Materi, Metode dan Media
62 Berdasarkan rumusan tentang pengertian asesmen proses dan hasil belajar tersebut
di atas, nampak jelas bahwa ada empat komponen penting dalam asesmen proses dan hasil belajar, yaitu: 1 pelacakan terhadap kompetensi siswa mencakup
proses dan hasil belajar. Asesmen proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan dan beberapa pertemuan berikutnya
dilakukan pada awal, pertengahan atau akhir pertemuan. Hasil asesmen proses memberikan gambaran tentang kompetensi siswa sementara pada pertemuan
tersebut. Hasil pemantauan kompetensi sementara ini menjadi bahan acuan bagi guru dalam menentukan langkah pembelajaran berikutnya. Apakah RPP yang
telah direncanakan dapat dilanjutkan atau dilakukan penyesuaian, perbaikan atau bahkan menyusun RPP baru. Idealnya siklus asesmen proses ini dilakukan terus
menerus pada setiap pertemuan dengan mengacu indikator yang telah ditetapkan. Pada akhirnya setelah terlaksana beberapa siklus asesmen pembelajaran diperoleh
gambaran pencapaian kompetensi siswa pada satu kompetensi dasar yang mencakup semua indikator. Sedangkan asesmen hasil belajar dilakukan minimal
setelah satu kompetensi dasar dipelajari. Bila cakupan kompetensinya cukup luas, asesmen hasil belajar dapat dilakukan lebih dari satu kali, dan tidak perlu semua
indikator diases.
Cukup indikator-indikator esensial yang menjadi parameter pencapaian kompetensi dasarnya. Oleh karena basis asesmen proses dan hasil belajar adalah
sejauhmana sebuah kompetensi telah dicapai oleh siswa, maka Mulyasa 2002:103 menyamakan terminologi asesmen proses dan hasil belajar ini
sebagai Penilaian Berbasis KompetensiPBK Competency Based Assesment; 2 kompetensi siswa sebagai tujuan pembelajaran hakikatnya adalah
63 kesatuan utuh holistik pengetahuan, ketrampilan serta nilai-nilai dan sikap yang
dapat ditampilkan siswa dalam berpikir dan bertindak. Oleh karena itu, asesmen harus mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor; 3 asesmen dilakukan
selama rentang pembelajaran; maknanya bahwa asesmen merupakan satu kesatuan integral dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran, bukan
bagian yang terpisah dari pembelajaran; dan 4 pengambilan keputusan dalam asesmen didasarkan pada karakteristik siswa secara individual. Maknanya bahwa
keputusan tentang tingkat pencapaian kompetensi siswa harus memperhatikan konstruk pengetahuan yang dibangun oleh masing-masing siswa secara
individual, seturut dengan paradigma konstruktivisme. Oleh karena itu, guru harus menggunakan berbagai datainformasi yang diperoleh dari berbagai teknik dan
instrumen asesmen sesuai dengan karakteristik masing-masing siswa, baik teknik tes maupun non tes. Individualisasi dalam pelayanan asesmen inilah yang menjadi
acuan Depdiknas 2006 yang menyatakan bahwa terminologi asesmen proses dan hasil belajar disepadankan dengan Penilaian Kelas Classroom Assesment.