Analisis Makna Nomina Majemuk Bahasa Jepang

(1)

ANALISIS MAKNA NOMINA MAJEMUK

BAHASA JEPANG

NIHONGO NO FUKUGOUMEISHI NO IMIRON

NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang ilmu Sastra

Jepang

Oleh:

LIDYA ASTUTI

0407080O3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Syukur alhamdulillah penulis persembahkan kepada Allah SWT, yang telah mengkaruniakan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulisan skripsi ini dapat juga terselesaikan.

Salawat beriring salam penulis persembahkan kepada junjungan umat, Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kabar tentang pentingnya ilmu bagi hari kemudian.

Skripsi penulis ini berjudul “ANALISIS MAKNA NOMINA MAJEMUK BAHASA JEPANG”. Adapun tujuan yang utama dalam penyelesaian skripsi ini adalah sebagai pemenuhan persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sastra Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak menerima masukan dan bimbingan, baik dalam hal pengumpulan data, nasehat, maupun petunjuk, bantuan moril dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D sebagai Ketua Program Studi Sarjana Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Adriana Hasibuan ,S.S, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktu dan pemikirannya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(3)

4. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D sebagai Dosen Pembimbing II yang juga telah menyediakan waktu, ilmu dan sarannya dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Bapak/ Ibu Pengajar dan Staf di Universitas Sumatera Utara, khususnya di Jurusan Sastra Jepang yang telah bersusah payah memberikan ilmu yang dimilikinya kepada penulis selaku mahasiswa selama masa perkuliahan.

6. Seluruh teman – teman Jurusan Sastra Jepang Stambuk 2004, khususnya buat Endah Pangestu, S.S, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda H. Aswad Aspan dan Ibunda Hj. Mariani tercinta, untuk kasih sayangnya kepada penulis, sembah sujud penulis bagi keduanya. Demikian juga buat kakak ku Elly Novita, S.Sos dan suami Abangda Sulaiman, dan juga Abangku Fahrizal, S.P dan istri Kakanda Zuryani. Buat keponakan-keponakan ku tersayang Alya dan Ryan yang banyak menghibur penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,serta Abangda Jamel, semoga kebersamaan ini selalu menyertai kita semua.

Akhirnya penulis mengucapkan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2008 Penulis,


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ...1

1.2.Perumusan Masalah ...3

1.3.Ruang Lingkup Pembahasan...4

1.4.Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ...4

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...10

1.6. Metode Penelitian ...10

BAB II DEFENISI NOMINA, NOMINA MAJEMUK 2.1. Nomina ...12

2.1.1. Definisi Nomina ...12

2.1.2. Jenis – jenis Nomina ...13

2.1.3. Nomina Jadian ( turunan ) ...20

2.2. Nomina Majemuk ...20

2.2.1. Definisi Nomina Majemuk ...20

2.2.2. Jenis – Jenis Nomina Majemuk ...21

2.2.3. Hubungan Antar Kata ...23

BAB III ANALISIS MAKNA NOMINA MAJEMUK BAHASA JEPANG 3.1. Perpaduan Meishi Dengan Meishi Yang Membentuk Meishi ...26

3.1.1. Makna baru dapat diketahui hubungan dengan kedua komponennya ...26


(5)

3.1.2. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan

satu komponennya ... 27 3.1.3. Makna baru tidak dapat diketahui hubungannya dengan

kedua komponennya ...28 3.2. Perpaduan Meishi dengan Doushi Yang Membentuk Meishi ...29

3.2.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan

kedua komponennya ... 29 3.2.2. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan

satu komponenya ...30 3.2.3. Makna baru tidak dapat diketahui hubungannya dengan

kedua komponennya ... 32 3.3 . Perpaduan Doushi dengan Doushi yang Membentuk Meish...33

3.3.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan

kedua komponennya ...33 3.3.2. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan

satu komponennya ... 33 3.3.3. Makna baru tidak dapat diketahui hubungannya dengan

kedua komponennya ... 34 3.4. Perpaduan Doushi dengan Meishi yang Membentuk Meishi ...35

3.4.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan

kedua komponenya ...35 3.4.2. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan

satu komponennya ...35 3.4.3. Makna baru tidak dapat diketahui hubungannya dengan


(6)

kedua komponennya ...36 3.5. Perpaduan Keiyoushi dengan Meishi yang Membentuk Meishi ...37

3.5.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan

kedua komponennya ...37 3.5.2. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan

satu komponennya ...38 3.5.3. Makna baru tidak dapat diketahui hubungannya dengan

kedua komponennya ...38 3.6. Perpaduan Keiyoushi dengan Doushi yang Membentuk Meishi...39

3.6.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan

kedua komponennya ...39 3.6.2. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan

satu komponennya ...39 3.6.3. Makna baru tidak dapat diketahui hubungannya dengan

kedua komponennya ...40 3.7. Perpaduan Keiyoushi dengan Keiyoushi yang Membentuk Meishi ..40

3.7.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan

kedua komponennya ...40 3.8. Perpaduan Bahasa Asing (Gairaigo) dengan Bahasa Asing

(Gairaigo) yang Membentuk Meishi ...41 3.8.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan

kedua komponennya ...41 3.9. Perpaduan Bahasa Asing (Gairago) dengan Bahasa


(7)

3.9.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan

kedua komponennya ...42 3.10. Perpaduan Bahasa Jepang (Nihongo) dengan Bahasa

Asing (Gairaigo) yang Membentuk Meishi ...43 3.10.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan

kedua komponennya ... 43 BAB IV KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan ...44 4.2. Saran ...46 DAFTAR PUSTAKA


(8)

ABSTRAK

Semantik adalah ilmu yang mempelajari makna kata, makna frase, dan makna kalimat. Kata dalam bahasa Jepang terdidi atas doushi, keiyoushi, meishi, fukushi, rentaishi, setsuzokushi, kandoushi, joudoushi, dan joushi.

Meishi adalah kata yang menyatakan benda, perkara, tidak mengalami konjugasi, dapat menjadi subjek, objek, dan predikat. Meishi dalam bahasa Jepang terdiri dari futsu meishi, koyuu meishi, shuushi, dan daimeishi. Selain itu pada meishi juga terdapat fukugoumeihi ( nomina majemuk ).

Fukugoumeishi adalah meishi yang terbentuk dari gabungan beberapa kata yang membentuk kata yang baru dan memiliki makna yang baru pula. Pada fukugoumeishi bahasa Jepang terdapat fukugoumeishi endosentris, dan fukugoumeishi eksosentris. Fukugoumeishi endosentris merupakan penggolongan yang sama dengan salah satu atau kedua unsur-unsur langsung pembentuknya. Fukugoumeishi yang eksosentris, yaitu penggolongan terhadap bentuk yang tidak mempunyai kesamaan dengan unsur yang manapun dari unsur langsung pembentuknya.

Dalam fukugoumeishi terdapat hubungan antar kata – katanya, hubungan itu yaitu, hubungan pelengkap, hubungan menerangkan, dan hubungan pertentangan. Fukugoumeishi bahasa Jepang terbentuk dari gabungan unsur- unsur meishi dengan meishi, meishi dengan doushi, doushi dengan doushi, doushi dengan meishi, keiyoushi dengan meishi, keiyoushi dengan doushi, dan keiyoushi dengan keiyoushi. Selain itu fukugoumeishi juga terbentuk dari gabungan bahasa asing ( gairaigo ) dengan bahasa Jepang ( nihongo ), gairaigo dengan gairaigo,


(9)

dan nihongo dengan gairaigo. Tidak ditemukan hasil penggabungan antara unsur doushi dengan keiyoushi, selain itu meishi jenis koyuu meishi dan daimeishi tidak ditemukan pada fukugoumeishi.

Unsur shuushi pada fukugoumeishi selalu menjadi komponen yang pertama. Pada fukugoumeishi yang komponen pembentuknya adalah meishi dengan meishi, meishi dengan doushi, doushi dengan doushi, doushi dengan meishi, ditemukan bahwa makna baru dapat dilihat dari satu komponennya, dimana makna yang hadir ada hubungannya dengan makna dari komponen pertama, dan ada juga makna yang hadir ada hubungannya dengan makna dari komponen kedua.

Pada fukugoumeishi yang komponen pembentuknya adalah keiyoushi dengan meishi, dan keiyoushi dengan doushi, hanya ditemukan makna baru yang berasal dari salah satu komponen pembentuknya, dimana makna baru tersebut ada hubungannya dengan makna dari komponen yang kedua.

Fukugoumeishi yang komponen pembentuknya adalah keiyoushi dengan keiyoushi, tidak ditemukan, makna baru dapat diketahui hubungannya dengan satu komponennya, dan makna baru tidak dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya.

Pada fukugoumeishi yang komponen pembentuknya adalah gairaigo dengan gairaigo, gairaigo dengan nihongo, nihongo dengan gairaigo, tidak ditemukan, makna baru dapat diketahui hubungannya dengan satu komponennya, dan makna baru tidak dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, fikiran, maksud serta tujuan kepada orang lain. Setiap orang menyadari betapa pentingnya peranan bahasa sebagai alat komunikasi. Melalui bahasa budaya suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dapat dikembangkan, serta dapat pula diturunkan kepada generasi-generasi berikutnya, karena bahasa juga merupakan salah satu dari unsur kebudayaan.

Bahasa adalah alat yang dipakai manusia untuk membentuk dan menyampaikan fikiran, perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan; alat yang dipakai manusia untuk mempengaruhi dan dipengaruhi (Samsuri, 1994:4). Menurut Chaer (1994:32) bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (berubah-ubah) yang digunakan oleh para kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.

Ilmu yang mempelajari bahasa disebut dengan linguistik. Dalam linguistik hal yang dikaji bisa berupa kalimat, bunyi ujaran (fonem), kosa kata (morfem), bahkan sampai pada masyarakat pengguna bahasa. Dengan adanya hal-hal tersebut, maka melahirkan berbagai cabang linguistik sebagai suatu ilmu yang biasa dipelajari seperti : fonetik (onseigaku), fonologi (on-in-ron), morfologi (keitairon), sintaksis (tougoron), semantik (imiron), pragmatik (goyouron), sosiolinguistik (shakaigengogaku), dan yang lainnya (Dedi Sutedi, 2003:6).


(11)

Bahasa sebagai alat interaksi dalam peristiwa tutur, terbentuk dari susunan kata. Kata adalah satu kesatuan penuh dan komplet dalam ujaran sebuah bahasa, kecuali partikel. Sebuah kata dalam kalimat dapat dipisahkan dari yang lain (Parera, 1994:4). Pernyataan diatas didukung pula oleh Verhaar (2001:97), bahwa kata adalah satuan atau bentuk “bebas” dalam tuturan. Bentuk bebas secara morfemis adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri, artinya tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung dengannya dan dapat dipisahkan dari bentuk-bentuk “bebas” lainnya di depan dan dibelakangnya, dalam tuturan. Dari kedua pendapat diatas, bahwa kata adalah satu kesatuan dalam tuturan yang dapat berdiri sendiri dan dapat membentuk kalimat.

Kata memiliki kelas atau jenis kata. Dalam bahasa Jepang disebut dengan hinshi ( 品詞 ). Dalam Hashimoto Bunpou terdapat 9 macam kelas kata; doushi, keiyoushi, meishi (meishi, daimehsi, suushi), fukushi, fukutaishi (rentaishi), setsuzokushi, kandoushi, jodoushi dan joushi. (Sudjianto, 1996:26).

Kelas kata nomina atau dalam bahasa Jepang disebut dengan meishi, merupakan kelas kata yang sering digunakan dalam peristiwa tutur. Pada kelas kata nomina atau meishi(名詞) terdapat nomina majemuk atau dalam bahasa Jepang disebut dengan fukugoumeishi(複合名詞)

Fukugoumeishi yaitu nomina yang terbentuk dari gabungan beberapa kata, lalu gabungan kata itu secara keseluruhan dianggap sebagai satu kata (Sudjianto, Dahidi, 2004:161). Sebagaimana Iwabuchi Tadasu dalam Sudjianto dan Dahidi (2004:162) menyebutkan bahwa meishi yang terbentuk dari hasil gabungan beberapa kata seperti kata-kata aozora “langit biru”, kokugo jiten “kamus Bahasa Jepang”, disebut fukugoumeishi.


(12)

Fukugoumeishi merupakan kata yang berasal dari gabungan beberapa kata yang membentuk satu kata yang baru, dimana kata tersebut memiliki makna yang baru pula. Makna kata tersebut dapat dilihat dari salah satu atau seluruh komponen komponennya (endosentris), bahkan sama sekali bukan dari konponen-komponen pembentuknya (eksosentris).

Makna merupakan kajian ilmu semantik. Semantik (imiron) merupakan salah satu cabang linguistik (gengogaku) yang mengkaji tentang makna, Sutedi (2003:103). Menurut Chaer (1994:2) semantik adalah istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antar tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya, atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa.

Penelitian terhadap fukugoumeishi ini dilakukan dari segi semantik untuk mengetahui makna fukugoumeishi yang terbentuk.

1.2. Perumusan Masalah

Nomina majemuk atau dalam bahasa Jepang disebut dengan fukogoumeishi merupakan penggabungan dari dua buah kata atau lebih yang akan membentuk makna nomina yang baru. Pada kenyataannya kata majemuk itu sering menimbulkan keragu-raguan apakah hasil pemajemukkan mempunyai makna yang sama dengan salah satu atau semua unsur pembentukannya (endosentris), atau tidak ada kesamaan sama sekali (eksosentris). Dalam proses belajar mengajar bahasa Jepang hubungan makna yang terdapat antara unsur – unsur pembentukan fukugoumeishi itu sendiri tidak dijelaskan, hanya diberikan arti tiap fukugoumeishi


(13)

Hal ini bisa mengakibatkan terjadinya kesalahan pemakaian dalam peristiwa tutur baik itu secara lisan maupun tulisan.

Adapun permasalahan yang akan dibahas pada fukugoumeishi bahasa Jepang adalah :

1. Bagaimana struktur makna fukugoumeishi yang terbentuk.

2. Bagaimana hubungan makna fukugoumeishi dengan komponen – komponen pembentuknya.

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai makna yang terbentuk dari penggabungan kata bahasa Jepang dianalisis dari segi semantik dan hubungan makna fukugoumeishi yang telah terbentuk dengan komponen pembentuknya.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Cabang dari ilmu linguistik yang mengkaji tentang arti atau makna disebut dengan semantik. Menurut Djajasudarma (1999:14) semantik berasal dari bahasa Yunani semainein ‘yang bermakna’; ‘bermakna’; ‘berarti’, seperti telah diungkapkan terdahulu. Semantik adalah ilmu makna, membicarakan makna bagaimana mula adanya makna sesuatu (sejarah kata, dalam arti bagaimana kata itu muncul), bagaimana perkembangannya, dan mengapa terjadi perubahan makna dalam sejarah bahasa.

Linguistik terbagi atas beberapa bagian, dan bagian dari linguistik yang mengkaji tentang makna disebut dengan semantik. Dalam semantik, makna dikaji


(14)

secara luas yaitu dari mana makna sebuah kata itu muncul, apakah makna kata itu dapat diperluas atau dipersempit, apakah sebuah kata memiliki kata yang bermakna ambigu atau ganda.

Chaer (1994:2) mengemukakan bahwa semantik adalah istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antar tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa.

Makna selalu berhubungan dengan sebuah kata. Apakah makna itu berasal dari kata yang tunggal ataupun berasal dari kata yang terbentuk dari hubungan antar kata dengan kata atau gabungan kata.

Semantik yang dalam bahasa Jepang disebut dengan imiron. Objek kajian semantik antara lain adalah makna kata (go no imi), relasi makna (go ni imi kankei) antara satu kata degan kata yang lainnya, makna frase dalam suatu idiom (ku no imi), dan makna kalimat (bun no imi) (Sutedi, 2003:103).

Dalam semantik bukan hanya mengkaji mengenai makna kata tetapi juga mengkaji mengenai makna kalimat, makna frase dan makna idiom.

Semantik juga mengkaji tentang relasi makna yang dimaksud dengan relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antar satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lain (Chaer, 1994:297). Satuan bahasa disini bisa berupa kata, frase, maupun kalimat; dan relasi semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna, ketercakupan makna, kegandaan makna, atau juga kelebihan makna.


(15)

Semua masalah mengenai makna dibahas dalam kajian semantik. Dalam bahasa dikenal adanya kata, frase dan kalimat. Dalam kata, frase dan kalimat pasti memiliki keterkaitan dengan makna.

Menurut Verhaar (2001:23) makna atau arti hadir dalam tata bahasa (morfologi dan sintaksis) maupun leksikon. Jadi semantik dapat dibagi atas semantik gramatikal dan semantik leksikal.

Semantik leksikal menyangkut makna leksikal, semantik gramatikal menyangkut makna gramatikal (Verhaar, 2001:388).

Makna leksikal berhubungan dengan makna kata sebenarnya yang dapat dilihat di kamus, sedangkan makna gramatikal merupakan makna yang terjadi akibat proses gramatikal.

Menurut Sutedi (2003:106) makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Misalnya kata /hon/ yang memiliki makna leksikal buku, dan kata /sakana/ yang memiliki makna leksikal ikan.

Makna leksikal dapat dilihat dari tiap unsur katanya, sedangkan makna gramatikal tidak dapat dilihat dari masing-masing unsur pembentuknya, melainkan dari gabungan seluruh unsurnya.

Makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi (Chaer, 1994:290). Dengan demikian, proses gramatikal bahasa dapat merubah makna kata yang di bentuknya.


(16)

Makna kata majemuk merupakan makna gramatikal, karena makna itu hadir setelah terjadinya proses gramatikal yaitu komposisi (pemajemukan). Makna kata majemuk berkaitan dengan hubungan makna antara unsur yang membentuk perpaduan itu, yakni ada atau tidak adanya makna yang muncul dari hubungan makna antar unsur pertama dan unsur kedua dari perpaduan tersebut (Didi Yulistio. Dkk. 2002:4).

Makna kata majemuk dapat dilihat dari unsur-unsur pembentuknya, apakah makna itu muncul dari unsur pertama pembentuknya, unsur keduanya, atau dari kedua-duanya, bahkan tidak sama sekali.

Kata majemuk mengandung satu makna yang tidak dapat diramalkan berdasarkan arti dari tiap komponen pembentuknya.

2. Kerangka Teori

Penelitian ini merupakan suatu analisis struktur bahasa yang menggunakan teori linguistik deskriptif atau linguistik struktural. Maksudnya bahwa semua analisis dan penemuan selalu berdasarkan kepada data yang terkumpul.

Untuk menganalis makna nomina majemuk dalam bahasa Jepang, pokok pikiran utama yang digunakan adalah ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam beberapa tulisan para ahli yang berbicara tentang kata majemuk.

Kata majemuk atau kompositum adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan arti. Pada umumnya kata majemuk mempunyai struktur yang sama dengan kata biasa, yaitu tidak dapat dipecah lagi atas bagian – bagian yang lebih kecil, tidak dapat disisipi oleh kata lain, dan tidak dapat ditukar bentuknya. Jika dipaksa menyisipi kata lain diantara unsur pembentukannya, hancurlah hakekat kata majemuk tersebut (Keraf, 1984:124).


(17)

Lain halnya dengan apa yang dikatakan oleh Natawijaya (1979:29), kata majemuk mengandung satu makna baru, unsur-unsurnya merupakan satu kesatuan sehingga setiap unsur kehilangan arti leksikalnya : jika unsur-unsurnya dipisahkan maka bentuk majemuknya hilang dan tiap unsurnya mempunyai arti leksikal kembali.

Teori yang digunakan untuk mendeskripsikan makna pemajemukan atau hubungan semantik antara komponen kata majemuk, seperti yang telah dikemukakan oleh Natawijaya diatas yang kemudian didukung oleh teori Sulaiman (1978:83), yang mengatakan bahwa ciri semantik ini sering dikenakan karena berkaitan dengan arti suatu gabungan unsur. Arti leksikal tiap unsurnya sudah larut atau sama-sama mengintegrasikan diri, bahkan kadang-kadang lebur menjadi suatu arti leksikal yang baru timbul akibat penggabungan itu.

Menurut Didi Yulistio dkk (2002:6-7), kata majemuk (perpaduan leksem) output dari proses perpaduan dua leksem (kata) atau lebih yang menimbulkan makna atau pengertian baru. Makna baru dalam kata majemuk secara tegas tidak lagi diambil dari makna dua leksem atau kata pembentuknya, tetapi muncul dari proses perpaduan kedua leksem itu.

Menurut Masako dalam Wahyudi (2005:8) yang memberikan penjelasan tentang kata majemuk bahasa Jepang :

国語学大辞典第一版の複合語解説によれば、単語がその構成より見て 、二つ以上の語彙的意味持つ部分形態素に分析し得ると認めるとき、これ を合成語と言う、この説明において単独の用法を持ち得る語とは、名詞、 動詞、形容詞、形容動詞、副詞である。


(18)

‘Penjelasan tentang kata majemuk yang tertulis dalam kamus besar bahasa edisi pertama menyatakan kta majemuk merupakan satu analisa tentang penggabungan dua atau lebih bagian (morfem) yang masing-masing mempunyai makna. Dari pernyataan ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa cakupan dari pembentukan kata majemuk bahasa Jepang meliputi kata nomina, verba, adjektiva (i), adjektiva (na) dan keterangan’.

Yus Rusyana dkk. (1985:7) menyatakan bahwa pemajemukan menghasilkan suatu arti semantik yang baru yang tidak dapat diramalkan dari arti kata komponennya. Arti baru itu ditinjau dari hubungannya dengan arti komponen-komponennya mungkin menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

1. Makna baru itu tidak dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

2. Makna baru itu dapat diketahui hubungan dengan satu komponennya 3. Makna baru itu dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

Selain dari hubungan komponen – komponennya, makna kata majemuk dapat dilihat dari kontruksinya. Yang dimaksud dengan kontruksi adalah “hubungan antar unsur – unsur suatu kata majemuk“ atau proses dan hasil pengelompokkan satuan – satuan bahasa menjadi kesatuan bermakna, yaitu kata majemuk (Kridalaksana, 1993:11). Berdasarkan kontruksinya dikelompokkan ke dalam (1) kontruksi endosentris, dan (2) kontruksi eksosentris.

Kata majemuk dimana makna yang dihasilkan berasal dari makna konstituennya atau unsur pembentuknya dikatakan sebagai kata majemuk kontruksi endosentris (Kridalaksana, 1993:51). Sedangkan kata majemuk eksosentris adalah kata majemuk yang maknanya tidak sama dengan makna konstituen atau unsur pembentuknya (Kridalaksana, 1993:50).


(19)

Kata majemuk merupakan perpaduan dua leksem atau lebih yang membentuk makna baru. Perpaduan leksem itu mengandung makna tertentu yang ada hubungannya dengan komponennya ataupun tidak ada hubungannya dengan komponen pembentuknya. Oleh karena itu kata majemuk dapat menjelaskan berbagi hubungan makna antar komponennya (Didi Yulistio, dkk, 2002:9).

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan nomina majemuk bahasa Jepang yang menyangkut :

a. Struktur makna fukugoumeishi yang terbentuk.

b. Hubungan makna fukugoumeishi dengan komponen-komponen pembentuknya.

2. Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dari penelitin ini adalah suatu skripsi yang memberikan informasi faktual tentang proses semantik terhadap nomina majemuk bahasa Jepang atau fukugoumeishi. Informasi ini yang diharapkan dapat menambah pengetahuan terhadap penguasaan bahasa Jepang terutama oleh pembelajar bahasa Jepang.

1.6. Metode Penelitian

Untuk mencapai hasil penulisan yang maksimal, maka diperlukan suatu metode yang dapat mendukung. Haris menyatakan dalam (Abd Rachman dkk, 1985:9), dalam pelaksanaannya untuk mencapai tujuannya, penelitian bahasa


(20)

menggunakan sejumlah perangkat teori, prinsip pendekatan dan prosedur pemecahan masalah yang relevan, yaitu linguistik struktural atau linguistik deskriptif.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yang lebih menekankan pada data yang terkumpul. Keperluan data-data diperoleh dari buku – buku pelajaran Bahasa Jepang, beserta kamus yang berhubungan dengan objek penelitian. Hal ini berarti bahwa penelitian ini dilakukan guna memberikan gambaran objektif tentang fukugoumeishi bahasa Jepangsecara faktual.


(21)

BAB II

DEFINISI NOMINA DAN NOMINA MAJEMUK

2.1. Nomina

2.1.1. Definisi Nomina

Nomina atau kata benda dalam gramatika bahasa Jepang disebut meishi. Meishi ( 名詞 ) ialah kata yang menyatakan benda atau perkara, tidak mengalami konjugasi atau deklinasi, dapat menjadi subjek, objek, predikat, atau adverbia (Sudjianto. 1996:34).

Menurut Hamzon Situmorang (2007:34) makna meishi dapat dilihat dari huruf kanjinya

名 : mei, na = nama

詞 : shi, kotoba = kata

名詞 : meishi = kata nama

Sehubungan dengan masalah nomina Moeliono dalam Jumaidi,dkk, memberi penjelasan sebagai berikut.

Nomina yang sering disebut kata benda, dapat dilihat dari dua segi, yakni segi semantis dan segi sintaksis. Dari segi semantis kita dapat mengatakan bahwa nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. ... Dari segi sintaksis, nomina mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu (1) dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cendrung menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap, (2) nomina tidak dapat dijadikan bentuk ingkar atau tidak, dan (3) nomina lazimnya dapat diikuti oleh adjektiva baik secara langsung maupun dengan perantaraan kata. (Jumaidi,dkk. 1999:41).


(22)

Seiring dengan pendapat diatas, dalam gramatika bahasa Jepang, nomina atau meishi disebut juga dengan taigen (体言), dalam suatu kalimatia dapat menjadi subjek, predikat, kata keterangan, dan sebagainya, (Sudjianto, Dahidi, 2004:156).Ciri- ciri nomina bahasa Jepang tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri nomina bahasa Indonesia.

Murakami Motojiro dalam Sudjianto dan Dahidi (2004:156) menyimpulkan ciri-ciri meishi sebagai berikut :

1. merupakan jiritsugo

2. tidak mengalami perubahan bentuk (konjugasi).

3. dapat membentuk bunsetsu dengan ditambah partikel ga, wa, o, no, ni, dan sebagainya.

4. dapat menjadi subjek.

5. disebut juga taigen sebagai lawan yougen.

6. dilihat dari sudut pandang artinya dapat dibagi menjadi empat macam yakni futsu meishi, koyou meishi, daimeishi, dan suushi.

2.1.2. Jenis Meishi

Pembagian meishi berdasarkan jenisnya menurut Hamzon Situmorang (2007:34) terbagi atas empat jenis, yaitu

1. 普通 ( Futsu meishi ) = kata nama biasa Contoh :

人 ( hito ) = orang

犬 ( inu ) = anjing


(23)

2. 固有名詞 ( koyuu meishi ) = kata nama terbatas Dibagi dua macam :

a. Nama daerah atau tempat Misalnya : Medan, Tokyo. b. Nama orang

Misalnya : Suzuki, Ali, dsb. 3. 数詞 ( Sushi ) = kata jumlah

Kata jumlah dalam bahasa Jepang ada berbagai macam, biasanya dipakai 1. bacaan China, yaitu :

Ichi = Satu Soku = Enam

Ni = Dua Shici ( nana ) = Tujuh

San = Tiga Hachi = Delapan

Shi = Empat Kyu = Sembilan

Go = Lima Juu = Sepuluh

2. bacaan asli bahasa Jepang yaitu : Hito + tsu = satu buah Futa + tsu = dua buah Mi + tsu = tiga buah Yo + tsu = empat buah Itsu + tsu = lima buah Mu + tsu = eman buah Nana + tsu = tujuh buah Ya + tsu = delapan buah Kokono + tsu = sembilan buah


(24)

Too = sepuluh buah

3. Joshusi ( kata bantu bilangan ) dalam bahasa Jepang ada dikenal bermacam-macam tergantung pada bendanya.

一匹 : ippiki, nihiki = satu ekor, dua ekor

Kata keterangan bilangan yang dipergunakan untuk ikan.

一人 : hitori, futari = satu orang, dua orang Keterangan bilangan untuk manusia.

一つ : hitotsu, futatsu = sebuah, dua buah

Bilangan ini dipergunakan untuk menghitung benda seperti tas, buah, dsb.

一軒 : Ikken, niken = sebuah bangunan, dua buah bangunan

Keterangan bilangan ini dipergunakan untuk menghitung jumlah bangunan ataupun rumah.

一台 : ichidai, nidai = sebuah mesin ( mobil )

Keterangan bilangan ini biasanya untuk menghitung jumlah mobil.

一羽 : ichiwa, niwa = seekor burung, dua ekor burung

Keterangan bilangan ini dipergunakan untuk menghitung jumlah bilangan bersayap seperti burung, ayam, dsb.

一個 : ikko, niko = seekor, dua ekor

Keterangan bilangan ini biasanya dipergunakan untuk menghitung benda bulat seperti kepiting, dsb.

一枚 : ichimai, nimai = selembar, dua lembar

Keterangan bilangan ini biasanya dipergunakan untuk menghitung jumlah lembar kertas, seng, dsb.


(25)

一冊 : issatsu, nissatsu = satu jilid, dua jilid

Keterangan bilangan ini biasanya dipakai untuk menghitung jumlah buku, pakaian, dsb.

一度 : ichido, nido = satu kali, dua kali.

Keterangan bilangan ini dipakai untuk menerangkan frekuensi melakukan pekerjaan ( kata kerja ).

4. 代名詞 ( daimeishi ) = kata ganti nama a. Kata ganti penunjuk pertama ( 一人称 ) Contoh :

Watakushi, watashi, atashi, boku, ore,jibun, wagahai, tamae. b. Kata ganti penunjuk kedua ( 二人称 )

Contoh :

Anata, anta, omae, dsb.

b. Kata ganti penunjuk ketiga ( 三人称 ) Contoh :

Kare, kanojo, sonohito, anohito, dsb.

Menurut Sudjianto (2004:38) meishi dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu : 1. Futsu meishi

Futsu meishi yaitu kata yang menyatakan suatu benda atau perkara. Dalam jenis meishi ini terdapat kata-kata sebagai berikut.

a. gutaitekina mono (具体的な物 ) ‘ nomina konkret ‘ gakkou ( 学校 ) ’ sekolah ’


(26)

rajio ( ラジオ ) ’ radio ’

b. chuushoutekina mono ( 抽象的な物 ) ’ nomina abstrak ’ shiawase ( 幸せ )’ kebahagiaan ’

kimochi ( 気持ち )’ perasaan ’ jikan ( 時間 )’ waktu ’

c. ichi ya hougaku o shimesu mono ‘ nomina yang menyatakan letak/ kedudukan dan arah/ jurusan.

mae (前 )’ depan ‘ migi (右 )’ kanan ‘ minami (南 )’ selatan ‘

d. settogo ya setsubigo no tsuita mono ‘ nomina yang disisipi prefiks atau sufiks

gohan( ごはん )’nasi ‘ okane ( お金 )’ uang ‘

otsukisama ( お月様 )’ bulan ‘

e. fukugou meishi atau fukugougo (複合名詞 と 複合語 )’ nomina majemuk ‘

朝 asa + 日 hi asahi ‘ matahari pagi‘

安 yasu + 売 uri yasuuri ’obral’

近 chika + 道 michi chikamichi ‘jalan pintas, jalan terdekat’ f. hoka no hinsi kara tenjita mono ’ nomina yang berasal dari kelas kata lain.


(27)

Verba hanasu hanashi ( cerita, pembicaraan ) Adjektiva-i kanashii kanashimi ( kesedihan ) 2. Koyuu meishi

Dalam kelompok futsu meishi misalnya kita mengenal kuni ( 国 ) ’Negara ‘. Disekian banyak negara kita mengenal nama negara seperti Amerika, Jepang, Indonesia, dan sebagainya. Kata-kata yang menyatakan nama-nama negara seperti itulah yang disebut koyuu meishi.

3. Suushi

Suushi ialah nomina yang menyatakan jumlah, bilangan, urutan, atau kuantitas, dalam bahasa Indonesia berarti numeralia.

Kata-kata yang termasuk suushi antara lain :

a. suuryou no meishi ( nomina yang menyatakan jumlah atau kuantitas ) 1. honsuushi ( numeralia pokok ),diantaranya :

一 ichi ( satu )

二 ni ( dua )

三 san ( tiga )

四 yon / shi ( empat )

2. honsuushi + josuushi ( numeralia pokok + kata bantu bilangan ), diantaranya :

三 人 sannin ( tiga orang )

五本 gohon ( lima batang )

四枚 yonmai ( empat lembar )


(28)

b. junjo no suushi ( numeralia tingkat ), diantaranya :

一番 ichiban ( nomor satu )

第五回目 daigokaime ( yang kelima kalinya )

第三 daisan ( yang ketiga ) 4. Daimeishi

Daimeishi ialah nomina yang menunjukkan orang, benda, tempat, atau arah. Daimeishi dipakai untuk menggantikan nama-nama yang ditunjukkan itu, dalam bahasa Indonesia berarti pronomina.

5. Keishiki Meishi

Menurut Uehara Takeshi dalan Sudjianto (2004:54) menyatakan bahwa keishiki meishi ialah nomina yang bersifat formalitas, menyatakan arti yang sangat abstrak. Kata-kata itu tidak memiliki arti yang jelas bila tidak disertai kata yang lain. Contohnya :

Toori : Sebagaimana, seperti Iu tori ni ugoku.

Tokoro : waktu, hal, sedang, sesuatu Ima shita tokoro desu. Toki : pada waktu, ketika,saat.


(29)

2.1.3. Nomina jadian ( turunan )

Nomina secara morfologis di dalam bahasa Indonesia terdiri atas dua bentuk yaitu (1) nomina dasar, dan (2) nomina jadian. Nomina dasar adalah nomina yang hanya terdiri atas satu morfem, seperti, malam, rumah, meja, buku, kesatria, kayu ,sabit, kursi, tas, dan pensil.

Nomina turunan adalah nomina yang diturunkan melalui afiksasi, perulangan, dan pemajemukan (eprints.ums.ac.id/400/1/5,DWI HARYANTI.pdf.)

Afiksasi adalah proses pengimbuhan afiks (Verhaar, 1996:107). Afiks adalah bentuk terikat yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan merubah makna gramatikalnya (Cahyono, 1995:110). Selain afiksasi perulangan atau reduplikasi dan komposisi juga membentuk nomina turunan.

Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar atau sebagian dari bentuk dasar tersebut ( Verhaar, 1996:152). Sebagai contoh, anak- anak, mondar- mandir, tokidoki. Sedangkan pemajemukan adalah proses morfemis yang menggabungkan dua morfem dasar (atau pradasar) menjadi satu kata, yang namanya “kata majemuk”atau “kompaun” (Verhaar, 1996:154). Begitu pula dalam bahasa Jepang bahwa nomina turunan dapat dibentuk dengan proses pengimbuhan diawal kata 接頭辞 /settouji/, dan pengimbuhan diakhir kata

接尾辞 /setsubiji/.

2.2 Nomina Majemuk

2.2.1. Definisi Nomina Majemuk

Nomina majemuk merupakan bagian dari kata majemuk. Menurut kelas katanya terbagi atas nomina majemuk, verba majemuk, dan adjektiva majemuk.


(30)

Begitu pula dalam bahasa Jepang, bahwa kata majemuk terbagi menjadi nomina majemuk (fukugoumeishi), verba majemuk (fukugoudoushi), adjektiva majemuk (fukugoukeiyoushi).

Nomina majemuk atau fukugoumeishi adalah nomina yang terbentuk dari gabungan beberapa kata, lalu gabungan kata itu secara keseluruha dianggap sebagai satu kata (Sudjianto, Dahidi, 2004:161). Dari penjelasan diatas bahwa pada nomina majemuk ada unsur - unsur kata yang melebur menjadi satu dan membentuk kata baru yang mamiliki makna yang baru pula. Proses pembentukan fukugoumeishi yaitu terbentuk dari gabungan unsur- unsur :

a. verba + verba

b. nomina + verba c. nomina + nomina d. adjektiva + nomina e. adverbia + nomina

f. verba + nomina

2.2.2. Jenis-jenis Nomina Majemuk

Nomina majemuk merupakan bagian dari kata majemuk. Jika ditinjau dari maknanya, maka makna kata majemuk dapat dilihat dari konstruksinya. Yang dimaksud dengan konstruksi adalah “ hubungan antar unsur – unsur suatu kata majemuk “ atau proses dan hasil pengelompokan satuan- satuan bahasa menjadi kesatuan bermakna yaitu kata majemuk (Kridalaksana, 1993:11). Berdasarkan konstruksinya dikelompokkan kedalam (1) konstruksi endosentris,dan (2) konstruksi eksosentris.


(31)

Wahyudi (2005:31,32) memaparkan bahwa nomina majemuk mempunyai konstruksi endosentris, dan konstruksi eksosentris.

Saleh (1987:4) memberikan penjelasan yang cukup panjang dalam pendefinisian dari kata majemuk konstruksi endosentris ini dengan mengatakan ; kata majemuk konstruksi endosentris adalah kata majemuk yang mempunyai fungsi atau jenis kata yang sama dengan unsur utamanya.

Kata majemuk konstruksi endosentris dalan bahasa Jepang disebut dengan naishinfukugou. Seorang ahli linguistik Jepang yaitu Harumi (1987:191) memberikan definisi dari konstruksi endosentris,yaitu:

内心構造は直接構成要素のいずれか一つ、あるいは二つ以上同じ形式類に 属するもの

‘ konstruksi endosentris merupakan penggolongan terhadap bentuk yang sama dengan salah satu atau kedua unsur- unsur langsung pembentuknya ‘.

Kata majemuk konstruksi endosentris terbagi atas dua kelompok,yaitu (1) konstruksi endosentris atributif dan (2) konstruksi endosentris koordinatif (yulistio,dkk, 2002:40). Kata majemuk konstruksi endosentris dalam bahasa Jepang juga dibagi menjadi dua jenis yaitu:

内心構造は同位構造と従位構造の二つに区分される。構造体と同じ形式類 に属する構成要素を主要部と読んでいる、その他の要素を限定部という

Harumi (1987:191),juga membagi konstruksi endosentris ini menjadi 2 bagian yaitu konstruksi endosentris koordinatif (juuikouzou), dan konstruksi endosentris subordinatif (douikouzou). Dimana konstruksi subordinatif ini digolongkan atas 2 penggolongan yaitu, 1) bagian inti dari unsur pembentuknya yang termasuk dalam jenis yang sama dengan bentuk utuhnya (unsur pusat) dan 2) merupakan bagian yang terbatas pada unsur selain dari unsur inti (atributif).

Sedangkan untuk kata majemuk eksosentris, Kridalaksana (1993:50) mengatakan bahwa kata majemuk eksosentris adalah kata majemuk yang


(32)

maknanya tidak sama dengan makna konstituen atau unsur pembentuknya. Harumi (1987:204) mengatakan :

外心構造は直接構成要素のいずれとも異なる形式類に属するものという

Konstruksi eksosentris merupakan penggolongan terhadap bentuk yang tidak mempunyai kesamaan dengan unsur yang manapun dari unsur langsung pembentuknya.

Pendefinisian dari kata majemuk endosentris dan eksosentris diatas secara umum digunakan sebagai acuaan dalam pembagian jenis dari nomina majemuk yang dilihat dari segi semantik atau maknanya. Dengan demikian pada nomina majemuk bahasa Jepang terbagi atas :

1. Nomina majemuk endosentris

a. nomina majemuk endosentris atibutif b. nomina majemuk endosentris koordinatif 2. Nomina majemuk eksosentris

2.2.3. Hubungan Antar Kata

Sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab terdahulu bahwa kata majemuk merupakan perpaduan dua leksem atau lebih yang membentuk makna baru. Perpaduan leksem itu mengandung makna tertentu yang ada hubungannya dengan komponennya ataupun tidak ada hubungannya dengan komponennya. Oleh karena itu kata majemuk dapat menjelaskan berbagai hubungan makna antar komponennya ( Didi yulistio, dkk, 2002 :9 ), begitu juga pada fukugoumeishi.

Fukugoumeishi merupakan gabungan kata yang membentuk kata baru, dan pada gabungan kata tersebut, secara makna dapat dilihat berbagai hubungan


(33)

katanya, yaitu hubungan pelengkap, hubungan menerangkan, dan hubungan yang berlawanan.

Nomura (1992:185) memaparkan bahwa pada fukugoumeishi memiliki hubungan kata, yaitu :

1. 補足関係 ( hubungan pelengkap ) ( N + A ) : 色白 (warna putih )

身軽な ( lincah , gesit ) ( N + V ) : 日暮れ ( matahari terbenam )

昼寝 ( tidur siang )

寺参り ( kunjungan ke kuil ) 2. 修飾関係 ( hubungan menerangkan )

( A + V ) : 早起き ( bangun cepat ) 薄着 ( pakain yang tipis ) ( V + V ) : ち売立り( pedangang kaki lima )

食い逃げ ( lari tanpa membayar makanan ) ( A + N ) : 若者 ( orang muda )

( V + N ) : 打ち傷 (luka memar )

渡り鳥 ( burung yang melintas / migraan ) ( N + N ) : 山道 ( jalan pegunungan )

本箱 ( rak buku ) 3. 対立関係 (hubungan pertentangan )


(34)

足腰 ( kaki dan punggung ) ( V + V ) : 売り買い ( jual beli )

読み書き ( baca tulis ) ( A + A ) : 甘辛 ( manis pedas )

好き嫌い (suka dan tidak suka )

Dari pemaparan diatas jelas terlihat hubungan antar kata pada fukugoumeishi. Hubungan itu muncul dari perpaduan antar komponen pembentuknya.


(35)

BAB III

ANALISIS MAKNA NOMINA MAJEMUK BAHASA JEPANG

3.1. Perpaduan Meishi dengan Meishi yang Membentuk Meishi

3.1.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

a. Futsu meishi + Futsu meishi

futsu meishi futsu meishi fukugoumeishi makna 山 /yama/

’gunung’

水 /mizu/ ’air’

山水 /yamamizu/

air pegunungan

傷 /kizu/ ’luka’

薬 /kusuri/ ’obat’

傷薬 /kizugusuri/

obat luka

花 /hana/ ’bunga/ kembang’

火 /hi/ ’api’

花火 /hanabi/

kembang api

Pada contoh diatas makna fukugoumeishi yang terbentuk merupakan gabungan dari makna masing-masing komponen pembentuknya.

b. Shuusi + Futsu meishi

shuusi futsumeishi fukugoumeishi makna 一 /ichi/

‘satu’

文字 /moji/ ‘huruf’

一文字 /ichimonji/

satu huruf

一 /ichi/ ‘satu’

日 /nichi/ ‘hari’

一日 /ichinichi/

satu hari

三 /san/ ‘tiga’

月 /getsu/ ‘bulan’

三月 /sangetsu/

bulan tiga ( maret )


(36)

Pada gabungan antara shuusi dan futsu meishi, keduanya memiliki derajat yang sama dalam memberikan makna fukugoumeishi yang terbentuk, yaitu maknanya berasal dari kedua komponennya.

3.1.2. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan satu komponennya a. Futsu meishi + Futsu meishi

futsu meishi futsu meishi fukugoumeishi Makna 塩 /shio/

’garam’

魚 /sakana/ ’ikan’

塩魚 /shiozakana/

ikan asin

水 /mizu/ ’air’

油 /abura/ ’minyak’

水油 /mizuabura /

minyak rambut

山 /yama/ ’gunung’

犬 /inu/ ’anjing’

山犬 /yamainu/

anjing liar

Dari contoh diatas makna fukugoumeishi yang terbentuk berasal dari salah satu komponen pembentuknya, dimana makna yang hadir berasal dari makna komponen kedua pembentuknya, dan makna komponen pertamanya sama sekali tidak terlihat.

futsu meishi futsu meishi fukugoumeishi makna 手 /te/

‘tangan’

袋 /fukuro/ ‘kantong’

手袋 /tebukuro/

sarung tangan

足 /ashi / ‘kaki’

首 /kubi/ ‘leher’

足首 /ashikubi/

pergelangan kaki

船 /fune/ ‘kapal’

足 /ashi/ ‘kaki’

船足 /funaashi/


(37)

Lain halnya dengan contoh sebelumnya, disini dapat dilihat bahwa makna fukugoumeishi yang terbentuk berasal dari makna komponen pertamanya,dan makna dari komponen kedua sama sekali tidak kelihatan.

b. Shuusi + Futsu meishi

shuushi futsu meishi fukugoumeishi makna 一つ /hitotsu/

‘satu’

心 /kokoro/ ‘hati’

一つ心

/hitotsugokoro/

sepenuh hati

一 /hito/ ‘satu’

雨 /ame/ ‘hujan’

一雨 /hitoame/

hujan sebentar

一 /hito/ ‘satu’

声 /koe/ ‘suara’

一声 /hitokoe/

suara teriakan

Makna yang terbentuk dari gabungan shuushi dan futsumeishi diatas berhubungan dengan makna dari komponen kedua.

3.1.3. Makna baru tidak dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

a. Futsu meishi + Futsu meishi

meishi meishi fukugoumeishi makna

田 /ta/ ’sawah’

虫 /mushi/ ’serangga’

田虫

/tamushi/

kurap (penyakit kulit) 歯 /ha/

’gigi’

肉 /niku/ ’daging’

肉歯 /haniku/

gusi

飾 /kazari/ ’hiasan’

板 /ita/ ’papan ’

飾板 /kazariita/


(38)

Dari contoh diatas dapat dilihat makna baru yang hadir tidak ada hubungannya ataupun kesamaan makna dengan komponen pembentuknya.

b. Shuushi + Futsu meishi

shuushi futsu meishi fukugoumeishi makna 七つ /nanatsu/

‘tujuh’

屋 /ya/ ‘rumah’

七つ屋

/nanatsuya/

pegadaian

一 /hito/ ‘satu’

泡 /awa/ ‘buih’

一泡 /hitoawa/

kejutan

二 /futa/ ‘dua’

心 /kokoro/ ‘hati’

二心 /futagokoro/

pengkhianat

3.2. Perpaduan Meishi dengan Doushi yang Membentuk Meishi

3.2.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

a. Futsu meishi + Doushi

meishi doushi fukugoumeishi makna

玉 /tama/ ’bola’

拾う /hirou/ ’memungut’

玉拾い /tamahiroi/

pemungut bola

刀 /katana/ ’pedang’

持つ /motsu/ ’membawa’

刀持ち /katanamochi/

pembawa pedang

山 /yama/ ‘gunung’

登る /noboru/ ‘mendaki’

山登り /yamanobori/

pendakian gunung

b. Shuusi + Doushi


(39)

一人 /hitori/ ’satu orang’

寝る /neru/ ‘tidur’

一人寝 /hitorine/

tidur sendirian

一 /hito/ ‘satu’

盛る /moru/ ‘menumpuk’

一盛る

/hitomori/

satu tumpukan

一 /hito/ ‘satu’

回る /mawaru/ ‘memutar’

一回り /hitomawari/

satu putaran

3.2.2. Makna baru dapat dilihat hubungannya dengan satu komponennya a. Futsu meishi + Doushi

meishi doushi fukugoumeishi makna

金 /kane/ ‘uang’

入れ/ire/ ‘masuk’

金入れ /kaneire/

laci uang

力 /chikara/ ’kekuatan’

持つ /motsu/ ’membawa’

力持ち

/cikaramochi/

orang kuat

枕 /makura/ ‘bantal‘

掛ける /kakeru/ ‘memakai‘

枕掛け /makurakake/

sarung bantal

Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa makna fukugoumeishi yang terbentuk hadir dari makna komponen pertama. Makna baru tersebut ada hubungannya dengan makna komponen pertama yang merupakan futsu meishi,dan makna komponen kedua yang merupakan doushi tidak kelihatan sama sekali.

futsu meishi doushi fukugoumeishi makna 物 /mono/

‘barang’

干す /hosu/ ‘menjemur’

物干し /monohoshi/


(40)

物 /mono/ ‘barang’

売る /uru/ ‘menjual’

物売る /monouri/

penjual keliling

手 /te/ ‘tangan’

助ける /tasukeru/ ‘menolong’

手助け /tedasuke/

pertolongan

Lain halnya dengan contoh diatas ini, makna fukugoumeishi yang terbentuk merupakan makna dari komponen kedua yang berkelas kata doushi, makna yang hadir ada hubungannya dengan makna doushinya, dan makna dari futsu meishinya hilang.

b. Shuushi + Doushi

shuushi doushi fukugoumeishi makna

一 /hito/ ‘satu’

休む/yasumu/ ‘istirahat’

一休み /hitoyasumi/

istirahat sebentar

一 /hito/ ‘satu‘

吹く/fuku/ ’meniup‘

一吹き /hitofuki/

tiupan

Dari contoh diatas makna fukugoumeishi yang terbentuk diambil dari makna unsur kedua pembentuknya.

shuushi doushi fukugoumeishi makna

一 /hito/ ‘satu’

走る /hashiru/ ‘berlari’

一走り /hitohashiri/

satu putaran

四人 /yonnin/ ‘empat orang’

乗る /noru/ ‘naik’

四人乗る /yonninnori/

tempat duduk untuk 4 orang


(41)

Dari contoh diatas, makna fukugoumeishi yang terbentuk diambil dari makna unsur pertama pembentuknya

3.2.3. Makna baru tidak dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

a. Futsu meishi + Doushi

meishi doushi fukugoumeishi makna

金 /kane/ ’uang’

持つ /motsu/ ’membawa’

金持ち /kanemochi/

kaya

川 /kawa/ ’sungai’

遊ぶ /asobu/ ‘bermain’

川遊び /kawaasobi/

berperahu

紙 /kami/ ‘kertas’

入れる /ireru/ ‘memasukkan’

紙入れ /kamiire/

dompet

Dari ketiga contoh diatas terlihat jelas bahwa tidak ada kesamaan antara fukugoumeishi yang terbentuk dengan makna konponen pembentuknya. Makna dari kedua komponen pembentuknya lebur menjadi satu dan menghasilkan kata baru yang memiliki makna yang baru yang tidak ada hubungannya dengan makna komponen pembentuknya.

b. Shuushi + Doushi

shuushi doushi fukugoumeishi makna

四つ /yotsu/ ‘empat’

折る /oriru/ ‘melipat’

四つ折り /yotsuori/

kuarto

一本 /ippon/ ‘satu batang’

立つ /tatsu/ ‘berdiri’

一本立ち /ippondachi/


(42)

一 /hito/ ‘satu’

切る /kiru/ ‘memotong’

一切り /hitokiri/

istirahat

Dari ketiga contoh diatas, makna fukugoumeishi yang terbentuk tidak memiliki hubungannya dengan makna dari kedua komponen pembentuknya.

3.3 Perpaduan Doushi dengan Doushi yang Membentuk Meishi

3.3.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

doushi doushi fukugoumeishi makna

売る /uru/ ‘menjual’

買う /kau/ ‘menjual’

売り買い

/urikai/

jual beli

読む /yomu/ ‘membaca’

書く / kaku/ ‘menulis’

読み書き /yomikaki/

hal membaca menulis

乗る /noru/ ‘naik’

降る /furu/ ‘turun’

乗り降り /norifuri/ naik turun

3.3.2. Makna baru dapat dilihat hubungannya dengan satu komponennya

doushi doushi fukugoumeishi makna

払う /harau/ ‘membayar’

込む/komu/ ‘penuh’

払い込み/haraikomi/ pembayaran


(43)

‘meminjam’ ‘keluar’ 割る /waru/

‘memotong’

引く /hiku/ ‘menarik’

割り引き/waribiki/ potongan harga/diskon

Dari contoh diatas makna fukugoumeishi yang terbentuk ada hubungannya dengan makna unsur pertama dari komponen pembentuknya.

doushi doushi fukugoumeishi makna

飲む /nomu/ ‘minum’

騒ぐ /sawagu/ ‘gaduh’

飲み騒ぎ

/nomisawagi/

pesta yang gaduh

引く /hiku/ ‘menarik

写る /utsuru/ ‘menjiplak’

引き写し

/hikiutsushi/

jiplakan

投げる /nageru/ ‘melempar’

売る /uru/ ‘menjual‘

投げ売り

/nageuri/

penjualan murah ( obral )

Dari contoh diatas makna fukugoumeishi yang terbentuk ada hubungannya dengan makna dari komponen kedua pembentuknya.

3.3.3. Makna baru tidak dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

doushi doushi fukugoumeishi makna

引く /hiku/ ‘menarik’

出す /dasu / ‘keluar’

引き出し

/hikidashi/

laci

見 /mi/ ‘melihaat’

合う /au/ ‘cocok’

見合い

/miai/


(44)

立つ /tatsu/ ‘berdiri’

会う /au/ ‘bertemu’

立会い

/tachiai/

kehadiran,kesaksian

Dari contoh diatas, makna dari kedua komponen pembentuknya yang berkelas kata doushi tersebut sama sekali tidak kelihatan, dan makna dari fukugoumeishi yang hadir dari gabungan doushi dengan doushi lebur menjadi satu membentuk meishi.

3.4. Perpaduan Doushi dengan Meishi yang Membentuk Meishi

3.4.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

a. Doushi + Futsu meishi

doushi futsu meishi fukugoumeishi makna 生ける /ikeru/

‘merangkai‘

花 /hana/ ‘bunga‘

生け花 /ikebana/

seni merangkai bunga

引く /hiku/ ‘menarik‘

船 /fune/ ‘kapal‘

引船 /hikifune/

kapal tarik

拾う /hirou/ ‘memungut‘

物 /mono/ ‘barang‘

拾い物 /hiroimono/

barang yang dipungut

3.4.2. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan satu komponennya a. Doushi + Futsumeishi


(45)

食べる /taberu/ ‘makan’

物 /mono/ ‘barang’

食べ物

/tabemono/

makanan

建てる /tateru/ ‘membangun’

物 /mono/ ‘barang’

建物 /tatemono/

bangunan

飲む /nomu/ ‘minum’

物 /mono/ ‘barang’

飲み物

/nomimono/

minuman

Dari contoh diatas makna fukugoumeishi yang terbentuk ada hubungannya dengan makna komponen pertama pembentuknya.

doushi Futsu meishi fukugoumeishi makna

切る /kiru/ ‘memotong’

石 /ishi/ ‘batu’

切石

/kiriishi/

batu apung

作る /tsukuru/ ‘membuat’

名 /na/ ‘nama’

作り名

/tsukurina/

nama samaran

踏む /fumu/ ‘menginjak’

石 /ishi/ ‘batu’

踏み石

/fumiishi/

batu loncatan

Makna fukugoumeishi yang terbentuk ada hubungannya dengan makna dari komponen kedua pembentuknya.

3.4.3. Makna baru tidak dapat dilihat hubungannya dengan kedua komponennya


(46)

doushi Futsu meishi fukugoumeishi makna 引く /hiku/

‘menarik’

金 /kane/ ‘uang’

引き金

/hikigane/

pelatuk pistol

乗る /noru/ ‘naik’

物 /mono/ ‘barang’

乗り物

/norimono/

kendaraan

切る /kiru/ ‘memotong’

枝 /eda/ ‘papan’

切り枝

/ kirieda/

cangkokan

3.5. Perpaduan Keiyoushi dengan Meishi yang Membentuk Meishi

3.5.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

a. Keiyoushi + Futsu meishi

keiyoushi futsumeishi fukugoumeshi makna 古い /furui/

‘tua’

本 /hon/ ‘buku’

古本 /furuhon/

buku tua

荒い /arai/ ‘liar’

馬 / uma / ‘kuda’

荒馬 /arauma/

kuda liar

薄い /usui/ ‘tipis’

皮 /kawa/ ‘kulit’

薄皮 /usukawa/

kulit tipis

Dari contoh diatas terlihat jelas bahwa kedua komponen pembentuk fukugoumeishi tersebut memiliki kedudukan yang sama dalam memberikan makna pada fukugoumeishi yang terbentuk, dimana makna dari komponen yang pertama menjelaskan keadaan atau sifat dari makna komponen yang kedua.


(47)

3.5.2. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan satu komponennya a. Keiyoushi + Futsu meishi

keiyoushi futsu meishi fukugoumeishi makna 軽い /karui/

‘ringan’

石 /ishi/ ‘batu’

軽石 /karuishi/

batu apung

黒い /kuroi/ ‘hitam’

金 /kane/ ‘besi’

黒金 /kurogane/

besi

黒い /kuroi/ ‘hitam’

船 /fune/ ‘kapal’

黒船 /kurofune/

kapal asing

Dari ketiga contoh diatas bahwa makna fukugoumeishi yang terbentuk berhubungan dengan makna dari komponen kedua pembentuknya.

3.5.3. Makna baru tidak dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

a. Keiyoushi + Futsu meishi

keiyoushi futsu meishi fukugoumeshi makna 黒い /kuroi/

‘hitam’

字 /ji/ ‘huruf’

黒字 /kuroji/

keuntungan

赤い /akai / ‘merah’

字 /ji/ ‘huruf’

赤字

/akaji/

defisit

あおい /aoi/ ‘biru’

もの /mono/ ‘barang’

あおもの

/aomono/


(48)

makna fukuguomeishi yang terbentuk pada contoh diatas sama sekali tidak berhubungan dengan makna dari tiap komponen pembentuknya.

3.6. Perpaduan Keiyoushi dengan Doushi yang Membentuk Meishi

3.6.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

keiyoushi doushi fukugoumeishi makna

早い /hayai/ ‘cepat’

起きる /okiru/ ‘bangun’

早起き /hayaoki/

bangun cepat

嬉しい /ureshii/ ‘gembira’

泣く /naku/ ‘menangis’

嬉泣き /ureshinaki/

tangisan kegembiraan 大きい /okii/

‘besar’

切る /kiru/ ‘memotong’

大切り /oogiri/

potongan besar

3.6.2. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan satu komponennya

keiyoushi doushi fukugoumeishi makna

軽い /karui/ ‘berat’

焼く /yaku/ ‘membakar’

軽焼き /karuyaki/

kue panggang

大きい /Ooki/ ‘besar’

回る /Mawaru/ ‘berputar’

大回り /oomawari/

jalan berputar

Makna fukugoumeishi pada contoh diatas ada hubungannya dengan makna komponen kedua.


(49)

3.6.3. Makna baru tidak dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

keiyoushi doushi fukugoumeishi makna

悪い/warui/ ‘buruk’

遊ぶ /asobu/ ‘bermain’

悪遊び /waruasobi/

judi

長い /nagai/ ‘panjang’

持つ/motsu/ ‘membawa’

長持ち /nagamochi/

daya tahan

早い/hayai/ ‘cepat’

取る/toru/ ‘mengambil’

早取り /hayatori/

foto / potret

3.7. Perpaduan Keiyoushi dengan Keiyoushi yang Membentuk Meishi

3.7.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

keiyoushi keiyoushi fukugoumeishi makna 好き/suki/

‘suka’

嫌い/kirai/ ‘tidak suka’

好き嫌い /sukikirai/

suka dan tidak suka

黒い/kuroi/ ‘hitam’

白い/shiroi/ ‘ putih’

黒白い /kuroshiro/

hitam dan putih

青い/aoi/ ‘biru’

黒い/kuroi/ ‘hitam’

青黒い/aoguroi/ pucat dan gelap

Dalam bahasa Jepang terdapat kata - kata yang berkelas kata nomina berasal dari bahasa asing, yang dalam istilah bahasa Jepang disebut dengan


(50)

gairaigo. Biasanya kata yang berasal dari bahasa asing ditulis dengan huruf katakana. Beberapa contoh gairaigo yaitu :

ラジオ : radio

テレビ : televisi

コンピュータ : komputer

Contoh kata diatas merupakan kata tunggal. Dalam bahasa Jepang juga memiliki kata majemuk yang berkelas kata nomina yang berasal dari gabungan gairaigo dan gairaigo, gairaigo dan nihonggo.

3.8. Perpaduan Bahasa Asing (Gairaigo) dan Bahasa Asing (Gairaigo) yang Membentuk Meishi

3.8.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

gairaigo gairaigo fukugoumeishi makna

カレー/kare/ ‘kari’

ライス/raisu/ ‘nasi’

カレーライス/kareraisu/ nasi

kari

パーテイー/pati/

‘pesta’

ルーム/rumu/ ‘ruangan’

パーテイールーム/patirumu/ ruangan

pesta クリスマス/kurisumasu/

‘natal’

カドー/kado/ ‘kartu’

クリスマスカドー/kurisumasukado/ Kartu

ucapan natal チーズ/chizu/

‘keju’

ケーキ/keki/ ‘kue bolu’

チーズケキ /chizukeki/

Bolu keju


(51)

3.9. Perpaduan Bahasa Asing (Gairaigo) dan Bahasa Jepang (Nihonngo) yang Membentuk Meishi

3.9.1. Makna baru diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

gairaigo nihonggo fukugoumeishi makna ノーベル

/noberu/ ‘nobel’

文学 /bungaku/ ‘kesusastraan’

ノーベルぶんがく /noberubungaku/

hadiah nobel kesusastraan

グルーフ /gurufu/ ‘kelompok’

旅行 ‘/yokou/ ‘perjalanan’

グルーフ旅行 /gurufuryokou/

rombongan perjalanan

マラソン /marason/ ‘maraton’

大会 /taikai/ ‘pertandingan’

マラソン大会 /marasontaikai/

pertandingan maraton

タクシー /takushi/

‘taksi’

会社 /kaisha/ ‘perusahaan’

タクシー会社 /takushikaisha/

perusahaan taksi

クラシック /kurashikku/

‘klasik’

音楽 /ongaku/

‘musik’

クラシック音楽 /kurashikkuongaku/


(52)

3.10. Perpaduan (Nihonggo) dan (Gairaigo) yang Membentuk Meishi

3.10.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

nihonggo gairaigo fukugoumeshi makna

窓 /mado/ ‘jendela’

ガラス /garasu/ ‘kaca’

窓ガラス /madogarasu/

kaca jendela

夜行 /yakou/ ‘malam’

バス /basu/ ‘bus’

夜行バス /yakoubasu/

bus malam

りんご /ringgo/ ‘apel’

ジュース /jusu/ ‘jus’

りんごジュース /ringgojusu/

jus apel

白い /shiroi/ ‘putih’

ビル ( biru ) ‘gedung’

白いビル

/shiroibiru/

gedung putih

確認 /kakunin/ ‘petunjuk’

ボタン /botan/ ‘tombol’

確認ボタン

/kakunin botan/


(53)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penganalisaan yang dilakukan pada data-data yang telah terkumpul, maka dapat diambil kesimpulan :

1. Fukugoumeishi memghasilkan makna baru yang sama dengan makna salah satu atau seluruh unsur pembentuknya (endosentris), dan tidak ada kesamaan sama sekali dengan komponen pembentuknya (eksosentris).

2. Fukugoumeishi merupakan gabungan dari dua atau lebih kata yang mengandung makna baru yang merupakan gabungan dari unsur :

meishi dengan meishi meishi dengan doushi doushi dengan doushi doushi dengan meishi keiyoushi dengan meishi keiyoushi dengan doushi keiyoushi dengan keiyoushi

3. Fukugoumeishi bahasa Jepang tidak hanya dibentuk dari bahasa jepang (nihongo) saja tetapi ada pula yang berasal dari gabungan bahasa asing (gairaigo), yaitu dibentuk dari gabungan unsur :

gairaigo dengan gairaigo gairaigo dengan nihongo nihongo dengan gairaigo


(54)

4. Tidak ditemukan fukugoumeishi hasil penggabungan antara doushi dengan keiyoushi.

5. Pada fukugoumeshi tidak ditemukan gabungan dari meishi jenis koyuumeishi dan daimeshi sebagai komponen pembentuk fukugoumeishi.

6. Unsur shuushi yang menjadi komponen pembentuk fukugoumeishi selalu menjadi komponen yang pertama.

7. Pada fukugoumeishi yang komponen pembentuknya antara lain : meishi dengan meishi

meishi dengan doushi doushi dengan doushi doushi dengan meishi

Ditemukan bahwa makna baru dapat dilihat dari satu komponennya. Dimana makna yang hadir ada hubungannya dengan makna dari komponen pertama, dan ada juga makna yang hadir ada hubungannya dengan makna dari komponen kedua.

8. Pada fukugoumeishi yang komponen pembentuknya antara lain : keiyoushi dengan meishi

keiyoushi dengan doushi

Ditemukan makna baru yang berasal dari salah satu komponen pembentuknya, dimana makna baru tersebut ada hubungannya dengan makna dari komponen yang kedua.

9. Pada fukugoumeishi yang komponen pembentuknya adalah keiyoushi dengan keiyoushi, tidak ditemukan :


(55)

 Makna baru tidak dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya.

10. Pada fukugoumeishi yang komponen pembentuknya adalah gairaigo dengan gairaigo, gairaigo dengan nihongo, nihongo dengan gairaigo, tidak ditemukan :

 Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan satu komponennya.  Makna baru tidak dapat diketahui hubungannya dengan kedua

komponennya.

4.2. Saran

Berdasarkan pada beberapa kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, penulis menyarankan antara lain :

1. Untuk menentukan makna fukugoumeishi, sebaiknya terlebih dahulu mengetahui makna masing-masing dari komponen pembentuknya. Hal ini berguna untuk memudahkan dalam melakukan analisis dengan benar.

2. Dalan melakukan analisis haruslah teliti, setiap makna fukugoumeishi yang ditemukan kemudian dikelompokkan kedalam kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal – kristal Ilmu Bahasa. Surabaya : Erlangga University Press.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.

Djajasudarma. T. Fatimah. 1999. Semantik I. Bandung : Refika Aditama.

Harumi, Tanaka. 1988. Gendai Gengogaku Jiten. Tokyo : Sendaitaku Sintaku Kawamachi.

Keraf, Golys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta : Nusa Indah. Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia.

Lisnawati. 2005. Analisis Semantik Verba Majemuk Bahasa Jepang (Skripsi). Medan : Universitas Sumatera Utara.

Natawijaya, P. Suparman. 1979. Bentuk Kata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gunung Mulia.

Nomura, Masaki. 1992. Nihingo no Jiten. Seiji Koike.

Parera, JOS. Daniel. 1991. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga. , 1994. Morfologi Bahasa. Jakarta: Gramedia

Rachman. Abd. Dkk, 1985. Sistem Morfologi Kata Kerja Bahasa Bima. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rusyana, Yus. Dkk. 1985. Sistem Pemajemukan Bahasa Sunda. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Saleh, Yusrizal dkk. 1987. Sistem Pemajemukan Bahasa Semende. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(57)

Situmorang, Hamzon. 2007.Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan : USU Press

Sudjianto. 1996. Gramatikal Bahasa Jepang Modern. Jakarta: Kesain Blanc Sulaiman, Syaf E. 1973. Pengantar Tata Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Yayasan

Penerbit FKSS.

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.

Verhaar, JWM. 1996. Asas – asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

.2001. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Wahyudi, Devi. 2005. Sistem Pembentukan Kata Majemuk Bahasa Jepang (Skripsi). Medan : Universitas Sumatera Utara.

Yulistio, Didi. Dkk. 2002. Sistem Pemajemukan Bahasa Serawai. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


(1)

3.10. Perpaduan (Nihonggo) dan (Gairaigo) yang Membentuk Meishi

3.10.1. Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya

nihonggo gairaigo fukugoumeshi makna

窓 /mado/ ‘jendela’

ガラス /garasu/ ‘kaca’

窓ガラス /madogarasu/

kaca jendela

夜行 /yakou/ ‘malam’

バス /basu/ ‘bus’

夜行バス /yakoubasu/

bus malam

りんご /ringgo/ ‘apel’

ジュース /jusu/ ‘jus’

りんごジュース /ringgojusu/

jus apel

白い /shiroi/ ‘putih’

ビル ( biru ) ‘gedung’

白いビル /shiroibiru/

gedung putih

確認 /kakunin/ ‘petunjuk’

ボタン /botan/ ‘tombol’

確認ボタン /kakunin botan/


(2)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penganalisaan yang dilakukan pada data-data yang telah terkumpul, maka dapat diambil kesimpulan :

1. Fukugoumeishi memghasilkan makna baru yang sama dengan makna salah satu atau seluruh unsur pembentuknya (endosentris), dan tidak ada kesamaan sama sekali dengan komponen pembentuknya (eksosentris).

2. Fukugoumeishi merupakan gabungan dari dua atau lebih kata yang mengandung makna baru yang merupakan gabungan dari unsur :

meishi dengan meishi meishi dengan doushi doushi dengan doushi doushi dengan meishi keiyoushi dengan meishi keiyoushi dengan doushi keiyoushi dengan keiyoushi

3. Fukugoumeishi bahasa Jepang tidak hanya dibentuk dari bahasa jepang (nihongo) saja tetapi ada pula yang berasal dari gabungan bahasa asing (gairaigo), yaitu dibentuk dari gabungan unsur :

gairaigo dengan gairaigo gairaigo dengan nihongo nihongo dengan gairaigo


(3)

4. Tidak ditemukan fukugoumeishi hasil penggabungan antara doushi dengan keiyoushi.

5. Pada fukugoumeshi tidak ditemukan gabungan dari meishi jenis koyuumeishi dan daimeshi sebagai komponen pembentuk fukugoumeishi.

6. Unsur shuushi yang menjadi komponen pembentuk fukugoumeishi selalu menjadi komponen yang pertama.

7. Pada fukugoumeishi yang komponen pembentuknya antara lain : meishi dengan meishi

meishi dengan doushi doushi dengan doushi doushi dengan meishi

Ditemukan bahwa makna baru dapat dilihat dari satu komponennya. Dimana makna yang hadir ada hubungannya dengan makna dari komponen pertama, dan ada juga makna yang hadir ada hubungannya dengan makna dari komponen kedua.

8. Pada fukugoumeishi yang komponen pembentuknya antara lain : keiyoushi dengan meishi

keiyoushi dengan doushi

Ditemukan makna baru yang berasal dari salah satu komponen pembentuknya, dimana makna baru tersebut ada hubungannya dengan makna dari komponen yang kedua.

9. Pada fukugoumeishi yang komponen pembentuknya adalah keiyoushi dengan keiyoushi, tidak ditemukan :


(4)

 Makna baru tidak dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya.

10. Pada fukugoumeishi yang komponen pembentuknya adalah gairaigo dengan gairaigo, gairaigo dengan nihongo, nihongo dengan gairaigo, tidak ditemukan :

 Makna baru dapat diketahui hubungannya dengan satu komponennya.  Makna baru tidak dapat diketahui hubungannya dengan kedua

komponennya.

4.2. Saran

Berdasarkan pada beberapa kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, penulis menyarankan antara lain :

1. Untuk menentukan makna fukugoumeishi, sebaiknya terlebih dahulu mengetahui makna masing-masing dari komponen pembentuknya. Hal ini berguna untuk memudahkan dalam melakukan analisis dengan benar.

2. Dalan melakukan analisis haruslah teliti, setiap makna fukugoumeishi yang ditemukan kemudian dikelompokkan kedalam kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal – kristal Ilmu Bahasa. Surabaya : Erlangga University Press.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.

Djajasudarma. T. Fatimah. 1999. Semantik I. Bandung : Refika Aditama.

Harumi, Tanaka. 1988. Gendai Gengogaku Jiten. Tokyo : Sendaitaku Sintaku Kawamachi.

Keraf, Golys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta : Nusa Indah. Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia.

Lisnawati. 2005. Analisis Semantik Verba Majemuk Bahasa Jepang (Skripsi). Medan : Universitas Sumatera Utara.

Natawijaya, P. Suparman. 1979. Bentuk Kata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gunung Mulia.

Nomura, Masaki. 1992. Nihingo no Jiten. Seiji Koike.

Parera, JOS. Daniel. 1991. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga. , 1994. Morfologi Bahasa. Jakarta: Gramedia

Rachman. Abd. Dkk, 1985. Sistem Morfologi Kata Kerja Bahasa Bima. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rusyana, Yus. Dkk. 1985. Sistem Pemajemukan Bahasa Sunda. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Saleh, Yusrizal dkk. 1987. Sistem Pemajemukan Bahasa Semende. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(6)

Situmorang, Hamzon. 2007.Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan : USU Press

Sudjianto. 1996. Gramatikal Bahasa Jepang Modern. Jakarta: Kesain Blanc Sulaiman, Syaf E. 1973. Pengantar Tata Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Yayasan

Penerbit FKSS.

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.

Verhaar, JWM. 1996. Asas – asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

.2001. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Wahyudi, Devi. 2005. Sistem Pembentukan Kata Majemuk Bahasa Jepang (Skripsi). Medan : Universitas Sumatera Utara.

Yulistio, Didi. Dkk. 2002. Sistem Pemajemukan Bahasa Serawai. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.