Kesesuaian Isi Dengan Kurikulum

53 yang membuat siswa menyenangi buku yang dikemas dengan baik dan akhirnya juga meminati untuk membacanya. Wibowo, 2005:23.

d. Keterbacaan

Keterbacaan readability merupakan kata turunan yang dibentuk oleh bentuk dasar readable, artinya dapat dibaca atau terbaca. Menurut McLaughin Suherli, 2006 bahwa keterbacaan berkaitan dengan kemudahan, kemenarikan, pemahaman karena bacaannya itu memiliki daya tarik tersendiri yang memung- kinkan pembacanya terus tenggelam dalam bacaan. 1 Kemudahan membaca berhubungan dengan bentuk tulisan, yaitu tata huruf seperti besar huruf, lebar spasi, serta bentuk dan ukuran tulisan. 2 Kemenarikan berhubungan denga minat pembaca, kepadatan ide pada bacaan, dan keindahan gaya tulisan, yang berkaitan dengan aspek penyajian materi. 3 Keterpahaman berhubungan dengan karakteristik kata dan kalimat, seperti panjang pendeknya dan frekuensi penggunaan kata atau kalimat, bangun kali- mat, dan susunan paragraf. Hal ini berhubungan dengan bahasa. Aspek keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana, bentuk tulisan atau tipografi, lebar spasi, serta aspek-aspek grafika lainnya. Modul hendaknya mampu menyampaikan dalam bahasa yang baik dan benar Tim Penyusun, 2006:1. 54

2.7 Multipel Representasi

2.7.1 Representasi Ilmu Kimia

Para ahli kimia dan pendidik kimia membagi kimia ke dalam tiga 3 level representasi seperti yang dikemukan oleh Johnstone Chittleborough, 2004:3 yakni level makroskopis, level submikroskopis, dan level simbolik. Karena materi kimia meliputi tentang partikel dasar, materi yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh siswa level submikroskopis maka banyak siswa yang menganggap bahwa kimia itu abstrak dan sulit dipahami. Penelitian yang dilakukan oleh Gabel et.al Wu, 2003:45 menunjukkan bahwa level submikroskopis dan simbolik sulit untuk dipahami siswa karena kedua representasi tersebut tidak dapat dilihat dan abstrak, sedangkan pemahaman siswa terhadap kimia biasanya bergantung pada perolehan informasi yang dapat dilihat. Umumnya pembelajaran kimia hanya membatasi pada dua level representasi, yaitu makroskopik dan simbolik. Level berpikir mikroskopik dipelajari terpisah dari dua tingkat berpikir lainnya, siswa diharapkan dapat mengintegrasikan sendiri dengan melihat gambar-gambar yang ada dalam buku tanpa pengarahan dari guru. Selain itu, siswa juga lebih banyak belajar memecahkan soal matematis tanpa mengerti dan memahami maksudnya. Keberhasilan siswa dalam memecahkan soal matematis dianggap bahwa siswa telah memahami konsep kimia. Padahal, banyak siswa yang berhasil memecahkan soal matematis tetapi tidak memahami konsep kimianya karena hanya menghafal algoritmanya. Siswa cenderung hanya menghafalkan representasi submikroskopik dan simbolik yang bersifat abstrak