Fukugoumeishi merupakan kata yang berasal dari gabungan beberapa kata yang membentuk satu kata yang baru, dimana kata tersebut memiliki makna yang
baru pula. Makna kata tersebut dapat dilihat dari salah satu atau seluruh komponen komponennya endosentris, bahkan sama sekali bukan dari konponen-
komponen pembentuknya eksosentris. Makna merupakan kajian ilmu semantik. Semantik imiron merupakan salah
satu cabang linguistik gengogaku yang mengkaji tentang makna, Sutedi 2003:103. Menurut Chaer 1994:2 semantik adalah istilah yang digunakan
untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antar tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya, atau dengan kata lain, bidang studi dalam
linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Penelitian terhadap fukugoumeishi ini dilakukan dari segi semantik untuk
mengetahui makna fukugoumeishi yang terbentuk.
1.2. Perumusan Masalah
Nomina majemuk atau dalam bahasa Jepang disebut dengan fukogoumeishi merupakan penggabungan dari dua buah kata atau lebih yang akan membentuk
makna nomina yang baru. Pada kenyataannya kata majemuk itu sering menimbulkan keragu-raguan apakah hasil pemajemukkan mempunyai makna
yang sama dengan salah satu atau semua unsur pembentukannya endosentris, atau tidak ada kesamaan sama sekali eksosentris. Dalam proses belajar mengajar
bahasa Jepang hubungan makna yang terdapat antara unsur – unsur pembentukan fukugoumeishi itu sendiri tidak dijelaskan, hanya diberikan arti tiap fukugoumeishi
Universitas Sumatera Utara
Hal ini bisa mengakibatkan terjadinya kesalahan pemakaian dalam peristiwa tutur baik itu secara lisan maupun tulisan.
Adapun permasalahan yang akan dibahas pada fukugoumeishi bahasa Jepang adalah :
1. Bagaimana struktur makna fukugoumeishi yang terbentuk.
2. Bagaimana hubungan makna fukugoumeishi dengan komponen – komponen
pembentuknya.
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai makna yang terbentuk dari penggabungan kata bahasa Jepang dianalisis dari segi semantik dan hubungan
makna fukugoumeishi yang telah terbentuk dengan komponen pembentuknya.
1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.
Tinjauan Pustaka
Cabang dari ilmu linguistik yang mengkaji tentang arti atau makna disebut dengan semantik. Menurut Djajasudarma 1999:14 semantik berasal dari bahasa
Yunani semainein ‘yang bermakna’; ‘bermakna’; ‘berarti’, seperti telah diungkapkan terdahulu. Semantik adalah ilmu makna, membicarakan makna
bagaimana mula adanya makna sesuatu sejarah kata, dalam arti bagaimana kata itu muncul, bagaimana perkembangannya, dan mengapa terjadi perubahan makna
dalam sejarah bahasa. Linguistik terbagi atas beberapa bagian, dan bagian dari linguistik yang
mengkaji tentang makna disebut dengan semantik. Dalam semantik, makna dikaji
Universitas Sumatera Utara
secara luas yaitu dari mana makna sebuah kata itu muncul, apakah makna kata itu dapat diperluas atau dipersempit, apakah sebuah kata memiliki kata yang
bermakna ambigu atau ganda. Chaer 1994:2 mengemukakan bahwa semantik adalah istilah yang
digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antar tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya atau dengan kata lain, bidang studi
dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Makna selalu berhubungan dengan sebuah kata. Apakah makna itu berasal
dari kata yang tunggal ataupun berasal dari kata yang terbentuk dari hubungan antar kata dengan kata atau gabungan kata.
Semantik yang dalam bahasa Jepang disebut dengan imiron. Objek kajian semantik antara lain adalah makna kata go no imi, relasi makna go ni imi
kankei antara satu kata degan kata yang lainnya, makna frase dalam suatu idiom ku no imi, dan makna kalimat bun no imi Sutedi, 2003:103.
Dalam semantik bukan hanya mengkaji mengenai makna kata tetapi juga mengkaji mengenai makna kalimat, makna frase dan makna idiom.
Semantik juga mengkaji tentang relasi makna yang dimaksud dengan relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antar satuan bahasa yang satu
dengan satuan bahasa yang lain Chaer, 1994:297. Satuan bahasa disini bisa berupa kata, frase, maupun kalimat; dan relasi semantik itu dapat menyatakan
kesamaan makna, pertentangan makna, ketercakupan makna, kegandaan makna, atau juga kelebihan makna.
Universitas Sumatera Utara
Semua masalah mengenai makna dibahas dalam kajian semantik. Dalam bahasa dikenal adanya kata, frase dan kalimat. Dalam kata, frase dan kalimat pasti
memiliki keterkaitan dengan makna. Menurut Verhaar 2001:23 makna atau arti hadir dalam tata bahasa
morfologi dan sintaksis maupun leksikon. Jadi semantik dapat dibagi atas semantik gramatikal dan semantik leksikal.
Semantik leksikal menyangkut makna leksikal, semantik gramatikal menyangkut makna gramatikal Verhaar, 2001:388.
Makna leksikal berhubungan dengan makna kata sebenarnya yang dapat dilihat di kamus, sedangkan makna gramatikal merupakan makna yang terjadi
akibat proses gramatikal. Menurut Sutedi 2003:106 makna leksikal adalah makna kata yang
sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli
suatu kata. Misalnya kata hon yang memiliki makna leksikal buku, dan kata sakana yang memiliki makna leksikal ikan.
Makna leksikal dapat dilihat dari tiap unsur katanya, sedangkan makna gramatikal tidak dapat dilihat dari masing-masing unsur pembentuknya,
melainkan dari gabungan seluruh unsurnya. Makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat proses gramatikalnya.
Makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi Chaer, 1994:290. Dengan demikian,
proses gramatikal bahasa dapat merubah makna kata yang di bentuknya.
Universitas Sumatera Utara
Makna kata majemuk merupakan makna gramatikal, karena makna itu hadir setelah terjadinya proses gramatikal yaitu komposisi pemajemukan. Makna kata
majemuk berkaitan dengan hubungan makna antara unsur yang membentuk perpaduan itu, yakni ada atau tidak adanya makna yang muncul dari hubungan
makna antar unsur pertama dan unsur kedua dari perpaduan tersebut Didi Yulistio. Dkk. 2002:4.
Makna kata majemuk dapat dilihat dari unsur-unsur pembentuknya, apakah makna itu muncul dari unsur pertama pembentuknya, unsur keduanya, atau dari
kedua-duanya, bahkan tidak sama sekali. Kata majemuk mengandung satu makna yang tidak dapat diramalkan
berdasarkan arti dari tiap komponen pembentuknya.
2. Kerangka Teori
Penelitian ini merupakan suatu analisis struktur bahasa yang menggunakan teori linguistik deskriptif atau linguistik struktural. Maksudnya bahwa semua
analisis dan penemuan selalu berdasarkan kepada data yang terkumpul. Untuk menganalis makna nomina majemuk dalam bahasa Jepang, pokok
pikiran utama yang digunakan adalah ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam beberapa tulisan para ahli yang berbicara tentang kata majemuk.
Kata majemuk atau kompositum adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan arti. Pada umumnya kata majemuk mempunyai struktur
yang sama dengan kata biasa, yaitu tidak dapat dipecah lagi atas bagian – bagian yang lebih kecil, tidak dapat disisipi oleh kata lain, dan tidak dapat ditukar
bentuknya. Jika dipaksa menyisipi kata lain diantara unsur pembentukannya, hancurlah hakekat kata majemuk tersebut Keraf, 1984:124.
Universitas Sumatera Utara
Lain halnya dengan apa yang dikatakan oleh Natawijaya 1979:29, kata majemuk mengandung satu makna baru, unsur-unsurnya merupakan satu kesatuan
sehingga setiap unsur kehilangan arti leksikalnya : jika unsur-unsurnya dipisahkan maka bentuk majemuknya hilang dan tiap unsurnya mempunyai arti leksikal
kembali. Teori yang digunakan untuk mendeskripsikan makna pemajemukan atau
hubungan semantik antara komponen kata majemuk, seperti yang telah dikemukakan oleh Natawijaya diatas yang kemudian didukung oleh teori
Sulaiman 1978:83, yang mengatakan bahwa ciri semantik ini sering dikenakan karena berkaitan dengan arti suatu gabungan unsur. Arti leksikal tiap unsurnya
sudah larut atau sama-sama mengintegrasikan diri, bahkan kadang-kadang lebur menjadi suatu arti leksikal yang baru timbul akibat penggabungan itu.
Menurut Didi Yulistio dkk 2002:6-7, kata majemuk perpaduan leksem output dari proses perpaduan dua leksem kata atau lebih yang menimbulkan
makna atau pengertian baru. Makna baru dalam kata majemuk secara tegas tidak lagi diambil dari makna dua leksem atau kata pembentuknya, tetapi muncul dari
proses perpaduan kedua leksem itu. Menurut Masako dalam Wahyudi 2005:8 yang memberikan penjelasan
tentang kata majemuk bahasa Jepang : 国語学大辞典第一版の複合語解説によれば、単語がその構成より見て
、二つ以上の語彙的意味持つ部分形態素に分析し得ると認めるとき、これ を合成語と言う、この説明において単独の用法を持ち得る語とは、名詞、
動詞、形容詞、形容動詞、副詞である。
Universitas Sumatera Utara
‘Penjelasan tentang kata majemuk yang tertulis dalam kamus besar bahasa edisi pertama menyatakan kta majemuk merupakan satu analisa tentang
penggabungan dua atau lebih bagian morfem yang masing-masing mempunyai makna. Dari pernyataan ini maka dapat diambil kesimpulan
bahwa cakupan dari pembentukan kata majemuk bahasa Jepang meliputi kata nomina, verba, adjektiva i, adjektiva na dan keterangan’.
Yus Rusyana dkk. 1985:7 menyatakan bahwa pemajemukan menghasilkan suatu arti semantik yang baru yang tidak dapat diramalkan dari arti kata
komponennya. Arti baru itu ditinjau dari hubungannya dengan arti komponen- komponennya mungkin menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
1. Makna baru itu tidak dapat diketahui hubungannya dengan kedua
komponennya 2.
Makna baru itu dapat diketahui hubungan dengan satu komponennya 3.
Makna baru itu dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya Selain dari hubungan komponen – komponennya, makna kata majemuk dapat
dilihat dari kontruksinya. Yang dimaksud dengan kontruksi adalah “hubungan antar unsur – unsur suatu kata majemuk“ atau proses dan hasil pengelompokkan
satuan – satuan bahasa menjadi kesatuan bermakna, yaitu kata majemuk Kridalaksana, 1993:11. Berdasarkan kontruksinya dikelompokkan ke dalam 1
kontruksi endosentris, dan 2 kontruksi eksosentris. Kata majemuk dimana makna yang dihasilkan berasal dari makna
konstituennya atau unsur pembentuknya dikatakan sebagai kata majemuk kontruksi endosentris Kridalaksana, 1993:51. Sedangkan kata majemuk
eksosentris adalah kata majemuk yang maknanya tidak sama dengan makna konstituen atau unsur pembentuknya Kridalaksana, 1993:50.
Universitas Sumatera Utara
Kata majemuk merupakan perpaduan dua leksem atau lebih yang membentuk makna baru. Perpaduan leksem itu mengandung makna tertentu yang ada
hubungannya dengan komponennya ataupun tidak ada hubungannya dengan komponen pembentuknya. Oleh karena itu kata majemuk dapat menjelaskan
berbagi hubungan makna antar komponennya Didi Yulistio, dkk, 2002:9.
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian