14 mm. Apabila nilai pengukuran jauh melebihi nilai rata-rata menandakan posisi lidah berada anterior, yang biasanya didapati pada pola kebiasaan habitual posture
atau pembesaran tonsil.
26,27
Gambar 2. Pengukuran sefalometri lateral pasien pada masa gigi bercampur
26
5. Rhinomonometry Rhinomonometry memberikan presentase dari respirasi nasal atau rongga
mulut untuk dikalkulasi.
20
2.2.1 Efek Pola Pernafasan Melalui Mulut Terhadap Pola Pertumbuhan Wajah
Adanya sumbatan pada jalan nafas utama, membuat seseorang mencari jalan alternatif untuk bernafas, yaitu melalui mulut. Pernafasan melalui mulut dapat
menyebabkan ketidakseimbangannya aktifitas otot-otot yang berdampak pada terjadinya pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial.
1,23,24,28
Universitas Sumatera Utara
Penyesuaian neuromuskular dibutuhkan dalam upaya mempertahankan fungsi pernafasan yang adekuat ketika mengalami obstruksi pada nasal. Hal ini
mengakibatkan perubahan postural di rongga mulut, kepala dan rahang. Perubahan postural pada kepala, rahang dan lidah dapat merubah tekanan ekuilibrium pada
rahang sehingga dapat berpengaruh pada pertumbuhan rahang dan posisi gigi-geligi.
23
Apabila perubahan postural ini terjadi terus menerus dapat menyebabkan madibula berotasi ke bawah dan belakang yang diikuti dengan peningkatan tinggi wajah,
gigitan terbuka anterior, peningkatan overjet, meningkatnya tekanan dari pipi otot buksinator dapat menyebabkan lengkung maksila yang sempit.
4
Tekanan melintang pada lengkung rahang dapat mengakibatkan gigitan silang dengan palatum yang
tinggi dan dalam serta protrusi gigi anterior.
23
Sumbatan pada nasal meningkatkan aktifikas di area suprahyoid yang disebabkan aktivitas beberapa otot-otot. Otot digastrik anterior berperan dalam
menekan depresi posisi mandibula diikuti otot geniohyoid yang membantu dalam mempertahankan posisi tulang hyoid sejalan dengan masuknya udara. Peningkatan
otot genioglossus menyebabkan perubahan pada posisi lidah ke posisi inferior dan anterior.
23,24
Posisi lidah di anterior dapat mendorong gigi atas dan bawah ke labial dan mandibula berotasi ke bawah dan ke belakang. Arah rotasi mandibula ke bawah
dan ke belakang dapat menyebabkan pola pertumbuhan wajah secara vertikal sehingga dapat menyebabkan peningkatan tinggi wajah.
6
Kelainan-kelainan yang disebutkan diatas juga didukung oleh banyak penelitian yang telah dilakukan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Bresolin dkk
mendapati pada kelompok anak dengan kebiasaan bernafas melalui mulut mempunyai wajah yang lebih panjang, maksila yang sempit dan rahang mengalami retrognasi.
13
Principato JJ mendapati pada seseorang dengan kebiasaan bernafas melalui mulut dalam jangka waktu yang cukup panjang dapat menyebabkan erupsi molar
yang berelebihan sehingga dapat berakibat pada rotasi mandibula searah jarum jam serta peningkatan tinggi wajah bawah anterior vertikal. Peningkatan tinggi wajah
anterior bawah sering dikaitkan dengan retrognasi rahang dan gigitan terbuka.
16
Lessa dkk menemukan pada kelompok dengan kebiasaan bernafas melalui mulut didapati
Universitas Sumatera Utara
kecenderungan inklinasi mandibula yang tinggi dan pola pertumbuhan wajah secara vertikal.
7
Menurut Tourne, pola pertumbuhan wajah secara vertikal yang ekstrim, yang dilaporkan dalam banyak penelitian, dapat menyebabkan Long Face Syndrome atau
Adenoid Face.
11
Karakteristik Adenoid Face atau Wajah Adenoid ditandai dengan karakteristik bibir yang tidak kompeten, mulut menganga, lengkung rahang yang
sempit, retroklinasi gigi insisivus pada mandibula, meningkatnya tinggi wajah anterior, rotasi posterior mandibula, mandibular plane yang curam, mandibula
retrognatik, maksila berbentuk āVā, gigitan silang dan gigitan terbuka anterior Gambar 3.
5,23,30
Gambar 3. Karakteristik wajah adenoid
17
2.3 Radiografi Sefalometri