Efek Rumah Kaca: Komposisi Lirik Cerdas nan Puitis

54 Bakal bunga tak mekar Album Efek Rumah Kaca dimulai dengan lagu yang berjudul “Jalang”. Kata jalang biasanya mengacu kepada perempuan nakal yang melanggar suatu aturan susila. 75 Namun jika kita melihat keseluruhan liriknya, maka lagu tersebut sebenarnya bercerita tentang suatu masa di mana semua orang tidak boleh mengekspresikan sesuatu, kalau tidak akan dimusnahkan atau dieksekusi. Hal ini mirip dengan keadaan di suatu negara yang dikuasai oleh pemerintahan yang otoriter. Siapa yang berani bernyanyi Nanti akan dikebiri Siapa yang berani menari Nanti kan dieksekusi Karena kami, beda misi Lalu mereka bilang kami jalang Lagu ketiga setelah Jatuh Cinta itu Biasa Saja berjudul “Bukan Lawan Jenis ”. Lagi-lagi Efek Rumah Kaca mengambil tema cinta yang tidak biasa, yakni cinta kepada sesama jenis. Di sini kita melihat keberanian dari band ini untuk mengumbar fenomena yang cenderung masih sangat tabu dalam masyarakat Indonesia. 3 http:kbbi.web.idjalang . 55 Maaf aku pernah mengisi relung hatimu Karna memang aku bukanlah lawan jenismu Budaya konsumerisme juga diangkat oleh Efek Rumah Kaca dalam lagu berjudul “Belanja Terus Sampai Mati”. Dalam lagu ini, ERK mengkritik kebiasaan buruk kaum urban di perkotaan yang sulit dihilangkan, yakni konsumerisme. Menurut KBBI, konsumerisme adalah paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dsb; gaya hidup yang tidak hemat. Atas bujukan setan, Hasrat yang dijebak jaman Kita belanja terus sampai mati Duhai korban keganasan peliknya kehidupan urban Selanjutnya lagu yang ke- tujuh yakni berjudul “Di Udara”. Lagu ini konon dipersembahkan untuk almarhum Munir yang pada tahun 2004 meninggal setelah diracun oleh seseorang. Pada lagu ini, Efek Rumah Kaca mencoba membagi semangat Munir yang gigih memperjuangkan hak asasi manusia, agar bisa tercipta Munir-munir berikutnya kelak. Lagu ini juga sering diputar dalam acara-acara diskusi publik yang bertema HAM. Aku sering diancam juga teror mencekam Kerap ku disingkirkan sampai dimana kapan 56 Ku bisa tenggelam di lautan Aku bisa diracun di udara Aku bisa terbunuh di trotoar jalan tapi aku tak pernah mati Tak akan berhenti Selain lagu-lagu yang sudah disebutkan di atas, album Efek Rumah Kaca juga diisi dengan lagu-lagu renungan yang dibalut dengan lirik-lirik puitis. Lagu “Insomnia” bercerita tentang penyakit sulit tidur. Lagu “Debu-debu Beterbangan” bercerita tentang umat manusia yang setiap saat akan menghadapi hari kiamat. Kemudian lagu “Melankolia” mengisahkan tentang kesendirian. Lagu “Sebelah Mata ” menggambarkan tentang kekurangan seorang manusia yang bisa menjadi kelebihan. Dan terakhir lagu “Desember” berkisah tentang kesepian dan juga kesetiaan. 57

C. Kamar Gelap

Gambar 2 Rilis : 2008 Genre : Pop, Rock Label : Aksara Records Produser : Efek Rumah Kaca Album Kamar Gelap dirilis pada 19 Desember 2008. Pada tahun 2010, album kedua Efek Rumah Kaca yang dirilis oleh Aksara Records ini sempat mendapat penghargaan dari ICEMA Indonesia Cutting Edge Music Award sebagai album terbaik. Hampir sama dengan album pertama, di album Kamar Gelap, Efek Rumah Kaca kembali mengangkat tema-tema sosial, dan juga kritik terhadap dunia 58 politik. 76 Perbedaannya terletak pada proses penggarapan dan juga tempo album yang lebih cepat dan enerjik ketimbang di album pertama. Dalam proses penggarapan Kamar Gelap, Efek Rumah Kaca lebih banyak menggarap lagu- lagunya di studio. Berbeda dengan album pertama yang lagu-lagunya banyak dibuat di rumah para personil. Dalam Kamar Gelap, Efek Rumah Kaca juga berkolaborasi dengan beberapa musisi selama proses rekaman. Pada lagu “Jangan Bakar Buku”, Cholil , sang vokalis bernyanyi bersama Ade Paloh dari band Sore. Iman Fattah pun turut menyumbangkan permainan gitarnya pada lagu. Kemudian Ramondo Gascaro juga ikut berperan dalam pembuatan lagu “Laki-laki Pemalu”. Selain berisi kumpulan lagu, dalam kemasan album ini juga terdapat kumpulan foto dari seniman asal Yogyakarta, Angkin Purbandono. Foto-foto tersebut konon menggambarkan isi dari lagu-lagu dalam Kamar Gelap. Sehingga dengan demikian, album ini memakai konsep audio-fotografi. Selanjutnya, dalam bab 4 nanti akan dianalisis secara mendalam bagaimana kritik dan potret realitas sosial yang terdapat pada lirik dalam kemasan album tersebut. 4 http:entertainment.kompas.comread20090424e163347erk.lima.ribu.copy.saja . Diakses pada 27 Juni 2014. 59

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Temuan Penelitian

Pada penelitian ini, penulis akan mengambil teks lirik yang terdapat dalam kemasan album Kamar Gelap versi compact disc CD. Jika kemasan CD ini dibuka, maka kita akan menemukan sebuah kertas yang berisi keseluruhan 12 teks lirik. Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dituliskan pada bab awal penelitian ini, penulis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan melakukan sistemasi analisis. Demi tujuan tersebut, pada tahap awal teks akan dideskripsikan berdasarkan aspek denotasi dalam lirik. Selanjutnya, teks denotasi akan diinterpretasi lagi demi memahami makna konotasi dari teks lirik tersebut. Pada level konotasi inilah penanda kritik sosial yang digunakan oleh Efek Rumah Kaca dalam album Kamar Gelap dapat dikenali. Selanjutnya untuk menjelaskan bagaimana penanda-penanda kritik sosial dalam bentuk konotasi yang dikonstruksi oleh Efek Rumah Kaca, pembahasan akan terfokus pada isi dan gaya bahasa yang digunakan oleh Efek Rumah Kaca dalam menyusun teks-teks mereka. Melalui cara ini penulis berharap dapat memahami keragaman cara pengkonstruksian yang digunakan oleh Efek Rumah Kaca dalam memotret realitas beserta kritik sosialnya. Pada teks lirik, Efek Rumah Kaca secara keseluruhan menggunakan substansi linguistik. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Untuk 60 memahami maksud lirik-lirik ini dibutuhkan pemahaman atas kode-kode bahasa yang digunakan. Agar sesuai dengan urutan lagu di album tersebut, maka deskripsi juga akan dilakukan dari lirik lagu pertama, kedua dan seterusnya sampai ke lirik lagu terakhir. 1. Makna Denotasi Tubuhmu Membiru... Tragis Kamu ingin melompat, ingin sekali melompat Dari ketinggian di ujung sana, menuju entah apa namanya Coba bukalah mata, indah di bawah sana Tutup rapat kedua telinga, dari bisikan entah di mana Kau terbang, dari ketinggian mencari yang paling sunyi Dan kau melayang, mencari mimpi-mimpi tak kunjung nyata Perihmu yang menganga, tak hentinya bertanya Hidup tak selamanya linier, tubuh tak seharusnya tertier Lagu di atas berjudul “Tubuhmu membiru... Tragis”. Secara bahasa, penggabungan ketiga kata tersebut merujuk kepada suatu keadaan seseorang yang sedang sakit. Tubuh yang membiru bisa berarti memar atau pendarahan di dalam. Sedangkan kata “tragis” menunjukan suatu kesedihan. Atau dengan kata lain: tubuhnya tersebut sakit membiru secara menyedihkan.