Pemeriksaan Operasional Terhadap Proses Produksi Pada Unit Usaha PT. Mutifa-Industri Farmasi Medan

(1)

SKRIPSI

PEMERIKSAAN OPERASIONAL TERHADAP PROSES PRODUKSI PADA UNIT USAHA PT. MUTIFA-INDUSTRI FARMASI MEDAN

OLEH:

NAMA : SILVANA RAMBE

NIM : 080522006

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pemeriksaan Operasional Terhadap Proses Produksi Pada Unit Usaha PT. Multifa Industri Farmasi Medan”. Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atu diteliti oleh mahasiswa lain. Dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 22 Juni 2010 Yang Membuat Pernyataan,

(Silvana Rambe) Nim : 080522006


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kepada sumber dari suara-suara hati yang bersifat mulia, Sang Maha Cahaya, Penabur Cahaya Ilham, Pilar nalar kebenaran dan kebaikan yang terindah Sang Kekasih Tercinta yang tak terbatas pencahayaannya Cintanya bagi Hamba-Nya, Allah SWT. Salawat dan Salam semoga selalu terlimpah pada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sebagai Khatamul Anbiya’wal Mursalin yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Adapun skripsi ini berjudul “Pemeriksaan operasional terhadap prpses produksi pada unit usaha PT MUTIFA-INDUSTRI FARMASI MEDAN”.

Selama dalam perkuliahan hingga proses penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, dorongan semangat, nasehat dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan tulus penulis menghanturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak dan Dra. Mutia Ismail, MM, Ak Selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Drs. Sucipto, MM, Ak Selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Bapak DrsSamsul Bahri TRB, MM, Ak Selaku Dosen Pembanding/ Penguji I dan Bapak Iskandar Muda , SE, M.Si, Ak Selaku Dosen Pembanding/ Penguji II. 4. Seluruh Pimpinan, Staf dan Karyawan PT. MUTIFA-INDUSTRI

FARMASI MEDAN

5. Kepada Keluarga Penulis yang senantiasa memberi nasehat-nasehat yang bermanfaat dan doa, serta Saudara-saudara penulis.

Dengan penuh kesadaran diri dan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa hanya Allah-lah yang memiliki segala kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhirnya atas segala bantuan dan budi baik yang telah diberikan, semoga Allah SWT. Memberikan rahmat dan hidayah-Nya yang berlipat ganda. Amin.

Medan, 22 Juni 2010 Penulis,

(Silvana Rambe) Nim : 080522006


(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Pemeriksaan operasional terhadap proses produksi pada unit usaha pada PT Mutimasi fa-Industri Farmasi Medan.

Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian deskriptif, jenis data yang dilakukan penulis adalah wawancara dan observasi dan metode analisis data dikumpulkan, disusun, diinterprestasikan, dianalisis, sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa SIA Pendapatan yang diterapkan pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Cabang medan sudah cukup efektif dan berjalan dengan baik. Penerapan SIA Pendapatan diperusahaan ini juga telah didukung pengendalian internal ini dilihat adanya pemisahan tugas sistem wewenang dan praktik-praktik yang sehat.

Kata Kunci : Sistem Informasi Akuntansi, SIA Pendapatan, Pengendalian Sistem Siklus Pendapatan, Metode Deskriptif.


(6)

ABSTRACT

Pursuant clarification make research that the aim of to know whether the income information system that is run by PT Mutifa-industri farmasi medan

The research kind winch to execute write is descriptive research, data a kind wich use is primary data and secondary data, techniques of kind by data collecting is writers are observation and interview and method analyze data is descriptive method, that is method analyze where data method collected, to be compiled, interperetation, analyzed, so that give complete description for trouble-shooting faced.

Pursuant to research result, the write could conclude that the Income Accounting Information System at PT. PLN (Persero) Regional North Sumatera Branch Medan had already been active and compatible enough.

Key Word : Information System Accountancy, SIA Income, Income Circamstance Control, Descriptive Method.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi


(8)

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Kerangka Konseptual ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 9

1. Pengertian dan Jenis-Jenis Proses Produksi ... 9

a. Pengertian Produksi ... 9

b. Jenis-Jenis Proses Produksi ...11

c. Faktor-Faktor Produksi ... 18

2. Pemeriksaan Operasioanal ... 23

a. Pengertian Pemeriksaan Operasional ... 23

b. Kriteria Pemeriksaan Operasional ... 25

c. Tahap-Tahap Pemeriksaan Operasional ... 25

d. Jenis-Jenis Pemeriksaan Operasional ... 26

e. Standar Pemeriksaan Operasional ... 27

f. Penyelesaian Pemeriksaan Operasional ... 31


(9)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Jenis Data ... 39

C. Teknik Pengumpulan Data... 39

D. Teknik Analisa Data ... 40

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 36

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 41

1.Gambaran Umum Perusahaan ... 41

a.Sejarah Singkat Perusahaan... 41

b.Struktur Organisasi Perusahaan... 43

c.Produk Perusahaan ... 45

d.Proses Produksi ... 48

2. Tahap Pemeriksaan Operasional Terhadap Proses Produksi ... 51

3. Jenis-Jenis Pemeriksaan Operasional Terhadap Proses Produksi ... 52

4. Standar Pemeriksaan Operasional Terhadap Proses Produksi ... 53

5. Penyelesaian Pemeriksaan Operasional Terhadap Proses Produksi ... 54


(10)

B. Analisis Hasil Penelitian ... 59 1. Jenis-Jenis dan Standar Pemeriksaan Operasional Terhadap Proses Produksi... 59 2. Penyelesaian Penelitian Terhadap Pemeriksaan Operasional Terhadap Proses Produksi ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 68 B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Struktur Organisasi PT. Multifa

Industri Farmasi Medan Judul


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul

1.1 Bagan Kerangka Konseptual 8 Halaman


(13)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Pemeriksaan operasional terhadap proses produksi pada unit usaha pada PT Mutimasi fa-Industri Farmasi Medan.

Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian deskriptif, jenis data yang dilakukan penulis adalah wawancara dan observasi dan metode analisis data dikumpulkan, disusun, diinterprestasikan, dianalisis, sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa SIA Pendapatan yang diterapkan pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Cabang medan sudah cukup efektif dan berjalan dengan baik. Penerapan SIA Pendapatan diperusahaan ini juga telah didukung pengendalian internal ini dilihat adanya pemisahan tugas sistem wewenang dan praktik-praktik yang sehat.

Kata Kunci : Sistem Informasi Akuntansi, SIA Pendapatan, Pengendalian Sistem Siklus Pendapatan, Metode Deskriptif.


(14)

ABSTRACT

Pursuant clarification make research that the aim of to know whether the income information system that is run by PT Mutifa-industri farmasi medan

The research kind winch to execute write is descriptive research, data a kind wich use is primary data and secondary data, techniques of kind by data collecting is writers are observation and interview and method analyze data is descriptive method, that is method analyze where data method collected, to be compiled, interperetation, analyzed, so that give complete description for trouble-shooting faced.

Pursuant to research result, the write could conclude that the Income Accounting Information System at PT. PLN (Persero) Regional North Sumatera Branch Medan had already been active and compatible enough.

Key Word : Information System Accountancy, SIA Income, Income Circamstance Control, Descriptive Method.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam perkembangan dunia perekonomian saat ini dan semakin tingginya tingkat persaingan dalam dunia usaha menuntut perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk terus berkompetisi. Tidak sedikit perusahaan yang terhenti laju operasionalnya karena tidak mampu mempertahankan eksistensi perusahaannya. Sebagian besar kegagalan tersebut biasanya disebabkan karena


(16)

perusahaan tidak konsisten dalam menjalankan operasi perusahaan, ditambah lagi dengan kurangnya tenaga profesional di dalam perusahaan dan perusahaan tidak dapat mengikuti perkembangan ekonomi yang terjadi saat ini, hal ini menuntut adanya efektivitas dan efisiensi dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan.

Semakin berkembangnya perusahaan tentunya diikuti dengan semakin kompleks dan luasnya aktivitas serta permasalahan yang dihadapi sehingga mendorong timbulnya suatu bidang baru yaitu pemeriksaan operasional (operasional audit ). Pemeriksaan operasional merupakan aktivitas operasi suatu organisasi yang bertujuan untuk memeriksa efisiensi dan efektivitas operasi suatu organisasi yang bertujuan untuk memeriksa efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan. Aktivitas pemeriksaan operasional akan bermanfaat banyak bagi perusahaan karena dapat menunjang kelancaran dan meningkatkan pengendalian internal dari pelaksanaan operasi perusahaan terhadap kontinuitas perusahaan dimasa yang akan datang.

Pemeriksaan operasional merupakan pemeriksaan yang dilakukan auditor terhadap kinerja operasional suatu aktivitas. Operasional audit apabila sudah berjalan secara efisien dan efektif maka dapat menigkatkan produksi pada suatu perusahaan.

Menurut Mulyadi (2002:138) Tujuan dari audit adalah untuk membantu perencanaan sifat, saat, dan luas prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti tentang saldo akun atau jenis transaksi tertentu. Untuk maksud ini, prosedur analitik dalam perencanaan audit harus ditujukan untuk : (a) Meningkatkan


(17)

yang terjadi sejak tanggal audit terakhir, dan (b) Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang bersangkutan dengan audit. Prosedur analitik dapat mengungkapkan : (1) Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, (2) Perubahan akuntansi, (3) Perubahan usaha, (4) Fluktuasi acak, atau (5) Salah saji.

Proses produksi adalah suatu kegiatan yang menghasilkan bahan mentah menjadi barang jadi. Manajer produksi bertanggung jawab atas berjalannya sistem proses produksi yang dihasilkan. Dalam hal ini produksi yang dihasilkan sebelum dijual ke distributor diperiksa terlebih dahulu. Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh audit intern.

Hampir setiap transaksi perusahaan menggunakan proses. Oleh karena itu suatu proses produksi harus benar-benar dilakukan agar produk yang dihasilkan bermutu tinggi dan tidak membuat kecewa para pemakainya. Melihat keadaan proses produksi yang sedemikian beresiko, maka sangat penting dibuatkan suatu perlindungan terhadap berjalannya proses produksi dalam aktivitas perusahaan. Sistem perlindungan ini berkaitan dengan sistem pengendalian internal perusahaan baik berupa suatu sistem dan prosedur yang baik. Dengan adanya sistem dan prosedur ini dapat diketahui bagaimana proses produksi berjalan sehingga kontrol terhadap produksi dapat berlangsung dengan baik.

Dalam melakukan suatu kegiatan pertama sekali yang harus dipikirkan adalah apa tujuan utama kegiatan tersebut. Untuk pencapaian tujuan tersebut maka perlu dilakukan suatu pengawasan terhadap kegiatan tersebut, karena suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan


(18)

prosedur yang baik tanpa adanya suatu pengawasan maka hal tersebut dapat menyimpang dari tujuan yang diinginkan.

Adanya pemeriksaan operasional yang teratur terhadap proses produksi suatu perusahaan, akan dapat meminimalkan adanya kemungkinan kesalahan berproduksi. Pada dasarnya pemeriksaan operasional bukan dimaksudkan untuk meniadakan semua kemungkinan kesalahan yang terjadi, akan tetapi sistem pemeriksaan operasional diharapkan untuk menekankan terjadinya penyelewengan dan kesalahan dalam batas-batas yang wajar sehingga kalaupun terjadinya penyelewengan dan kesalahan dalam batas-batas yang wajar sehingga kalaupun terjadi kesalahan atas produksi dapat diketahui.

Menurut Katijo (2008:148) “Tujuan audit khusus dan bukti audit yaitu, keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian atau alokasi, dan penyajian dan pengungkapan “.

PT MUTIFA merupakan salah satu perusahaan yang memerlukan adanya suatu pemeriksaan operasional yang mampu menjaga integritas informasi akuntansi, melindungi aktiva perusahaan terhadap kecurangan, pemborosan dan pencurian yang dilakukan oleh pihak di dalam maupun di luar perusahaan.

Adapun masalah yang timbul selama ini yaitu dari segi pemeriksaan operasional. PT MUTIFA tidak dapat menahan atau harus mengeluarkan dana untuk keperluan proses produksi. Hal ini disebabkan karena adanya peraturan yang membatasi wewenang PT MUTIFA.


(19)

Sedangkan dari segi produksinya PT MUTIFA kurang mengetahui kapan tepatnya para konsumen / para distributor untuk membeli produk. Hal ini disebabkan PT MUTIFA hanya menerima laporan dari bagian administrasi di sore hari saat jam kerja. Akibat dari masalah tersebut maka sebaiknya pemeriksaan operasional pada PT MUTIFA harus lebih ditingkatkan.

Selain itu, pemeriksaan operasional juga harus dapat memudahkan pelacakan kesalahan baik yang disengaja atau tidak sehingga dapat memperlancar prosedur audit. Agar dapat berjalan lebih efektif, pemeriksaan operasional memerlukan adanya pembagian tanggung jawab yang jelas dalam organisasi, sistem wewenang dan prosedur pencatatan, praktek pelaksanaan yang sehat dan didukung pula dengan karyawan yang berkualitas. Secara keseluruhan pemeriksaan operasional terhadap proses produksi sangat diperlukan dimana tujuannya adalah untuk mengamankan harta perusahaan, meningkatkan operasi perusahaan, meningkatkan ketelitian dan kebenaran data akuntansi dan mendorong terlaksananya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas, mengingat betapa pentingnya pemeriksaan operasional terhadap proses produksi maka permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah bagaimana pelaksanaan dan pemeriksaan dokumen maupun bukti transaksi yang rapi dan sistematis terhadap pemeriksaan operasional, khusus proses produksi. Maka dalam penyusunan skripsi ini penulis tertarik untuk mengambil judul : “PEMERIKSAAN OPERASIONAL TERHADAP PROSES


(20)

PRODUKSI PADA UNIT USAHA PT. MUTIFA-INDUSTRI FARMASI MEDAN.”

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah awal yang dilakukan terlebih dahulu sebelum sampai kepada tahap pembahasan. Tujuannya agar penelitian dapat lebih terarah dan dapat mencapai sasaran yang ditentukan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut “Apakah pemeriksaan operasional terhadap proses produksi pada unit usaha PT. MUTIFA-INDUSTRI FARMASI MEDAN dapat berlangsung dengan baik” ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian A. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui apakah pemeriksaan operasional terhadap proses produksi dapat berlangsung dengan baik di PT. MUTIFA-INDUSTRI FARMASI MEDAN.

B. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah : mendapatkan sejumlah data informasi yang diperlukan untuk menyusun suatu pembahasan atau


(21)

masalah yang telah diidentifikasikan guna memperjelas gambaran mengenai pemeriksaan operasional terhadap proses produksi.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis, untuk menambah wawasan mengenai pemeriksaan operasional khususnya peranan pemeriksaan operasional atas proses produksi dalam meningkatkan efektivitas proses produksi, dan sebagai bahan masukan apabila ditanya pendapatnya mengenai pemeriksaan operasional terhadap proses produksi.

2. Bagi perusahaan, penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan input dalam rangka perbaikan dan pengembangan perusahaan dan memberikan sumbangan pemikiran bagi manajemen produksi dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksinya 3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai

bahan referensi dan menambah pengetahuan serta pemahaman tentang pemeriksaan operasional dan penerapannya.

E.Kerangka Konseptual

Perusahaan memiliki siklus produksi yang berbeda dari perusahaan yang lainnya, siklus produksi ini sendiri menjadi pembeda dengan perusahaan yang lainnya. Dari siklus produksi inilah dihasilkan berbagai macam jenis obat dengan berbagai metodenya. Setelah obat diproduksi maka obat yang dihasilkan dimasukkan ke ruangan karantina


(22)

yaitu obat dimasukkan kedalam suatu ruangan khusus selama beberapa waktu tertentu untuk mengetahui hasil yang diinginkan sesuai dengan yang ditentukan atau tidak. Kemudian kita dapat melakukan pemeriksaan operasional pada tahap ini. Setelah obat yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka obat tersebut bisa disalurkan ke distributor, sehingga dari distributor inilah obat disalurkan kepada konsumen.

PT.MUTIFA-INDUSTRI FARMASI MEDAN

SIKLUS PRODUKSI

KARANTINA

PEMERIKSAAN OPERASIONAL

PENGENDALIAN PRODUKSI


(23)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian dan Jenis-Jenis Proses Produksi a. Pengertian produksi

Mendefenisikan suatu hal merupakan langkah awal yang lazim sebelum melakukan pembahasan secara lebih mendalam untuk itu penulis akan menguraikan pengertian dari proses produksi menurut


(24)

pendapat beberapa ahli, masing-masing dari sudut pandangan yang digunakan sehingga lebih dapat dipahami.

Menurut Indriyo Gitosudarmo (2000:2) mengatakan bahwa ”Proses produksi adalah merupakan interaksi antara bahan dasar, bahan-bahan pembantu, tenaga kerja dan mesin-mesin serta alat-alat perlengkapan yang dipergunakan”.

Menurut Teguh Baroto (2002:13) “proses produksi adalah aktivitas bagaimana produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan teknis, dan lain-lain”.

Menurut Arman Hakim Nasution (2003:1)”proses produksi, yaitu metode dan teknik yang digunakan dalam mengolah bahan baku menjadi produk”.

Produksi adalah suatu kegiatan yang menghasilkan output dalam bentuk barang maupun jasa. Contoh : pabrik batre yang memproduksi batu baterai, pabrik mutifa yang memproduksi obat-obatan, dan lain sebagainya. Pengertian produksi dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan atau menambah faedah ekonomi suatu benda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan orang, badan usaha, atau organisasi yang menghasilkan barang dan jasa disebut produsen.

Menurut Pandji Anoraga (2000:197) ”produksi nampaknya berkonotasi sebagai organisasi produk, yaitu aktivitas yang


(25)

menghasilkan barang, baik barang jadi maupun barang setengah jadi, bahan industri dan suku cadang, dan komponen-komponen”.

Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa untuk menghasilkan barang atau jasa diperlukan usaha mendayagunakan masukan berupa tenaga kerja, bahan baku, dan peralatan. Perkembangan dari pada proses produksi menghasilkan banyak macam jenis-jenis proses produksi dalam perusahaan.

b. Jenis- Jenis proses produksi

Menurut Sofyan Assauri (1999:75) ada 2 jenis proses produksi : 1) Proses produksi yang terus-menerus (continuous processes) 2) Proses produksi yang terputus-putus (intermittent processes)

Sebenarnya perbedaan pokok antara kedua proses ini terletak pada panjang tidaknya waktu persiapan / mengatur (set up) peralatan produksi yang digunakan untuk memprodusir sesuatu produk atau beberapa produk tanpa mengalami perubahan. Sebagai contoh dapat dilihat apabila kita menggunakan mesin-mesin untuk dipersiapkan (set up) dalam memprodusir produk dalam jangka


(26)

waktu yang pendek, dan kemudian diubah atau dipersiapkan (diset-up) kembali untuk memprodusir produk lain, maka dalam hal ini

prosesnya terputus-putus tergantung dari produk yang dikerjakan. Proses yang terputus-putus disebut intermitten process / manufacturing. Dalam proses seperti ini terdapat waktu yang

pendek (short run) dalam persiapan (set up) peralatan untuk perubahan yang tepat guna dapat menghadapi variasi produk yang berganti-ganti, misalnya terlihat dalam pabrik yang menghasilkan produknya untuk atau berdasarkan pesanan seperti : pabrik kapal, atau bengkel besi / las. Dalam contoh lain dapat dilihat adanya perusahaan pabrik-pabrik yang menggunakan mesin-mesin untuk dipersiapkan (set up) dalam memprodusir produk dalam jangka waktu yang panjang / lama, tanpa mengalami perubahan, maka dalam hal ini prosesnya terus-menerus selama jenis produk yang sama dikerjakan. Proses yang terus-menerus ini disebut continuous process / manufacturing. Dalam proses ini terdapat waktu yang

panjang tanpa adanya perubahan-perubahan dari pengaturan dan penggunaan mesin serta peralatannya. Proses seperti ini terdapat dalam pabrik yang menghasilkan produknya untuk pasar (produksi massa) seperti pabrik susu atau pabrik ban.

Sifat-sifat atau ciri-ciri proses produksi yang terus-menerus (continuous process / manufacturing) ialah :


(27)

1) Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar (produksi massa) dengan variasi yang sangat kecil dan sudah distandardisir.

2) Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan.

3) Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin-mesin yang bersifat khusus untuk menghasilkan produk tersebut, yang dikenal dengan nama Special Purpose Machines. 4) Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan biasanya agak

otomatis, maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan kecil sekali, sehingga operatornya tidak perlu mempunyai keahlian atau skill yang tinggi untuk pengerjaan produk tersebut.

5) Apabila terjadi salah satu mesin / peralatan terhenti atau rusak, maka seluruh proses produksi akan terhenti.

6) Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan variasi dari produknya kecil maka job structurenya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak perlu banyak.

7) Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses adalah lebih rendah daripada intermitten process / manufacturing.


(28)

8) Oleh karena mesin-mesin yang dipakai bersifat khusus maka proses seperti ini membutuhkan maintenance specialist yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang banyak.

9) Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang fixed (fixed path equipment) yang menggunakan tenaga mesin seperti ban berjalan (conveyer).

Sifat-sifat atau ciri-ciri dari proses produksi yang terputus-putus (intermitten process / manufacturing) ialah :

1) Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil dengan variasi yang sangat besar (berbeda) dan didasarkan atas pesanan.

2) Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem, atau cara penyusunan peralatan berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi atau peralatan yang sama dikelompokkan pada tempat yang sama, yang disebut dengan process lay out atau departmentation by equipment.

3) Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin-mesin yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang hampir sama, mesin mana dikenal dengan nama General Purpose Machines.


(29)

4) Oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan biasanya kurang otomatis, maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan sangat besar, sehingga operatornya perlu mempunyai keahlian atau skill yang tinggi dalam pengerjaan produk tersebut. 5) Proses produksi tidak mudah / akan terhenti walaupun terjadi

kerusakan atau terhentinya salah satu mesin atau peralatan.

6) Oleh karena mesin-mesin bersifat umum dan variasi dari produknya besar, maka terhadap pekerjaan (job) yang bermacam-macam menimbulkan pengawasan (control) nya lebih sukar.

7) Persediaan bahan mentah biasanya tinggi, karena tidak dapat ditentukan pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan dalam proses lebih tinggi daripada continuous process / manufacturing, karena prosesnya terputus-putus /

terhenti-henti.

8) Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang dapat flexible (varied path equipment) yang menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong atau forklift.

9) Dalam proses seperti ini sering dilakukan pemindahan bahan yang bolak balik sehingga perlu adanya ruangan gerak (aisie) yang besar dan ruangan tempat bahan-bahan dalam proses (work in process) yang besar.


(30)

Kekurangan / kerugian proses produksi yang terus menerus (continuous manufacturing) adalah :

1) Terdapat kesukaran untuk menghadapi perubahan produk yang diminta oleh konsumen atau pelanggan. Jadi proses produksi seperti ini khusus untuk menghasilkan produk-produk yang :

a) Permintaan (demand) nya besar dan stabil b) Style produknya tidak mudah berubah

2) Proses produksi mudah terhenti, karena apabila terjadi kemacetan di suatu tempat / tingkat proses (di awal, di tengah atau di belakang), maka kemungkinan seluruh proses produksi akan terhenti yang disebabkan adanya saling hubungan dan urut-urutan antara masing-masing tingkat proses.

3) Terdapat kesukaran dalam menghadapi perubahan tingkat permintaan, karena biasanya tingkat produksi (rate of production) nya telah tertentu, sehingga sangat kaku (rigid).

Kebaikan / kelebihan proses produksi yang terus menerus (continuous manufacturing) adalah :

1) Dapat diperoleh tingkat biaya produksi per unit (unit production cost) yang rendah apabila :

a) Dapat dihasilkannya produk dan volume yang cukup besar. b) Produk yang dihasilkan distandarsir.


(31)

2) Dapat dikuranginya pemborosan-pemborosan dari pemakaian tenaga manusia, terutama karena sistem pemindahan bahan yang menggunakan tenaga mesin / listrik.

3) Biaya tenaga kerja (labor cost) nya adalah rendah, karena jumlah tenaga kerjanya yang sedikit dan tidak memerlukan tenaga yang ahli (cukup yang setengah ahli) dalam pengerjaan produk yang dihasilkan.

4) Biaya pemindahan bahan di dalam pabrik juga lebih rendah, karena jarak antara mesin yang satu dengan mesin yang lain lebih pendek dan pemindahan tersebut digerakkan dengan tenaga mesin (mekanisasi).

Kekurangan / kerugian proses produksi yang terputus-putus (intermitten manufacturing) adalah :

1) Scheduling dan routing untuk pengerjaan produk yang akan dihasilkan sangat sukar dilakukan karena kombinasi urut-urut pekerjaan yang banyak sekali di dalam memprodusir satu macam produk, dan disamping itu dibutuhkan scheduling dan routing yang


(32)

banyak sekali karena produknya yang berbeda tergantung dari pemesanannya.

2) Oleh karena pekerjaan routing dan scheduling banyak sekali dan sukar dilakukan, maka pengawasan produksi (production control) dalam proses produksi seperti ini sangat sukar dilakukan.

3) Dibutuhkannya investasi yang cukup besar dalam persediaan bahan mentah dan bahan-bahan dalam proses, karena prosesnya terputus-putus dan produk yang dihasilkan tergantung dari pesanan.

4) Biaya tenaga kerja dan biaya pemindahan bahan sangat tinggi, karena banyak dipergunakannya tenaga manusia dan tenaga yang dibutuhkan adalah tenaga yang ahli dalam pengerjaan produk tersebut.

Kebaikan / kelebihan dari proses produksi yang terputus-putus (intermitten manufacturing) adalah :

1) Mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk dengan variasi yang cukup besar.

Fleksibilitas ini diperoleh terutama dari :

a) Sistem penyusunan peralatan (lay out) nya yang berbentuk process lay out


(33)

b) Jenis / type mesin yang digunakan dalam proses yang bersifat umum (general purpose machines)

c) Sistem pemindahan bahan yang tidak menggunakan tenaga kerja mesin tetapi tenaga manusia.

2) Oleh karena mesin-mesin yang digunakan dalam proses bersifat umum (general purpose machines), maka biasanya dapat diperoleh penghematan uang dalam investasi mesin-mesin, sebab harga mesin-mesin ini lebih murah daripada mesin-mesin yang khusus (special purpose machines).

3) Proses produksi tidak mudah terhenti akibat terjadinya kerusakan atau kemacetan di suatu tempat / tingkat proses.

c. Faktor-Faktor Produksi

Proses produksi mempuyai hubungan yang erat antara input dari proses produksi dengan output proses produksi pada pelaksanaan kegiatan proses produksi terdapat pola atau tahap urutan tertentu. Urutan penyelesaian proses produksi akan berbeda-beda dan bermacam-macam antara satu produk dengan produk lainnya.

Untuk kegiatan pelaksanaan proses produksi akan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Sumber-sumber tersebut adalah unsur terpenting dalam proses produksi dengan demikian penyelesaian pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif, efisien, serta memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan.


(34)

Suatu perusahaan memerlukan sumber daya yang akan dipergunakan untuk memproduksi barang-barang. Sumber daya tersebut adalah bahan mentah , bahan pembantu, mesin-mesin dan peralatan-peralatan lain, tenaga kerja, modal serta tanah untuk lokasi perusahaan. Tiap-tiap perusahaan tentu saja akan mempunyai jumlah dan jenis sumber-sumber produksi yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Pengusaha akan berusaha agar dengan faktor-faktor produksi tertentu yang ada padanya itu menghasilkan barang-barang yang mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Jenis dan jumlah faktor-faktor produksi inilah yang menentukan jenis serta jumlah barang-barang yang dapat dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jenis serta jumlah faktor-faktor produksi ini sangat terbatas adanya. Di sinilah letak pentingnya kebijaksanaan pimpinan perusahaan untuk mengatur jenis dan jumlah barang-barang yang harus diproduksinya dengan faktor-faktor yang terbatas adanya itu agar keuntungan yang diperolehnya maksimal. Kurang tepatnya penentuan luas produksi akan berakibat semakin kecilnya keuntungan yang diperoleh perusahaan. Kerugian ini terjadi karena orang berproduksi kurang dari optimal, sehingga biaya tetap hanya ditanggung oleh satuan-satuan hasil (unit-unit produk) yang sedikit sehingga biaya tetap per unit menjadi terlalu tinggi. Berproduksi lebih dari optimal berarti adanya sebagian barang-barang hasil yang tidak akan terjual. Hal ini akan menimbulkan tanggungan beban biaya pergudangan yang terlalu besar, lagi pula sebenarnya faktor-faktor


(35)

produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang yang berkelebihan ini dapat digunakan untuk membuat barang-barang yang dapat mendatangkan keuntungan.

Disamping itu penentuan luas produksi yang tepat akan berarti pula suatu pengusahaan lebih efektif memanfaatkan faktor-faktor produksi yang tersedia bagi perusahaan yang bersangkutan. Ketidaktepatan penentuan luas produksi akan berakibat ketidaktepatan alokasi faktor-faktor produksi. Hal ini membuat semakin besarnya kerugian finansial yang diderita oleh perusahaan. Disamping faktor-faktor produksi yang tersedia, jumlah permintaan akan menentukan luas produksi yang paling menguntungkan. Dari uraian di atas jelas bahwa luas produksi yang optimal akan dipengaruhi atau dibatasi oleh beberapa faktor yaitu :

1) Tersedianya bahan dasar

2) Tersedianya kapasitas mesin-mesin yang dimiliki 3) Tersedianya tenaga kerja

4) Batasan permintaan

5) Tersedianya faktor-faktor produksi yang lain

Pentingnya luas produksi untuk masing-masing perusahaan berbeda-beda :


(36)

1) Bagi perusahaan yang memproduksi barang-barang yang bermacam-macam jenisnya.

Hal ini disebabkan karena sifat alat-alat produksi / mesin-mesin yang dimilikinya) harus diselenggarakan perencanaan yang teliti terhadap penentuan luas produksi. Tiap jenis barang yang dihasilkan akan mendatangkan keuntungan yang berbeda-beda besarnya. Oleh karena itu harus dianalisa, diteliti secermat-cermatnya, sampai seberapa besar jumlah yang harus diproduksi untuk masing-masing jenis barang tersebut agar tercapai keuntungan yang maksimal.

2) Bagi perusahaan yang karena alat-alat produksinya (mesin-mesin digunakan)

Mengakibatkan barang-barang yang diproduksi itu tertentu / telah pasti dan tidak mudah untuk diubah-ubah dalam jangka pendek, maka bagi perusahaan ini menentukan apa dan berapa yang harus diproduksi tidak atau kurang penting dibandingkan dengan perusahaan jenis pertama di atas.

3) Perusahaan yang memproduksikan barang-barang untuk keperluan pasar

Penentuan luas produksi dalam perusahaan ini sangat penting, sebab dalam hal ini perusahaan harus mengadakan ramalan-ramalan untuk masa-masa yang akan datang terhadap jumlah serta jenis barang yang diminta oleh para pembeli potensial, kemudian


(37)

menyesuaikan jumlah dan jenis yang diramalkan tersebut dengan kemampuan yang ada pada perusahaan untuk memproduksinya. Untuk keperluan ini perusahaan perlu metode analisa yang baik 4) Perusahaan yang memproduksikan barang-barang untuk keperluan langganan (pesanan)

Tidakla begitu sulit untuk merencanakan penentuan luas produksinya. Apa dan berapa yang harus diproduksi tergantung pada apa dan berapa yang dipesan oleh para langganan. Perusahaan cukup menyesuaikannya dengan kemampuan yang ada padanya.

2. Pemeriksaan Operasional

a. Pengertian Pemeriksaan Operasional

Menurut Arens and Loebbecke (1999:434) “mengemukakan defenisi audit operasional digambarkan sebagai kaji-ulang setiap bagian prosedur dan metode operasi sebuah organisasi untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitasnya”.

Menurut Soejono Karni (2000:2) “audit berasal dari bahasa Latin “audire” yang berarti mendengarkan. Kata audit berarti pemeriksaan akuntan terhadap laporan keuangan historis”.


(38)

Menurut Ali Masjono Mukhtar (1999:116) “ pemeriksaan adalah proses yang sistematis dan memiliki objektif yang ditujukan adalah untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi dan kejadian untuk meyakinkan hubungannya dengan hasil yang diinginkan pemakai”. Menurut Katijo (2008:8) “audit operasional sering disebut sebagai audit manajemen atau audit kinerja dan bertujuan untuk menilai efisiensi dan efektivitas dari suatu kegiatan entitas. Audit ini dapat dilakukan terhadap perusahaan atau instansi pemerintah, lembaga-lembaga pemerintah dan juga organisasi non pemerintah”.

Menurut Boynton, Johnson dan Kell (2002:7) “ audit operasional (operational audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu”.

Menurut Boynton, Johnson dan Kell (2002:498) auditing operasional adalah suatu proses sistematis yang mengevaluasi efektivitas, efisiensi, dan kehematan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat hasil-hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan.

Menurut Guy, Alderman dan Winters (2001:419) audit operasional (operational audit) merupakan penelaahan atas prosedur dan metode operasi entitas untuk menentukan tingkat efisiensi dan efektivitasnya. Pada kesimpulan tentang audit operasional, rekomendasi yang umumnya diberikan adalah memperbaiki prosedur. Audit operasional kadang-kadang disebut sebagai audit kinerja, audit manajemen, atau audit komprehensif. Secara internasional, istilah yang paling sering digunakan untuk audit operasional adalah audit nilai uang (value-for-money auditing).

Yang melaksanakan audit operasional biasanya dilaksanakan oleh salah satu dari tiga kelompok : yaitu Auditor Intern berada dalam posisi yang begitu


(39)

unik untuk melaksanakan audit operasional sehingga beberapa orang menggunakan istilah auditing internal dan auditing operasional saling bergantian. Akan tetapi, tidaklah tepat untuk menyimpulkan bahwa semua auditing operasional dilakukan oleh auditor intern hanya melakukan auditing operasional. Banyak departemen audit intern melaksanakan audit operasional dan keuangan. Seringkali hal itu dilaksanakan secara bersamaan. Auditor pemerintah federal dan negara bagian melaksanakan auditing operasional, yang seringkali merupakan bagian dari pelaksanaan audit keuangan. Kantor-kantor akuntan melaksanakan audit atas laporan keuangan historis, sebagian dari audit itu biasanya terdiri dari pengindetifikasian masalah-masalah operasional dan membuat rekomendasi yang dapat bermanfaat bagi klien audit.

b. Kriteria Pemeriksaan Operasional

Kesulitan utama yang dihadapi dalam pemeriksaan operasional adalah menentukan kriteria untuk mengevaluasi apakah efisiensi dan efektivitas telah tercapai. Salah satu pendekatan untuk menyususn kriteria bagi pemeriksaaan operasional adalah dengan menetapkan tujuannya untuk menentukan apakah beberapa aspek unit usaha itu dapat dibuat lebih efektif dan efisien, dan untuk merekomendasikan perbaikan. Pendekatan ini mungkin mamadai bagi auditor yang berpengalaman dan terlatih baik, tetapi akan sulit bagi kebanyakan auditor untuk mengikuti pendekatan yang tidak ditentukan dengan jelas semacam itu.


(40)

c. Tahap-Tahap Pemeriksaan Operasional 1) Perencanaan

Dalam perencanaan, auditor operasional harus menentukan ruang lingkup penugasan dan menyampaikan hal itu kepada unit organisasional. Juga perlu menentukan staf yang tepat dalam penugasan, mendapatkan informasi mengenai latar belakang unit organisasional, memahami struktur pengendalian intern, dan memutuskan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan.

2) Pengumpulan dan Evaluasi Bahan Bukti

Karena pengendalian intern dan prosedur operasi merupakan bagian yang kritis dalam pemeriksaan operasional, maka dokumentasi, tanya jawab dengan klien dan pengamatan, sering kali digunakan secara ekstensif. Pemeriksaan operasional harus mengumpulkan cukup bahan bukti kompeten agar dapat menjadi dasar yang layak guna mencari suatu kesimpulan mengenai tujuan yang sedang diuji.

3) Pelaporan dan Tindak Lanjut

Auditor bertanggung jawab untuk melaporkan hasil auditnya kepada manajemen atau pihak lain yang memberikan penugasan melalui suatu laporan hasil audit. Dengan demikian, pihak perusahaan dapat mempertanggungjawabkan dan mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.


(41)

1) Fungsional

Fungsi adalah sarana untuk mengkategorikan aktivitas suatu perusahaan, seperti fungsi penagihan atau fungsi produksi. Ada banyak cara untuk mengkategorikan dan mensubdivisikan fungsi-fungsi. Misalnya, terdapat fungsi akuntansi, tetapi terdapat juga fungsi-fungsi pengeluaran kas, dan pembayaran gaji.

2) Organisasional

Audit operasional atas suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasional, seperti departemen, cabang, atau anak perusahaan. Penekanan dalam suatu audit organisasi adalah beberapa efisien dan efektif fungsi-fungsi saling berinteraksi. Rencana organisasi dan metode-metode untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas khususnya penting dalam audit jenis ini.

3) Penugasan Khusus

Penugasan auditing operasional khusus timbul atas permintaan manajemen. Ada banyak variasi dalam audit seperti ini. Contoh-contohnya mencakup penentuan kecurangan dalam suatu divisi, dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu barang.

e. Standar Pemeriksaan Operasional

Ada lima macam standar professional yang diterbitkan oleh Dewan sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik :


(42)

2. Standar Atestasi

3. Standar Jasa Akuntansi dan Review 4. Standar Jasa Konsultansi

5. Standar Pengendalian Mutu

Kelima macam standar profesional tersebut diklasifikasikan dan dikumpulkan dalam satu yang diberi judul : “ Standar Profesioanl Akuntan Publik”. Disamping kelima macam standar tersebut, buku standar professional akuntan publik juga berisi aturan etika kompartemen akuntan publik.

Standar Auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri dari sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum dalam Standar Auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman-pedoman utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit. Kepatuhan terhadap pernyataan standar auditing yang dikeluarkan oleh Dewan bersifat wajib (mandatory) bagi anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan publik. Termasuk di dalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA), yang merupakan Interpretasi resmi yang dikelurakan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSA. Dengan demikian IPSA memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi


(43)

ini bersifat mengikat bagi anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan publik, sehingga pelaksanaan bersifat wajib (mandatory).

Standar Atestasi memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis maupun tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa nonaudit. Standar atestasi terdiri dari sebelas standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT). PSAT merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang terdapat dalam standar atestasi. Termasuk di dalam Pernyataan Standar Atestasi adalah Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT), yang merupakan Interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSAT sehingga merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSAT. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan publik, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib (mandatory).

Standar jasa akuntansi dan review. Standar jasa akuntansi dan review memberikan kerangka untuk fungsi nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review standar jasa akuntansi dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar jasa Akuntansi dan Review (PSAR) termasuk di dalam Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review adalah Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR), yang merupakan Interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan


(44)

yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSAR. Dengan demikian IPSAR memberikan jawaban atas pertanyaan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSAR sehingga merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSAR. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai Akuntan Publik, sahingga pelaksanaannya bersifat wajib.

Standar jasa konsultansi memberikan panduan sebagai akuntan publik di dalam penyediaan jasa konsultansi bagi masyarakat. Jasa konsultansi pada hakikatnya berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi , para praktisi menyajikan suatu simpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (aserter). Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, simpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan untuk kepentingan klien. Standar Jasa Konsultansi dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Konsultansi (PSJK). Termasuk di dalam Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan review adalah interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultansi (IPSJK), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSJK.

Standar pengendalian mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan publik didalam melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan


(45)

Standar Profesional Akuntan Publik dan aturan etika kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam perikatan Jasa Profesional, Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab untuk menyetujui untuk mematuhi berbagai standar yang relevan yang diterbitkan oleh Dewan dan Kompartemen Akuntan Publik. Dalam pemenuhan tanggung jawab tersebut, kantor Akuntan Publik wajib mempertimbangkan intergrtitas stafnya dalam menentukan hubungan profesionalnya ; bahawa akuntan public dan para stafnya independen terhadap kliennya sebagai mana diatur oleh aturan etika, kompartemen akuntan publik dan bahwa staf akuntan publik kompeten, professional, dan objektif serta akan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care). Oleh karena itu, kantor akuntan publik harus memiliki sistem

pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan professional dengan berbagai standar dan aturan relevan yang berlaku. Standar pengendalian mutu dirinci dalam bentuk pernyataan standar pengendalian mutu (PSM). Termasuk di dalam pernyataan standar pengendalian mutu adalah interpretasi pernyataan standar pengendalian mutu atau (IPSM), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan PSM.

f. Penyelesaian Pemeriksaan Operasional Terhadap Proses Produksi Tahap terakhir dari suatu pemeriksaan operasional meliputi pekerjaan-pekerjaan yang berikut :


(46)

a) Penelaahan (review) atas kertas-kertas kerja yang telah dibuat oleh para asisten dan pembahasan ayat-ayat penyesuaian.

Penelaahan atas kertas kerja dan pengisian daftar penguji tersebut janganla ditunggu sampai seluruh pekerjaan pemeriksaan sudah selesai sama sekali. Hal itu justru sebaiknya dilakukan seawal mungkin, misalnya pada waktu analisa suatu perkiraan telah selesai .b) Pemeriksaan atas peristiwa setelah tanggal neraca.

Akuntan bukan saja harus memeriksa transaksi dan peristiwa selama tahun pembukuan yang bersangkutan, tetapi juga peristiwa-peristiwa setelah tanggal neraca (after balance sheet date events) sampai tanggal laporan akuntan, peristiwa ini juga disebut peristiwa-peristiwa kemudian (subsequent events)

c) Perumusan pendapat akuntan dan pembahasannya dengan langganan. Setelah semua bukti pemeriksaan terkumpul, akuntan harus dapat mengolahnya sehingga pendapat akuntan yang akan diberikannya dapat dirumuskan. Akuntan tidak cukup melihat apa-apa yang tertulis dalam pembukuan langganan saja. Faktor-faktor lingkungan sekitarnya harus juga diperhatikan.

d) Permintaan surat pernyataan langganan.

Antara lain disebutkan disitu jasa-jasa pemeriksaan khusus (special audit atau special examination atau investigation), pemberian nasehat pada pimpinan perusahaan (management advisory services atau consulting), dan jasa-jasa dibidang perpajakan.


(47)

e) Penyelesaian dan pengiriman laporan

Kalau tahap akhir ini dihubungkan dengan urutan-urutan pekerjaan sebelumnya, kita akan mendapatkan gambaran mengenai seluruh proses pemeriksaan.

Contoh Pemeriksaan Proses Produksi

PT ABC

Daftar Biaya Pemesanan

Nama Pemesanan : PT IDOLA No.Pekerjaan :101 Jenis Produk : Lemari Tgl dipesan :4/1/1992

Spesifikasi : - Tgl dimulai :6/1/1992

Banyak : 5 Buah Tgl permintaan selesai :10/1/1992


(48)

Dibebankan

Tgl No.BPB Jumlah Tanggal Jumlah Tgl Tarif

OH

Jumlah

6 Jan 21 Rp.72.500 6 Jan Rp.24.000 1 Jan 50%

TKL

Rp.60.000

9 Jan 28 Rp.69.000 7 Jan Rp.24.000

8 Jan Rp.24.000

9 Jan Rp.24.000

10 Jan Rp.24.000

Jumlah Rp.141.500 Jumlah Rp.120.000 Jumlah Rp.60.000

Harga jual Rp 500.000

Biaya Produksi

Bahan langsung Rp 141.500 T.krj.langsung Rp 120.000

Overhead Pabrik Rp 60.000 Rp (321.500)

Beban Usaha

Beban Pemasaran Rp (32.000)


(49)

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa tinjauan terdahulu berkaitan dengan pemeriksaan operasional terhadap proses produksi yang dilakukan oleh internal auditor dalam meningkatkan proses produksi.

Adapun tinjauan terdahulu tersebut antara lain : Tabel 2.1

No Nama Peneliti KIKI PRATIWI SITORUS

A Judul Penelitian Peranan satuan kerja audit intern untuk mencapai


(50)

Medan

Tahun Penelitian 2008

Masalah yang diteliti Adapun masalah-masalah yang diteliti oleh penulis adalah :

1. Apakah fungsi satuan kerja audit intern pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Medan sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam upaya

peningkatan operasional?

2. Bagaimana satuan kerja audit intern sesuai kedudukannya dapat berperan dalam mencapai pengendalian yang baik?

Masalah yang ditelititi Adapun masalah masalah yang diteliti oleh penulis adalah :

1. Apakah fungsi satuan kerja audit intern pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Medan sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam upaya peningkatan operasional ?

2. Bagaimana satuan kerja audit intern sesuai kedudukannya dapat berperan dalam mencapai pengendalian yang baik?

Metode Penelitian Deskriptif Analitis

Hasil Temuan Memberikan satuan analisa dan penilaian atas

peranan satuan kerja audit melalui fungsi dan kedudukannya untuk mencapai pengendalian yang baik dari hasil penenelitian


(51)

No Nama Peneliti ERIC CHRISTIAN DAMANIK

B Judul Penelitian Harga pokok produksi obat-obatan pada PT

MUTIFA MEDAN

Tahun Penelitian 2003

Masalah yang ditelititi Adapun masalah-masalah yang diteliti oleh penulis adalah :

1. Bagaimana penggolongan dan pengalokasian

biaya-biaya dalam perusahaan, apakah sudah sesuai dengan teori Akuntansi Biaya

2. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi yang selama ini telah dilaksanakan perusahaan?

3. Kendala apa yang dihadapi dalam perhitungan harga pokok produksi?


(52)

Hasil Temuan Dibutuhkan untuk melihat bagaimana efisiensi yang telah dilakukan oleh masing-masing Departemen dalam rangka pengambilan keputusan terutama yang berkaitan dengan efisiensi biaya produksi

No Nama Peneliti Titus Tamima Lubis

C Judul Penelitian Analisa Terhadap Proses Produksi dan

Pengawasan Produksi Untuk Peningkatan Mutu Produk yang Dihasilkan Pada

PT BINTANG CEMARA INDUSTRI MEDAN

Tahun Penelitian 1997

Masalah yang ditelititi Adapun masalah yang diteliti oleh penulis adalah untuk mengetahui mutu atau hasil produksi yang efektif dan efisien

Metode Penelitian Deskriptif Analitis

Hasil Temuan Produksi barang atau jasa sesuai dengan bentuk

kualitas, serta dalam batas-batas biaya yang telah direncanakan akan sebelumnya


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan menggunakan metode deskriptif yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan pemeriksaan operasional terhadap proses produksi yang dilakukaan.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


(54)

penelitian dalam hal ini PT.Mutifa-Industri Farmasi Medan, melalui hasil wawancara dengan kepala bagian akuntansi.

2. Data Sekunder, yaitu data yang bersumber dari perusahaan, yaitu data mengenai sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pemeriksaan operasional terhadap proses produksi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak tertentu dalam perusahaan, dalam hal ini pihak manajemen yang berhubungan dengan proses produksi.

2. Teknik kepustakaan, yaitu mengumpulkan informasi yang diperlukan melalui buku- buku, literatur-literatur, artikel-artikel, dan lain-lain yang berkaitan dengan pemeriksaan operasional terhadap proses produksi.

3. Teknik observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung maupun tidak langsung terhadap aktivitas perusahaan.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang mengumpulkan, menyusun, mengelompokkan, menginterpretasikan, dan menganalisa data untuk memberi gambaran dan jawaban yang jelas dan akurat dari perumusan


(55)

masalah.

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Objek penelitian adalah PT. Mutifa-Industri Farmasi Medan Jl. Namorambe Km 6.8 No. 168.

Tahapan Penelitian 2010

Jan Feb Mar Apr Mei Juni

Pengajuan proposal skripsi X

Bimbingan proposal skripsi X X

Seminar proposal skripsi X

Bimbingan dan penulisan skripsi X X

Penyelesaian skripsi X

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum PT.Mutifa-Industri Farmasi Medan a. Sejarah Singkat Perusahaan

Luas tanah berdirinya PT. Mutifa-Industri Farmasi Medan(PT. MUTIFA) adalah 3.983 meter dengan asal usul tanah sebagai berikut :

Pada mulanya tanah ini adalah milik Muhammad Achmad Yusuf atau lebih dikenal dengan nama Amir Yusuf, seorang pengusaha dimana pada waktu


(56)

itu adalah sebagai Direktur CV. Barisan di Medan. Selanjutnya tanah tersebut dijual secara lelang yang kemudian jatuh ketangan Humola Toga Mulia Panggabean.

Dengan surat izin bangunan No. 41/RKT/S/MBU/72/1975 dari Dinas Bangunan Kodati II Medan. Pada tahun 1975 H.T.M. Panggabean mendirikan bangunan diatas tanah tersebut sebuah bangunan pada tahun 1975, yang selanjutnya bangunan tersebut digunakan sebagai kantor dan pabrik farmasi ”sejati” yang pada masa itu memproduksi anggur obat dengan merek ”siagogo”.

Kemudian pada bulan januari 1980, H.T.M. Panggabean menjual tanah tersebut serta bangunan diatasnya kepada Drs. Welsyn Hasoloan Siahaan, dengan akte jual beli No. 52 yang dibuat oleh notaris Walter Siregar seorang Notaris di Medan.

Dengan akte notaris No.112 tanggal 31 januari 1980 maka didirikan PT. Mutiara Mukti Farma yang aktenya dibuat oleh Malem Ukur Sembiring SH, Notaris di Medan, dengan Direktur Utamanya Drs. Welsyn Hasoloan Siahaan.

Dengan surat keputusan Mentri Kesehatan R.I. No.0098/A/SKP/PAB/1/81 memutuskan memberi izin kepada PT. Mutiara Mukti Farma untuk mendirikan sebuah pabrik farmasi dengan memakai nama ”MUTIARA INDUSTRI FARMASI” yang dapat memproduksi obat-obatan serta menjualnya.

Sejak itu dengan Surat Izin Produksi Departemen Kesehatan RA c/q Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan No. 213/AA/III/1981, mulailah PT. Mutiara Mukti Farma memproduksi obat-obatan seperti sekarang. PT. Mutiara Farma didaftarkan pada Pengadilan Negeri Medan dengan No. 41


(57)

85/PT/1980 tanggal 10 juni 1980 dan atas Keputusan Menteri Kehakiman RI No. Y.A.5/289/1980 Tanggal 3 juni 1980 dan dicantumkan pada Tambahan Berita Negara RI No. 24 bulan Maret 1981 dengan merek/alamat : PT. Mutiara Industri Farmasi – JL. Brigjen Katamso No. 200 Medan

Kemudian dengan Akte No.35 yang dibuat Syahril Sofyan SH. Seorang Notaris di Medan, pada tanggal 29 Nopember 1988 diadakan akte perubahan atas pemegang saham serta manajemen perusahaan, kemudian diputuskan oleh Menteri Kehakiman RI No.C2-1134.M.T.OL98 tanggal 31 Januari 1989.

Dalam Akte perubahan tersebut diatas, atas keputusan Dewan Komisaris serta para pemegang saham, ditetapkan bahwa yang menjadi penaggung jawab adalah Jacob dengan jabatan Direktur Utama, sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Tahun 1991 dibeli sebidang tanah seluas + 8600 m di Namorambe Kecamatan Delitua-Kabupaten Deli Serdang. Pada tahun 1992 dibangun pabrik baru sebagai pemindahan lokasi pabrik lama karena sesuai dengan keputusan pemerintah bahwa pabrik farmasi tidak dibenarkan di dalam kota.

Lalu pada tahun 1994 tepatnya pada tanggal 24 juli 1994 lokasi industri PT.Mutifa secara resmi oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan diresmikan pemakaian gudangnya di JL. Besar Namorambe No. 68 KM 8,5 sampai sekarang.


(58)

Dalam setiap badan usaha baik badan usaha pemerintah maupun badan usaha swasta yang mempunyai volume kerja yang banyak harus mempunyai sruktur organisasi untuk dapat menunjukkan pembagian kerja dan batas tanggungjawab dari masing-massing bagian.

Manfaat dari struktur organisasi yaitu supaya ada ketegasan dan batas tanggungjawab dari bagian itu. Manfaat lainnya akan membawa setiap karyawan pada kewajiban dalam pelaksanaan tugas masing-masing dengan sebaik-baiknya.

Struktur organisasi pada PT.Mutiara Mukti Farma merupakan sruktur organisasi lini yang memperlihatkan wewenang dan tanggung jawab secara vertikal, yang berarti bahwa tiap-tiap orang dalam organisasi kecuali buruh mempunyai beberapa orang karyawan.

Kekuasaan tertinggi berada pada rapat umum pemegang saham yang pelaksanaannya harus dipertanggungjawabkan oleh Direktur Utama. Untuk menjalankan aktivitas perusahaan Direktur membawahi 6 bagian dan masing-masing bagian dipimpin oleh seorang manajer yang langsung bertanggungjawab kepada Direktur. Masing-masing bagian membawahi sub bagian yang bertanggungjawab penuh kepada kepala bagiannya dalam melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepadanya.

Pembagian tugas dan tanggung jawab pada PT MUTIFA sebagai berikut : 1) Direktur Utama

Direktur utama melaksanakan tugas kepemimpinan utama dalam bidang pengelolaan dan kemajuan perusahaan. Tanggung jawabnya yang paling penting yaitu dalam mengambil keputusan dan menentukan


(59)

kebijakan perusahaan. Keputusan diambil berdasarkan laporan-laporan rutin dan informasi dari para manajer.

2) Manajer Umum dan Akuntansi

Tugas dan wewenang utamanya dalam bidang personalia dan akuntansi. Dalam bidang personalia yaitu membina kemampuan kerja karyawan, sedangkan dibidang akuntansi yaitu membuat laporan keuangan perusahaan setiap periode dan membuat laporan pajak perusahaan.

3) Manajer Keuangan

Bertanggung jawab kepada Direksi dalam melaksanakan tanggung jawab keuangan perusahaan dan pelaksana fungsi keuangan dalam pembayaran, penerimaan dan penyimpanan uang perusahaan.

4) Manajer Produksi

Bertanggung jawab atas terlaksananya pembuatan obat agar obat memenuhi persyaratan kualitas yang dititipkan bekerjasama dengan bagian perencanaan dan pengadaan dalam menyusun rencana produksi.

5) Manajer Pengawasan Mutu

Memimpin dan mengarahkan pelaksanaan tugas laboratorium kimia, mikrobiologi, pelaksanaan pengawasan dalam proses maupun pelaksanaan CPOB.


(60)

Membuat penelitian berusaha meningkatkan kualitas produk penelitian dan pengembangan kapasitas produksi.

c. Produk Perusahaan

PT MUTIFA merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang kesehatan dan pembuatan obat-obatan sampai sekarang. Perusahaan ini telah banyak memproduksi beberapa jenis obat yaitu :

1. Tablet

Merupakan obat yang dikemas sedemikian rupa yang memudahkan konsumen untuk mengenal dan memahami bentuk-bentuk obat tersebut. Jenis tablet yang diproduksi perusahaan ini antara lain : Paracetamol, Vit B Compleks, Dexametasone dan lain sebagainya.

2. Kaplet

Adalah bentuk obat yang penataannya hampir serupa dengan tablet tetapi komposisi dari pada obat dan bentuknya agak sedikit besar dan sedikit elit bila dibandingkan dengan tablet, hal ini dikarenakan obat ini banyak, dikonsumsi oleh kalangan menengah ke atas dan juga bahan baku obat ini diperoleh dari luar negeri.

3. Sirup

Adalah bentuk obat yang berkomposisi dalam bentuk konsumen khususnya pada anak kecil untuk langsung diminum. Obat ini berbentuk


(61)

cairan yang bermanfaat langsung masuk dalam kadar organizing perut manusia. Ada beberapa tipe kemasan sirup ini, yaitu botol besar, kecil , dan sedang .

4. Obat luar

Yaitu obat yang berfungsi untuk bagian luar tubuh manusia. Dalam memproduksi jenis obat luar ini perusahaan menggunakan beberapa macam tipe dalam kemasan yang berbeda seperti dalam kemasan botol plastik kecil, sedang, besar, kemasan botol dan kemasan kotak dan sebagainya.

5. Injeksi

Adalah jenis obat yang digunakan untuk suntikan. Injeksi ini berbentuk cairan yang dikemas dalam bentuk botol dari plastic

6. Jenis obat-obatan lainnya

Sampai sekarang PT MUTIFA telah memproduksi a. 51 jenis tablet dan kaplet

b. 13 jenis kapsul c. 23 jenis sirup

d. 9 jenis cairan untuk injeksi e. 4 jenis puyer

f. 7 jenis lain-lain


(62)

a. Ampicilin tablet 250 mg 100 / botol b. Antalgin tablet 500 mg 100 strip / botol c. Dextrometorfan sirup 100 ml /botol kc d. Multidry injeksi

e. Ampicilin kapsul 250 mg 100 / botol f. Puyer anak mas

g. Vitamin B kompleks

h. Chlorompenicol 250 mg / botol i. Dan lain-lain


(63)

(64)

Secara ringkas akan diuraikan proses produksi, yaitu : 1) Ruang gedung

Pada bagian ini bahan baku yang sudah diperoleh berdasarkan dokumen dari pihak produksi selanjutnya ke pihak gudang akan memberikan bahan baku tersebut untuk dijadikan barang jadi. Bahan baku ini berupa serbuk dan cairan obat.

2) Ruang penimbangan

Bahan baku yang diambil dari ruang gudang akan ditimbang sesuai dengan dokumen yang telah ditetapkan selumnya. Dalam ruangan ini juga dilakukan pengecekan dan pemisahan bahan baku yang dilakukan oleh bagian quality control yang berfungsi untuk memberikan pernyataan layak atau tidak layaknya bahan baku tersebut untuk diproses.

3) Ruang pencampuran

Pada bagian ini pencampuran dilakukan untuk mendapatkan bahan baku yang ideal untuk jenis obat yang harus dicampur dengan bahan penolong yang akan memproduksi bahan baku menjadi bahan setengah jadi.

4) Ruang grahnal basah

Dalam ruangan ini bahan baku dan bahan penolong disatukan menjadi bahan setengah jadi melalui serangkaian proses produksi, yaitu :

a. Saringan basah, bahan yang telah dicampur dibuat terpisah untuk jenis bahan yang akan dihasilkan seperti bahan sirup, obat luar dan obat injeksi.


(65)

b. Saringan mesin (kering), dalam proses ini bahan yang telah dicampur tadi akan dijadikan bahan setengah jadi yang akan berbentuk obat tablet, kaplet, kapsul, dan sejenisnya

5) Ruang pengeringan

Bahan baku yang berasal dari ruang grahnal basah akan dikeringkan menjadi bentuk gumpalan-gumpalan kristal yang belum tersusun rapi dalam bentuk obatnya. Gumpalan kristal tersebut disebabkan oleh grahnal basah yang membeku dan menjadi bahan setengah jadi 6) Ruang pencetakan

Gumpalan-gumpalan kristal tadi akan dicetak sesuai dengan bentuk obat yang diinginkan. Pencetakan bentuk dikerjakan oleh mesin pencetak. Untuk proses ini diperlukan waktu kira-kira 4 jam dimana tiap jam mampu menghasilkan 25000 kapsul. Setelah pencetakan ini selesai, cetakan akan diperiksa oleh bagian bawahan untuk memeriksa apakah cetakan tersebut layak untuk dikemas atau tidak

7) Ruang pengemasan

Untuk pengemasan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

a. Pembotolan, melalui pemasukan kapsul pada tiap botol, penutupan botol dengan form, pemasangan sealeup pada sekitar tutup botol untuk menghindari udara luar masuk ke dalam botol, pembuatan brosur dan label diluar botol dan memasukkan botol ke dalam kotak

b. Penyetripan, memasangkan kapsul pada tiap-tiap srtip yang digunakan oleh mesin pemasang strip, memasukkan setiap strip pada


(66)

box atau kotak kecil, proses pengeleman box kecil dan pembuatan brosur pada kotak

8) Pengepakan

Proses terakhir kali adalah mengepakan setiap produk yang telah siap untuk dijual yang akan dikirim ke gudang barang. Jadi untuk proses pengemasan dengan pengepakan 1000 botol atau 1000 box tablet membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Jumlah buruh langsung yang mengerjakan ketiga jenis produk ini sebanyak 4 orang dengan tarif upah jam kerja sebesar Rp 1000,- per jam kerja.

2. Tahap Pemeriksaan Operasional Terhadap Proses Produksi

Sebelum hasil produksi siap untuk dikonsumsi PT MUTIFA mempunyai tahap-tahap pemeriksaan operasional terhadap proses produksi. Dimulai dengan perencanaan , dalam perencanaan auditor operasional harus menentukan ruang lingkup penugasan dan menyampaikan hal itu kepada Kepala Bagian Gudang khusus proses produksi untuk hasil produksi tersebut. Perlu juga menentukan staf yang tepat dalam penugasan, mendapatkan informasi mengenai. Latar belakang unit organisasional, memahami srtuktur, dan memutuskan sudah layak kah produksi tersebut untuk dikonsumsi.

Karena pengendalian intern dan prosedur operasi merupakan bagian yang kritis dalam pemeriksaan operasional, maka dokumentasi, tanya jawab dengan klien dan pengamatan, sering kali digunakan secara ekstensif. Pemeriksaan operasional harus mengumpulkan cukup bahan bukti kompeten agar dapat


(67)

menjadi dasar yang layak guna mencari suatu kesimpulan mengenai tujuan yang sedang diuji.

Di PT MUTIFA auditor bertanggung jawab untuk melaporkan hasil proses produksi kepada Kepala QA (Quality Assurance), yang tugasnya untuk memeriksa apakah mutu hasil proses produksi sudah terjamin kualitasnya dan siap untuk di konsumsi oleh konsumen. Dengan demikian, pihak perusahaan dapat mempertanggungjawabkan dan mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.

3. Jenis-Jenis Pemeriksaan Operasional Terhadap Proses Produksi

A da 3 jenis pemeriksaan Operasional Terhadap Proses Produksi di PT MUTIFA :

a) Pemeriksaan Fisik Hasil Pengemasan Primer

Pemeriksaan yang dilakukan untuk semua jenis obat atau hasil proses produksi PT MUTIFA dimana pemeriksaan berfungsi untuk balikan rapat, tidak kerut, rapi, pemotongan rapat, tidak kerut, rapi, pemotongan dan rapi, isi obat benar, fisik bagus, jumlah benar, No bets, ED, HET benar, plastik, isi obat dan jumlah benar, fisik bagus, terklem, rapat setelah itu dilakukan dengan sempurna, baik dan teliti maka obat atau hasil produksi siap untuk dikonsumsi.

b) Pemeriksaan Fisik Produk Jadi

Pemeriksaan yang dilakukan untuk semua jenis obat atau hasil proses produksi PT MUTIFA dimana pemeriksaan berfungsi untuk memeriksa apakah obat atau hasil produksi sudah tertutup rapi,


(68)

bersih, etiket tidak miring / tidak berkejut, isi obat benar, fisik bagus, jumlah benar, No bets, ED, HET benar, brosur, packing list, label luar, kotak karton, benar, rapi, bersih. Setelah itu dilakukan dengan sempurna, baik dan teliti maka obat atau hasil produksi siap untuk dikonsumsi.

c) Pemeriksaan Fisik Produk Ruahan

Pemeriksaan yang dilakukan untuk semua jenis obat atau hasil proses produksi PT MUTIFA dimana pemeriksaan berfungsi untuk memeriksa apakah obat atau hasil produksi sudah bentuk permukaan, tidak capping / somple / retak warna rata, bersih / tidak bintik hitam, tidak berpori dan lain-lain Setelah itu dilakukan dengan sempurna, baik dan teliti maka obat atau hasil produksi siap untuk dikonsumsi.

4. Standar pemeriksaan operasional terhadap proses produksi

Standar pemeriksaan operasional yang dipakai oleh PT MUTIFA adalah standar GMP (Good Mananufactured Production). Dimana standar itu dipakai oleh bagian QA (Quality Assurance) untuk memeriksa obat-obat yang sudah jadi, lalu bagian QA memutuskan apakah obat ini sudah layak untuk dikonsumsi. Lalu kemudian audit operasional memeriksanya, sudah efisien dan efektif kah obat ini, agar tidak terjadi kesalahan dalam proses produksi dan pemeriksaannya.


(69)

5. Penyelesaian pemeriksaan operasional terhadap proses produksi

Laporan audit operasional adalah alat formal untuk memberitahukan kepada manajemen mengenai pendapat audit atas kinerja manajemen, profit risiko dan internal control pada aktivitas bisnis. Laporan audit perlu pula menggambarkan aspek-aspek positif dari yang diaudit.

Masalah-masalah / pertimbangan audit dan rekomendasi-rekomendasi yang diberikan oleh auditor perlu diperiksa dan didiskusikan dengan auditee selama terhadap pekerjaan lapangan.

Laporan audit harus disampaikan dengan bahasa yang baik, singkat, mudah dimengerti dan tepat waktu agar dapat bermanfaat bagi manajemen. Auditor operasional perlu memberitahu auditee terlebih dahulu apabila terjadi keterlambatan dalam pelaporan.

Ketua tim audit bertanggung jawab untuk merancang laporan berdasarkan kesimpulan audit atau hasil pemeriksaan. Laporan akan diperiksa dan diperbaiki bila perlu oleh manajer audit atau orang yang ditunjuk untuk kemudian disetujui dan diterbitkan ketua tim audit juga bertanggung jawab atas persiapan dan distribusi laporan.

Laporan audit harus memuat semua temuan audit yang berhasil diidentifikasi oleh audit operasional dengan terperinci dan jelas. Rincian temuan audit harus disiapkan pada saat masalah diidentifikasi. Tujuan dari memepersiapkan rincian temuan audit adalah untuk memberikan ringkasan awal dari masalah audit yang perlu didiskusikan oleh auditor dengan


(70)

auditee untuk pembuktian dan mendapatkan reaksi awal auditee, guna memberikan referensi yang menyeluruh kapada ketua tim audit dalam memeriksa rancangan laporan audit dan untuk memberikan dasar lengkap, logis dan terpadu dalam mempersiapkan rancangan laporan audit.

Prosedur yang dimiliki perusahaan untuk membuat rincian temuan audit adalah sebagai berikut :

a. Temuan-temuan dan rekomendasi audit perlu didiskusikan dengan tingkat manajemen yang memiliki pengetahuan yang sesuai tentang rincian operasi dan dengan orang yang berwenang untuk mengimplementasikan tindakan perbaikan

b. Akibat-akibat yang mungkin terjadi dari temuan perlu dikuantifikasi c. Temuan-temuan yang baik perlu dimasukkan kedalam rincian temuan

d. Temuan-temuan yang baik harus singkat dan jelas dan perlu dimasukkan ke dalam ringkasan eksekutif dari laporan audit

e. Penyajian temuan audit didasarkan hal-hal berikut : 1. Kondisi

Merupakan penjelasan singkat mengenai sifat dasar temuan, yang memberikan suatu fakta yang seharusnya tidak boleh terjadi atau berpotensi menimbulkan kerugian


(71)

2. Penyebab

Merupakan alasan dari adanya perbedaan antara kondisi yang diharapkan dan kondisi yang seharusnya dan kondisi yang sebenarnya 3. Dampak

Merupakan akibat yang secara langsung dirasakan atas satu kejadian, baik secara finansial (baik kerugian, potensi kerugian ataupun opportumity cost) maupun non finansial

4. Implikasi

Merupakan akibat yang secara tidak langsung akan dialami atau dirasakan terhadap suatu kejadian (side effect) yang akan mempengaruhi proses bisnis unit kerja auditee

5. Rekomendasi

Merupakan tindakan yang diperlukan atau saran untuk perbaikan guna melakukan prosedur (tindakan nyata agar dapat memenuhi kriteria / standar). Auditor perlu mempertimbangkan manfaat dan kerugian dalam memberikan rekomendasi untuk memperbaiki kelemahan yang telah diidentifikasi sebagai berikut :

a. Rekomendasi yang efektif harus berdasarkan penyelesaian

b. Menawarkan solusi yang praktis, biaya yang efektif dan realitis untuk masalah yang diidentifikasi

c. Berfokus pada kecelakaan misalnya hal-hal yang perlu dilakukan dan belum dilakukan pada saat ini


(72)

d. Mintalah orang tertentu untuk mengambil tindakan tertentu. Tindakan tersebut haruslah sesuatu yang dilakukan

e. Semua masalah harus sepenuhnya diselesaikan personil tertentu dari auditee untuk memperkecil risiko perselisihan

Setelah semua pemeriksaan dilakukan perlu juga dilakukan uji keragaman bobot / keseragaman kandungan, uji Disolusi, uji waktu hancur dan uji Lod serbuk (kapsul). Hasil produksi / obat dinyatakan siap dikonsumsi apabila kesimpulan total = memenuhi syarat. Apabila sudah memenugi syarat maka obat siap untuk didistribusikan dan siap untuk dikonsumsi oleh konsumen.

6. Pemeriksaan Operasional Terhadap Proses Produksi

PT MUTIFA Upah Langsung

Nov-Des 2003

Bulan Jam Kerja Langsung Tarif Upah Langsung

November 24,5 Jam Rp. 12.862,50


(73)

Laporan harga pokok produksi

Persediaan awal WIP, 1 Nov Bahan baku :

-Persediaan awal / B. penolong 1.053.300

-Pembelian

34.758.152 33.704.852

-Persediaan Akhir

Pemakaian bahan langsung 32.920.132

1.838.020

Biaya T.Kerja langsung 315.131,25

Biaya overhead pabrik

36.742.591,55 3.507.328,30

Persediaan akhir WIP

Harga pokok produk diselesaikan 35.498.741,55

1.243.850,00

Persediaan produk selesai, 1 nov

Jumlah tersedia dijual 40.598.741,55

5.100.000.00

Persediaan produksi selesai,31 oktober

Harga pokok produksi 36.038.741,55


(74)

B. Analisis Hasil Penelitian

Berdasarkan uraian tentang pemeriksaan operasional yang telah dijelaskan pada Bab II, maka penulis mencoba memberikan suatu analisa dan penilaian atas peranan satuan kerja periksaan operasional melalui fungsi dan kedudukannya untuk mencapai pengendalian yang baik dari hasil penelitian.

Pembahasan dalam bab ini akan terbagi menjadi :

1. Jenis-Jenis dan Standar Pemeriksaan operasional terhadap proses produksi

1) Bahan baku

Dari hasil penelitian bahan paku yang dipakai perusahaan bahan-bahan kimia yang sebagian besar diimpor. Laporan harga pokok produksi pada bulan November 1999 pemakaian bahan baku sebesar Rp.32.920.132,00 atau 92,37% dari total biaya produksi (Rp.35.498.741,55). Jika dilihat dari teori bahwa bahan baku adalah merupakan bahan yang secara menyeluruh membentuk produk yang bersangkutan. Jadi bahan baku tersebut merupakan bagian yang integral dari barang-barang yang diproduksi.

2) Bahan penolong

Dari hasil penelitian ; bahan penolong yang dipakai oleh perusahaan terdiri dari kemasan, brosur, etiket, kotak, karton dan lem kertas yang total biayanya Rp.710.000,00 atau 2% dari total biaya produksi. Dilihat dari teori bahan penolong adalah bahan yang menjadi bagian dari produk jadi tetapi


(75)

nilainya relative kecil. Dengan demikian perusahaan telah menetapkan bahan penolong yang sesuai dengan teori.

3) Upah langsung

Dari laporan tarif upah langsung yang dibuat perusahaan, perhitungan upah berdasarkan jam kerjanya pada bulan November jam kerja yang dibutuhkan dalam memproduksi Antalgin tablet 24,5 jam kerja dimana tariff upah perjam Rp.12.862,50. Jadi total jam kerja dikalikan tarif upah langsung Rp.315.131,25. Menurut salah satu koonsep teori ada 3 alternatif dalam menentukan dasar pembayaran upah langsung dan salah satunya berdasarkan tarif jam kerja. Dengan demikian perusahaan telah menerapkan perhitungan dan pembebanan upah langsung kedalam biaya produksi sesuai dengan teori.

Kedudukan auditor operasional sangat mempengaruhi luas pemeriksaan yang dapat dilakukannya dalam perusahaan. Semakin tinggi kedudukan auditor operasional maka semakin luas pula cakupan pemeriksaan yang akan dilakukannya.

Peran auditor operasional yang independen sangat dibutuhkan manajemen untuk memberikan hasil pemeriksaan yang tidak lepas dari kedudukannya dalam perusahaan. Kedudukan auditor operasional yang independen akan memungkinkan auditor memberi pendapat dan saran tanpa terlibat dengan kegiatan yang diperiksanya.

Kedudukan auditor operasional yang berada diperusahaan akan memberikan independensi yang tinggi untuk menjalankan audit pada seluruh bagian perusahaan yang ada dibawah pimpinan tersebut. Posisi tersebut dapat


(76)

membuat auditor bertindak dengan tegas bila menemukan keadaan yang tidak sesuai.

Independensi yang cukup tinggi yang dimiliki audit operasional pada perusahaan akan memberi kebebasan bagi audit operasioanal untuk menjalankan wewenangnya. Secara garis besar adapun yang menjadi wewenang audit opersional PT MUTIFA yaitu sebagai berikut :

a. Menyusun dan mengubah kebijakan dan prosedur audit operasional serta ruang lingkup pekerjaan audit sesuai dengan kebijakan audit intern PT MUTIFA.

b. Menguji, memeriksa, dan menilai kelengkapan, keakuratan, keabsahan, kepemilikan dan kewenangan akses kepada sumber daya PT MUTIFA seperti catatan Akuntansi serta administrasi.

c. Memonitor, menindaklanjuti dan mengevaluasi langkah perusahaan yang diambil oleh manajemen auditee berdasarkan temuan audit.

d. Memberi masukan pada sistem development life cycle tentang sistem internal control dan risk management (sebagai nara sumber). Keterlibatan

audit operasional dalam sistem development life cycle tidak diartikan bahwa audit opersional telah menerima secara mutlak sistem tersebut. Perkembangan bisnis obat-obatan dan teknik control serta peer review memungkinkan audit opersional untuk mengaudit sistem tersebut.

e. Memiliki akses langsung ke komite audit, komisaris dan anggota Direksi lainnya dalam kaitan dengan objek audit


(1)

nilai tambah bagi perusahaan baru hanya sebagai pihak yang mencari-cari kesalahan.

Audit operasional perusahaan tidak hanya bertanggung jawab untuk menginformasikan sifat dan dampak dari kelemahan proses produksi yang ditemukan dalam operasional bisnis, tetapi juga memberikan solusi praktis untuk memperbaiki kelemahan tersebut. Audit operasional juga menilai kualitas pelaksanaan tugas menjadi tanggung jawab menajemen lini.

Adapun yang menjadi tujuan perusahaan melaksanakan peran audit operasional dalam menilai internal control dan kualitas pelaksanaan tugas manajemen adalah sebagai berikut :

a) Tujuan dari pemeriksaan dan evaluasi arti kecukupan sistem internal control adalah memastikan bahwa sistem internal control memberikan jaminan bahwa tujuan PT MUTIFA dapat tercapai secara ekonomis dan efisien.

b) Tujuan dari pemeriksaan dan evaluasi atas efektivitas sistem internal control adalah memastikan bahwa system internal control berfungsi dengan baik.

c) Tujuan dari pemeriksaan dan evaluasi kualitas pelaksanaan tugas adalah memastikan bahwa tujuan bisnis PT MUTIFA telah dicapai. Karena peran dan tanggung jawab audit yang begitu penting bagi tercapainya tujuan perusahaan maka jumlah personil audit yang dimiliki harus sesuai dengan cakupan luas pemeriksaan yang harus dilakukannya.


(2)

Pelaksanaan audit akan optimal jika personil melakukan audit dengan cakupan dan luas yang sesuai dengan kemampuannya.

Dilihat dari penyajian temuan audit yang dihasilkan bagian audit operasional perusahaan, penulis berpendapat bahwa audit telah disajikan dengan baik. Peranan audit disampaikan dengan dasar fakta yang akurat, jelas, ringkas, dan dapat dimengerti oleh pihak terkait. Temuan audit menjelaskan dengan lengkap, tentang kondisi, kelemahan, implikasi, penyebab, dampak, dan rekomendasi. Selain itu, dalam temuan audit juga dicantumkan bagaimana tanggapan auditee terhadap temuan sehingga lebih memperjelas masalah yang ada. Bagian proses penyusunan laporan yang begitu jelas dan terperinci maka audit diharapkan dapat membimbing manajemen dalam mengenali kelemahan-kelemahan yang mengalami pencapaian tujuan organisasi.

Sebelum laporan disetujui, diterbitkan dan didistribusiksn, laporan tersebut terlebih dulu diperiksa kembali dan diperbaiki bila perlu sehingga kualitas laporan tetap terjaga. Dengan informasi yang diberikan melalui laporan audit tersebut, auditee akan melakukan tindak lanjut untuk memperbaiki dan meningkatkan proses produksi perusahaan.

Tindak lanjut merupakan tindakan yang dilaksanakan oleh auditee sesuai dengan rekomendasi yang diajukan oleh auditor dalam laporannya. Sehubungan dengan tindak lanjut, lazimnya diperlukan adanya pernyataan auditee mengenai tindakan yang diambil berdasarkan rekomendasi yang


(3)

diajukan tersebut untuk menekankan komitmen auditee dalam melaksanakan perbaikan.

Audit operasional perusahaan memiliki wewenang untuk melakukan monitoring terhadap tindak lanjut hasil audit yang dilakukan auditee tersebut. Kegiatan monitoring dilakukan untuk memastikan bahwa tindakan perbaikan telah dilakukan dengan memadai dan efektif. Dengan demikian perusahaan akan menerapkan pengendalian yang semakin baik di masa-masa yang akan datang karena penilaian dalam tindakan perbaikan atas kelemahan dan kesalahan yang ditemukan selalu dilakukan.

Dari hasil penelitian metode yang dipakai oleh perusahaan adalah metode full costing perusahaan memperhitungkan semua unsur pemeriksaan proses produksi yaitu bahan baku, upah langsung, overhead pabrik maupun bahan penolong ke dalam harga pokok produksi baik yang variabel maupun tetap. Menurut penulis pemakaian metode tersebut oleh perusahaan sudah sesuai dengan teori. Setelah semua proses produksi sudah dilakukan dan dilakukan pemeriksaan maka obat / produksi di PT MUTIFA sudah siap untuk dikonsumsi oleh konsumen dan siap untuk didistibusikan kemana saja.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab terakhir ini, penulis akan mencoba memberikan beberapa kesimpulan yang berdasarkan peda pembahasan dalam bab-bab terdahulu yang berkaitan dengan pemeriksaan operasional terhadap proses produksi untuk mencapai hasil produksi yang efisien dan efektif. Dan pada bab ini penulis juga akan mencoba memberikan saran ynag mungkin dapat digunakan sebagi bahan pertimbangan untuk perbaikan dan kemajuan dimasa yang akan datang bagi siapa yang memerlukannya.

A. Kesimpulan

Setelah membahas teoritis kemudian membandingkan dengan hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagi berikut :

1. Audit operasional melakukan pemeriksaan secara rutin dalam satu periode tahun baku. Setiap unit kerja yang menjadi objek pemeriksaan yaitu Wilayah Sumatera Utara, minimal dilakukan pemeriksaan satu kali dalam satu periode tahun baku pemeriksaan. Dan dapat juga pemeriksaan yang dilakukan untuk hal-hal yang mendadak dan dianggap sangat diperlukan dengan segera dalam kepentingan bersama.

2. Proses produksi yang dilakukan oleh karyawan perusahaan telah disesuaikan dengan baik dan tanggung jawab sesuai dengan apa yang diinginkan. Selain itu, audit operasional yang dilakukan berdasarkan risk assesment akan memberikan manfaat bagi auditor operasional,


(5)

antara lain auditor operasional akan lebih efisien dan efektif dalam melakukan audit, sehingga dapat meningkatkan kinerja satuan kerja audit. Audit operasional juga melakukan monitoring tindak lanjut audit untuk meyakini bahwa tindak lanjut dilakukan dengan memadai.

3. Audit operasional pada perusahaan telah memiliki kedudukan yang cukup berpengaruh dalam proses produksi perusahaan. Dengan kedudukan audit operasional yang seperti ini maka tingkat independensinya menjadi tinggi dan dapat menjaga obyektifitas dalam menjalanakan fungsi pengawasan yang dilakukan pada seluruh bagian.

B. Saran

Sebaiknya pemeriksaan operasional dilakukan dalam setiap periode, tetapi tanpa menentukan waktu pelaksanaan yang tetap seperti audit reguler. Namun, hal ini mungkin membutuhkan dana yang lebih tinggi dari biasanya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

A. Alvin Arens dan James K. Loebbecke, 1999. Auditing (Suatu Pendekatan Terpadu), Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Anoraga, Pandji, 2000. Manajemen Bisnis, Edisi Kedua, PT.Rineka Cipta, Jakarta.

Baroto, Teguh, 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Boynton, William, Raymond N. Johnson, Walter G. Kell, 2002. Modern Auditing , Edisi Ketujuh, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta.

Indriyo, H. Gitosudarmo, 2002. Manajemen Operasi, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta.

Karni, Soejono, 2000. Auditing, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta.

Katijo, 2008. Auditing (Pengantar Untuk Pemula), Pustaka Bangsa Press, Medan. M. Dan, C. Wayne Alderman dan Alan J. Winters, 2001. Auditing, Edisi Kelima,

PT. Gelora Aksara Pratama, FE UPN Veteran, Yogyakarta. Mukhtar, Ali, 1999. Audit Sistem Informasi, Cetakan Pertama,

PT.Rineka Cipta, Jakarta.

Mulyadi, 2002. Auditing, Edisi Keenam, Salemba Empat, Jakarta.

Nasution, Arman Hakim, 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Penerbit Guna Widya, Surabaya.

Widjaja, Amin, 2008. Dasar-Dasar Audit Operasional, Harvarindo, Jakarta. Wiley, 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Penerbit Salemba Empat,