o. Basion Ba : Titik paling bawah dari foramen magnum
p. q.
r.
Gambar 5. Titik – titik sefalometri pada jaringan keras
31
2.4 Analisis Skeletal Sefalometri
Mengetahui hubungan skeletal dalam menyusun rencana perawatan merupakan hal yang penting. Kelainan yang terjadi pada dentoalveolar dan skeletal
dapat dibedakan berdasarkan hubungan dalam arah sagital dan arah vertikal rahang. Setiap abnormalitas dikarakteristikkan berdasarkan deviasi yang terjadi pada rahang
dalam dataran sagital dan vertikal yang mengakibatkan rahang berotasi.
33
2.4.1 Analisis Skeletal dalam Arah Vertikal
Nilai vertikal skeletal dapat digunakan untuk menentukan perbedaan sehubungan dengan tipe wajah vertikal dan tipe wajah horizontal. Hal ini disebabkan
oleh arah pertumbuhan mandibula yang berhubungan dengan kranial atau dasar maksila yang berbeda.
29
Untuk menganalisis nilai skeletal dalam arah vertikal, sudut- sudut yang dapat digunakan, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Sudut MP-SN
Sudut ini terbentuk dari pertemuan garis Sella ke Nasion dan Dataran mandibular. Dataran mandibular terbentuk dari pertemuan Gonion dan Gnathion
Gambar 6. Nilai rata-rata dari sudut ini adalah 32
o
± 5
o
.
15,17,30
Sudut ini mengindikasikan inklinasi mandibula terhadap basis kranii anterior. Apabila nilai
sudut lebih besar, menandakan mandibula berinklinasi posterior sedangkan apabila nilai sudut lebih kecil menandakan mandibula berinklinasi anterior.
29
Inklinasi dataran mandibula merupakan indikator terjadinya rotasi mandibula.
34
Rotasi mandibula dapat terjadi dalam dua arah, yaitu searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam.
35
Sudut MP-SN yang besar mengindikasikan rotasi mandibula searah jarum jam yang mengarahkan pertumbuhan mandibula ke bawah
dan ke belakang yang menyebabkan pola pertumbuhan wajah secara vertikal. Sudut MP-SN yang kecil mengindikasikan rotasi madibula berlawanan arah jarum jam
mengarahkan pertumbuhan mandibula ke atas dan ke depan yang menyebabkan pola pertumbuhan wajah secara horizontal.
33-35
Gambar 6. Sudut MP-SN
27
Universitas Sumatera Utara
b. Sudut NSGn
Sudut ini terbentuk dari pertemuan garis Nasion ke Sella dan Sella ke Gnation Gambar 7. Sudut ini menentukan posisi mandibula terhadap basis kranii. Nilai
normal sudut ini adalah 66
o
. Apabila nilai sudut lebih besar dari nilai normal, mengindikasikan posisi mandibula yang berada posterior terhadap basis kranii
dengan pola pertumbuhan vertikal sedangkan apabila nilai sudut lebih kecil dari nilai normal, mengindikasikan posisi mandibula yang berada anterior terhadap basis kranii
dengan pola pertumbuhan horizontal.
29
Gambar 7. Sudut NSGn
27
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian