17
si pencipta karya. Lebih lanjut bisa dibaca dalam esai Roland Barthes yang berjudul “Kematian Pengarang” dan “Perbedaan antara Karya dan Teks”.
21
Terinspirasi dari pembagian fenoteks dan genoteks seperti yang dilakukan oleh Julia Kristeva, Roland Barthes juga membagi teks lagu menjadi dua, yakni
feno-lagu dan geno-lagu. Jika fenoteks adalah segala sesuatu di dalam bahasa yang berfungsi untuk komunikasi, representasi dan ekspresi, serta dapat
membentuk nilai-nilai budaya, maka feno-lagu seperti yang diungkapkan oleh Barthes, berkaitan dengan segala sesuatu yang menangani bidang komunikasi,
representasi atau ekspresi dari suatu lagu. Feno-lagu juga erat kaitannya dengan endapan-endapan nilai kultural, seperti cita rasa, gaya atau bahkan pikiran kritis
dari si pencipta lagu. Sedangkan jika genoteks adalah sarana yang memuat seluruh evolusi historis bahasa dan aneka praktik penandaan
22
, maka geno-lagu adalah aktivitas yang berhubungan dengan produksi, yang melingkupi banyak
pertandaan-pertandaan dalam musik. Geno-lagu tidak ada kaitannya sama sekali dengan komunikasi. Karena itulah geno-lagu tidak akan penulis bahas dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya memposisikan Efek Rumah Kaca
sebagai pengarang, namun juga pembaca. Karena bagaimanapun juga, pengarang dan pembaca adalah subjek yang sama-sama membangun makna berdasarkan nilai
dan kepentingannya masing-masing. Posisi si pengarang seringkali dipahami berdasarkan produk yang dihasilkannya, padahal ia juga aktif sebagai subjek
pembaca atas lingkungan sosial di mana mereka hidup. Dalam menilai suatu karya, alangkah bagusnya jika kita memahami si pengarang terlebih dahulu,
21
Ibid., h. 145 dan 156.
22
Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, h. 152.
18
termasuk posisinya sebagai pembaca. Kemudian lirik lagu dan artwork dalam album Kamar Gelap kita pandang sebagai teks yang bermuatan kode-kode
budaya. Maka demikian, pembacaan atas lagu-lagu Efek Rumah Kaca adalah
pembacaan terhadap bagaimana kritik dan potret realitas sosial ditafsir dalam lirik lagu dan artwork dalam album tersebut. Dalam studi yang berkaitan dengan musik,
ada empat level wilayah yang bisa dikaji, yakni: level teks, level produksi, level pendengar dan level konteks.
23
Pada skripsi ini peneliti akan memilih level teks sebagai wilayah yang akan dikaji.
G. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif interpretatif dengan tujuan untuk mendapatkan
gambaran secara
deskriptif. Penelitian
ini menitikberatkan kepada „proses‟ bukan „hasil‟. Penelitian ini bisa
disebut sebagai penelitian interpretatif, karena data hasil yang dikumpulkan merupakan interpretasi terhadap data dari subjek
penelitian. 2.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri sumber-
sumber terkait yang berkenaan dengan permasalahan penelitian. Data primer bersumber dari lirik lagu dan artwork yang terdapat dalam
23
Level teks berkaitan dengan lirik atau bunyi-bunyian yang dikeluarkan dari instrumenalat musik. Level produksi berkaitan dengan proses produksi dalam dapur rekaman sebelum musik
diedarkan. Level pendengar adalah tentang bagaimana musik itu diapresiasi oleh pendengarnya. Dan level konteks adalah tentang bagaimana situasi politik, ekonomi, sosial dan budaya ketika
musik tersebut muncul.
19
album Kamar Gelap, sedangkan data sekunder bersumber dari buku, internet, majalah dan wawancara.
3. Unit Analisis
Unit analisis berupa data teks dari duabelas lirik lagu Efek Rumah Kaca dalam album Kamar Gelap, dengan masing-masing judul:
Tubuhmu Membiru... Tragis, Kau Dan Aku Menuju Ruang Hampa, Mosi Tidak Percaya, Lagu Kesepian, Hujan Jangan Marah,
Kenakalan Remaja Di Era Informatika, Menjadi Indonesia, Kamar Gelap, Jangan Bakar Buku, Banyak Asap Di Sana, Laki-laki Pemalu,
dan Balerina. Serta berupa artwork yang terdapat dalam kemasan album.
4. Analisis Data
Teknik analisis data didasarkan pada metode analisis semiotika konotasi Roland Barthes yang menekankan produksi tanda dengan
mengkaji proses pertukaran makna dari sebuah tanda yang diciptakan seseorang dalam melakukan aktivitas komunikasi.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas lima bab, yakni:
BAB I :
Bab pertama adalah Pendahuluan. Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
20
BAB II :
Bab kedua berisi landasan teori dan pembahasan yang menunjang isi penelitian ini, seperti sejarah singkat industri musik dan rekaman, teori kritis
dalam musik kritis dan pengertian serta macam-macam semiotika.
BAB III :
Bab ketiga berisi profil Efek Rumah Kaca, beserta discography-nya daftar album dan lagu.
BAB IV:
Bab keempat adalah hasil penelitian dan pembahasan. Berisi temuan makna denotasi, konotasi dan mitos yang terkandung dalam album Kamar Gelap.
Juga menguraikan tentang bagaimana kritik dan potret realitas sosial dalam album tersebut.
BAB V :
Bab kelima adalah penutup. Bab ini berisi kesimpulan penelitan dan saran untuk subjek penelitian, juga untuk penyempurnaan penelitian ini sendiri.
21
BAB II MUSIK, TEORI KRITIS DAN SEMIOTIKA
A. Sejarah Singkat Industri Musik dan Rekaman
Jauh sebelum adanya teknologi rekaman, komersialisasi musik sudah dilakukan dengan cara menjual lembaran sheet musik yang berisi notasi sebuah
lagu. selama masa Renaissance, para komposer musik klasik biasanya tidak hanya dibayar ketika memimpin sebuah konser, namun juga mereka memiliki pekerjaan
sampingan yakni menuliskan dan menjual musik yang mereka ciptakan. Di tahun 1800, ketika musik folk dan mesin cetak mulai populer di Amerika Serikat, sheet
musik menjadi bisnis yang sangat menjanjikan.
24
Orang-orang ketika itu rela membeli berbagai sheet musik supaya bisa dipraktekan dengan piano di rumahnya
masing-masing. Dunia rekaman mulai lahir ketika di tahun 1877, Thomas Alva Edison
menciptakan alat perekam suara yang bernama fonograf. Cara kerja dari alat yang terbuat dari silinder berbungkus kertas timah itu adalah dengan merubah getaran
udara menjadi alur udara yang meliputi sebuah rotasi silindris timah.
25
Fonograf memakai prinsip dasar dari teknik rekaman digital, sebuah teknik yang ternyata
masih bertahan hingga saat ini. Penemuan Edison tersebut kemudian menginspirasi berbagai penemuan-penemuan lainnya terkait dengan teknologi
rekaman.
1
George Rodman, Mass Media in Changing World: History, Industry, Controversy New York: McGraw-Hill, 2008, h. 216.
2
Idhar Rez, Music Records Indie Label Bandung: DAR Mizan, 2008, h. 69.