Makna Konotasi dan Mitos

77 Mitos : kekuasaan biasanya menyangkut apa yang ada dalam pemerintahan, mulai dari legislatif sampai eksekutif Dalam tulisan Yulia Dian di detikhot 2012, dijelaskan bahwa “Lagu Kesepian ” adalah satu-satunya lagu cinta yang terdapat dalam album Kamar Gelap. Cholil sang vokalis juga memaparkan bahwa lagu tersebut adalah lagu cinta yang tidak ada kata cinta di dalamnya. 79 Karena lagu ini sifatnya personal cinta dan penulis sendiri tidak menemukan kaitannya dengan kritik dan potret realitas sosial, maka lagu ini tidak akan dibahas lebih dalam makna konotasinya. Secara konotatif, lirik dalam lagu “Hujan Jangan Marah” bercerita tentang alam yang rusak dan juga musim kemarau yang parah. Ditandai dengan pohon- pohon yang mengering ...menangisi hijau pucatnya cemara dan juga tanah-tanah yang terbelah ...terbelah di tanah yang merah . Kata “musim kering” pada bait kedua juga semakin memperkuat kandungan lagu ini. Dari kalimat “Hujan Jangan Marah” pada bait terakhir–yang juga menjadi judul lagu ini, penulis menangkap adanya ketakutan dari si penulis lagu yang khawatir jika turunnya hujan juga sama-sama akan menyebabkan bencana banjir misalnya bagi manusia, yang sebenarnya disebabkan oleh si manusia itu sendiri. Mitos: tanah terbelah berarti menandakan musim kemarau yang parah. Di Indonesia, ibukota Jakarta sering diidentikan dengan masalah banjir. Dalam portal berita viva.co.id Januari 2014 disebutkan bahwa salah satu penyebab banjir yang terjadi di DKI Jakarta adalah karena rusaknya tata kota 3 http:hot.detik.commusicread200812191656541056630217efek-rumah-kaca-terang- terangan-di-kamar-gelap . Diakses pada 12 Agustus 2014. 78 sejak lama. Ada banyak perubahan fungsi ruang di mana lahan seharusnya menjadi tempat resapan justru dibangun untuk kawasan komersil. 80 Lagu selanjutnya yakni “Kenakalan Remaja di Era Informatika”. Seperti yang dijelaskan di atas, lirik dalam lagu ini tidak memakai metafora-metafora yang sulit dipahami seperti pada lagu-lagu yang lain. Pada bait pertama, kata “mengabadikan” merupakan konotasi dari memotret atau merekam melalui kamera. Kemudian diperjelas lagi di bait keempat dalam kalimat “Rekam dan memamerkan badan yang lainnya ”. Bait terakhir lagu ini berisi ajakan untuk merenungkan mengapa banyak orang khususnya remaja yang tersesat dan meninggalkan norma-norma yang berlaku. Juga mengapa para remaja tersebut tidak mencoba untuk bersikap lebih dewasa dan meninggalkan hal-hal yang tidak sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku. Mitos: mengabadikan adalah merekam dan memotret. Tema nasionalisme atau kebangsaan juga coba diusung oleh Efek Rumah Kaca dalam lagu “Menjadi Indonesia”. Pada bait pertama, ERK menggunakan metafora “benalu” untuk menggambarkan segelintir orang yang kelakuannya hanya memperburuk citra bangsa Indonesia Ada yang mekar, serupa benalu. Pada bait kedua, terdapat ajakan yang secara konotatif mengajak masyarakat Indonesia agar membersihkan diri dan bangkit dari keterpurukan, serta berupaya untuk membuat keadaan bangsanya menjadi lebih baik lagi. Di bait terakhir, Efek 4 http:metro.news.viva.co.idnewsread475771-ini-empat-faktor-penyebab-banjir-jakarta . Diakses pada 12 Agustus 2014. 79 Rumah Kaca juga menyindir perilaku banyak orang Indonesia yang mudah sekali marah dan tidak toleran terhadap perbedaan. “Ada yang runtuh, tamah ramahmu. Beda teraniaya. Ada yang tumbuh, iri dengkimu .” Mitos: kata “tidur” dalam lagu bisa bermakna: malas, diam atau tak melakukan apa-apa Seperti yang disinggung dalam bab pertama, album Kamar Gelap mencoba memotret realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Tema “memotret” ini kemudian dipertegas dalam lagu ke- 8 yakni berjudul “Kamar Gelap”. Dalam dunia fotografi, kamar gelap adalah istilah untuk ruangan kedap cahaya untuk mencuci film atau foto. Dalam lagu ini, diksi-diksi yang dipilih oleh Efek Rumah Kaca berkaitan erat juga dengan dunia fotografi, seperti cahaya, lampu, negatif, positif dan sebagainya. Kalimat-kalimat dalam lagu ini secara denotatif memang menjelaskan proses mencuci film di dalam kamar gelap. Mitos: memotret di sini maksudnya adalah mengkonstruksi realitas. Pada lagu selanjutnya, yakni “Jangan Bakar Buku”, Efek Rumah Kaca bercerita tentang betapa kejinya kegiatan penghancuran buku. Pada bait pertama, kata “cahaya” merupakan konotasi dari pengetahuan dan juga wawasan, yang bisa mengantarka n munculnya ide dan gagasan. Sementara “jendela dunia” merupakan konotasi dari pengetahuan mengenai negara-negara lain. Dengan demikian buku adalah sumber pengetahuan mengenai banyak hal yang bisa memicu pembacanya untuk bisa mengeluarkan ide-ide yang cemerlang. 80 Pada bait terakhir lagu ini secara konotatif disebutkan bahwa kegiatan pembakaran dan pemusnahan buku hanya menciptakan dampak negatif berupa ketidaktahuan, kemudian dari ketidaktahuan tersebut hanya melahirkan kebencian-kebencian tidak mendasar pada segala hal yang dirasa asing. Mitos : jendela dunia adalah pengetahuan. Jika melihat judul “Banyak Asap di Sana”, mungkin yang terbayang di benak kita bahwa lagu ini berkaitan dengan asap atau kebakaran. Namun jika menyimak keseluruhan lirik lagu, secara konotatif bercerita tentang fenomena urbanisasi, yakni berpindahnya penduduk dari desa atau kampung, ke kota. Dipertegas lagi dalam video klip yang berisi gambaran kehidupan di perkotaan. Biasanya urbanisasi dilakukan oleh penduduk desa dengan tujuan untuk mencari penghidupan yang lebih baik karena tidak adanya lapangan pekerjaan di desa . “Yang muda lari ke kota, berharap tanahnya mulia.” Fenomena urbanisasi banyak berdampak negatif, salah satunya adalah karena ketidaksiapan si penduduk desa untuk hidup di kota. Mulai dari gaya hidup yang berbeda, sampai karena keahlian yang tidak dimiliki, membuat si pendatang tersebut hanya menjadi gelandangan tidak jelas arah hidupnya. Dijelaskan oleh Efek Rumah Kaca pada bait terakhir: “Menanam tak bisa, menangis pun sama. Gantung cita- cita di tepian kota ”. Mitos: kota selalu dikaitkan dengan kemajuan, sedangkan desa adalah keterbelakangan 81 Pada lagu kesebelas, yakni “Laki-laki Pemalu”, penulis tidak menangkap adanya kaitan dengan tema kritik dan potret realitas sosial. Dari liriknya, penulis hanya melihat bahwa lagu ini bercerita tentang seorang laki-laki yang tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya kepada sang gadis pujaan. Karena lagu ini tidak memiliki kaitan dengan kritik dan potret realitas sosial, maka lagu ini bisa kita lewatkan. Lagu terakhir dalam album Kamar Gelap berjudul “Balerina”. Balerina adalah sebutan untuk penari balet wanita. Balerina adalah metafora yang dipilih oleh Efek Rumah kaca untuk menggambarkan hidup yang seimbang. Dalam lagu ini jelaskan bahwa hidup haruslah memiliki keseimbangan yang harmonis, tanpa adanya sesuatu yang berlebihan. Dalam lirik lagu ini juga digambarkan bahwa dalam hidup pasti ada yang datar dan ada pula yang bergejolak. Maka solusi terbaiknya adalah untuk membiarkan hidup ini berjalan dengan semestinya, tidak perlu diberat-beratkan, dan juga tidak diringan-ringankan. Seperti penari balet yang bergerak secara anggun dari satu tempat ke tempat lainnya. Biar tubuhmu berkelana, lalui kegelisahan. Mencari keseimbangan, mengisi ketiadaan. Di kepala dan di dada. Mitos: hidup lentur di sini maksudnya adalah hidup yang seimbang, dan tak berlebih-lebihan. 82

B. Pembahasan

Kritik dan Potret Realitas Sosial pada Album Kamar Gelap Jika melihat dari makna konotasi dan juga mitosnya, beragam tema diangkat oleh Efek Rumah Kaca dalam album Kamar Gelap ini. Lagu “Tubuhmu Membiru... Tragis ” mengkritik dan memotret tentang fenomena bunuh diri. Tren bunuh diri dengan cara melompat dari ketinggian bukanlah hal baru, terutama pada masyarakat perkotaan. Kasus paling baru yang penulis ketahui, terjadi pada bulan Juni 2014 di Jakarta Pusat. Seperti yang penulis kutip dari situs merdeka.com pada 13 Juni 2014, Seorang pria bunuh diri dengan cara melompat dari Jembatan Semanggi. Lagu “Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa” tentang pemaksaan kehendak dan pencucian otak. Berbicara mengenai masalah penyuntingan ingatan, penulis ingat dengan satu paragraf dalam novel Jalan Lain ke Tulehu Bentang Pustaka, 2014 karya Zen RS yang menjelaskan bahwa dalam setiap konflik atau perseteruan dua kubu, contohnya antara penguasa dengan penentangnya, selalu melibatkan ingatan yang dihapus, disunting atau diedit. Selalu ada ingatan yang ditonjol-tonjolkan, tetapi juga ada yang disembunyikan. Zen RS juga menambahkan, bahwa konflik pada akhirnya seperti sebuah kisah fiksi yang dibuat-buat demi memenangkan satu pihak. Kemudian lagu “Mosi Tidak Percaya” mengkritisi pemerintah yang dianggap ingkar janji dan korup. Mengenai praktik korupsi, kita bisa melihat laporan dari Indonesia Corruption Watch ICW misalnya, yang mengemukakan bahwa terjadi peningkatan tren korupsi di kalangan pejabat daerah. 83 Laporan ICW yang penulis kutip dari portal tempo.co pada 4 Agustus 2014, menyebutkan bahwa jumlah pejabat pemda sebagai koruptor meningkat dari dua tahun sebelumnya. Pada laporan ICW tahun 2012, ada 48 pejabat pemda yang melakukan korupsi. Satu tahun berikutnya, ada 60 pejabat pemda jadi terdakwa kasus korupsi. Dan pada tahun 2014 ini, tercatat ada 101 pejabat pemda yang terbukti sebagai koruptor. Masalah lingkungan hidup juga diangkat oleh Efek Rumah Kaca melalui lagu “Hujan Jangan Marah”. Lagu ini mengisahkan tentang musim kemarau yang berkepanjangan. Dalam lagu ini terdapat keinginan dari sang penulis lagu tentang agar hujan tidak marah dan bisa turun untuk mengatasi dampak musim kemarau yang parah Masalah kenakalan remaja diangkat dalam lagu “Kenakalan Remaja di Era Informatika ”. Dalam album Kamar Gelap, hanya ada tiga lagu yang dilengkapi dengan video klip, yakni Kenakalan Remaja di Era Informatika, Banyak Asap di Sana, dan Ballerina. Dalam video klip lagu ini, bisa dilihat lagi sindiran kepada para remaja yang menyalahgunakan teknologi, dalam bentuk potongan-potongan klip video porno yang sudah disensor. Ada juga kritik dan potret soal nasionalisme dan kebangsaan melalui lagu “Menjadi Indonesia”. Judul lagu ini sebenarnya diambil dari buku “Menjadi Indonesia” yang ditulis oleh Parakitri T. Simbolon, dan diterbitkan pada tahun 2007 oleh Penerbit Buku Kompas. Buku itu sendiri bercerita tentang proses panjang terbentuknya kebangsaan Indonesia sejak awal mula sejarah Nusantara hingga menjelang Perang Pasifik. Dalam buku itu, Parakitri T. Simbolon memahami kebangsaan sebagai proses 84 yang menghasilkan keseimbangan hubungan antara masyarakat dan kekuasaan negara, yang terwujud dalam serangkaian tradisi, pranata, atau lembaga; tegasnya, keseluruhan aturan main bermasyarakat dan bernegara. Lagu “Jangan Bakar Buku” berkisah tentang pemusnahan buku. Dalam buku berjudul “Penghancuran Buku dari Masa ke Masa” karangan Fernando Baez 81 , disebutkan bahwa kegiatan pembakaran atau penghancuran buku bertujuan untuk menghabisi memori penyimpanan sejarah, atau juga untuk menghabisi gagasan-gagasan dari suatu kebudayaan bisa dari masa lalu secara menyeluruh. Dalam buku tersebut juga dikatakan bahwa sejarah penghancuran buku sudah ada sejak buku itu sendiri lahir. Sejak dari zaman Mesir kuno, Byzantium, Rennaisance, sampai ke era Nazi Jerman, penghancuran buku dilakukan dengan berbagai dalih yang kesemuanya adalah untuk mengamankan eksistensi suatu pihak. Di Indonesia sendiri, sejak awal Suharto berkuasa, banyak terjadi pelarangan buku-buku yang dianggap mengandung gagasan marxisme-sosialisme. Sastrawan Pramoedya Ananta Toer sendiri pernah menuturkan bahwa koleksi- koleksi buku karyanya pernah dibakar oleh tentara dengan alasan yang kurang jelas. Kemudian Efek Rumah Kaca mengangkat masalah urbanisasi lewat lagu “Banyak Asap di Sana”. Menurut gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, seperti yang dikutip dari news.liputan6.com, urbanisasi di Jakarta terjadi karena lapangan pekerjaan terbesar memang berada di ibukota Jakarta. Lonjakan penduduk naik 5 Diterbitkan oleh Marjin Kiri pada tahun 2013. 85 sebagian besar karena didasari minat mencari penghidupan layak. Maka menurut Jokowi, solusi terbaiknya adalah dengan mendorong pemodal untuk berinvestasi di daerah. 82 Efek Rumah Kaca juga membahas filosofi hidup melalui lagu “Balerina”. Dalam lagu ini dijelaskan bagaimana hidup yang seimbang dan tak berlebih- lebihan melalui metafora balerina penari balet Memang tidak semua lagu dalam album Kamar Gelap ini memiliki tema sosial, seperti lagu “Lagu Kesepian” dan “Laki-laki Pemalu”. Namun lagu ini sebagian besar bercerita tentang fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat kita, beserta kritiknya. Lagu “Kamar Gelap” menjadi penegasan bahwa album ini memang mencoba memberikan gambaran yang terjadi dalam masyarakat, atau dengan kata lain potret realitas sosial yang terjadi. Lagu “Kamar Gelap” inilah yang kemudian menjelaskan tema besar dalam album ini, bahwa apa yang ada dalam album ini adalah potret realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat kita, juga beserta kritiknya. “Yang kau jerat adalah riwayat. Tidak punah dari sejarah .” 6 http:news.liputan6.comread2086005ini-solusi-jokowi-tekan-urbanisasi-di-jakarta .