Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
suatu sistem pengungkapan yang tak pernah mampu secara utuh menggambarkan konsep yang diekspresikannya. Sehingga suatu kata atau kalimat bisa memperoleh
pemaknaan yang lebih beragam. Sejak merebaknya tren band-band melayu di Indonesia, tema dalam setiap
lagu menjadi terkesan selalu monoton. Banyak musisi yang selalu mengobral tema cinta yang basi dalam setiap lirik lagunya. Musik kemudian hanya menjadi
alat pengeruk keuntungan dan popularitas semata. Demi kepentingan pasar, para musisi rela menyampingkan ideologi bermusik mereka. Mereka menjadi tidak
sungguh-sungguh dalam menciptakan karyanya, asalkan bisa terkenal dengan cepat dan bisa mendapatkan banyak uang.
Namun tidak semua musisi terperangkap dalam kekangan major label tersebut. Ada pula musisi-musisi independen indie yang tidak ingin dianggap
sebagai barang jualan semata, sehingga mereka tidak memakai major label dalam memproduksi dan mempromosikan musiknya. Mereka merasa bahwa sebuah
karya musik adalah karya kreatif yang bisa mengeluarkan ide-idenya tanpa terikat dengan kemauan pasar. Jadi dengan kata lain, musisi indie adalah musisi yang
mandiri, bebas dan mencoba memegang teguh nilai-nilai otentik dalam karya- karyanya.
Keunggulan musik indie dibandingkan dengan musik mainstream yang sering kita lihat di televisi bagi penulis adalah tema lagu yang selalu beragam.
Contohnya mereka kerap menyisipkan kritik sosial mengenai korupsi, ketidakadilan, globalisasi dan lain sebagainya ke dalam lagu-lagunya. Dengan
kemampuan kreatifnya, mereka menjadikan musik sebagai alat kontrol sosial dalam masyarakat. Mereka juga menjadikan musik sebagai media untuk
5
menyajikan realitas sosial yang terjadi sehari-hari di masyarakat. Sehingga dengan demikian, para musisi tersebut mengfungsikan musik sebagai sarana untuk
berkomunikasi.
Efek Rumah Kaca adalah salah satu dari para musisi independen tersebut.
Grup band yang berasal dari Jakarta ini terdiri dari: Cholil Mahmud vokal, gitar, Adrian Yunan Faisal vokal, bass, dan Akbar Bagus Sudibyo drum, vokal.
Band yang mengambil namanya dari isu global yang sangat menakutkan ini dikenal kerap mengangkat tema sosial, politik dan lingkungan ke dalam lagu-
lagunya. Mereka sering menyisipkan „protes‟ dalam lagu-lagu dengan tidak secara eksplisit dan membuat kita harus melakukan aktivitas baca-tafsir untuk bisa
memahaminya. Trio ini juga pernah mengisi suatu rubrik bertema politik di koran Kompas
setiap hari sabtu dan sering diundang menjadi pembicara dalam diskusi-diskusi bertema sosial dan politik. Mereka juga kerap aktif dalam kampanye-kampanye
tentang pelanggaran hak asasi manusia. Dengan melihat latar belakang keseharian mereka tersebut, menarik untuk melihat bagaimana karakter yang terbentuk dalam
karya-karya mereka tersebut. Sampai saat ini Efek Rumah Kaca, sudah menghasilkan dua album, yaitu:
Efek Rumah Kaca 2007 dan Kamar Gelap 2008. Album pertama yang dinamai sama dengan nama bandnya, sukses meraih berbagai penghargaan, diantaranya:
Edito r’s Choise Award 2008 versi majalah Rolling Stone Indonesia, MTV
Indonesia Award 2008 untuk kategori “Best Cutting Edge”, serta Nominator AMI Award 2008 untuk kategori “Best Alternative”. Debut album ini banyak bercerita
6
seputar budaya konsumerisme, pemanasan global, sampai kritik terhadap industri musik pada saat itu.
Adalah Kamar Gelap, album kedua dari band ini yang menurut para kritikus musik lebih menunjukan kematangan Efek Rumah Kaca dalam berkarya. Album
yang pernah meraih penghargaan sebagai album terbaik versi Indonesia Cutting Edge Music Award ICEMA di tahun 2010 ini disebut-sebut lebih variatif
ketimbang album yang pertama. Beberapa resensi di portal musik menyimpulkan bahwa kritik sosial dan politik terasa lebih kuat pada lagu-lagu di album ini.
Dalam resensi di situs http:jakartabeat.net pada tahun 2009, dikatakan bahwa album ini mencoba memotret realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Yulia
Dian jurnalis DetikHot pada 2008, juga menulis bahwa album ini bukan sekadar kumpulan lagu, namun juga merupakan gambaran hidup.
7
Terdapat 12 lagu dalam album yang dirilis oleh Aksara Records ini, diantaranya adalah: Tubuhmu Membiru... Tragis, Kau Dan Aku Menuju Ruang
Hampa, Mosi Tidak Percaya, Lagu Kesepian, Hujan Jangan Marah, Kenakalan Remaja Di Era Informatika, Menjadi Indonesia, Kamar Gelap, Jangan Bakar
Buku, Banyak Asap Di Sana, Laki-laki Pemalu, dan Balerina. Berdasarkan data- data tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap lagu-
lagu Efek Rumah Kaca di album Kamar Gelap yang secara khusus memiliki signifikansi dengan tema sosial. Penulis tertarik untuk mengetahui penanda apa
yang digunakan oleh Efek Rumah Kaca melalui lirik dalam album Kamar Gelap. Maka dari itu, penulis akan menggunakan metode analisis semiotika
komunikasi sebagai cara untuk memahami makna tersebut. Lirik dalam album
7
http:hot.detik.commusicread2008121916565410566302171efek-rumah-kaca-terang- terangan-di-kamar-gelap
. Diakses pada 27 Februari 2014.
7
Kamar Gelap ini akan penulis analisis dalam skripsi yang berjudul: “Kritik dan
Potret Realitas Sosial dalam Musik Analisis Semiotika pada Album Kamar Gelap Karya Efek Rumah Kaca.
”