan kelayakan kredit perusahaan. Kedua, anjak piutang bukanlah suatu pinjaman, melainkan pembelian suatu aset (piutang). Terakhir, pinjaman bank melibatkan dua pihak, sedangkan anjak piutang melibatkan tiga pihak. Tiga pihak yang terlibat dalam anjak piutang adalah penjual, debitur, dan pihak yang membiayai (factor). Penjual adalah pihak yang memiliki piutang (biasanya untuk layanan yang diberikan atau barang yang dijual) dari pihak kedua, debitur. Penjual selanjutnya menjual satu atau lebih tagihannya dengan potongan atau diskon ke pihak ketiga, suatu lembaga keuangan khusus untuk mendapatkan uang dalam bentuk kas. Debitur akan


(33)

membayar langsung ke perusahaan pembiayaan dengan jumlah penuh sesuai nilai tagihan.17

Perbedaan anjak piutang dengan kredit bank adalah :

1. Perbedaan anjak piutangadalah pada nilai piutang, bukan kelayakan kredit perusahaan

2. Anjak piutang bukanlah suatu pinjaman, melainkan pembelian suatu asset (piutang)

3. Pinjaman bank melibatkan dua pihak, sedangkan anjak piutang melibatkan tiga pihak

4. Kredit bank menambah kas pada aktiva debitur, sedangkan anjak piutang tidak tetapi hanya memperlancar arus kas dengan menggunakan piutang yang belum jatuh tempo

5. Kredit bank jumlahnya tetap dan memiliki syarat pelunasan sedang anjak piutang mengubah penjualan kredit menjadi uang tunai

6. Kredit bank menggunakan agunan sedangkan anjak piutang agunan bukan hal mutlak

7. Kontrak anjak piutang dilaksanakan berkesinambungan, berbeda dengan kredit bank yang putus kontrak setelah cicilan lunas18

Anjak piutang bila ditinjau dari segi mekanismenya, pada dasarnya merupakan kegiataan pengalihan piutang sebagai tindak lanjut dari jual beli tagihan. Namun pengertian piutang dalam transaksi ini harus diketahui dahulu secara secara pasti agar tidak menimbulkan salah pengertian dalam segi

17Melinda, “

Anjak Piutang”, http://melindarebeccavini.blogspot.com/2012/12/anjak-piutang.html, diakses Rabu, 1 April 2015.

18 Maulidansyah, “

Anjak Piutang”, http://maulidaaisyah.blogspot.com/2013/05/anjak-piutang.html, diakses Rabu, 1 April 2015.


(34)

pembahasan masalah yuridis. Secara umum, piutang dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu piutang yang berasal dari transaksi dagang dan yang berasal dari fasilitas pinjaman / kredit (dibuktikan dengan perjanjian kredit). Bila kedua jenis piutang tersebut diperbandingkan, maka akan terlihat unsur-unsur sebagai berikut: 1. Piutang Dagangmempunyai ciri-ciri berikut:

a. Jangka, sebab seller sangat berkepentingan dengan kelancaran perputaran modalnya.

b. Umumnya berasal dari transaksi jual beli barang atau jasa.

c. Jaminan kebendaan kurang diperhatikan karena lebih dititikberatkan pada masalah pemeliharaan hubungan dagang. Kalaupun ada jaminan, jumlahnya relatifnya kecil dibandingkan dengan nilai tagihannya, yaitu berupa uang panjar atau uang muka.

2. Piutang dalam perkreditan, mempunyai ciri ciri sebagai berikut:

a. Jangka waktu yang lebih lama, karena adanya kemungkinan untuk dapat diperpanjang.

b. Berasal dari suatu perjanjian kredit.

c. Adanya suatu jaminan yang lebih bersifat riil / kebendaan dan pasti.

d. Dalam hubungan yang lebih formal antarapihak, misalnya ada jaminan yang diikat secara yuridis disertai pemberian hak prefensi kepada kreditur. Kegiatan anjak piutang dapat dikatakan produk pembiayaan yang masih terbilang baru di Indonesia, meskipun selama ini kita telah mengenal jenis pembiayaan yang menyerupai aktivitas anjak piutang, yaitu kegiatan Account Receivable Financing (Cheque Discounted). Kegiatan anjak piutang bukanlah kegiatan untuk menggantikan kegiatan kegiatan Account Receivable Financing,


(35)

melainkan penyempurnaan dan melengkapi serta menambah alternatif pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dan meningkatkan kemampuan perputaran dana (cash flow).

Adapun perbedaan yang mencolok antara Account Receivable Financing dan kegiataan anjak piutang adalah sebagai berikut:

1. Kontrol

Dalam transaksi Account Receivable Financing, factor tidak dapat mengetahui Cheque /Bilyet giro yang diserahkan client kepada factor, sehingga factor tidak mengetahui siapa saja pelanggan client, kualitas cheque / Bilyet Giro serta factor tidak mengetahui dengan pasti transaksi yang dilakukan antara client dan customer. Sedangkan dalam transaksi anjak piutang, factor dapat mengikuti transaksi jual beli antara client dan customer melalui faktur dan surat jalan yang diserahkan kepada factor.

Di samping, factor juga mengetahui karakter-karakter customer, sehingga mudah melakukan kontrol terhadap aktivitas pembiayaan anjak piutang yang diberikan serta dapat pula memberikan informasi kepada client apabila adacustomer yang nakal.

2. Plafond Kredit

Dalam transaksi anjak piutang biasanya factor dapat memberikan fasilitas pembiayaan sampai 100% dari nilai faktur, sedangkan dalam Account Receivable Financing sudah pasti lebih rendah. Tingginya plafon yang diberikan factor kepada client, sudah barang tentu akan memberikan tambahan modal kerja yang lebih baik.


(36)

3. Administrasi

Pada transaksi Account Receivable Financing, aktivitas administrasi yang dilakukan terbatas pada aktivitas pencairan plafond dan penyimpanan Post Dated Cheque, sedangkan dalam transaksi anjak piutang juga melakukan pencatatan seluruh hasil penjualan kredit client yang dianjak piutangkan, memberikan laporan-laporan yang berhubungan dengan piutang yang dialihkan ke factor dan juga dapat melakukan penagihan kepada customer.

4. Pengikatan

Pengikatan dalam transaksi Account Receivable Financing biasanya melakukan pengikatan pokok berupa perjanjian kredit dan pengakuan utang serta ditambah dengan pengikatan cessie piutang dan jaminan yang dapat dibuat secara notaris ataupun bawah tangan, sedangkan pengikatan anjak piutang berdasarkan perjanjian anjak piutang ditambah pengikatan jaminan dari client. Pengikatan anjak piutang lebih sederhanaa dibandingkan dengan Account Receivable Financing dan apabila dibuat secara notaris biaya lebih murah.

5. Aktivitas

Kegiatan anjak piutang lebih luas dibandingkan dengan Account Receivable Financing, hal ini dimungkinkan karena anjak piutang dapat dijadikan alternatif pengganti Letter Of Credit untuk transaksi ekspor dan impor satu negara dan negara lainnya.19

19 Sandy franando, “

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, http://sandyrado. blogspot.com/2014/04/bank-dan-lembaga-keuangan-lainnya.html, diakses Rabu, 1 April 2015.


(37)

E. Peraturan-peraturan Mengenai Anjak Piutang (Factoring) di Indonesia Menurut Abdul Kadir Muhammad dan Ridda Murniati berpendapat bahwa Anjak Piutang sebagai salah satu bentuk bisnis pembiayaan bersumber dari berbagai ketentuan hukum, baik perjanjian maupun perundang-undangan. Ketentuan tersebut adalah :20

1. Hukum Perdata

Pengaturan anjak piutang masih terpaku pada asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Kontrak anjak piutang dianggap sah bila sudah memenuhi persyaratan Pasal 1320 KUH Perdata. KUHPerdata sendiri tidak mengenal istilah cessie, tetapi dalam pasal 613 KUHPerdata disebutkan bahwa “penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau akta dibawah tangan, dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain.” Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa yang diatur dalam pasal 613 ayat (1) adalah penyerahan tagihan atas nama dan benda-benda tak bertubuh lainnya.

Ada dua sumber hukum perdata yang mendasari kegiatan Anjak Piutang, yaitu asas kebebasan berkontrak dan perundang-undangan di bidang hukum perdata.

a) Asas Kebebasan Berkontrak

Hubungan hukum yang terjadi dalam kegiatan Anjak Piutang selalu dibuat secara tertulis (kontrak) sebagai dokumen hukum menjadi

20

Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 214.


(38)

dasar kepastian hukum (legal certainty). Perjanjian Anjak Piutang ini dibuat berdasarkan asas kebebasan berkontrak yang memuat rumusan kehendak berupa hak dan kewajiban dari perusahaan Anjak Piutang sebagai pihak penerima pengalihan piutang, dan Clien sebagai pihak yang mengalihkan piutang.

Perjanjian Anjak Piutang (Factoring agreement) merupakan dokumen hukum umum (main legal dokumen) yang dibuat secara sah dan memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, akibat hukum perjanjian yang dibuat secara sah, maka akan berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-pihak, yaitu perusahaan Anjak Piutang dan Clien (Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata). Konsekuensi yuridis selanjutnya perjanjian tersebut harus dilaksanakan dengan itikad baik (in good faith) dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak (unilateral unvoinable). Perjanjian Anjak Piutang berfungsi sebagai dokumen bukti yang sah bagi perusahaan Anjak Piutang.

b) Undang-Undang di Bidang Hukum Perdata

Perjanjian Anjak Piutang merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang tunduk pada ketentuan KUHPerdata. Sumber hukum utama Anjak Piutang adalah ketentuan mengenai :

(1) Perjanjian jual beli yang diatur dalam Pasal 1457-1540 buku III KUHPerdata sejauh ketentuan-ketentuan itu relevan dengan Anjak Piutang.

(2) Pengalihan piutang atas nama yang diatur dalam Pasal 613 ayat (1) dan (2) buku II KUHPerdata. Menurut ketentuan pasal tersebut,


(39)

penyerahan piutang atas nama dilakukan dengan cessie, yaitu dengan akta otentik atau tidak otentik yang menyatakan pengalihan hak tagih kepada perusahaan Anjak Piutang disertai notifikasi kepada nasabah (debitur)

(3) Subrogasi yang diatur dalam Pasal 1400-1403 buku III KUHPerdata, penyerahan dengan cessie akan mengakibatkan adanya subrogasi, yaitu pengantian status kreditor lama (Clien ) oleh kreditor baru (perusahaan Anjak Piutang) terhadap nasabah (debitur).

2. Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan

UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 (UU Perbankan) mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Kegiatan anjak piutang merupakan kegiatan pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri, yang dilakukan dengan cara pengambilalihan atau pembelian piutang tersebut.21 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan

Pembiayaan

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan mengatur juga tentang anjak piutang. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/ 2006 tentang perusahaan pembiayaan, hanya mengatur tentang pengertian, kegiatan usaha, tata cara

21


(40)

pendirian, kepemilikan dan kepengurusan, merger, akuisisi, konosiladasi perusahaan pembiayaan, dan ketentuan yang bersifat administratif. Piutang (Factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut. Dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, dijelaskan bahwa kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.

Dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, dijelaskan bahwa kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut. Kegiatan anjak piutang tersebut, dapat dilakukan dalam bentuk anjak piutang tanpa jaminan dari penjual piutang (Without Recourse) dan anjak piutang dengan jaminan dari penjual piutang (With Recourse). Anjak piutang tanpa jaminan dari penjual piutang (Without recourse) adalah kegiatan anjak piutang dimana Perusahaan Pembiayaan menanggung seluruh resiko tidak tertagihnya Piutang. Sedangkan anjak piutang dengan jaminan dari penjual piutang (With recourse) adalah kegiatan anjak piutang dimana penjual piutang menanggung resiko tidak tertagihnya sebagian atau seluruh piutang yang dijual kepada Perusahaan Pembiayaan.22

Kegiatan anjak piutang tersebut, dapat dilakukan dalam bentuk anjak piutang tanpa jaminan dari penjual piutang (Without Recourse) dan anjak

22 Dessy Ariyantih, “

Sekilas tentang Perusahaan pembiayaan”, https://dessyratih. wordpress.com.html, diakses Rabu, 1 April 2015.


(41)

piutang dengan jaminan dari penjual piutang (With Recourse). Anjak piutang tanpa jaminan dari penjual piutang (Without recourse) adalah kegiatan anjak piutang dimana Perusahaan Pembiayaan menanggung seluruh resiko tidak tertagihnya Piutang. Sedangkan anjak piutang dengan jaminan dari penjual piutang (With recourse) adalah kegiatan anjak piutang dimana penjual piutang menanggung resiko tidak tertagihnya sebagian atau seluruh piutang yang dijual kepada Perusahaan Pembiayaan.

4. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan NOMOR: PER- 03 /BL/2007 Tentang Kegiatan perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

Anjak Piutang (Factoring) adalah kegiatan pengalihan piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut sesuai dengan Prinsip Syariah.23 Anjak piutang (factoring) dapat didefinisikan sebagai transaksi pembelian dan atau penagihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek klien (penjual) kepada perusahaan anjak piutang, kemudian akan ditagih oleh perusahaan anjak piutang kepada pembeli karena adanya pembayaran kepada klien oleh perusahaan anjak piutang. Anjak piutang dilakukan berdasarkan akad wakalah bil ujrah. Wakalah bil ujrah adalah pelimpahan kuasa oleh suatu pihak (al muwakil) kepada pihak lain (al wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan pemberian keuntungan (ujrah).

5. Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang lembaga pembiayaan

23

Pasal 1 angka 1 Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: PER- 03 /BL/2007 Tentang Kegiatan perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.


(42)

Menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2009, lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Pasal 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Lembaga pembiayaan dibagi menjadi 3, meliputi perusahaan pembiayaan, perusahaan modal ventura, dan perusahaan pembiayaan infrastruktur. Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Perpres no 9/2009 tentang lembaga pembiayaan, perusahaan pembiayaan terdiri dari sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan usaha kartu kredit.

Anjak Piutang (Factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu Perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.24

6. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan

Anjak piutang (factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang usaha suatu perusahaan berikut pengurusan dan piutang tersebut.25

24

Pasal 1 angka 6 Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang lembaga pembiayaan.

25

Pasal 1 angka 7 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan.


(43)

BAB III

KEDUDUKAN PERUSAHAAN ANJAK PIUTANG (FACTORING) DALAM PENGALIHAN PIUTANG PEDAGANG TERHADAP

KETIDAKMAMPUAN NASABAH MENGEMBALIKAN KREDIT

A. Kegiatan dan manfaat dari Lembaga Keuangan Factoring (Anjak Piutang)

Perusahaan anjak piutang dapat didefinisikan sebagai suatu kontrak di mana perusahaan anjak piutang menyediakan jasa-jasa sekurang-kurangnya antara lain : jasa pembiayaan, jasa pembukuan, jasa penagihan piutang dan jasa perlindungan terhadap resiko kredit dan untuk itu klien berkewajiban kepada perusahaan anjak piutang secara terus-menerus menjual atau menjaminkan piutang yang berasal dari penjualan barang-barang atau pemberian jasa-jasa. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.1251/KMK.014/1988 tanggal 20 Desember 1988 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Kegiatan utama perusahaan anjak piutang adalah mengambil alih pengurusan piutang suatu perusahaan dengan suatu tanggung jawab tertentu, tergantung kesepakatan dengan pihak kreditor.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.1251/KMK.014/1988 tanggal 20 Desember 1988 dapat disimpulkan bahwa kegiatan anjak piutang meliputi :

1. Pengambilalihan tagihan suatu perusahaan dengan fee tertentu.

2. Pembelian piutang perusahaan dalam suatu transaksi perdagangan dengan harga yang sesuai dengan kesepakatan.


(44)

3. Mengelola usaha penjualan kredit suatu perusahaan, artinya perusahaan anjak piutang dapat mengelola kegiatan administrasi kredit suatu perusahaan sesuai . Mengelola kegiatan sehari-harinya perusahaan anjak piutang seperti halnya

perusahaan lainnya juga memiliki tujuan tertentu yaitu mencari keuntungan. Keuntungan yang diperoleh perusahaan anjak piutang antara lain dari berbagai biaya yang dikenakan terhadap kliennya. Kemudian dari keuntungan inilah prusahaan anjak piutang dapat menutupi seluruh kegiatan operasionalnya. 26

Usaha Anjak Piutang dilakukan dengan melakukan suatu kegiatan pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek yang timbul dari transak si perdagangan, baik transaksi yang terjadi di dalam atau luar negeri. Kegiatan Anjak Piutang dilakukan dengan cara pengambilalihan atau pembelian piutang tersebut. Anggapan masyarakat saat ini, Anjak Piutang hanya dapat berperan sebagai pihak yang dapat membantu permasalahan likuiditas dari perusahaan yang mempunyai piutang. Namun, sebenarnya jasa Anjak Piutang sendiri sangat bervariasi dan tidak terbatas pada penyediaan dana tunai saja.

Kegiatan utama perusahaan anjak piutang adalah mengambilalih pengurusan piutang suatu perusahaan dengan suatu tanggungjawab tertentu, tergantung kesepakatan dengan pihak kreditor (pihak yang punya piutang). Usaha -usaha yang dijalankan oleh per-usahaan anjak piutang berkaitan dengan pengambilalihan dan pengelolaan piutang suatu perusahaan, tergantung permintaan pihak kreditor. Bagi perusahaan kreditor dengan adanya perusahaan anjak piutang sangat membantu mereka dalam hal mengurangi risiko yang dihadapi terhadapnya

26 Fikri Putra Hasan, “

Kegiatan anjak piutang”, http://fikriputrahasanblog. blogspot.com.html diakses Rabu, 1 April 2015.


(45)

macetnya tagihan perusahaan. Disamping itu, mereka juga dapat lebih berkonsentrasi terhadap kegiatan lain yang lebih strategis di perusahaannya.27 Anjak Piutang dapat berupa kegiatan pembelian piutang dengan atau tanpa fasilitas pembayaran awal (Financing Factoring) dan kegiatan pengurusan administrasi piutang (Non-Financing Factoring). Pada kegiatan Financing Factoring, Factor setuju untuk membeli piutang dari pihak lain yang memiliki tagihan yang belum jatuh tempo, dengan persyaratan-persyaratan dan harga tertentu yang disepakati. Jenis Anjak Piutang ini dapat membantu Klien yang mempunyai kesulitan likuiditas. Dengan penjualan piutang tersebut, Klien dapat memanfaatkan uang tunai yang diperoleh dari Factor untuk meneruskan usahanya tanpa perlu menunggu saat jatuh tempo atas piutang-piutangnya. Bahwa tidak semua piutang yang dimiliki Klien dapat dijual dan dialihkan kepada Factor. Terbatas hanya pada piutang yang timbul dari transaksi perdagangan yang dilakukan oleh Klien saja yang dapat dijual dan dialihkan.28

Berdasarkan Peraturan Menteri keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 Tentang Perusahaan Pembiayaan Pasal 4 ayat (1) bahwa Kegiatan Anjak Piutang dilakukan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut. Ayat (2) yang Kegiatan anjak piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam bentuk anjak piutang tanpa jaminan dari penjual piutang (Without Recourse) dan Anjak piutang dengan jaminan dari penjual piutang (With Recourse).

27

Kasmir, Op.Cit, hal 272.

28 Hanna Sri Rahma Handayani, “

Perusahaan Anjak Piutang factoring”,

http://hannahandayana.blogspot.com/2011/05/anjak-piutang-factoring_17.html diakses Rabu, 1 April 2015.


(46)

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.1251 Tahun 1988 Pasal 6 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, kegiatan anjak piutang terdiri dari :

a) pembelian atau pengalihan piutang/tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri;

b) penata usaha penjualan kredit serta penagihan piutang perusahaan klien.

Kegiatan diatas dapat dilakukan oleh perusahaan anjak piutang dengan terlebih dahulu melakukan perjanjian anjak piutang. Perjanjian Anjak Piutang ini terdiri dari tiga serangkaian hukum yaitu Subyek Hukum, Obyek hukum, dan Hubungan hukum atau peristiwa hukum. Subyek Hukum, adalah penjual, pembeli, dan perusahaan anjak piutang. Obyek Hukum, merupakan piutang itu sendiri, baik dijual atau dialihkan atau di urus oleh pihak lain. Peristiwa Hukum, merupakan perjanjian anjak piutang, yaitu perjanjian antara perusahaan anjak piutang dengan klien.

Perusahaan anjak piutang agar dapat melakukan kegiatan operasionalnya juga harus mendapatkan keuntungan. Keuntungan tersebut diperoleh dari berbagai biaya yang dikenakan terhadap klien yang dapat menutupi seluruh kegiatan operasional perusahaan anjak piutang. Tapi sebelum perusahaan anjak piutang menerima pembelian piutang dari klien, factor harus mempertimbangkan juga risiko kerugian tagihan yang tidak dapat terbayar oleh debitur yang biasanya ditetapkan dengan biaya penagihan atau komisi yang tinggi untuk piutang yang sering bermasalah dalam penagihannya.


(47)

Keuntungan yang diperoleh dari biaya yang dibebankan kepada kliennya terdiri dari :

1) Jasa Penagihan (Service Charge) : biaya yang dibebankan oleh perusahaan anjak piutang kepada kliennya yang dikenal dengan fee dan besarnya dihitung berdasarkan persentase tertentu berdasarkan kesepakatan dengan berbagai pertimbangan seperti tingkat kesulitan atau jumlah piutang yang ditagihkan. 2) Biaya Administrasi : biaya yang diterima oleh perusahaan anjak piutang setelah

melakukan pengelolaan terhadap penjualan kredit klien dan besarnya pun tergantung dari kesepakatan yang dibuat bersama. Imbalan yang diterima oleh perusahaan anjak piutang, baik berupa service charge, provisi, dan diskon.29

Perusahaan factoring yang melakukan kegiatan pembiayaan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri semakin memberikan kemudahan dan efisiensi kinerja perusahaan-perusahaan yang bersangkutan. Adapun manfaat-manfaat dari kegiatan transaksi Anjak Piutang itu sendiri yaitu:

a. Mengatasi kesulitan modal kerja b. Kesempatan pengembangan usaha c. Mengatasi beban kredit

d. Memperbaiki sistem penagihan30

Berdasarkan Peraturan Menteri keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 Tentang Perusahaan Pembiayaan Pasal 4 bahwa (1) Kegiatan Anjak Piutang dilakukan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut

29

Wira Udi Atmika, “Anjak Piutang”, http://wira-udiatmika.blogspot.com/2012/10/anjak-piutang.html, diakses Rabu, 1 April 2015.

30Lina Aswida, “

Anjak Piutang atau perusahaan factoring”,

http://lisnaaswida.blogspot.com/2012/04/anjak-piutang-abstrak-anjakpiutang-atau.html diakses Rabu, 1 April 2015.


(48)

pengurusan atas piutang tersebut. (2) Kegiatan anjak piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam bentuk anjak piutang tanpa jaminan dari penjual piutang (Without Recourse) dan Anjak piutang dengan jaminan dari penjual piutang (With Recourse).

Kegiatan perusahaan anjak piutang dilakukan dalam bentuk pembelian atau pengalihan piutang/tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam dan luar negeri dan penata usahaan penjualan kredit serta penagihan piutang klien. Kegiatan anjak piutang dapat dilakukan oleh Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank, dan Perusahaan Pembiayaan berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi.

Keputusan Menteri Keuangan No.1251 Tahun 1988 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, kegiatan anjak piutang terdiri dari :

1) Pengambilalihan tagihan suatu perusahaan dengan fee tertentu.

2) Pembelian piutang perusahaan dalam suatu transaksi perdagangan dengan harga yang sesuai dengan kesepakatan.

3) Mengelola usaha penjualan kredit suatu perusahaan, artinya perusahaan anjak piutang dapat mengelola kegiatan administrasi kredit suatu perusahaan sesuai kesepakatan.

Kegiatan diatas dapat dilakukan oleh perusahaan anjak piutang dengan terlebih dahulu melakukan perjanjian anjak piutang. Perjanjian Anjak Piutang ini terdiri dari tiga serangkaian hukum yaitu Subyek Hukum, Obyek hukum, dan Hubungan hukum atau peristiwa hukum. Subyek Hukum, adalah penjual, pembeli, dan perusahaan anjak piutang. Namun penamaan tersebut dirubah disesuaikan dengan hakikat anjak piutang. Perusahaan anjak piutang dikenal sebagai Factor, yaitu badan usaha yang menawarkan anjak piutang. Klien adalah pihak yang


(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Akibat hukum pengalihan piutang dari klien kepada Perusahaan anjak piutang (factoring) diantaranya undisclosed factoring ada kemungkinan perusahaan (klien) ingkar janji (wanprestasi) yaitu tidak mengembalikan pinjaman/pembiayaan kepada perusahaan factoring walaupun perusahaan sudah menerima pembayaran dari nasabah sehingga anjak piutang mengalami kerugian. Nasabah yang ingkar janji yaitu tidak membayar hutangnya pada saat jatuh tempo sehingga kemungkinan perusahaan atau lembaga anjak piutang yang mengalami kerugian.

2. Tanggungjawab klien kepada perusahaan factoring dalam pengalihan piutang dagang karena ketidakmampuan nasabah mengembalikan kredit yaitu BTN Cabang Medan menanggung risiko kerugian terhadap piutang yang dialihkan pada BTN Cabang Medan. Oleh karena itu, perusahaan anjak piutang akan mengembalikan tanggung jawab (recourse) pembayaran piutang kepada klien atas piutang yang tak tertagih dari customer. Klien sebagai penjual piutang bertanggungjawab atas piutang yang tidak dibayar oleh pihak nasabah. Bentuk tanggung jawab klien yakni membayar sesuai dengan jumlah harga pembelian piutang yang telah diterimanya kepada BTN Cabang Medan.

3. Perlindungan hukum bagi pihak klien pada perusahaan factoring dalam pengalihan piutang pedagang terhadap ketidakmampuan nasabah


(2)

mengembalikan kredit pada BTN Cabang Medan dengan tiga cara, yaitu melalui peradilan umum, musyawarah dan arbitrase. Dalam praktek ternyata musyawarah merupakan cara yang selalu ditempuh oleh para pihak klien kepada perusahaan factoring dalam pengalihan piutang dagang. penyelesaiannya melalui musyawarah ini telah dibuat tiga cara penyelesaian yang telah dilakukan oleh perusahaan factoring, yang semata-mata menguntungkan perusahaan factoring. Cara penyelesaian tersebut adalah klien harus melakukan pembayaran keseluruhan faktur yang belum dilunasi oleh customer seketika dan tunai, dilakukan penjualan barang jaminan dan perusahaan factoring memutuskan perjanjian dan selanjutnya mewajibkan klien untuk membayar seketika dan sekaligus tunai keseluruhan faktur yang telah dialihkan dan biaya anjak piutang.

B. Saran

Penulis memberikan saran, bahwa :

1. Perlu dibuat Undang-undang khusus tentang Anjak piutang. Karena undang-undang yang sudah ada dirasakan tidak sesuai lagi dan kurang mengakomodasi perkembangan Anjak Piutang saat ini. Jika memungkinkan perlu dilakukan amandemen guna mewujudkan Undang-undang khusus tentang Anjak Piutang.

2. Mengenai pengalihan piutang dari kreditur kepada perusahaan factoring ini di Indonesia belum ada suatu undang-undang yang secara khusus mengatur tentang anjak piutang (factoring), padahal ketentuan-ketentuan yang ada nantinya dalam peraturan perundang-undangan tersebut sangat diperlukan guna terciptanya suatu


(3)

kepastian hukum tidak hanya bagi para pihak, lebih jauh juga mengenai perjanjian anjak piutang atau factoring itu sendiri.

3. Bila nasabah hendak melakukan anjak piutang, hendaknya nasabah mengetahui keadaan ekonominya terlebih dahulu. Sehingga nantinya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti penolakan permohonan piutang oleh Perusahaan factoring atau pihak factor, dan apabila kesepakatan telah tercapai.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku

Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri, Bank dan Lembaga Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Aliminsyah dan Padji, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan, Bandung: CV. Yrama Widya, 2006.

Asyhadie, Zaeni, Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.

Djumhana, Muhammad, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2012.

Fuady, Munir, Hukum tentang Pembiayaan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006.

Irmayanto, Juli, Zainal A Indradewa, Tjiptono Roso, Tonny Hasibuan dan Desmizar, Bank & Lembaga Keuangan, Jakarta: Universitas Trisakti, 2003. Jumingan. Analisa Laporan Keuangan”. Jakarta : Bumi Aksara, 2006.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Rajawali Pers, 2013. Muhammad, Abdul Kadir dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan

dan Pembiayaan, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000.

Naja, Daeng HR. Hukum Kredit dan Bank Garansi, The Bankers Hand Book. Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2005.

Silondae, Arus Akbar dan Andi Fariana, Aspek Hukum dalam Ekonomi & Bisnis, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.

Simatupang, Richard Burton, Aspek Hukum dalam Bisnis, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia (UI Press), 2008.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009.


(5)

Sutojo, Siswanto, Menangani Kredit Bermasalah. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo, 1997.

Usman, Rachmadi, Penyelesaian Pengaduan Nasabah dan Mediasi Perbankan, Bandung: CV. Mandar Maju, 2011.

Untung, Budi, Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta: ANDI, 2005. II. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang Undang Hukum Perdata

Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan

Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan NOMOR: PER- 03 /BL/2007 Tentang Kegiatan perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang lembaga pembiayaan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan

III. Website

http://methaardiah.blogspot.com/2012/10/anjak-piutang.html diakses tanggal 1 April 2015

http://siltiaroza.blogspot.com/2012/12/anjak-piutang.html, diakses tanggal 1 April 2015

http://methaardiah.blogspot.com/2012/10/anjak-piutang.html diakses tanggal 1 April 2015

http://melindarebeccavini.blogspot.com/2012/12/anjak-piutang.html diakses tanggal 1 April 2015

http://maulidaaisyah.blogspot.com/2013/05/anjak-piutang.html diakses tanggal 1 April 2015

http://sandyrado.blogspot.com/2014/04/bank-dan-lembaga-keuangan-lainnya.html diakses tanggal 1 April 2015


(6)

https://dessyratih.wordpress.com/2014/09/13/sekilas-tentang-perusahaan-pembiayaan/ diakses tanggal 1 April 2015

http://fikriputrahasanblog.blogspot.com/p/kuliah.html diakses tanggal 1 April 2015 http://hannahandayana.blogspot.com/2011/05/anjak-piutang-factoring_17.html

diakses tanggal 1 April 2015

http://wira-udiatmika.blogspot.com/2012/10/anjak-piutang.html diakses tanggal 1 April 2015

http://lisnaaswida.blogspot.com/2012/04/anjak-piutang-abstrak-anjakpiutang-atau.html diakses tanggal 1 April 2015

http://muhammadnurulhuda15.blogspot.com/2011/07/peran-lembaga-anjak-piutang-dalam.html diakses tanggal 1 April 2015

http://rezwan-rizki.blogspot.com/2013/01/piutang-receivable.html diakses tanggal 1 April 2015

http://sandyrado.blogspot.com/2014/04/bank-dan-lembaga-keuangan-lainnya.html diakses tanggal 1 April 2015

http://episopiani92.blogspot.com/2013/04/makalah-akuntansi-keuangan-piutang_36.html diakses tanggal 1 April 2015

http://hukum-faizinlaw.blogspot.com/2009/06/anjak-piutang.html diakses tanggal 1 April 2015

http://lisnaaswida.blogspot.com/2012/04/anjak-piutang-abstrak-anjakpiutang-atau.html diakses tanggal 1 April 2015

http://henienawati.blogspot.com/2011/01/anjak-piutang_6477.html diakses tanggal 1 April 2015

https://evitasari4.wordpress.com/2013/06/17/piutang-dagang/ diakses tanggal 1 April 2015

https://catatanmarketing.wordpress.com/2012/02/08/pengertian-kredit-perbankan/ diakses tanggal 1 April 2015

http://sandyrado.blogspot.com/2014/04/bank-dan-lembaga-keuangan-lainnya.html diakses tnaggal 2 April 2015


Dokumen yang terkait

Peranan Informasi Laporan Keuangan dalam Kebijaksanaan Pemberian Kredit Kepada Calon Nasabah PT. BTN (persero) Tbk Cabang Medan

17 103 55

Peranan Informasi Laporan Keuangan Dalam Kebijaksanaan Pemberian Kredit Kepada Calon Nasabah Pada PT. Panin Bank, Tbk Cabang Medan.

31 163 115

Analisis Camel Dalam Penilaian Kesehatan Pada Bank BRI Cabang Putri Hijau Medan

1 67 76

Analisis Pengalihan (Oper Kredit) Hak Pada Kredit Pemilikan Rumah: Studi Di Bank Tabungan Negara (BTN) Cabang Medan

2 37 132

Strategi Pemasaran Kartu ATM pada Bank BRI Cabang Medan

7 49 65

Pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan nasabah kredit di Bank BTN Cabang Bogor

1 18 251

PENGARUH PERSEPSI NASABAH KREDIT TERHADAP CITRA BANK(Kasus pada Bank BTN Yogyakarta Kantor Cabang 2) PENGARUH PERSEPSI NASABAH KREDIT TERHADAP CITRA BANK (Kasus pada Bank BTN Yogyakarta Kantor Cabang 2).

0 3 16

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKEMBANGAN PERUSAHAAN FACTORING (ANJAK PIUTANG) DI INDONESIA A. Sejarah Usaha Anjak Piutang (Factoring) - Pertanggungjawaban Klien Kepada Perusahaan Factoring Dalam Pengalihan Piutang Pedagang Terhadap Ketidakmampuan Nasabah

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN - Pertanggungjawaban Klien Kepada Perusahaan Factoring Dalam Pengalihan Piutang Pedagang Terhadap Ketidakmampuan Nasabah Mengembalikan Kredit pada BTN Cabang Medan

0 0 11

Pertanggungjawaban Klien Kepada Perusahaan Factoring Dalam Pengalihan Piutang Pedagang Terhadap Ketidakmampuan Nasabah Mengembalikan Kredit pada BTN Cabang Medan

0 0 8