BAB 5 PEMBAHASAN
Perubahan pola pernafasan dari hidung ke mulut yang disebabkan adanya sumbatan saluran pernafasan dipercayai sebagai salah satu faktor etiologi yang dapat
menyebabkan terjadinya deformitas kraniofasial.
1-3
Pada umumnya penelitian yang berkaitan dengan analisis skeletal dilakukan untuk melihat hubungan perubahan pola pernafasan dengan terjadinya deformitas
kraniofasial.
1
Karakteristik spesifik yang sering dikaitkan dengan pola pernafasan melalui
mulut adalah
Sindroma Wajah
Panjang atau
Long Face
Syndrome.
3,5,10,11,23,31,37
Karakteristik diatas dikaitkan berdasarkan dengan banyak nya temuan klinis yang melaporkan bahwa pola pernafasan melalui mulut berkaitan
dengan pola pertumbuhan vertikal yang ekstrim.
11
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran pada sudut MP-SN dan sudut NSGn pada sefalogram lateral pasien dengan kriteria maloklusi Klas II skeletal dengan pola
pernafasan normal hidung dan pernafasan melalui mulut untuk melihat nilai skeletal dalam arah vertikal.
Pada tabel 2, dapat dilihat nilai rerata derajat sudut MP-SN pada kelompok dengan pola pernafasan melalui mulut lebih besar dan berbeda secara signifikan
dibandingkan dengan nilai rerata derajat sudut MP-SN pada kelompok dengan pola pernafasan normal. Berdasarkan hasil Uji-t independen yang digunakan, diperoleh
nilai p=0,001 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai rerata derajat sudut MP-SN antara kelompok dengan pola pernafasan
melalui mulut dan normal hidung. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil beberapa penelitian seperti penelitian
yang dilakukan oleh Lessa dkk pada 60 anak diperoleh nilai rerata derajat sudut MP- SN yang lebih besar pada kelompok anak dengan pola pernafasan melalui mulut
dibandingkan dengan kelompok anak dengan pola pernafasan normal hidung dan menyimpulkan bahwa pola pernafasan melalui mulut dapat mengakibatkan rotasi
Universitas Sumatera Utara
mandibula searah jarum jam sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan secara vertikal pada porsi anterior wajah dibandingkan porsi posterior wajah yang dapat
membuktikan adanya pengaruh perubahan pola pernafasan terhadap perkembangan kraniofasial.
7
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ucar dkk pada 68 anak dengan pola
pernafasan normal dan melalui mulut diperoleh nilai rerata derajat sudut MP-SN yang lebih besar dan berbeda secara signifikan pada kelompok dengan pola pernafasan
melalui mulut dibandingkan pada kelompok dengan pola pernafasan normal dan menyimpulkan pada kelompok dengan pola pernafasan melalui mulut mempunyai
kecenderungan pola pertumbuhan vertikal.
36
Nilai sudut MP-SN yang besar pada kelompok dengan pola pernafasan melalui mulut mengindikasikan adanya rotasi mandibula searah jarum jam yang
mengarahkan pertumbuhan mandibula ke bawah dan ke belakang. Hal tersebut dapat disebabkan oleh meningkatnya aktivitas di area suprahyoid oleh beberapa otot pada
saat bernafas melalui mulut.
6
Peningkatan otot digastrik anterior dan milohyoid akan menyebabkan depresi mandibula. Jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama
akan mengakibatkan perubahan arah pertumbuhan rahang.
3,25
Selain itu, peningkatan aktivitas otot genioglossus akan menyebabkan posisi lidah berada pada inferior dan
anterior.
23,25
Posisi lidah yang berada di anterior dapat menyebabkan mandibula berotasi ke belakang dan ke bawah sehingga dapat menyebabkan tinggi wajah
meningkat.
6
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rerata derajat sudut NSGn pada kelompok dengan pola pernafasan melalui mulut lebih besar dibandingkan nilai rerata
derajat sudut NSGn pada kelompok dengan pola pernafasan normal hidung dan berdasarkan Uji-t independen hasil yang diperoleh berbeda secara signifikan dengan
nilai p=0,000. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Faria dkk pada 35 anak yang mendapati bahwa nilai derajat sudut MP- SN dan NSGn pada kelompok dengan pola pernafasan melalui mulut secara
signifikan lebih besar dibandingkan dengan kelompok dengan pola pernafasan
Universitas Sumatera Utara
normal.
5
Malhotra dkk pada penelitian terhadap 100 anak memperoleh nilai sudut MP-SN dan NSGn yang lebih besar secara signifikan pada kelompok anak dengan
pola pernafasan melalui mulut.
37
Nilai sudut NSGn yang besar pada kelompok dengan pola pernafasan melalui mulut mengindikasikan posisi mandibula yang berada pada posterior basis kranii
dengan pola pertumbuhan vertikal. Hal ini dapat disebabkan karena adanya kecenderungan mandibula yang berotasi searah jarum jam pada kelompok dengan
pola pernafasan melalui mulut yang mengarahkan pertumbuhan mandibula ke bawah dan kebelakang yang dapat menyebabkan pola pola pertumbuhan wajah secara
vertikal sehingga tinggi wajah meningkat.
6,29,37
Hal ini sejalan dengan hasil tulisan Tourne yang menyatakan bahwa pola pernafasan melalui mulut merupakan salah satu
faktor etiologi yang dapat menyebabkan pola pertumbuhan wajah secara vertikal yang berlebihan.
7,11
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN