Analisis Fungsi dan Makna Nomina Shourai dan Mirai dalam Kalimat Bahasa Jepang

(1)

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA NOMINA SHOURAI DAN MIRAI DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

NIHONGO NO BUNSHOU NI OKERU “SHOURAI” TO “MIRAI” TO NO KINOU TO IMI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat

ujian skripsi dalam bidang ilmu Sastra Jepang

Oleh:

Puti Novianti Aristia 100708017

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA NOMINA SHOURAI DAN MIRAI DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

NIHONGO NO BUNSHOU NI OKERU “SHOURAI” TO “MIRAI” TO NO KINOU TO IMI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat

ujian skripsi dalam bidang ilmu Sastra Jepang

Oleh:

Puti Novianti Aristia 100708017

Pembimbing I Pembimbing II

Muhammad Pujiono, S.S., M.Hum Drs. Nandi. S

NIP : 19691011 2002 12 1 001 NIP : 19600822 1988 03 1 002

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

Disetujui oleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Medan, Januari 2015 Departemen Sastra Jepang

Ketua,

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum NIP. 19600919 1988031001


(4)

PENGESAHAN

Diterima Oleh,

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk

Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Pada : Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A NIP. 19511013 1976 03 1 001

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Mhd. Pujiono, S.S, M.Hum ( )

2. Drs. Nandi. S ( )


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis haturkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat, hidayah, dan ridho-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Dan tak lupa pula shalawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan syafa’at kepada seluruh umat manusia.

Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Nomina Shourai dan

Mirai dalam Kalimat Bahasa Jepang” ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan dalam

mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Program Studi Strata-1 Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara

Dalam pelaksanaan penyelesaian studi dan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M. A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum., selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Mhd. Pujiono, S.S, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah demikian banyak meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis, memberikan pengarahan dengan sabar baik dalam hal penyusunan skripsi maupun hal lain di luar skripsi, yang masih berhubungan dengan akademik dan bersedia meminjamkan buku-buku bahasa Jepang yang digunakan penulis untuk menyusun skripsi ini.


(6)

memberikan nasehat, masukan dan arahan dengan sabar sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

5. Seluruh Bapak / Ibu dosen Departemen Sastra Jepang yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis.

6. Orangtua tercinta, Ayahanda Zudirman, S. H. yang selalu mendoakan penulis agar selalu sehat, memberikan nasehat, dukungan moral dan material yang tak terhingga sampai saat ini, yang tidak akan mampu penulis untuk membalas kasih sayangnya sampai kapan pun juga. Dan Ibunda Alm. Darmawati Khairani, ada dan tiadanya ibunda, penulis masih tetap bisa merasakan do’a dari ibunda.

7. Kepada satu-satunya saudara, Muhammad Yasser (Adik), satu-satunya teman berbagi di rumah.

8. Kepada bibi yang sudah merawat dan menjaga penulis setelah ibunda tiada. Dan kepada paman melindungi penulis selama ayahanda tidak berada di Medan.

9. Keluarga besar (terutama untuk Ibu Ros, Ibu Tina, Kakak Rahma, dan Kakak Aida) yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis.

10.Teman-teman terdekat di stambuk 2010 : Fitri Hariyani Lubis (Chusyam), Dian Novita Putri (Nyak), Restu Afrilla (Ila), Lina (Tok Cia), Charina Effany Fikrialyssa (Echa), Dila Fitria (Dila), Savitri Handayani (Pedro), Elfyani (Epi), Erlinda (Senpai), Butet Marthalina (Martha), Liska Rahayu (Liska), yang telah banyak meluangkan waktu untuk ada bersama penulis selama 4 tahun kuliah di Sastra Jepang dan juga kepada teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis mendoakan supaya semua bisa sukses di kemudian hari dan tetap menjalin komunikasi meskipun sudah tamat kuliah.

11.Seluruh teman-teman Aotake angkatan 2010, senang bisa belajar, berorganisasi, berkegiatan bersama selama 4 tahun.


(7)

12.Seluruh Senior dan Junior di Departemen Sastra Jepang (Terutama Kakak Lara, Resti, Novi, Devi, Julia, Balqis, Jaka, Intan, Romilda) yang mendukung penulis selama mengerjakan skripsi.

13.Teman terdekat penulis sejak SMA, Sofia Anggraini Hasibuan (Sopi), Uke Tri Widayarti (Kak Uke), Nicky Afti Fatimah Barus (Niki), dan Suraiya Balatif (Suraiya), yang tetap solid hubungan kami sampai sekarang bahkan sudah menjadi seperti keluarga sendiri bagi penulis.

14.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, baik dalam susunan kalimatnya maupun proses analisisnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini agar dapat menjadi skripsi yang lebih bermanfaat dan lebih sempurna.

Akhir kata, penulis berharap semoga kiranya skripsi ini dapat berguna dan memberi manfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Medan, 13 Januari 2015 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …...……….. ………....I DAFTAR ISI ………..………... IV

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ………...……. 1

1.2 Perumusan Masalah ……….. 6

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ………. 7

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ……….. 8

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 17

1.6 Metode Penelitian ……… 18

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP FUNGSI, MAKNA, NOMINA DAN STUDI SEMANTIK 2.1Defenisi Fungsi ………. 19

2.1.1 Pengertian Funsgi ………... 19

2.1.2 Jenis-jenis Fungsi ………... 19

2.2Defenisi Makna ……… 21

2.2.1 Pengertian Makna ………... 21

2.2.2 Jenis-jenis Makna ………... 21

2.3 Definisi Nomina ……….. 23

2.3.1 Pengertian Nomina ………. 23

2.3.2 Jenis-jenis Nomina ………. 25

2.4 Pengertian Nomina Shourai dan Mirai Secara Etimologi ……….. 30


(9)

2.4.2 Nomina Mirai Secara Etimologi ………. 38

2.5 Fungsi dan Makna Nomina Shourai dan Mirai Menurut Pakar Linguistik Bahasa Jepang ……….… 44

2.5.1 Nomina Shourai ………..……… 44

2.5.2 Nomina Mirai ………...……….. 46

2.6 Studi Semantik dalam Kajian Semantik ……….……… 47

2.6.1 Definisi Semantik ……….….. 47

2.6.2 Kesinoniman ………...……… 48

2.6.3 Pilihan Kata ……… 51

BAB III ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA NOMINA SHOURAI DAN MIRAI DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG 3.1Analisis Fungsi dan Makna Shourai ……….... 53

3.2Analisis Fungsi dan Makna Mirai ………...…. 58

3.3Perbedaan Nuansa Makna Shourai dan Mirai ……….. 64

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ………...……… 69

4.2 Saran ………..…………70

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK


(10)

ABSTRAK

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA NOMINA SHOURAI DAN MIRAI DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

Bahasa tidak terlepas dari ucapan atau kalimat yang mengandung makna. Tiap-tiap bahasa memiliki struktur kalimatnya masing-masing dan unsur kalimatnya pun memiliki fungsi masing-masing. Semua unsur saling berhubungan sehingga membentuk kalimat yang dapat dipahami oleh lawan bicara.

Semantik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi makna, makna frase, dan makna kalimat.

Skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Nomina Shourai dan Mirai dalam Kalimat Bahasa Jepang” ini membahas mengenai fungsi dan makna. Kedua kata tersebut merupakan salah satu contoh kata yang bersinonim dalam bahasa Jepang. Kata shourai dan mirai memiliki arti yang sama yaitu ‘masa depan’. Akan tetapi, dalam semantik dua buah ujaran yang bersinonim tidak akan sama persis. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, di antaranya nuansa makna. Selain itu, kedua kata tersebut juga dianalisis berdasarkan pada makna kontekstual, yaitu makna yang muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan konteks. Sehingga belum tentu keduanya bisa saling menggantikan kedudukan dalam sebuah kalimat. Artinya ada yang bisa dan ada pula yang tidak bisa menggantikan.

Dalam penulisan skripsi ini membahas masing-masing 6 buah contoh kalimat yang memakai kata shourai dan mirai. Seluruh kalimat untuk penelitian ini diambil secara acak dari beberapa majalah dan buku bahasa Jepang seperti 3 buah kalimat dari buku Minna no nihonggo Chuukyuu I tahun 2001, 1 buah kalimat dari buku Nihonggo So-matome N2 tahun 2010, 3 buah kalimat dari majalah Nipponia No. 31 tahun 2004, 1 buah kalimat dari majalah Nipponia No. 33 tahun 2005, 1 buah kalimat dari majalah Nipponia No. 29 tahun 2004, 2


(11)

buah kalimat dari majalah Nipponia No. 2 tahun 1997, dan 1 buah kalimat dari majalah Nipponia No. 12 tahun 2000.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui makna kata shourai dan mirai secara umum, kemudian mengetahui perbedaan shourai dan mirai dalam kalimat bahasa Jepang. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan cara menguraikan pengertian shourai dan mirai berdasarkan beberapa teori linguistik bahasa Jepang. Setelah itu barulah dilakukan analisis dari segi semantik (konteks kalimat), apakah kedua kata tersebut dapat saling menggantikan posisinya di dalam kalimat. Kemudian kata shourai dan mirai digolongkan ke dalam kelas kata meishi.

Secara umum kata shourai dan mirai memiliki makna ‘masa depan’. Kata shourai jarang sekali dapat diganti dengan mirai. Namun ada beberapa kata mirai yang dapat digantikan dengan shourai. Tetapi nuansa makna yang dihasilkan menjadi berbeda. Artinya ada yang bisa dan ada yang tidak bisa saling menggantikan.

Kata shourai memiliki makna ‘masa depan’ yang tenggang waktunya lebih singkat jika dibandingkan dengan mirai. Shourai juga bisa digunakan pada hal-hal yang didatangkan, seperti buku yang didatangkan dari Cina. Shourai merupakan masa depan yang menyangkut orang-orang, negara, dan lapisan masyarakat. Ketika kalimat yang kita ucapkan mengandung kalimat shourai maka hasil dari kalimat tersebut haruslah memiliki efek positif. Shourai digunakan untuk menyatakan prospek, yaitu harapan atau kemungkinan. Selain sebagai nomina, shourai juga dapat digunakan sebagai adverbia atau kata keterangan.

Kata mirai memiliki makna ‘masa depan’ yang bisa terasa lama namun bisa juga terasa singkat. Tetapi dibandingkan shourai, tenggang waktunya lebih lama. Bisa 100 tahun, 200 tahun bahkan sampai ke alam setelah kematian. Mirai mewakili 3 fase waktu yaitu masa lalu, saat ini, dan masa yang akan datang. Konsep mirai banyak ditemukan dalam agama


(12)

kematian, yaitu alam baka atau akhirat. Mirai juga dipakai dalam istilah barat. Antonimnya adalah kako (masa lalu). Sinonimnya adalah Shourai.

Berdasarkan seluruh kalimat yang diperoleh dari majalah Nipponia, buku Minna no Nihongo, dan So-Matome, kata shourai yang paling sering dipakai dan digunakan dalam kalimat. Karena kata shourai memiliki nuansa makna masa depan yang menyangkut lapisan masyarakat, harapan, dan cita-cita. Sedangkan kata mirai sedikit digunakan karena selain memiliki nuansa makna masa depan yang intensitas waktunya panjang, mirai lebih mengacu pada hal-hal rohani dan keagamaan. Maka dari itu, kata ini jarang digunakan dalam koran ataupun majalah.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Setiap manusia memiliki bahasa untuk berkomunikasi. Menurut Sutedi, (2003:2) bahasa adalah alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Hubungan interaksi antar manusia dapat berjalan dengan lancar karena adanya peranan bahasa sebagai alat komunikasi. Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun tertulis, orang tersebut dapat menangkap apa yang kita maksud. Karena ia mengerti makna yang dituangkan dalam bahasa tersebut. Jadi fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu makna kepada orang lain baik lisan maupun tulisan.

Bahasa mempunyai keterkaitan dan keterikatan dalam kehidupan manusia. Manusia dalam kehidupannya di masyarakat, memiliki kegiatan yang tidak tetap dan selalu berubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut berubah, dan menjadi tidak tetap. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak-gerik manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Dengan demikian, fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu makna kepada seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis.

Disiplin ilmu yang membahas tentang bahasa adalah linguistik. Linguistik berasal dari bahasa latin, lingua yaitu bahasa. Secara umum, linguistik adalah bahasa atau dasar dalam mempelajari keahlian berbahasa. Sebagai alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia, bahasa dapat dikaji secara internal maupun secara eksternal. Kajian secara internal adalah pengkajian yang hanya dilakukan terhadap struktur intern bahasa tersebut, seperti strukutur fonologisnya, struktur morfologisnya, struktur sintaksisnya, dan


(14)

saja tanpa ada kaitannya dengan masalah lain di luar bahasa. Kajian internal ini dilakukan dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur yang ada dalam disiplin linguistik. Sedangkan kajian eksternal adalah kajian yang dilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor yang berada di luar bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya di dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan. Pengkajian secara eksternal ini akan menghasilkan rumusan-rumusan atau kaidah-kaidah yang berkenaan dengan kegunaan dan penggunaan bahasa tersebut dalam segala kegiatan manusia di dalam masyarakat, misalnya sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolinguistik, neurolinguistik.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam kajian internal bahasa, terdapat empat bidang kajian atau cabang linguistik yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi (on-inron) adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang lambang bunyi bahasa berdasarkan pada fungsinya. Morfologi (keitaron) adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya. Sintaksis (tougoron) adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang struktur dan unsur-unsur pembentuk kalimat. Dan cabang linguistik internal yang terakhir adalah semantik (imiron).

Semantik merupakan cabang linguistik yang membahas arti atau makna (Verhaar, 2008:13). Makna merupakan pertautan yang ada diantara unsur-unsur bahasa itu sendiri terutama dalam kata-kata (Djajasudarma, 1999:5). Palmer dalam Djajasudarma, (1999:5) menyebutkan bahwa makna hanya menyangkut intra bahasa dimana untuk mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah dengan memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Sutedi, (2003:114) menyebutkan beberapa jenis makna, diantaranya adalah : makna leksikal, makna gramatikal, makna denotatif, makna konotatif, makna dasar dan makna perluasan. Dari beberapa jenis makna tersebut, ada yang disebut dengan makna leksikal dan makna


(15)

gramatikal. Djajasudarma, (1999:13) menyebutkan pengertian dari makna gramatikal ialah makna yang menyangkut hubungan intra bahasa atau makna yang muncul akibat berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat. Sedangkan makna (baik bentuk dasar ataupun turunan) yang ada dalam kamus disebut dengan makna leksikal.

Bahasa tidak terlepas dari kalimat yang mengandung makna. Setiap bahasa memiliki struktur kalimatnya masing-masing. Semua unsur kalimat tersebut saling dan membentuk sebuah kalimat yang maknanya dapat dipahami oleh pendengar atau lawan bicara. Terlebih lagi bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Jepang dan lain-lain. Di Indonesia sendiri, bahasa Jepang banyak diminati.

Agar kita dapat berkomunikasi dengan orang Jepang dan memahami maksud mereka, maka kita harus mampu menguasai bahasa yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari baik lisan maupun tulisan. Struktur kalimat (sintaksis) bahasa Jepang menggunakan pola Subjek – Objek – Predikat (SOP). Sedangkan bahasa Indonesia menggunakan susunan pola Subjek – Predikat – Objek (SPO). Ini merupakan kendala dalam memahami makna dari kalimat bahasa Jepang. Selain sintaksis, kendala lainnya adalah makna kalimat (semantik).

Makna suatu kata biasanya akan berkembang, karena dipengaruhi oleh konteks atau situasi dalam kalimatnya. Makna yang sama namun nuansa yang berbeda dalam kalimat berkaitan dengan relasi makna. Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya (Chaer, 1994:297). Dua buah kata atau lebih yang mempunyai makna yang sama, bisa dikatakan sebagai kata yang bersinonim. Sinonim adalah salah satu relasi makna yang terdapat pada semantik dan sinonim merupakan hubungan semantik yang menyatakan kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran yang lainnya (Chaer, 1994:297). Untuk mendefinisikan sinonim, ada


(16)

ekstra linguistik yang sama, kata-kata yang mengandung makna yang sama, dan kata-kata yang dapat disubsitusi dalam konteks yang sama. Akan tetapi, dalam semantik dua buah ujaran yang bersinonim tidak akan sama persis. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, diantaranya nuansa makna. Baik kata kerja, kata sifat, kata keterangan dalam bahasa Jepang, tentunya berbeda.Walaupun ada kata-kata yang sama, belum tentu maknanya juga sama. Misalnya pada kata benda (meishi), yaitu shorai dan mirai. Ada kemiripan makna maka dikatakan sebagai sinonim. Akan tetapi, meskipun bersinonim, hanya pada konteks tertentu saja, karena tidak ada sinonim yang semuanya sama persis, dalam konteks atau situasi tertentu pasti akan ditemukan perbedaannya meskipun perbedaannya kecil.

Sinonim dalam bahasa Jepang bisa ditemukan tidak hanya pada verba saja, melainkan juga pada adjektiva dan nomina. Hal ini banyak sekali ditemukan di dalam bahasa Jepang sehingga menjadi salah satu penyebab sulitnya mempelajari bahasa Jepang. Oleh karena itu, penganalisaan terhadap perbedaan dan persamaan makna sinonim dalam bahasa Jepang perlu untuk diperhatikan dan dilakukan.

Sebagai contoh, pemakaian nomina shorai dan mirai adalah seperti di bawah ini.

1. この町は将来

Kono machi wa

どうなると思いますか。

shourai dou naru to omoimasuka? Akan menjadi bagaimanakah masa depan

2. 地球の

kota ini? (Yone, 2001 : 62)

未来 Chikyuu no

はどうなるでしょうか。 mirai wa dou naru deshouka? Akan menjadi bagaimanakah masa depan bumi.


(17)

(Yone, 2001 : 61)

3. 昔、東京に出てきたばかりのころ、自分の 将来

Mukashi, Toukyou ni dete kita bakari no koro, jibun no

が不安になるとよくアパート のへやで記者会見ごっこをやりました。

shourai ga fuan ni naru to yoku apaato no heya de kishakaiken gokko wo yarimashita.

Dahulu, sewaktu saya baru saja datang ke Tokyo, saya selalu gelisah dengan masa depan jadi saya bermain wawancara di kamar

4. また砂時計、現在というものが

. (Yone, 2001 : 82)

未来

Mata sunadokei, genzai to iu mono ga mirai to kako no aida ni aru koto wo tokuchoushiteiru.

Dan juga jam pasir, merupakan benda biasa yang memiliki keistimewaan selama masa lalu dan

と過去の間にあることを特徴している。

masa depan

.

Melihat keempat contoh kalimat tersebut, dapat diketahui bahwa meskipun nomina-nomina tersebut memiliki persamaan makna yaitu sama-sama mengandung makna “masa depan”, namun nuansa makna “masa depan” yang diberikan tiap-tiap nomina di dalam kalimat tersebut berbeda.

Setelah melihat uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sinonim kata benda shourai dan mirai yang memiliki pengertian yang sama, yaitu “masa depan”, yang selanjutnya akan penulis tuangkan dalam skripsi yang berjudul “Analisis


(18)

1.2Perumusan Masalah

Di dalam bahasa Jepang terdapat banyak sekali kata-kata yang memiliki persamaan makna (sinonim) atau dalam bahasa Jepang disebut 類義語 (rugigo). Baik itu kata kerja, kata

sifat, ataupun kata benda. Penelitian ini mencoba menjelaskan mengenai fungsi dan makna dari nomina Shorai dan Mirai, yang sama-sama memiliki arti “masa depan”, tetapi masing-masing kemungkinan memiliki persamaan dan perbedaan, dan belum tentu dapat saling menggantikan. Hal inilah yang menyebabkan munculnya kesulitan bagi pembelajar bahasa Jepang untuk menggunakan atau menterjemahkan kalimat ke dalam bahasa Jepang dengan tepat, khususnya bagi kalimat yang memiliki unsur yang bersinonim di dalamnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan seperti berikut:

1. Bagaimanakah fungsi dan makna kata shourai dan mirai dalam bahasa Jepang secara umum?

2. Bagaimanakah fungsi dan makna kata shourai dan mirai dalam kalimat bahasa Jepang?

1.3Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penulisan proposal skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup pembahasan mengenai penggunaan kata bersinonim yaitu shourai dan mirai. Pembahasannya lebih difokuskan kepada analisis fungsi dan makna dari kedua nomina yang bersinonim tersebut. Agar pembahasan masalah tidak meluas, objek pembahasan mengacu pada 3 buah kalimat dari buku Minna no nihonggo Chuukyuu I tahun 2001, 1 buah kalimat dari buku Nihonggo So-matome N2 tahun 2010, 3 buah kalimat dari majalah Nipponia No. 31 tahun 2004, 1 buah kalimat dari majalah Nipponia No. 33 tahun 2005, 1 buah kalimat dari majalah Nipponia No.


(19)

29 tahun 2004, 2 buah kalimat dari majalah Nipponia No. 2 tahun 1997, dan 1 buah kalimat dari majalah Nipponia No. 12 tahun 2000. Untuk masing-masing nomina shourai dan mirai akan dibatasi 6 buah contoh kalimat.

1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis fungsi dan makna dari nomina shourai dan mirai di dalam kalimat bahasa Jepang. Hal ini menyangkut bidang linguistik yaitu semantik. Untuk menghindari kesalahan dan kekaburan dalam mengintepretasikan makna dari kata-kata atau istilah yang digunakan dalam penelitian ini, penulis mencoba mendefenisikan beberapa istilah linguistik khususnya yang berkenaan dengan semantik.

Ilmu linguistik adalah ilmu yang mengkaji tentang bahasa. Ilmu linguistik tidak hanya mengkaji sebuah bahasa tetapi juga seluk-beluk bahasa pada umumnya. Salah satu bidang kajian linguistik adalah semantik atau kajian makna. Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani yaitu “sema” (kata benda) yang berarti tanda dan lambang. Kata kerjanya adalah “semaino” yang berarti menandakan atau melambangkan (Sutedi, 2003:114). Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi makna, makna frase, dan makna kalimat. Lalu objek kajian yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas adalah relasi makna.

Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti. Untuk menyusun kalimat yang dapat dimengerti, sebagian pemakai bahasa dituntut agar menaati kaidah gramatikal, sebagian lagi tunduk pada kaidah pilihan kata menurut sistem leksikal yang berlaku di dalam suatu bahasa (Djajasudarma, 1999:5). Berdasarkan jenis makna tersebut, ada yang disebut dengan makna


(20)

Leksikal dan makna Gramatikal. Sutedi (2003:114) berpendapat bahwa dalam bahasa Jepang ada dua istilah makna, yaitu kata imi (意味) dan igi (意義).

Kosakata (goi) merupakan salah satu aspek kebahasaan yang harus diperhatikan dan dikuasai guna menunjang kelancaran berkomunikasi dalam bahasa Jepang, baik itu dalam ragam tulisan maupun ragam lisan. Situmorang (2010:8) mengatakan bahwa pembagian jenis kelas kata bahasa Jepang dapat diklasifikasikan menjadi sepuluh kelas kata yaitu :

1. Verba (doushi)

2. Adjektiva-I (keiyoushi) 3. Adjektiva-Na (keiyoudoushi) 4. Nomina (meishi)

5. Pronomina (rentaishi) 6. Adverbial (fukushi) 7. Interjeksi (kandoushi) 8. Konjugasi (setsuzokushi) 9. Verba bantu (jodoushi) 10.Partikel (joshi)

Dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis makna nomina shourai dan mirai yang memiliki makna yang sama tetapi berbeda cara penggunaannya di dalam kalimat. Hal ini menyangkut tataran bidang linguistik yaitu semantik. Objek kajian semantik antara lain makna kata (go no imi), relasi makna antar satu kata dengan kata yang lainnya (go no imi kankei), makna frase (ku no imi), dan makna kalimat (bun no imi). Lalu objek kajian yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas ini adalah relasi makna khususnya adalah sinonim, karena dalam hal ini nomina shorai dan mirai merupakan kata-kata yang bersinonim.

Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya (Chaer, 1994:297). Dua buah ujaran atau


(21)

lebih yang bersinonim maknanya tidak akan persis sama. Ketidaksamaan ini terjadi karena berbagai faktor, antara lain yaitu faktor waktu, faktor tempat atau wilayah, faktor keformalan, faktor sosial, faktor bidang kegiatan, dan faktor nuansa makna. Dalam bahasa Jepang sinonim disebut dengan ruigigo.

2. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan secara linguistik bidang semantik dan konsep sinonim. Dalam sebuah penelitian diperlukan landasan atau acuan berpikir untuk menganalisis dan memecahkan sebuah masalah. Oleh karenanya perlu disusun pokok-pokok pikiran yang dimuat oleh kerangka teori yang mendeskripsikan titik tolak penelitian yang akan diamati. Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, semainein, yaitu bermakna. Oleh karena itu semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau ilmu tentang arti (Chaer, 2002:2)

Menurut Kridalaksana (2008:67), fungsi adalah: (1) beban makna suatu kesatuan bahasa; (2) hubungan antara satu satuan dengan unsur-unsur gramatikal, leksikal, atau kronologis dalam suatu deret satuan-satuan; (3) penggunaan bahasa untuk tujuan tertentu; (4) peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan unsur lain; (5) peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang lebih luas, misal, nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:322), fungsi diartikan sebagai [1] jabatan (pekerjaan) yang dilakukan; [2] faal (kerja suatu bagian tubuh); [3] dalam ilmu matematika, fungsi berarti besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah, besaran yang lain juga berubah; [4] kegunaan suatu hal; [5] dalam istilah linguistik “fungsi” berarti peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas.


(22)

Selain membahas fungsi, penulis juga membahas makna. Menurut Kridalaksana (2008:132), makna adalah: (1) maksud pembicaraan; (2) pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; (3) hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya; (4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna adalah : 1) Arti, 2) Maksud pembicara atau penulis, 3) Pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan (Depdiknas, 2009:864)

Dalam teori semantik digunakan jenis-jenis makna. Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai nilai rasa, baik positif maupun negatif (Chaer, 2002:65). Makna konotatif akan lebih berhubungan dengan nilai rasa, misalnya rasa senang, rasa jengkel, dan lain sebagainya. Kata semantik itu kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi linguistik yang mempelajari makna atau arti bahasa.

Dari beberapa makna yang termasuk dalam kajian semantik di atas, teori makna yang dipergunakan adalah teori kontekstual. Teori makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks dan makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yaitu waktu, tempat, dan lingkungan penggunaan bahasa itu (Chaer, 1994:290).

Penulis menggunakan teori kontekstual tersebut karena Chaer (1994:290) mengatakan bahwa teori makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks dan makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yaitu waktu, tempat, dan lingkungan penggunaan bahasa itu. Meskipun shourai dan mirai merupakan sinonim yang sama, situasi diantara shourai dan mirai tersebut berbeda dan kedua ujaran yang bersinonim maknanya tidak akan sama.


(23)

Istilah sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Makna secara harfiahnya adalah nama lain untuk benda yang sama. Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya (Chaer, 1994:297). Dua buah ujaran yang bersinonim maknanya tidak akan persis sama. Ketidaksamaan itu terjadi karena berbagai faktor, yaitu faktor waktu, faktor tempat atau wilayah, faktor keformalan, faktor sosial, faktor kegiatan, dan faktor nuansa makna.

Haruhiko (1978:950) menyatakan bahwa nomina shourai adalah :

将来は<<名>>1.(ある人 ∙ 国 ∙ 社会などの)これから先。未来。前途。 (副詞的にも使う)「お前は、なくなったお母さんに堤の家の―を深く託された <

森本 ∙ 女の一生> 」「自分はこれまで...日本語の過去を尋ね、かつその―を考

えてきた <柳田 ∙ 国語の将来>」 「―有望」。今後。2.<<他サ>>もってくるこ と。またある結果をもたらすこと。招来。「百済より―された仏像」「未来に起点 を置いて時間は未来から―されるものであるというように考え、歴史そのものの重 点を未来にあると思惟するのは行偽的または道徳的態度である」「原爆は人類に滅 亡くなるを―する」

Shourai wa [na] 1. (Aru hito · kuni · shakai nado no) korekara saki. Mirai. Zento. (Fukushiteki ni mo tsukau) “Omae wa, nakunatta okaasan ni tsutsumi no ie no shourai wo fukaku takusareta [Morimoto · Onna no Isshou ]” “Jibun wa koremade... Nihongo no kako wo tazune, katsu sono shourai wo kangaete kita [Yanagita · Kokugo no Shourai]”. Kongo. 2. [Hokasa] motte kuru koto. Mata aru kekka wo motarasu koto. Shourai. “Kudara yori shouraisareta Butsuzou” “mirai ni kiten wo oite jikan wa mirai kara shouraisareru mono de aru to iu youni kangae, rekishi sono mono no juuten wo mirai ni aru to shiisuru no wa


(24)

gyougiteki mata wa doutokuteki taido de aru” “Genbaku wa jinrui ni metsunaku naru wo shouraisuru”.

Shourai adalah kata benda yang memiliki arti 1. (masa depan untuk orang ∙ negara ∙ masyarakat dan sebagainya) yang dimulai dari saat ini. Sinonimnya adalah mirai. Masa yang akan datang. (dapat juga digunakan sebagai kata keterangan). Contoh 1 : “Kamu telah mendapat amanah untuk menjaga rumah ibu dimasa yang akan datang” [dalam buku Onna no Isshou karya Morimoto]. Contoh 2 : “Selama ini saya sampai menggali masa awalnya bahasa Jepang dan juga masa depan bahasa Jepang [dalam Kokugo no Shourai karya Yanagita]. Kata lainnya adalah kongo. 2. [Lainnya] Hal yang didatangkan. Shourai (dalam kanji lain) makna yang dihasilkan berbeda. Contoh : “Patung budha yang dibawa dari negara Kudara”, “Pemikiran mengenai waktu merupakan sesuatu yang didatangkan dari masa yang akan datang dengan meletakan waktu pusat dan titik pemberangkatannya pada masa depan, dan hal tersebut haruslah memiliki pemikiran yang positif dan bermoral”, “Dijatuhkannya bom atom membuat kehancuran keberadaan manusia”.

将来 : 1. 《将(まさ)に来(きた)らんとする時の意味》こ

れから先。未来。前途。副詞的にも用いる。「―

の日本」「―を期待する」「―のある若者」「―

医者になりたい」

2. 引き運ばれてくること。特に、外国など他の士地か

ら持っていること。「中国から―した書物」

3. ある状態や結果を招くこと。招来。「物価の値上が

りを―する」

Shourai : 1. [Shou (masa) ni ki (kita) ran to suru toki no imi]


(25)

“Shourai no Nihon”, “Shourai wo kitaisuru”, “Shourai no aru wakamono”, “Shourai isha ni naritai”

1. Hikihakobarete kuru koto. Tokuni, gaikoku nado ta no

shichi kara motteiru koto. “Chuugoku kara shouraishita shomotsu”

2. Aru joutai ya kekka wo maneku koto. Shorai. “Bukka no neagari wo shouraisuru”

Shourai : 1. <Memiliki arti waktu yang akan datang> dimulai dari saat ini. Masa depan. Kata lainnya disebut zento. Prospek. Juga digunakan dalam bentuk kata keterangan. Contoh : “masa depan Jepang”, “harapan masa depan”, “masa depan anak-anak muda”, “dimasa mendatang ingin menjadi dokter”.

2. Hal-hal yang menyangkut lapisan masyarakat. Terutama hal-hal yang menyangkut tentang daerah seperti suatu negara dan lain sebagainya. Contoh : “buku yang didatangkan dari Negara Cina”.

3. Mempengaruhi suatu keadaan dan memiliki hasil. Masa depan (dalam kanji lain招来). Contoh : “kenaikkan

harga barang-barang di masa depan”. Haruhiko (1978:1893) menyatakan bahwa nomina mirai adalah :


(26)

未来は1.現在につづいてこれから来る時。将来。「しかし―は長いようで も短いものだ <二葉亭 ∙ 平凡> 」2.あの世。来世。後世。後生。対 現在 ∙ 過 去。

Mirai wa 1. Genzai ni tsuzuite korekara kuru toki. Shourai. “Shikashi mirai wa nagaiyou de mo mijikai mono da [Futabatei · Hebon]” 2. Ano yo. Raise. Kousei. Goshou. Tai genzai · kako.

Mirai adalah 1. waktu yang dimulai dari sekarang hingga masa depan. Sinonimnya adalah shourai. “Bisa terasa lama namun bisa terasa singkat” Masa depan. [Heibon dalam Futabatei]. 2. Dunia. Akhirat. Masa depan. Akhirat. Lawan katanya adalah kini dan masa lampau.

未来 : 1. 現在のあとに来る時。これから来る時。将来。「―に向け

て羽ばたく」「―都市」

2. 仏語。三世の―。死後の世。来世。後世。未来世。

3. 主として西欧語の文法で、時制の―。過去∙ 現在に対して、

これから現するものとして述べる場合の語法。動詞の語形

変化で示される。

Mirai : 1. Genzai no atoni kuru toki. Korekara kuru toki. Shourai. “Mirai

ni mukete habataku” “Mirai toshi”

2. Butsugo. Sansei no mirai. Shigo no se. Raise. Kousei. Miraise. 3. Shu toshite seiougo no bunpou de, jisei no shourai. Kako · genzai ni taishite, korekara utsutsusuru mono toshite noberu baai no gohou. Doushi no gokei henka de shimesareru.


(27)

Mirai : 1. Setelah waktu ini sampai waktu yang akan datang. Saat ini dan seterusnya. Sinonimnya adalah shourai. Contoh : “Hadapi masa depan dan mengibarkannya”.

2. Hal-hal yang menyangkut agama Budha. Dunia setelah kematian. Akhirat. Masa depan (dalam kanji lain). Dunia dimasa depan. 3. Masa depan dari waktu, mirai lebih mengutamakan tata bahasa Eropa barat. Berlawanan dengan saat ini ∙ adalah waktu lampau, apabila menjabarkan susunan kata tetap merujuk pada masa saat ini. Menunjukkan perubahan bentuk kata kerja.

Konsep makna shourai dan mirai di atas dijadikan acuan untuk pembahasan mengenai fungsi dan makna shourai dan mirai dalam skripsi ini.

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka penulis akan menginterpretasikan makna nomina shourai dan mirai dengan konteks kalimatnya, serta melihat ketepatan pemilihan kedua kata bersinonim tersebut dalam kalimat.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui fungsi dan makna kata shourai dan mirai secara umum.

2. Untuk mengetahui fungsi dan makna kata shourai dan mirai dalam kalimat bahasa Jepang.

2. Manfaat Penelitian


(28)

1. Untuk dapat dijadikan masukan bagi pembelajar bahasa Jepang untuk memahami penggunaan nomina shourai dan mirai.

2. Untuk dapat dijadikan sebagai referensi bagi pembelajar bahasa Jepang untuk memahami fungsi dan makna nomina shourai dan mirai.

3. Untuk dijadikan acuan bagi penelitian bahasa Jepang mengenai kata bersinonim lainnya.

1.6Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan (library research). Metode kepustakaan adalah metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dengan menggunakan buku atau referensi yang berkaitan dengan masalah apa yang sedang dibahas. Sedangkan untuk teknik penyajian data di dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik deskriptif yaitu dengan memberikan penjabaran dan uraian yang menggunakan kata-kata (Mahsun, 2007:92).

Penulisan deskriptif mengumpulkan data-data yang diperoleh melalui metode kepustakaan (library research). Dalam hal ini, penulis mengumpulkan dan menganalisis buku-buku dan data-data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Jadi dengan metode kepustakaan dan metode penulisan deskriptif, penulis mencoba menyelesaikan skripsi ini.


(29)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP FUNGSI, MAKNA, NOMINA DAN STUDI SEMANTIK

2.1 Defenisi Fungsi 2.1.1 Pengertian Fungsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi linguistik merupakan peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas (seperti nomina berfungsi sebagai subjek).

Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:67), fungsi adalah: (1) Beban makna suatu kesatuan bahasa;

(2) Hubungan antara satu satuan dengan unsur-unsur gramatikal, leksikal, atau kronologis dalam suatu deret satu-satuan;

(3) Penggunaan bahasa untuk tujuan tertentu;

(4) Peran unsur dalam satu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan unsur lain; (5) Peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang lebih luas, misal, nomina yang

berfungsi sebagai subjek atau objek.

Dalam pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi merupakan suatu peranan dalam unsur sintaksis yang saling berhubungan dengan unsur lainnya seperti unsur gramatikal, leksikal, ataupun kronologis.

2.1.2 Jenis-Jenis Fungsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi menjadi empat jenis, yaitu:


(30)

1. Fungsi Ekspresif

Penggunaan bahasa untuk menampakkan hal ihwal yang bersangkutan dengan pribadi pembicara.

2. Fungsi Fatis

Penggunaan bahasa untuk mengadakan atau memelihara kontak antara pembicara dan pendengar.

3. Fungsi Kognitif

Penggunaan bahasa untuk penalaran akal. 4. Fungsi Komunikatif

Penggunaan bahasa untuk penyampaian informasi antara pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca).

Sedangkan menurut Pangaribuan (2008:63), fungsi terdiri dari tiga jenis, yaitu: 1. Fungsi Ideasional

Fungsi yang dipresentasikan oleh unsur pengalaman dan pemikiran logis yang diungkapkan melalui teks, seperti siapa berperan apa, melakukan tindakan sosial apa, kepada siapa, di lokasi mana, dan lain-lain.

2. Fungsi Interpersonal

Fungsi yang menjelaskan bagaimana hubungan antar partisipan yang direalisasikan lewat bahasa melalui peran ungkapan, pilihan persona, modalitas ungkapan, dan lain-lain.

3. Fungsi Tekstual

Fungsi yang dilihat dari bagaimana keterpaduan makna direalisasikan melalui struktur informasi, kohesi, dan unsur-unsur lain yang menyatakan bagaimana bahasa itu melayani kepentingan partisipan.


(31)

2.2 Defenisi Makna 2.2.1 Pengertian Makna

Makna merupakan salah satu kajian dalam semantik yang merupakan bagian terpenting dalam melakukan percakapan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

1. Arti;

2. Maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan;

Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:132), makna adalah: 1. Maksud pembicara;

2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;

3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antar bahasa atau antar ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya;

4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa makna adalah arti atau maksud dari suatu tindak tutur.

2.2.2 Jenis-Jenis Makna

Menurut Chaer (2009:59), jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria atau sudut pandang, yaitu:

a. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Contohnya kata tikus.


(32)

Makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Sedangkan makna gramatikalnya adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.

b. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem, dapat dibedakan menjadi makna refrensial dan makna non refrensial.

Makna refrensial adalah makna dari kata-kata yang mempunyai refren, yaitu sesuatu diluar bahasa yang diacu oleh kata itu. Contoh kata meja, dan kursi disebut makna refrensial karena kedua kata itu mempunyai refren yaitu sejenis perabot rumah tangga. Sedangkan kata-kata yang tidak mempunyai refren, maka kata-kata itu disebut kata-kata bermakna non refrensial. Contoh kata karena dan kata tetapi tidak mempunyai refren. Jadi dapat disimpulkan kata-kata yang termasuk kata penuh seperti meja dan kursi termasuk kata-kata yang bermakna refrensial, sedangkan yang termasuk kata tugas seperti preposisi, konjugasi, dan kata tugas lain adalah kata-kata yang bermakna non refrensial.

c. Berdasarkan ada tidaknya rasa pada sebuah kata atau leksem, dibedakan menjadi makna denotatif dan konotatif.

Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna refrensial, sebab makna denotative ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya karena sering disebut makna sebenarnya. Sedangkan makna konotatif adalah makna tambahan pada suatu kata yang sifatnya memberi nilai rasa baik positif maupun negatif.

d. Berdasarkan ketetapan maknanya, makna dapat menjadi makna kata dan makna istilah. Makna kata sering disebut sebagai makna yang bersifat umum, sedangkan makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Hal ini dilihat dari contoh dalam bidang kedokteran yakni kata tangan dan lengan, digunakan sebagai istilah untuk pengertian yang


(33)

berbeda. Makna tangan adalah ‘pergelangan sampai ke jari-jari’, sedangkan makna lengan adalah ‘pergelangan sampai ke pangkal bahu’. Sebaliknya dalam bahasa umum tangan dan lengan diaggap bersinonim.

e. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain, dibedakan menjadi makna asosiatif, idiomatik, kolokatif, dan sebagainya.

Makna asosiatif sesungguhnya sama dengan pelambang-pelambang yang digunakan oleh suatu masuarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Contohnya kata melati digunakan sebagai pelambang kesucian, kata merah digunakan sebagai pelambang keberanian. Berbeda dengan makna idiomatik, kata idiom berarti satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contohnya frase menjual rumah bermakna ‘si pembeli menerima rumah dan si penjual menerima uang’, tetapi frase menjual gigi bukan bermakna ‘si pembeli menerima gigi dan penjual menerima uang’, tetapi bermakna ‘tertawa keras-keras’. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna idiomatik adalah makna sebuah satu bahasa yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Sedangkan makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah frase. Contoh frase gadis itu cantik dan pria itu tampan. Kita tidak dapat menyatakan gadis itu tampan dan pria itu cantik, karena pada kedua kalimat itu maknanya tidak sama walaupun informasinya sama.

2.3 Defenisi Nomina 2.3.1 Pengertian Nomina


(34)

名 : mei, na = nama 詞 : shi, kotoba = kata

名詞 : meishi = kata nama (Situmorang 2010:34)

Sudjianto (1995:34) mengatakan bahwa nomina (noun) ialah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak; yang dalam bahasa Inggris ditandai dengan kemungkinanannya untuk bergabung dengan sufiks plural; misalnya rumah adalah nomina karena tidak rumah adalah tidak mungkin; book dalam bahasa Inggris adalah nomina karena books adalah mungkin.

Dalam Situmorang (2010:34) ciri-ciri meishi adalah: 1. Dapat berdiri sendiri;

2. Tidak mengenal konjugasi (perubahan); 3. Menjadi subjek atau objek dalam kalimat

Sudjianto (1996:35) menyimpulkan bahwa meishi ialah kata-kata yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Meishi (nomina) termasuk kelas kata yang berdiri sendiri (jiritsugo) dan tidak mengenal konjugasi atau deklinasi. Kata-kata yang termasuk kelompok nomina tidak mengalami perubahan misalnya kedalam bentuk lampau, bentuk negatif, dan sebagainya.

2. Meishi dapat menjadi subjek, objek, predikat, dan adverbia, sehingga secara langsung dapat diikuti joshi (partikel) atau jodōshi (verba bantu). Nomina yang diikuti joshi dan nomina yang diikuti jodōshi dapat membentuk sebuah bunsetsu.

3. Meishi atau nomina dalam bahasa Jepang disebut juga taigen.

4. Meishi ialah kelas kata yang menyatakan benda atau nama benda, tempat, orang, atau hal lain yang dibendakan baik benda konkret maupun benda abstrak.


(35)

2.3.2. Jenis-jenis Nomina

Situmorang (2010:34) membagi meishi ke dalam empat jenis, yaitu: 1. 普通名詞 (Futsuu Meishi) = Kata nama biasa

Contoh :

(hito) = orang (inu) = anjing

2. 固有名詞 (Koyuu Meishi) = Kata nama terbatas

Dibagi dua macam : - Nama daerah/tempat

Misalnya : Medan, Tokyo - Nama Orang

Misalnya : Suzuki, Ali, dsb. 3. 数詞 (Suushi)= Kata jumlah

Kata jumlah dalam bahasa Jepang ada berbagai macam, biasanya dipakai bacaan China, yaitu :

令、rei = 0 六、roku = enam

一、ichi = satu 七、shici (nana) = tujuh

二、ni = dua 八、hachi = delapan

三、san = tiga 九、kyuu/ku = sembilan

四、 shi = empat 十、juu = sepuluh

五、go = lima 十一、juuichi = sebelas, dst.

Tetapi ada juga bacaan asli bahasa Jepang, yaitu : Hito + tsu = satu buah


(36)

Futa + tsu = dua buah Mi + tsu = tiga buah Yo + tsu = empat buah Itsu + tsu = lima buah Mu + tsu = enam buah Nana + tsu = tujuh buah Ya + tsu = delapan buah Kokono + tsu = Sembilan buah Too = sepuluh buah

Joshushi (kata bantu bilangan) dalam bahasa Jepang ada dikenal bermacam-macam tergantung pada bendanya.

一匹 : Ippiki, nihiki = satu ekor, dua ekor

Keterangan bilangan hiki dipergunakan untuk ikan, dsb.

一頭 : Itto, nito = satu ekor, dua ekor

Keterangan bilangan to dipergunakan untuk bilangan binatang besar, seperti kuda, sapi.

一人 : Hitori, futari = satu orang, dua orang

Keterangan bilangan untuk manusia.

一つ : Hitotsu, futatsu = sebuah, dua buah

Bilangan ini dipergunakan untuk menghitung benda seperti tas, buah, dan lain- lain.

一軒 : Ikken, niken = sebuah bangunan, dua buah bangunan

Keterangan bilangan ini dipergunakan untuk menghitung jumlah rumah dan bangunan lain.


(37)

一台 : Ichidai, nidai = sebuah mesin (mobil), dua buah mesin

Keterangan bilangan ini biasanya dipergunakan untuk menghitung jumlah mobil.

一羽 : Ichiwa, niwa = seekor burung, dua ekor burung

Keterangan bilangan ini dipergunakan untuk menghitung jumlah binatang bersayap seperti burung, ayam, dsb.

一個 : Ikko, nikko = seekor, dua ekor

Keterangan bilangan ini biasanya dipergunakan untuk menghitung benda bulat seperti kepiting, dsb.

一枚 : Ichimai, nimai = selembar, dua lembar

Keterangan bilangan ini biasanya dipergunakan untuk menghitung jumlah lembar kertas, seng, dan lain-lain.

一冊 : Issatsu, nisatsu = satu helai, dua helai

Keterangan bilangan ini biasanya dipakai untuk menghitung jumlah lembar uang, pakaian, dsb.

一度 : Ichido, nido = satu kali, dua kali

Keterangan bilangan ini dipakai untuk menerangkan jumlah melakukan pekerjaan (kata kerja).

4. 代名詞 (Daimeishi)= Kata ganti nama

a. Kata ganti penunjuk pertama

Contoh :Watakushi, watashi, atashi, boku, ore, jibun, wagahai, tamae. b. Kata ganti penunjuk kedua


(38)

Contoh :Kare, kanojo, sonohito, anohito, dsb.

Menurut Sudjianto (1996:38-53), meishi dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis, yaitu :

1. Futsū Meishi

Kata yang menyatakan suatu benda atau perkara. Dalam jenis meishi ini terdapat kata-kata seperti berikut.

a. Gutaitekina mono (nomina konkret), misalnya : Uchi (rumah)

Gakkō (sekolah) Ki (pohon)

b. Chūshōtekina mono (nomina abstrak), misalnya : Shiawase (kebahagiaan)

Kimochi (perasaan)

Kioku (ingatan)

c. Ichi ya hōgaku o shimesu mono (nomina yang menyatakan letak/posisi/kedudukan dan arah/jurusan), misalnya :

Mae (depan)

Migi (kanan)

Higashi (timur)

d. Settogo ya setsubigo no tsuita mono (nomina yang disisipi prefiks dan/atau sufiks), misalnya :

Gohan (nasi)

Okane (uang)


(39)

e. Fukugō meishi atau fukugōgo (nomina majemuk), misalnya :

Asa+hi asahi (matahari pagi)

Kumi+tate kumitate (perakitan, pemasangan)

Hito+bito hitobito (orang-orang)

f. Hoka no hinshi kara tenjita mono (nomina yang berasal dari kelas kata lain), misalnya :

Verba hikaru hikari (sinar, cahaya)

Verba hanasu hanashi (cerita, pembicaraan) Adjektiva-na majimeda majimesa (rajin)

2. Koyū Meishi

Kata yang menyatakan nama suatu benda, nama orang, nama tempat, nama buku, dan sebagainya. Kata-kata lain yang termasuk jenis nomina ini misalnya :

Fujisan/Fujiyama (gunung Fuji)

Nagaragawa (sungai Nagara)

Tokyo (kota Tokyo)

Parii (Paris)

3. Sūshi

Nomina yang menyatakan jumlah, bilangan, urutan, atau kuantitas, dalam bahasa Indonesia berarti numeralia. Kata-kata yang termasuk sushiini antara lain :

a. Sūryō no meishi (nomina yang menyatakan jumlah atau kwantitas) 1) Honsūshi (numeralia pokok), diantaranya :

Ichi (satu)

Ni (dua)


(40)

Gohon (lima batang)

Yonmai (empat lembar)

b. Junjo no sūshi (numeralia tingkat), diantaranya :

Ichiban (nomor satu)

Daisan (ketiga)

Daigokaime (yang kelima kalinya) 4. Daimeishi

Nomina yang menunjukkan orang, benda, tempat, atau arah. Dalam bahasa Indonesia berarti pronomina. Daimeishi terdiri atas ninshō daimeishi (pronomina personal) yaitu kata yang digunakan untuk menunjukkan orang sekaligus menggantikan nama orang itu, dan shiji daimeishi (pronomina penunjuk) yaitu kata yang dipakai untuk menunjukkan benda secara umum, untuk menggantikan benda, tempat, atau arah yang ditunjukkan itu. 5. Keishiki Meishi

Nomina yang menerangkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang sebenarnya sebagai nomina. Misalnya, Koto, tame,wake,dan lain-lain.

2.4Pengertian Nomina Shourai dan Mirai Secara Etimologi

Etimologi adalah cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal usul kata serta perubahan dalam bentuk dan makna (Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 2008:383). Misalnya kata etimologi itu sendiri diambil dari bahasa Belanda etymologi yang berakar dari bahasa Yunani ;étymos (arti sebenarnya adalah sebuah kata) dan lògos (ilmu).

Berdasarkan kata yang telah diambil dari bahasa lain, kemungkinan dalam bentuk yang telah berubah (kata asal disebut dengan etimon). Melalui naskah tua dan perbandingan dengan bahasa lain, etimologis mencoba untuk merekontruksi asal usul dari suatu kata ketika


(41)

mereka memasuki suatu bahasa, dari sumber apa, dan bagaimana bentuk dan arti kata tersebut berubah.

Begitu juga dengan kanji bahasa Jepang. Menurut Sudjianto (1996:59) setiap kanji terbentuk dari beberapa garis dan coretan. Garis-garis atau coretan-coretan tersebut pada akhirnya membentuk sebuah huruf kanji secara utuh. Istilah tersebut dinamakan dengan bushu, yang dijadikan suatu dasar untuk pengklasifikasian huruf kanji. Berikut ini akan dijelaskan tentang etimologi dari kanji shourai dan mirai.

2.4.1 Nomina Shourai Secara Etimolgi

Nomina shourai terdiri dari dua buah kanji, yaitu shou () dan rai (来). Kazutoshi,

dkk (1993:654) menjabarkan etimologi dari kanji shou「将」sebagai berikut :

字源 (Jigen/sumber) :

形声。醬の省面と寸の合字。人を率いること。またその統率者をいう。上 に立ち、人を率いる位の者は、その身が人の手本とならねばならないので、 寸を書いてその意を示す。寸は法則の義。醬は音符。

Keisei. Shou no shoumen to sun no gouji. Hito wo hikiiru koto. Mata sono tousotsusha wo iu. Ue ni tachi, hito wo hikiiru kurai no mono wa, sono mi ga hito no tehon to naraneba naranai


(42)

Karakter yang sebagian menunjukkan artinya dan yang lain menunjukkan ucapannya. Pengikat antara sun dan bagian depan shou. Hal tentang memimpin orang-orang. Dan hal itu disebut dengan pemimpin. Orang yang pangkatnya untuk memimpin orang-orang, berdiri di atas, dan karena harus menjadi teladan bagi orang-orang. Maka ditulislah sun yang menunjukkan makna tersebut. Sun merupakan keadilan hukum. Shou adalah catatan.

字義 (Jigi/arti sebuah karakter) :

1) かしら(名)。指揮官。統率者/ひきいる(ひきねる)(動)。

Kashira (na). Shikikan. Tousotsusha/hikiiru (hikineru) (dou). Kepala (nomina). Komandan. Pemimpin / memimpin (verba).

2) まさに(副)。たぶん。おおかた/はた(副)(接)。また。あるいは。そうで

はなくて/且つ/養う/たすける(たすく)(動)/送る/大きい/うける(う く)(動)/奉る/なす。行う/たまう/もって(接)/持つ/助け持つ/進む /徒う/さかん/長い/かたわら/去る/すすめる/こいねがう。請う/厳正の さま/集まる/まさに...す。今にもしようとする。

Masani (fuku). Tabun. Ookata/hata (fuku) (setsu). Mata. Aruiha. Sono dewanakute/katsu/yashinau/tasukeru (tasuku) (dou)/okuru/ookii/ukeru (uku) (dou)/tatematsuru/nasu. Okonau/tamau/motte (setsu)/motsu/tasukemotsu/susumu/tou/

sakan/nagai/katawara/saru/susumeru/koinegau. Kou/genzai no sama/atsumaru/masani... su. Ima ni mo shiyou to suru.

Tepat (adverbia). Mungkin. Cukup banyak / mayoritas (adverbia) (konjungsi). Dan lagi. Atau. Bukan seperti itu / dan / memelihara / menolong (menolong bentuk intransitif) (verba) / mengirim / besar / menempuh (menempuh bentuk intransitif) / berbuat / melakukan. Menyelenggarakan / membawa (konjungsi) / membantu / maju / melakukan /


(43)

makmur / panjang / sebelah / meninggalkan / menasehati / memohon. Meminta / situasi yang keras / berkumpul / tepat~~~. Seakan-akan hendak dimulai.

Sedangkan etimologi dari kanji rai「来」Kazutoshi, dkk (1993:111) menjabarkannya


(44)

字源 (Jigen/sumber) :

象形。本義は「來棒」といい、周の時、天より受けた瑞麦の名。一つのも みの中に二つの麦粒を含むという。この字の上部は穗、中部は茎、下部は

根に象る。この麦は、天より降り授かるという。ゆえに転じて、きたる∙いたる等の

義とし、のち、むぎの義には麥(麦)を用いる。

Shoukei. Hongi wa “raibou” to ii, shu no toki, ten yori uketa zuimugi no na. Hitotsu no momi no naka ni futatsu no mugitsubu wo fukumu to iu. Kono ji no joubu wa minoru, chuubu wa kuki, kabu wa ne ni katadoru. Kono mugi wa , ten yori orisazukaru to iu. Yueni tenjite, kitaru · itaru nado no gitoshi, nochi, mugi no gi ni wa baku (mugi) wo mochiiru.

Gambaran huruf. Makna sebenarnya disebut “tetap”, seiring dengan waktu yang berputar, tumbulah padi dari langit. Di dalam kulit padi yang pertama, mengandung dua butir padi. Bagian atas huruf ini adalah butir padi, bagian tengah adalah tangkai daun, bagian bawah membentuk akar. Padi ini melimpah ke bawah dari langit. Kemudian berubah, kata datang / tiba dan sebagainya, nanti, digunakan tanduk terhadap padi tersebut.

字義 (Jigi/arti sebuah karakter) :

1) こ む ぎ ( 名 ) / き た る ( 動 ) 。 く る ( 動 ) 。 い た る 。 か え る 。 お よ ぶ / き た す

(動)。もたらす。まねく/さき。のち。前途/死後/より(助)。から。この かた/いざ(感)。これ。語調を強める助字。

Komugi (na)/kitaru (dou). Kuru (dou). Itaru. Kaeru. Oyobu/kitasu (dou). Motarasu. Maneku/saki. Nochi. Zento/shigo/yori (dou). Kara. Konokata/iza (kan). Gochou wo tsuyomeru sukeji.

Padi (nomina) / tiba (verba). Datang (verba). Tiba. Datang kembali. Sampai / menyebabkan (verba). Mendatangkan. Mengundang / lebih dulu. Nanti. Masa yang akan


(45)

datang / setelah kematian / dari (partikel). Dari. Sejak / mari (interjeksi). Ini. Kata bantu yang memperkuat aksen.

2) ねぎらう/つとめる。勑に同じ。

Negirau/tsutomeru. Imani onaji.

Mempedulikan / berjuang. Sama dengan sekarang. 3) きたる。いたる。

Kitaru. Itaru. Tiba. Tiba.

4) こむぎ。

Komugi. Padi.

Akiyasu (1972:312) menjabarkan etimologi dari kanji shou「将」sebagai berikut :

(niku) ∙ (nagai shindai)


(46)

shoushi to ii, sokokara “ichiban no chou toshite hikiiru” to iu imi ga dekita.

Asal dari hurufnya adalah , dengan mencocokan tarikan panjang dari

(daging), (tangan) dan dengan menyusun kembali (tempat tidur).

mengandung arti “jari terpanjang”. dari situlah terbentuk sebutan “sebagai yang paling senior, ialah yang memimpin ”

意味 (Imi/makna) :

1) 軍隊などをひきいる人。例:将軍。大将。名将。

Guntai nado wo hikiiru hito. Rei : shougun. Taishou. Meishou.

Orang-orang yang memimpin Tentara dan sebagainya. Contoh : jenderal. pelatih

2) これから何からをしようとする。まさに。例:将来。

Korekara nani kara wo shiyou to suru. Masani. Rei : shourai. Hal yang hendak dilakukan. Hampir. Contoh : masa depan.

Sedangkan etimologi dari kanji rai「 来 」Akiyasu (1972:546) menjabarkannya


(47)

Moto no ji wa minotta mugi no ho ga taresagatta yousu wo egaita ji. Moto wa chuuou ajia kara yatte kita komugi no imi de ari, mugi ga “shinshi ga yatte kuru” to iu imi

ga “kuru” to iu imi ni tsukawareru youni natta. datta ga, nochi ni ire chigaete,

Asal dari hurufnya adalah . Huruf dari butir padi yang berbuah penampilannya dilukiskan dengan melengkung ke bawah. Asalnya adalah adanya arti padi dari Asia pusat, yang bermakna “spesies baru” tetapi kemudian maknanya berubah, menjadi

“datang”.

意味 (Imi/makna) :

1) くる。近づく。例:来客。来年。遠来。飛来。

Kuru. Chikadzuku. Rei : raikyaku. Rainen. Enrai. Hirai.

Datang. Tiba. Contoh : tamu. Tahun depan. Yang datang dari jauh. Terbang jauh.

2) ...の時からこちら。このかた。例:来歴。以来。古来。

… no toki kara kochira. Kono kata. Rei : raireki. Irai. Korai.

Disini dan dimulai dari waktu~~~. Sejak. Contoh : sejarah. Sejak . Zaman kuno.

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Kazutoshi (1993) dan Akiyasu (1972), penulis dapat menyimpulkan bahwa karakter 将 dan 来 sudah berubah. Karakter 将

dan 来yang lama sudah tidak dipakai lagi. Karakter 将 memiliki makna pemimpin, hal-hal

yang hendak dilakukan. Sebagai kata keterangan, karakter将memiliki arti tepat, mungkin,

dan, dan lagi, atau, bukan seperti itu. Sebagai kata kerja memiliki arti memelihara, menolong, menempuh baik dalam bentuk transitif ataupun intransitif, mengirim, berbuat, melakukan, menyelenggarakan, membantu, maju, makmur, meninggalkan, menasehati, memohon,


(48)

sambung memiliki arti mayoritas, bawa. Karakter 来 berasal dari tanaman padi di Asia Pusat.

Kemudian muncul spesies baru sehingga artinya berubah menjadi datang. Pada kata kerja memiliki makna datang, tiba, kembali, mengundang, mempedulikan, berjuang. Pada kata bantu partikel memiliki arti dari, sejak. Pada emotif memiliki arti lebih dulu, nanti, masa yang akan datang, setelah kematian. Dan sebagai kata benda memiliki arti padi.

2.4.2 Nomina Mirai Secara Etimologi

Nomina mirai terdiri dari dua buah kanji, yaitu mi () dan rai (来). Kazutoshi, dkk

(1993:254) menjabarkan etimologi dari kanji mi「未」sebagai berikut :

字源 (Jigen/sumber) :

指 事 。木の 中 間に一 を 加えて 枝 葉の茂 る さまを 示 す。非 に 仮借し て 、 否 定 の 意を示 す 。「い ま だ.. . ず」と 両 様の意 を 兼ねる 。 十二支 の 第 八 位「ひつじ」とし、方位に配しては両南、時刻は午後二時およびその前後二時間、 月は陰暦六月に当てる。

Yubikoto. Ki no chuukan ni ichi wo edaha no shigeru sama wo shimesu. Hi ni kashakushite, hitei no i wo shimesu. “imada... zu” to ryouyo no i wo kaneru. Juunishi no daihachi’i


(49)

“hitsuji” toshi, houni haishite wa ryouminami, jikoku wa gogo ni ji oyobi sono zengo ni jikan, tsuki wa inreki roku gatsu ni ateru.

Instruksi. Menunjukan diantara pepohonan yang bertambah satu dan daun ranting yang tumbuh tebal. Juga menunjukkan rasa maaf dari suatu kesalahan, dan makna dari penolakkan. Berdasarkan zodiak Cina urutan kedelapan, pada arah artinya menunjukkan dua selatan, pada waktu menunjukkan pukul 2 siang sampai dua jam waktu sebelum dan sesudahnya, pada bulan digunakan pada kalender kabisat.

字義 (Jigi/arti sebuah karakter) :

いまだ(副)。いまだし。まだ/いまだ...ず。まだ...でない/いな/のち。 将来/ひつじ(名)。十二支の第八位(字源を参照)/くらい。

Ima da (fuku). Imadashi. Mada/imada... zu. Mada... denai/ina/nochi. Shourai/hitsuji (na). Juunishi no dai hachi i (jigen wo sanshou)/kurai.

Makna dari pola “sekarang~~~” memiliki dua arti. belum (adverbia). Baru-baru ini. Pola kalimat ま だ / い ま だ . . . ず 。 ま だ . . . で な い / い な / の ち 。Masa depan

(nomina). Zodiak Cina urutan kedelapan (referensi karakter yang dibentuk) / kira-kira.

Sedangkan etimologi dari kanji rai「来」Kazutoshi, dkk (1993:111) menjabarkannya


(50)

字源 (Jigen/sumber) :

象形。本義は「來棒」といい、周の時、天より受けた瑞麦の名。一つのも みの中に二つの麦粒を含むという。この字の上部は穗、中部は茎、下部は

根に象る。この麦は、天より降り授かるという。ゆえに転じて、きたる∙いたる等の

義とし、のち、むぎの義には麥(麦)を用いる。

Shoukei. Hongi wa “raibou” to ii, shu no toki, ten yori uketa zuimugi no na. Hitotsu no momi no naka ni futatsu no mugitsubu wo fukumu to iu. Kono ji no joubu wa minoru, chuubu wa kuki, kabu wa ne ni katadoru. Kono mugi wa , ten yori orisazukaru to iu. Yueni tenjite, kitaru · itaru nado no gitoshi, nochi, mugi no gi ni wa baku (mugi) wo mochiiru.

Gambaran huruf. Makna sebenarnya disebut “tetap”, seiring dengan waktu yang berputar, tumbulah padi dari langit. Di dalam kulit padi yang pertama, mengandung dua butir padi. Bagian atas huruf ini adalah butir padi, bagian tengah adalah tangkai daun, bagian bawah membentuk akar. Padi ini melimpah ke bawah dari langit. Kemudian berubah, kata datang / tiba dan sebagainya, nanti, digunakan tanduk terhadap padi tersebut.


(51)

字義 (Jigi/arti sebuah karakter) :

1) こ む ぎ ( 名 ) / き た る ( 動 ) 。 く る ( 動 ) 。 い た る 。 か え る 。 お よ ぶ / き た す

(動)。もたらす。まねく/さき。のち。前途/死後/より(助)。から。この かた/いざ(感)。これ。語調を強める助字。

Komugi (na)/kitaru (dou). Kuru (dou). Itaru. Kaeru. Oyobu/kitasu (dou). Motarasu. Maneku/saki. Nochi. Zento/shigo/yori (dou). Kara. Konokata/iza (kan). Gochou wo tsuyomeru sukeji.

Padi (nomina) / tiba (verba). Datang (verba). Tiba. Datang kembali. Sampai / menyebabkan (verba). Mendatangkan. Mengundang / lebih dulu. Nanti. Masa yang akan datang / setelah kematian / dari (partikel). Dari. Sejak / mari (interjeksi). Ini. Kata bantu yang memperkuat aksen.

2) ねぎらう/つとめる。勑に同じ。

Negirau/tsutomeru. Imani onaji.

Mempedulikan / berjuang. Sama dengan sekarang. 3) きたる。いたる。

Kitaru. Itaru. Tiba. Tiba.

4) こむぎ。

Komugi. Padi


(52)

Akiyasu (1972:312) menjabarkan etimologi dari kanji mi「未」sebagai berikut :

Mada nobikiranai eda saki wo egaita ji.

Huruf yang dilukiskan menggambarkan batang yang belum tumbuh.

意味 (Imi/makna) :

1) まだ。まだ...しない。まだ...でない。例:未決。未知。未成年。

Mada. Mada… shinai. Mada… denai. Rei : miketsu. Michi. Miseinen.

Belum. Belum melakukan~~~. Tidak~~~. Contoh : belum ditetapkan. Belum tahu. Belum dewasa.

3. (ひつじ)十二支の八番目。動物ではツジ。時刻では午後二時、または、それを

中心とした二時間。方角では南南西。

(Hitsuji) juunishi no hachibanme. Doubutsu de wa tsuji. Jikoku de wa gogo ni ji, matawa, sore wo chuusin to shita ni jikan. Hougaku de wa nannansei.

Zodiak Cina urutan kedelapan. Pada hewan adalah domba, pada waktu adalah pukul 2 siang, dan inti dari itu adalah rentang waktu selama 2 jam. Pada arah merujuk pada selatan barat daya.


(53)

Sedangkan etimologi dari kanji rai「 来 」Akiyasu (1972:546) menjabarkannya

sebagai berikut :

Moto no ji wa minotta mugi no ho ga taresagatta yousy wo egaita ji. Moto wa chuuou ajia kara yatte kita komugi no imi de ari, mugi ga “shinshi ga yatte kuru” to iu imi

ga “kuru” to iu imi ni tsukawareru youni natta. datta ga, nochi ni ire chigaete,

Asal dari hurufnya adalah , dengan mencocokan tarikan panjang dari (daging), (tangan) dan dengan menyusun kembali (tempat tidur). mengandung arti “jari terpanjang”. dari situlah terbentuk sebutan “sebagai yang paling senior, ialah yang memimpin ”

意味 (Imi/makna) :

1) くる。近づく。例:来客。来年。遠来。飛来。

Kuru. Chikadzuku. Rei : raikyaku. Rainen. Enrai. Hirai.


(54)

2) ...の時からこちら。このかた。例:来歴。以来。古来。 … no toki kara kochira. Kono kata. Rei : raireki. Irai. Korai.

Disini dan dimulai dari waktu~~~. Sejak. Contoh : sejarah. Sejak . Zaman kuno.

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Kazutoshi (1993) dan Akiyasu (1972) mengenai mirai, penulis dapat menyimpulkan bahwa karakter 未 dan 来 sudah

berubah. Karakter 未 dan 来yang lama sudah tidak dipakai lagi. Karakter 未 berasal dari

pohon yang belum tumbuh. Karakter 未dapat menunjukkan rasa penyesalan dan penolakkan.

Karakter 未 juga digunakan dalam ramalan kuno Cina urutan kedelapan yang maknanya

memiliki beberapa arti, yaitu pada arah artinya menunjukkan selatan barat daya, pada waktu menunjukkan pukul 2 siang sampai dua jam waktu sebelum dan sesudahnya, pada bulan digunakan pada kalender kabisat. Selain itu 未 banyak digunakan dalam beberapa pola

kalimat. Karakter 来 berasal dari tanaman padi di Asia Pusat. Kemudian muncul spesies baru

sehingga artinya berubah menjadi datang. Pada kata kerja memiliki makna datang, tiba, kembali, mengundang, mempedulikan, berjuang. Pada kata bantu partikel memiliki arti dari, sejak. Pada emotif memiliki arti lebih dulu, nanti, masa yang akan datang, setelah kematian. Dan sebagai kata benda memiliki arti padi.

2.5 Fungsi dan Makna Nomina Shourai dan Mirai Menurut Pakar Linguistik Bahasa Jepang

Shourai「将来」dan mirai「未来」adalah kata yang termasuk ke dalam kelas kata

nomina atau kata benda yang dalam gramatikal bahasa Jepang disebut meishi. Kata shourai dan mirai memiliki makna masa depan. Berikut ini akan dijelaskan tentang makna dan fungsi kata shourai dan mirai menurut beberapa pakar linguistik bahasa Jepang.


(55)

2.5.1 Nomina Shourai

Akiyasu (1972:313) menyatakan bahwa nomina shourai adalah :

1) これから先。未来。例:将来は科学者になりたい。

Korekara saki. Mirai. Rei : shourai wa kagakusha ni naritai.

Mulai dari sekarang. Masa depan. Contoh : Masa depan saya ingin menjadi peneliti.

2) まってくる。もたらす。例:よい結果を将来する。

Matte kuru. Motarasu. Rei : yoi kekka wo shouraisuru.

Hal yang didatangkan. Membawa, mendatangkan, mengakibatkan, menimbulkan, menyebabkan. Contoh : Hasil yang baik untuk masa depan.

Kemudian Izuru (1955:1202) menyatakan bahwa nomina shourai adalah :

1) もってくること。「弘法大師将来目録」

Motte kuru koto. “koubou daishi shourai mokuroku”

Hal yang dibawa datang. “katalog yang dibawa guru besar untuk masa depan”.

2) これから来ようとする時。未来。ゆくさき。前途。(多くは「未来」よりも現在

に近いところを指す)

Korekara koyou to suru toki. Mirai. Yukusaki. Zento. (ooku wa “mirai” yori mo genzai ni chikai tokoro wo sasu)

Waktu yang akan berjalan dari sekarang. Masa depan. Masa yang akan datang. (Pada umumnya dibandingkan dengan “mirai”, shourai menunjukkan waktu sekarang menuju waktu yang jaraknya dekat)

Di dalam buku Ruigo Reikai Jiten dikatakan bahwa 「将来」は、人や国∙ 団体など

について用いられることが多い。また、「君には将来がある」「将来を約束されて いる」のように、プラスの評価を伴って用いられる場合もある。「今後」「将来」


(56)

Koto ga ooi. Mata, “kimi ni wa shourai ga aru” “shourai wo yakusokusareteiru” no youni, purasu no hyouka wo tomonatte mochiirareru baai mo aru. “kongo” “shourai” wa, fukushiteki ni mo mochiirareru. Shourai adalah, banyak ditujukan mengenai orang-orang, Negara, perkumpulan dan lainnya. Dan, kata-kata seperti “kamu memiliki masa depan”, “menjanjikan masa depan”, juga banyak digunakan dengan disertai penilaian yang positif. “kongo”, “shourai”, juga bisa digunakan dalam bentuk kata keterangan.

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Akiyasu (1972), Izuru (1955:1202) dan dalam buku Ruigo Reikai Jiten mengenai shourai, penulis dapat menyimpulkan bahwa shourai bermakna masa depan, yaitu masa depan yang tenggang waktunya lebih singkat jika dibandingkan dengan mirai. Shourai juga bisa digunakan pada hal-hal yang didatangkan, seperti buku yang didatangkan dari Cina. Shourai merupakan masa depan yang menyangkut orang-orang, negara, dan masyarakat. Ketika kalimat yang kita ucapkan mengandung kalimat shourai maka hasil dari kalimat tersebut haruslah memiliki efek positif. Contoh : kamu memiliki masa depan. Selain merujuk pada kelas kata nomina, shourai juga dapat digunakan sebagai adverbia. Sinonimnya adalah mirai.

2.5.2 Nomina Mirai

Akiyasu (1972:541) menyatakan bahwa nomina mirai adalah :

1) これから先。将来。例:日本の未来。対:過去。

Korekara saki. Shourai. Rei : nihon no mirai. Tai : kako.

Mulai dari sekarang. Masa depan. Contoh : masa depan Jepang. Antonim : masa lalu

2) 仏教の言葉で人間が死んでから、行くという世。あの世。

Bukkyou no kotoba de ningen ga shinde kara, iku to iu se. Ano se.


(57)

menunjukkan dunia selanjutnya. Dunia itu.

Kemudian Izuru (1955:2316) menyatakan bahwa nomina mirai adalah :

1) 〔仏〕三世の一。後世。来世。未来世。平家漼頂「過去未来の因果をさとらせ給

ひなば」

(Butsu) sansei no ichi. Kousei. Raise. Miraise. Heike saiitadaki “kako mirai no inka wo satorase kyuuhinaba”

(Budha) masa depan setelah kematian. Dunia selanjutnya. Alam baka. Masa depan. Terdapat sebab akibat antara masa lalu dan masa depan.

2) 過 去 ∙ 現 在 と と も に 時 の 流 れ を 三 区 分 し た 一 つ で 、 ま だ 来 て い な い 部 分 。 「 将

来」より広く、一般的な称。平家三「このおとどは不思議の人にて未来の事をも

かねてさとり給ひけるにや」→将来。

Kako · genzai to tomoni toki no nagare wo sankubunshita hitotsu de, mada kite inai bubun. “Shourai” yori hiroku, ippantekina shou. Heikesan “kono otodo wa fushigi no hito nite mirai no koto wo mokanete satori kyuuhikeruniya” → shourai.

Terdapat 3 klasifikasi sehubungan dengan mengalirnya waktu, Dulu, sekarang, dan bagian yang belum datang. Dibandingkan dengan shourai, biasanya mirai lebih luas. Heikesan “orang yang terhormat ini adalah orang yang ajaib dan dapat mengetahui masa depan”.

Di dalam buku Ruigo Reikai Jiten dikatakan bahwa 「未来」は、現在や過去に対

立 す る 概 念 で 、 客 観 的 に 言 い 表 す 場 合 に 用 い ら れ る 。Mirai wa, genzai ya kako tairitsusuru gainen de, kyakukanteki ni iiarawasu baai ni mochiirareru. Mirai adalah, konsep perlawanan antara masa lalu dan masa depan, hal ini digunakan untuk menunjukkan hal secara objektif.


(58)

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Akiyasu (1972), Izuru (1955:1202) dan dalam buku Ruigo Reikai Jiten mengenai mirai, penulis dapat menyimpulkan bahwa mirai bermakna masa depan, yaitu masa depan yang tenggang waktunya lebih lama dari shourai. Mirai juga dapat mewakili tiga waktu, yaitu masa lalu, saat ini, dan masa depan. Konsep Mirai banyak ditemukan dalam agama Budha. Selain itu mirai dapat menunjukkan masa depan sampai ke kehidupan setelah kematian, yaitu alam baka atau akhirat. Antonimnya adalah kako (masa lalu). Sinonimnya adalah shourai.

2.6Studi Semantik dalam Kajian Semantik 2.6.1 Defenisi Semantik

Menurut Chaer (1994:2) kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai penanda kata sema itu adalah tanda linguistik, yaitu terdiri dari (1) komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan (2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini merupakan tanda atau lambang; sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk.

Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebahai ilmu tentang makna atau tentang arti.

Sutedi (2003:111) menjelaskan bahwa semantik atau imiron merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Semantik memegang peranan penting,


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Akiyasu,Toudou. 1972. Gakushuu Kanji Jiten. Tokyo: Shougakukan

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum (Cetakan Pertama). Jakarta: Rineka Cipta . 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III. Jakarta: Balai Pustaka

. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi Keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Djajasudarma, Fatimah. 1999. Semantik 2 (Pemahaman Ilmu Makna). Bandung: Refika Haruhiko, Kindaichi. 1978. Gakken Kokugo Daijiten. Tokyo: Gakushuu Kenkyuusha Co. Ltd Haruhiko, K dan Yasaburo, I. 1978. Kokugo Jiten. Tokyo: Gakken

Izuru, Shinmuru. 1955. Hirojisho. Tokyo: Gansha Shoten Kazutoshi, Ueda, dkk. 1993. Shindai Jiten. Tokyo: Koudansha

Kenji, Matsura. 2005. Kamus Jepang-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Nipponia No. 2 (Majalah). 1997. Tokyo: Nihon Hakken Nipponia No. 7 (Majalah). 2004. Tokyo: Nihon Hakken Nipponia No. 12 (Majalah). 2000. Tokyo: Nihon Hakken Nipponia No. 25 (Majalah). 2003. Tokyo: Nihon Hakken Nipponia No. 29 (Majalah). 2004. Tokyo: Nihon Hakken Nipponia No. 31 (Majalah). 2004. Tokyo: Nihon Hakken


(2)

Noriko, Matsumoto dan Sasaki Hitoko. 2010. Nihongo So-Matome N2 (Grammar) Tokyo: ASK Publishing

Pangaribuan, Tagor. 2008. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu

____________. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta

Situmorang, Hamzon. 2010.Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan: USU Press Sutedi, Dedi. 2003. Dasar – Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaiora Utama

Press

Shougakukan. 1994. Ruigo Reikai Jiten. Tokyo: Shougakukan

Sudjianto. 1996. Gramatika Bahasa Jepang Modern (Seri A). Jakarta: Kesaint Blank

Verhaar, J. W. M. 2008. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Yone, Tanaka, Dkk. 2001. Minna no Nihongo Chuukyuu I. Tokyo: Three A Network

2014

pada 13 November 2014


(3)

要旨

日本語の文章における 「将来」と「未来」との機能と意味の分析

言 語 は 意 味 を も っ て い る 発 音 や 文 章 か ら 離 れ て い な い 。 各 言 語 が

それぞれの文章構造

こうぞう

を、また文の成分

せいぶん

こ の 日 本 語 の 文 章 に お け る 「 将 来 」 と 「 未 来 」 の 意 味 と 類 語 の 分

析という題名の論文は機能と意味に関して

もそれぞれの機能をもっている。

あらゆる成分が互いに関係し合い、話し相手に意味が理解できる文章を

構成するようになる。

意 味 論 と い う の は 言 語 学 に お け る 意 味 を 研 究 し て い る 。 意 味 論 の

研究対象はすなわち、語の意味、語の意味関係、句の意味、文の意味で

ある。

討議

とうぎ

する。その二つの言葉は

日本語での類語をもっている一つの言葉の類である。辞書的にその二つ

の言葉が類語をもっており、すなわち、「

masa depan

」の意味である。

しかし、意味論で類義語がある二つの言葉には意味がそっくりではない。

この場合はいろいろな要素

ようそ

が発生するので、その一つの中で意味のニュ

アンスのことである。その上、その二つの言葉はテキスト的な意味すな


(4)

れない。それは置き換えられる場合もあり、置き換えられない場合もあ

る。

こ の 論 文 の 書 い た の は そ れ ぞ れ の 六 つ の 「 将 来 」 と 「 未 来 」 を 用

いている文章を分析していた。この研究のための全文章はいくつかの雑

誌や日本語の本などから手当たり次第

しだい

に取られ、第1版のみんなの日本

語の 中級から は三文あ り、日本 語総まと め

N2

から 一文、 第31版の2

004年のにっぽにあから三文が、第33版の2005年のにっぽにあ

から一文が、第29版の2004年のにっぽにあから一文、第2版の1

997年のにっぽにあから二文、第12版の2000年のにっぽにあか

らは一文ある。

論文を書く目的は、名詞の「将来」と「未来」の意味と機能を知

るためである。その他日本語の文書に名詞の「将来」と「未来」の相違

と知るためである。そのために、デスクリティフが必要であろ。デスク

リティフ方法というのはいくつかの日本言語学理論に基いて、「将来」

と「未来」の意味を解説のし方だということである。今後、意味論「文

のテキスト」から文の中に位置

い ち

を互いに換えるかどうかを分析されてみ


(5)

一 般 的 に 、 「 将 来 」 と 「 未 来 」 は 「

masa depan

」 の 意 味 を も っ て

いる。「将来」は「未来」にあまり変わることができない。「未来」は

「将来」に時々変わることができる。しかし、意味のニュアンスが違う

ようになった。置き換えられる場合があり、置き換えられない場合もあ

る。

「 将 来 」 は 「 未 来 」 よ り 時 間 が 短 い と い う 意 味 を も っ て い る 。

「将来」は来られることも用い、「中国から将来された書物」のような

ものである。「将来」は人や国や社会など用いる。「将来」という言葉

を言う時、プラスの評価を用いる。「将来」は希望という前途を示す。

名詞ではなく、福祉的にも使う。

「 未 来 」 は 長 い 時 間 で も 短 い 時 間 で も 感 じ て いる 。 「 将 来 」 よ り

時間が長い。

100

年間とか

200

年間とか後生でもできる。「未来」は三

区分した流れる時で、過去

現在

まだ来ていない時。「未来」のはは

仏像よく見付けられている。その上、「未来」は死ぬ後の人生を示すこ

とができ、後生である。「未来」は西欧語の語で用いる。対は過去で、

類儀は将来である。


(6)

あまり使わなく、長い時間のニュアンスで、「未来」は精神と宗教との