Hubungan karakteristik Ibu dan asuhan yang diterima dengan kejadian persalinan patologis di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2007

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DAN ASUHAN YANG

DITERIMA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PATOLOGIS

DI RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2007

TESIS

Oleh

CHRISTINA ROOS ETY 047023003/AAK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

ABSTRAK

Persalinan adalah peristiwa lahirnya air ketuban, anak, plasenta dari rahim ibu dengan tenaga ibu sendiri. Proses persalinan tidak selamanya berpula langsung normal namun dapat pula abnormal (patologis). Terjadinya persalinan patologis dapat

diakibatkan oleh faktor ibu, faktor bayi, dan faktor penolong.

Di Indonesia angka kematian ibu (AKI) lebih tinggi dari negar Asean lainnya, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu tersebut berubungan dengan kehamilan pernafasan dan nifas. Di Rumah Sakit Sari Mutiara kejadian persalinan patologis masih tinggi yaitu 67 % dari 577 kelahiran. Ini tidak sesuai dengan angka yang diprogramkan pemerintah di Rumah Sakit Swasta yaitu hanya 15 %.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik dan asuhan yang diterima ibu dengan kejadian persalinan patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007. Jenis Penelitian ini adalah analitik dengan desai cross sectional dengan jumlah sampel 40. Pengumpulan data diperoleh dari status pasien dan instrumen wawancara. Data dianalisis secara univariat, bivariat, multiivariat dengan analisis regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan umur, pendidikan, paritas dengan kejadian persalinan patologis. Sedangkan perilaku ibu, asuhan kala satu, dua, dan tiga,empat ada hubungannya dengan kejadian persalinan patologis. Belum dilakukan secara lengkap asuhan setiap kala dalam persalinan. Hal ini dapat mengakibatkan masalah pada ibu dan janin, sehingga ibu bersalin dengan patologis.

Kala 1 persalinan memerlukan waktu yang cukup lama sekitar 8-12 jam. Oleh karena itu disarankan agar setiap penolong persalinan lebih sabar dalam memberikan asuhan. Bagi penolong persalinan dimasyarakat baik di RS, klinik bersalin, bidan praktek swasta maupun puskesmas menerapkan APN (Asuhan Persalinan Normal) setiap melonong persalinan.


(3)

ABSTRACT

Childrbirth is an event in which amniotic fluid, baby placenta came out of mother’s womb pushed by mother’s own power. The process of childbirth pathological childbirth can becaused by the factors of the mother, the baby itself and the birth attendant.

In Indonesia, the rate maternal mortality is higher than the other Asean countries, namely 307 per life birth. The maternal mortality is related to preganancy, childbirth, and the period after childbirth. The incident of pathological childbirth in Sari Mutiara Hospital is still high namely 67% out of 577 deliveries. This does not match thenumber programmed by the goverment (15%) which is applied in the private hospitals.

The purpose of this analytical studi with cross-sectional design is to find out of relatinship between the characteristic and treatment received by mothers and the incident of pathological childbirth in Sari Mutiara Hospital in 2007. The sampel for this study is 40. The data were obtained through the study patien’s status and multivariate with logistic regression analysis.

The result of study shows that there is no relationship between age, education, parity and the incident of pathological childbirth. Mothers behaviour and the treatment given at the period of cervix opening (Kala 1, 2,3 dan 4) have a relationship witha the incident of pathological childbirth. Complete treatment at each period of cervix opening during the process of childbirth has not been done. This can cause a problem to the fetus and mother that the mother will have the pathological childbirth.

Kala 1 ( the opening of cervix from 1-10 cm ) during childbirth takes a quite long time (about 8-12 hours). Therefore, it is suggested that the birth attendant must be more patient in giving treatment and any birth attendant or midwife working in the community either in a hospital, clinic for childbirth, private practice or Community Health Center apply the Normal Childbirth Treatment ( APN ) when they involve in the process of childbirth.

Keyword: Pathological childbirth, Treatment.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Tuhan Yang Maha Esa berkat berkah dan karuniaNya tesis yang berjudul: “Hubungan karakteristik Ibu dan asuhan yang diterima dengan kejadian persalinan patologis di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2007” ini dapat diselesaikan dengan baik. Secara khusus disampaikan kepada pihak-pihak yang telah berjasa dalam memberi kritik dan saran untuk penulisan tesis ini yaitu:

1. Ibu Prof. Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi Administrasi Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Prof.Dr. Dra. Ida Yustina, MS selaku Ketua Program Studi Administrasi Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Jules H. Hutagalung, MPH selaku Dosen Pembimbing 5. Dra. Syarifah, MS selaku Dosen Penguji

6. Dra. Ivan Elisabeth, M.Kes selaku ketua STIKes Mutiara Indonesia yang telah memberikan dorongan moril dan materil yang tak terhingga bagi penulis. 7. Teristimewa, rasa hormat dan terima kasih penulis kepada suami tersayang

Lamasi Parhusip, SH dan ananda Monalisa Parhusip yang selalu mendoakan agar penulis menyelesaikan sekolah ini dengan baik.

Akhirnya penulis menyadari dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangannya, oleh karene itu saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan dalam rangka penyempurnaan tesis ini.


(5)

iv Penulis berharap tesis ini kiranya dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan, semua penolong persalinan di Rumah Sakit, Puskesmas, klinik-klinik bersalin dan peneliti lain pada masa yang akan datang.

Medan, Mei 2008

Penulis


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Christina Roos Etty

Tempat/ Tanggal Lahir : Nainggolan, 15 Januari 1967

Alamat : Jalan Budi Luhur Gg.Rotan No.8

Sei Kambing Medan

Riwayat Pendidikan

1. Perawat Bidan Pendidik Balige Tahun 1981 2. Sekolah Guru Perawat Badan Tahun 1986

3. Akademi Perawat Program Keguruan Bandung tahun 1994 4. D-IV Pendidik USU tahun 2001

5. Program Magister AAK Peminatan Epidemiologi Tahun 2008

Riwayat Pekerjaan

1. Bidan di Rumah Sakit HKBP Balige Tahun 1981-1984 2. Guru SPK/ Bidan RS HKBP Balige Tahun 1986-1991

3. Dosen AKPER/ AKBID Sari Mutiara Medan Tahun 1994-2001 4. Direktur AKBID Sari Mutiara Medan Tahun 2001 sampai sekarang


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRAC ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 6

1.2Rumusan Masalah... 6

1.3Tujuan ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 6

1.5Hipotesis Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1 Persalinan Patologis ... 7

2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan Patologis ... 7

2.2 Perubahan-perubahan Fisiologis dala Persalinan... 13

2.3Peran Asuhan dalam Persalinan Patologis ... 13

2.3.1 Asuhan Selama Persalinan Kala I ... 13

2.3.2 Asuhan Selama Persalinan Kala II... 15

2.3.3 Asuhan Selama Persalinan Kala III ... 17

2.3.4 Asuhan Selama Persalinan Kala IV ... 18

2.4 Kerangka Konsep... 20

BAB 3 METODE PENELITIAN... 21

3.1 Jenis Penelitian... 21

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.2.1 Lokasi... 21

3.3 Populasi dan Sampel ... 21

3.3.1 Populasi... 21

3.3.2 Sampel... 22

3.4 Metode Pengumpulan Data... 22

3.4.1 Jenis dan Sumber Data... 22

3.4.2 Hasil Uji Realibilitas... 23

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 24

3.5.1 Variabel... 24

3.5.2 Defenisi Operasional... 24

3.6 Metode Pengukuran ... 25

3.6.1 Perilaku Ibu ... 25

3.6.2 Asuhan yang diterima Ibu selama Persalinan ... 26

3.7 Metode Analisa Data... 27


(8)

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 28

Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Sari Mutiara

Medan ... 28 Analisis Univariat Karakteristik Responden... 30 Analisis Bivariat Karakteristik dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 34 Hubungan Umur Responden dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 34 Hubungan Paritas Responden dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 35 Hubungan Pendidikan Responden dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 37 Hubungan Perilaku Responden dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 37 Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 389 Hubungan Asuhan Kala II dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 39 Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 40 Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 41 4.4 Analisis Multivariat ... 42

BAB 5 PEMBAHASAN ... 44

5.1 Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Persalinan

Patologis... 44 5.2 Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Persalinan

Patologis ... 45 5.3 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Persalinan

Patologis... 45 5.4 Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian Persalinan

Patologis... 46 5.5 Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalinan

Patologis... 49 5.6 Hubungan Asuhan Kala II dengan Kejadian Persalinan

Patologis... 50 5.7 Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan

Patologis... 50 5.8 Hubungan Asuhan Kala IV dengan Kejadian Persalinan

Patologis... 51

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 53 6.2 Saran ... 54


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1. Jumlah Tempat Tidur menurut Kelas di RSU Sari Mutiara Medan

Tahun 2007 ... 29 2. Tenaga Para Medis Perawatan RSU Sari Mutiara Medan Tahun

2007 ... 30 3. Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum

Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 30 4. Distribusi Perilaku Responden Selama Hamil di Rumah Sakit

Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 32 5. Distribusi Asuhan Persalinan di Rumah Sakit Umum Sari

Mutiara Medan Tahun 2007... 33 6. Hubungan umur Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis

di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 34 7. Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis

di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 35 8. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis

di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 36 9. Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis

di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 37 10.Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalinan Patologis

di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 38 11.Hubungan Asuhan Kala II dengan Kejadian Persalinan Patologis

di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 39 12. Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan Patologis

di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 40


(10)

13.Hubungan Asuhan Kala IV dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 42 14.Hasil Uji Regresi Berganda Variabel Perilaku Ibu, Asuhan

yang diterima ibu pada Kala I, II, III dan IV di RSU SariMutiara Medan Tahun 2007 ... 42


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penlitian... 22


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Kuesioner Penelitian ... 57 2. Data Hasil Penelitian

3. Out Put SPS 4. SuratIzinPenelitian


(13)

ABSTRAK

Persalinan adalah peristiwa lahirnya air ketuban, anak, plasenta dari rahim ibu dengan tenaga ibu sendiri. Proses persalinan tidak selamanya berpula langsung normal namun dapat pula abnormal (patologis). Terjadinya persalinan patologis dapat

diakibatkan oleh faktor ibu, faktor bayi, dan faktor penolong.

Di Indonesia angka kematian ibu (AKI) lebih tinggi dari negar Asean lainnya, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu tersebut berubungan dengan kehamilan pernafasan dan nifas. Di Rumah Sakit Sari Mutiara kejadian persalinan patologis masih tinggi yaitu 67 % dari 577 kelahiran. Ini tidak sesuai dengan angka yang diprogramkan pemerintah di Rumah Sakit Swasta yaitu hanya 15 %.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik dan asuhan yang diterima ibu dengan kejadian persalinan patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007. Jenis Penelitian ini adalah analitik dengan desai cross sectional dengan jumlah sampel 40. Pengumpulan data diperoleh dari status pasien dan instrumen wawancara. Data dianalisis secara univariat, bivariat, multiivariat dengan analisis regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan umur, pendidikan, paritas dengan kejadian persalinan patologis. Sedangkan perilaku ibu, asuhan kala satu, dua, dan tiga,empat ada hubungannya dengan kejadian persalinan patologis. Belum dilakukan secara lengkap asuhan setiap kala dalam persalinan. Hal ini dapat mengakibatkan masalah pada ibu dan janin, sehingga ibu bersalin dengan patologis.

Kala 1 persalinan memerlukan waktu yang cukup lama sekitar 8-12 jam. Oleh karena itu disarankan agar setiap penolong persalinan lebih sabar dalam memberikan asuhan. Bagi penolong persalinan dimasyarakat baik di RS, klinik bersalin, bidan praktek swasta maupun puskesmas menerapkan APN (Asuhan Persalinan Normal) setiap melonong persalinan.

Kata Kunci: Persalinan Patologis, Asuhan


(14)

ABSTRACT

Childrbirth is an event in which amniotic fluid, baby placenta came out of mother’s womb pushed by mother’s own power. The process of childbirth pathological childbirth can becaused by the factors of the mother, the baby itself and the birth attendant.

In Indonesia, the rate maternal mortality is higher than the other Asean countries, namely 307 per life birth. The maternal mortality is related to preganancy, childbirth, and the period after childbirth. The incident of pathological childbirth in Sari Mutiara Hospital is still high namely 67% out of 577 deliveries. This does not match thenumber programmed by the goverment (15%) which is applied in the private hospitals.

The purpose of this analytical studi with cross-sectional design is to find out of relatinship between the characteristic and treatment received by mothers and the incident of pathological childbirth in Sari Mutiara Hospital in 2007. The sampel for this study is 40. The data were obtained through the study patien’s status and multivariate with logistic regression analysis.

The result of study shows that there is no relationship between age, education, parity and the incident of pathological childbirth. Mothers behaviour and the treatment given at the period of cervix opening (Kala 1, 2,3 dan 4) have a relationship witha the incident of pathological childbirth. Complete treatment at each period of cervix opening during the process of childbirth has not been done. This can cause a problem to the fetus and mother that the mother will have the pathological childbirth.

Kala 1 ( the opening of cervix from 1-10 cm ) during childbirth takes a quite long time (about 8-12 hours). Therefore, it is suggested that the birth attendant must be more patient in giving treatment and any birth attendant or midwife working in the community either in a hospital, clinic for childbirth, private practice or Community Health Center apply the Normal Childbirth Treatment ( APN ) when they involve in the process of childbirth.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health Organisation (WHO) karena angka kematian ibu dan anak merupakan bahagian dari negara Asean yang mempunyai angka kematian Ibu dan Anak yang masih tinggi dibandingkan dengan negara lain.

Menurut SDKI (2003) angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup yaitu 3-6 kali lebih tinggi dari negara ASEAN lainnya. AKI di Indonesia bahkan lebih jelek dari negara Vietnam yaitu 95 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Indonesia sekitar 18.000 setiap tahun yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, hal ini berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, hal ini berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas.

Kematian ibu tersebut erat kaitannya dengan karakteristik ibu yang meliputi umur, pendidikan, paritas dan perilaku yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ibu selama hamil yang dapat mempengaruhi proses persalinan normal atau patologis. Resiko terjadi komplikasi pada persalinan terjadi 12% pada usia kurang dari 20 tahun dan 26% pada usia 40 tahun (Ningrum E.W, 2005). Sementara kematian ibu karena komplikasi persalinan akibat perdarahan sebelum dan sesudah persalinan meningkat dengan bertambahnya paritas.


(16)

Hasil penelitian Felly dan Snewe (2003), 25,5 % responden yang mengalami persalinan patologis yang terbesar adalah akibat komplikasi persalinan dengan partus lama. Dari kejadian persalinan patologis tersebut 27,5 % terjadi pada responden yang berumur lebih dari 35 tahun, dan pemeriksaan kehamilan kurang dari 4 kali. Bila kondisi kesehatan ibu selama hamil tidak baik, ibu mempunyai resiko 3,2 kali mengalami komplikasi dalam persalinan.

Penelitian Sibuea (2007) dari 366 ibu yang mengalami persalinan patologis tindakan seksio sesaria akibat partus tidak maju sebanyak 226 (50,33%) dan (81,5%) tidak melakukan perawatan tehadap kehamilan. Kematian akibat pesalinan patologis lebih rendah pada umur 20-30 tahun dan jumlah paritas rendah dari pada ibu yang kurang dari 20 tahun. Tingkat pendidikan yang rendah pada persalinan patologis lebih tinggi dari pendidikan perguruan tinggi.

Penelitian Ridwan dan Wahyuni (2005) komplikasi persalinan yang mengakibatkan persalinan patologis adalah perilaku ibu selama hamil yang pemeriksaan kehamilan kurang dari empat kali, tidak makan tablet zat besi dan asupan gizi yang kurang, mengakibatkan ibu mengalami anemia. Bila ibu mengalami anemia dapat mengakibatkan komplikasi pada kehamilan dan persalinan yaitu perdarahan sebelum dan sesudah melahirkan, gangguan kontraksi rahim, partus lama, kurang daya tahan tubuh terhadap infeksi dan produksi air susu ibu kurang.

Penelitian lain tentang perilaku senam selama kehamilan menunjukkan bahwa ibu yang melakukan senam hamil mengalami persalinan lebih cepat dibanding dengan ibu hamil yang tidak melakukan senam hamil, karena senam hamil dapat meningkatkan aliran darah ke uterus, membantu ibu hamil memperoleh power sehingga melancarkan proses persalinan.


(17)

Gulardi H, (2006) menyatakan AKI dapat diturunkan sekitar 317 (85%) dari AKI saat ini, jika ibu berperilaku hidup sehat selama kehamilan yaitu merawat kehamilan dengan baik melalui asupan gizi yang baik, memakan tablet zat besi, melakukan senam hamil, perawatan jalan lahir, menghindari merokok dan makan obat tanpa resep. Melakukan kunjungan minimal empat kali untuk mendapat informasi dari petugas kesehatan tentang perawatan yang harus dilakukan.

Asuhan persalinan yang diberikan pada ibu selama persalinan sejak kala satu, dua, tiga dan empat, menentukan jenis persalinannya apakah normal, atau patologis. adapun asuhan yang diberikan adalah informasi tentang proses persalinan, perawatan selama persalinan, tindakan persalinan dan dukungan persalinan dari keluarga dan petugas (IBI, 2005)

Letsi (2006) menyatakan hanya 2 dari 10 persalinan memerlukan tindakan spesialis kebidanan, atau sekitar 10-15% proses kehamilan dan persalinan berakhir dengan patologis. Ini erat kaitannya dengan perawatan ibu selama masa kehamilan dan persalinan kurang baik, sehingga dalam persalinan banyak mengalami masalah bahkan komplikasi sehingga persalinan menjadi patologis.

Tingginya kejadian persalinan patologis diakibatkan oleh tiga terlambat yaitu terlambat melihat tanda-tanda bahaya kehamilan, terlambat mengambil keputusan untuk merujuk, terlambat memperoleh asuhan asuhan persalinan yang tepat setelah sampai di sarana kesehatan.

Selain itu karakteristik ibu juga dapat mempengaruhi persalinan patologis, yang dikenal dengan empat terlalu yaitu: terlalu muda melahirkan anak, dimana panggul ibu belum tumbuh secara sempurna sehingga kepala tidak dapat melewati jalan lahir, terlalu tua melahirkan. Ibu yang melahirkan anak pertama lebih dari umur 35 tahun jalan lahir menjadi kaku sehingga sulit anak sulit lahir, terlalu banyak


(18)

melahirkan anak dan terlalu sering melahirkan (jarak <2 tahun). Kondisi tersebut dapat mengakibatkan gangguan kontraksi uterus, sehingga dapat mengakibatkan perdarahan setelah persalinan. Di Indonesia kejadian persalinan patologis 65 % terjadi disebabkan pada salah satu dari empat T tersebut diatas. Selain itu kurangnya partisipasi masyarakat karena tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan kedudukan wanita dalam keluarga masih rendah, serta sosial budaya yang tidak mendukung (Sarwono, 2005).

WHO mengembangkan konsep melalui empat pilar safe motherhood yaitu keluarga berencana, asuhan antenatal, persalinan bersih dan aman serta pelayanan obstetri dasar. Tujuan upaya ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin dan nifas, disamping menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Untuk mencapai tujuan tersebut Depkes RI (1999) melakukan upaya safe motherhood yaitu berupaya menyelamatkan wanita agar setiap wanita yang hamil dan bersalin dapat dilalui dengan sehat dan aman serta menghasilkan bayi yang sehat dan aman.

Di Indonesia kejadian persalinan patologis dengan tindakan seksio sesaria meningkat terus, baik di rumah sakit pendidikan, maupun rumah sakit swasta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gulardi dan Basamalah (1993) terhadap 64 rumah sakit di Jakarta tercatat 17.665 kelahiran hidup, sekitar 35,7-55,3 % melahirkan dengan seksio sesaria. Di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 1999-2000 dari 404 persalinan per bulan 30 % seksio sesaria. Sementara di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan tahun 2005-2006 tercatat dari 712 persalinan, 45,4 % diantaranya adalah persalinan patologis bedah sesaria dan vakum (Data Rekam Medis, 2006)


(19)

Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan adalah salah satu rumah sakit swasta yang dipercayakan menerima pasien Jamsostek, Askeskin dan pasien umum. Di rumah sakit ini angka persalinan patologis juga cukup tinggi yaitu 631 persalinan tahun 2004, 64 % diantaranya persalinan patologis dan tahun 2005 dari 551 persalinan 67 % merupakan persalinan patologis. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding dengan angka standar yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan yaitu sebanyak 15 % bagi rumah sakit swasta (Data Rekam Medik RS Sari Mutiara, 2004 dan 2005).

Mengingat pentingnya kesehatan ibu dan bayi pada tanggal 12 Oktober 2000, pemerintah telah mencanangkan Making Pregnancy Safer (MPS), Gerakan Nasional Kehamilan yang aman melindungi hak reproduksi dan hak azazi manusia dengan cara mengurangi beban kesalahan, kecacatan, kematian, yang berhubungand dengan kehamilan dan persalinan. Oleh karena itu Departemen Kesehatan melalui dinas kesehatan propinsi menganjurkan kepada setiap penolong persalinan baik di klinik, puskesmas maupun rumah sakit harus mendapatkan pelatihan dan mempunyai sertifikat Asuhan Persalinan Normal (APN) supaya ibu mendapat asuhan yang tepat sejak kala satu, dua, tiga dan empat selama persalinan sehingga persalinan dapat berlangsung normal.

Berdasarkan gambaran di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang hubungan karakteristik dan asuhan yang diterima ibu dengan kejadian persalinan patologis.


(20)

1.2Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan karakteristik ibu: umur, paritas, pendidikan, perilaku dan asuhan kala I,II,III,IV yang diterima ibu selama persalinan dengan kejadian persalinan patologis?

1.3Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu (umur, paritas, pendidikan, perilaku) dan asuhan kala (I, II, III, IV) yang diterima ibu selama persalinan dengan kejadian persalinan patologis.

1.4Hipotesis Penelitian

a. Ada hubungan umur, pendidkan, paritas, perilaku dengan kejadian persalinan patologis.

b. Ada hubungan asuhan yang diterima ibu pada kala I,II,III dan IV dengan kejadian persalinan patologis.

c. Ada hubungan karakteristik ibu dan asuhan kala I-IV dengan kejadian persalinan.

1.5Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan pada rumah sakit dalam menyusun program dan pembuatan protokol tetap pada ibu hamil, bersalin dan nifas.

b. Bagi peneliti, pengalaman melakukan penelitian pada ibu bersalin. c. Sebagai acuan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persalinan Patologis.

Persalinan patologis disebut juga dengan dystocia berasal dari bahasa Yunani. Dys atau dus artinya jelek atau buruk, tocos artinya persalinan. Persalinan patologis adalah persalinan yang membawa satu akibat buruk bagi ibu dan anak. (Departemen of Gynekologi, 1999). Sementara persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam persentase belakang kepala usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, setelah persalinan ibu dan bayi dalam kondisi sehat. (Depkes, 2002).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari uterus melalui vagina ke dunia luar (Wikjiosastro, 2002). Sementara menurut Irene dan Margaret (2002) persalinan adalah proses bergeraknya janin, plasenta dan membrane keluar dari uterus yang tidak disadari yang menghasilkan affacement dan dilatasi cerviks yang menghasilkan persalinan.

2.1.1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi persalinan patologis

1. Power adalah kekuatan oleh adanya His atau Kontraksi rahim. Kontraksi rahim terjadi sejak awal persalinan yaitu pada kala I. His yang tidak adekuat dapat mengakibatkan persalinan patologis pada setiap kala persalinan. Pada awal kala I his masih jarang yaitu satu kali dalam 15 menit dan kekuatan 20 detik, semakin lama makin cepat, yaitu 3 kali dalam 10 menit dengan kekuatan 60 detik, yang memerlukan waktu sekitar 8 sampai 12 jam pada primi para dan 12 jam pada multi para. Bila kontraksi rahim tidak adekuat, dapat mengakibatkan serviks sebagai jalan lahir tidak terbuka. Oleh karena itu untuk


(22)

merangsang kontraksi rahim dilakukan induksi persalinan dengan menggunakan sintosinon drip. Apabila kemajuan persalinan juga tidak ada maka biasanya dilakukan tindakan bedah yaitu dengan seksio sesaria (Sarwono, 2005).

Pada kala II, yaitu sejak pembukaan jalur pertama jalan lahir lengkap, bila kontraksi rahim tidak adekuat maka dilakukan induksi persalinan dengan menggunakan sintosinon drip. Apabila ibu kelelahan dan tidak mampu untuk mengedan untuk menyelamatkan ibu dan janin dilakukan tindakan pertolongan persalinan dengan menggunakan Vakum ekstraksi untuk melahirkan kepala. (Sarwono, 20005).

Kala III persalinan adalah kala pengeluaran uri, Uri lahir sekitar 10 sampai 15 menit setelah anak lahir. Jika uri belum lahir lebih dari 30 menit, kemungkinan masalah pada kala III yaitu uri tertahan akibat kontraksi rahim tidak ada, selain itu uri lengket erat pada dinding rahim, hal ini dapat mengakibatkan pendarahan. Untuk merangsang rahim dilakukan manajemen aktif kala III yaitu: Pemberian sintosinon satu ampul, disuntik dengan intra muskuler. Melakukan message pada rahim, peregangan pusat terkendali. Apabila uri tidak lahir dilakukan Manual plasenta yaitu memasukkan tangan kedalam rahim untuk melahirkan uri. (Pusdiknakes, 2003).

Kala IV persalinan yaitu sejak uri lahir sampai 2 jam pasca persalinan. Kala IV disebut juga dengan kala pengawasan. Kemungkinan terjadi pendarahan masih ada akibat kontraksi rahim yang tidak ada, robekan jalan lahir, Uri tertinggal sebagian dan adanya gangguan pembekuan darah. Peredaran selama persalinan dianggap patologis apabila perdarahan lebih dari 500 CC ( Sarwono 2005)


(23)

9 Waktu persalinan anak akan melewati jalan lahir, yang terdiri dari tulang dan otot. Tulang panggul terdiri dari tiga bidang, yaitu pintu bawah panggul. Selain itu otot-otot vagina dan perineum apabila kaku dapat menghalangi lahirnya anak. Bila salah salah satu ukuran panggul tersebut tidak normal, janin tidak dapat melewati jalan lahir sehingga harus dilahirkan dengan seksio sesaria, vakum ekstraksi.

3. Passenger (anak)

Berat anak yang normal adalah 2500 sampai 4000 gram. Apabila ukuran anak melebihi 4000 gram anak tidak bisa melewati jalan lahir. Untuk mencegah macet persalinan dan robekan jalan lahir yang luas dan aspeksia pada janin biasanya dilakukan persalinan dengan tindakan seksio sesaria.

4. Posisi Ibu

Posisi ibu mempengaruhi anatomi dan fisiologi penyesuaian untuk kelahiran. Posisi yang benar memberi keuntungan . perobahan posisi sering menghilangkan letih, penambahan kenyamanan dan memperbaiki sirkulasi. Posisi yang benar termasuk jongkok, berdiri jalan. Dalam posisi yang benar dapat membantu penurunan janin, kontraksi uterus umumnya lebih kuat dan kuat dan juga efisien untuk dilatasi servik, menghasilkan persalinan yang lebih pendek, cepat. Dalam penambahan posisi benar, mengambil posisi yang benar menurunkan timbulnya tekanan tali umbilicalis.

2.2 Peran Karakteristik Ibu dalam Persalinan Patologis

1. Umur

Pada umur ibu kurang dari 20 tahun rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibanya apabila ibu hamil pada umur ini mungkin mengalami persalinan lama atau macet, karena ukuran kepala bayi lebih besar


(24)

sehingga tidak dapat melewati panggul. Sedangkan pada umur ibu yang lebih dari 35 tahun, kesehatan ibu sudah mulai menurun, jalan lahir kaku, sehingga rigiditas tinggi. Selain itu beberapa penelitian yang dilakukan bahwa komplikasi penelitian yang dilakukan bahwa komplikasi kehamilan yaitu Preeklamasi, Abortus, partus lama lebih sering terjadi pada usia dini. Lebih dari 35 tahun akibatnya ibu hamil. Lebih dari 35 tahun. Pada zaman dahulu akibanya ibu hamil pada usi ini mungkin lebih besar anak cacat, persalinan lama, yaitu lebih dari 12 jam pada primi para dan lebih dari 12 jam dan 8 jam pada multi para. Selain itu dapat mengakibatkan perdarahan karena uterus tidak berkontraksi (Depkes, 2001).

2. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Sampai dengan paritas tiga rahim ibu bisa kembali seperti sebelum hamil. Setiap kehamilan rahim mengalami pembesaran, terjadi peregangan otot-otot rahim selama 9 bulan kehamilan. Akibat regangan tersebut elastisitas otot-otot rahim tidak kembali seperti sebelum hamil setelah persalinan. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan, semakin dekat jarak kehamiilan dan kelahiran, elastisitas uterus semakin terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna dan mengakibatkan perdarahan pasca kehamilan (Sarwono, 2005).

3. Pendidikan

Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi, yang bekerja di sektor formal mempunyai akses yang lebih baik terhadap informasi tentang kesehatan, lebih aktif menentukan sikap dan lebih mandiri mengambil tindakan perawatan. Rendahnya pendidikan ibu, berdampak terhadap rendahnya pengetahuan ibu.


(25)

Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Makin rendah pengetahuan ibu, makin sedikit keiinginan memanfaatkan pelayanan kesehatan (Rukmini, 2005). 4. Perilaku Ibu

Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktifitas seseorang yang merupakan hasil bersama baik eksternal maupun internal. Seorang ahli pedidikan membagi perilaku kedalam 3 domain: pengetahuan, sikap dan tindakan. Bila perilaku didasari rendah pengetahuan akan langgeng dari yang tidak didasari pengetahuan (Rogers, 1974). Ibu hamil harus berperilaku sehat, agar kehamilan tidak mempunyai masalah yang dapat mengakibatkan komplikasi dalam persalinan. Adapun perilaku ibu selama hamil meliputi: kunjungan, asupan gizi, makan tablet zat besi sejak kehamilan 20 mg, senam hamil, perawatan jalan lahir, pemanfaatan layanan kesehatan. (Syaiffudin, 2005).

Untuk memantau kondisi kesehatan ibu, pertumbuhan dan perkembangan janin, serta mendeteksi dini masalah dan komplikasi selama kehamilan, ibu dianjurkan memeriksakan kehamilan minimal 4 kali: yaitu 1 kali pada trimester pertama, satu kali selama trimester, trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Selain itu untuk meningkatkan kondisi kesehatan ibu waktu kunjungan diberi informasi mengenai perawatan kehamilan, bahaya kehamilan.

Asupan gizi selama hamil penting untuk uterus, plasenta dan janin. Oleh karena itu jika asupan gizi kurang dapat menyebabkan malnutrisi ultra utrin, yang mengakibatkan berat badan bayi lahir rendah. sebaliknya bila ibu hamil makan berlebihan dapat menyebabkan bayi besar, yang dapat


(26)

mengakibatkan anak sulit lahir melewati jalan lahir. Adapun asupan gizii selama hamil meliputi karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin.

Makan tablet zat besi selama kehamilan sejak umur kehamilan 20 minggu. Penambahan volume darah ibu naik sekitar 33%. Volume plasma meningkat 50 % dalam kehamilan. Selama trimester II terjadi hemeokonsentrasi, oleh karena itu kemungkinan hemoglobin (Hb) ibu menurun. Hb ibu normal minimal 11 gr%. Apabila hb itu rendah kemungkinan komplikasi dalam kehamilan dan persalinan yaitu persalinan macet atonia uteri, perdarahan pasca persalinan (Bobak I, 2000).

Perawatan jalan lahir: Cerviks, Vagina dan Vulva merupakan jalan lahir yang dilalui oleh bayi. Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan (Fluor albus). Oleh karena peningkatan hormon esterogen dan progesteron. Selain itu PH vagina meningkat dan sedikit asam yaitu sekitar 5,5 sampai 6,5. Hal ini dapat mengakibatkan ibu sangat rentan infeksi jalan lahir, infeksi jamur yang dapat mengakibatkan khorioamnites, yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan janin (Bobak I, 2000). Oleh karena itu ibu hamil dianjurkan merawat jalan lahir dengan memperhatikan kebersihan, cebok dengan air bersih, hangat, air sirih antiseptik dan memakai pakaian dalam bersih dan mengisap.

5. Status pasien

Menurut Roekmini dan Wiludjeng (2005) status ibu bersalin yang dirawat di ruang bersalin terdiri dari 2 bagian yaitu ibu bersalin, ibu yang datang sendii dan ibu yang dirujuk. Bila ibu di rujuk sejak kala I kemungkinan ibu masih bisa mendapatkan asuhan yang lengkap pada tiap tahap persalinan, namun bila ibu dirujuk pada kala dua, tiga dan empat, biasanya kondisi ibu sudah dalam bermasalah. Untuk menyelamatkan janin biasanya dilakukan


(27)

persalinan dengan tindakan persalinan yaitu: seksio sesaria, vakum ekstraksi, induksi persalinan, manual plasenta dan lain-lain.

2.3 Peran asuhan dalan persalinan patologis 2.3.1 Asuhan Selama Persalinan kala I

Persalinan kala I adalah waktu yang diperlukan untuk pembukaan jalan lahir dari 1 CM pada awal persalinan kala I sampai pembukaan serviks 10 CM. Waktu yang dibutuhkan 12 jam pada primi para dan 6 sampai 8 jam pada multi para. His pada awal kala 1 tiap 10 -15 menit dan kekuatan 20 detik dan berangsur bertambah menjadi 3 kali dalam 10 menit dengan kekuatan sekitar 60 detik menjelang bayi lahir. (Syaiffudin, 2002). Selama kala I ibu perlu mendapatkan asuhan sayang ibu yang meliputi:

1. Dukungan emosioanl

Kelahiran seorang bayi akan mempengaruhi kondisi emosional seluruh keluarga. Oleh karena itu usahakan suami atau anggota keluarga yang lain terlibat dalam proses persalinan. Usahakan agar mereka melihat, membantu jika memungkinkan. Selama persalinan ibu akan merasa nyeri menderita dan merasa kuatir tentang proses persalinan yang akan dilalui. Yakinkan ibu agar tidak merasa takut dan cemas.

a. Memberikan dukungan dan meyakinkan diri pasien

b. Memberikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinanya c. Mendengar keluhannya dan mencoba untuk sensistif terhadap perasaannya 2. Pengaturan posisi

Anjurkan ibu yang sedang dalam proses persalinan untuk mendapatkan posisi yang paling nyaman. Berjalan, duduk atau jongkok akan membantu


(28)

proses penurunan kepala janin. Anjurkan ibu untuk berjalan dan bergerak, tidak berbaring telentang. Tidur telentang dapat menekan pembuluh darah (Vena Cava Inferior), yang dapat mengakibatkan suplai berdarah ke janin berkurang sehingga bayi gawat janin. (Syaiffudin, 2005). Posisi yang dianjurkan:

a. Melakukan perubahan posis

b. Menganjurkan posisi sesuaid dengan keinginan ibu, jika ibu ingin di tempat tidur dianjurkan tidur miring ke kiri

c. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan di ruang bersalin

d. Anjurkan ibu didampingi suami atau keluarga untuk memijat atau menggosok pungung dan membasuh muka antar kontraksi.

e. Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai kesanggupannya .

f. Ajarkan ibu teknik relaksasi, cara bernafas. Ibu diminta untuk menarik nafas panjang, menahan nafasnya sebentar kemudian dilepas dengan cara meniup udara keluar sewaktu serasa kontraksi

3. Pemberian cairan

Anjurkan ibu untuk minum cairan yang mengandung nutrisi atau air bias. Cairan akan memberi tenaga dan mencegah ibu dari dehidrasi yang akan dapat mempengaruhi His. Dehidrasi akan membuat ibu lelah, menurunkan kekuatan his.

4. Kebersihan

Infeksi yang dapat terjadi selama proses persalinan akan dapat menyebabkan kematian atau penyakit pada janin. Penolong persalinan harus mencari sesering mungkin, menggunakan alat yang steril untuk mencegah infeksi. Ibu dalam proses persalinan dianjurkan berkemih setiap 2 jam agar tidak


(29)

menghambat penurunan kepala janin dan kenyamanan ibu. Tidak dianjurkan melakukan kateterisasi (mengeluarkan urin dengan alat).

2.3.2 Asuhan Selama Persalinan Kala II

Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan serviks sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Penanganan yang sebaiknya deiberikan pada ibu antara lain (Syaiffudin, 2002).

1. Anjurkan pendamping memberikan dorongan/ dukungan selama proses persalinan dan kelahiran.dengan alasan memisahkan ibu orang yang memberikan dukungan akan berkaitan dengan hasil persalinan yang baik.

2. Berikan dorongan dan besarkan hati ibu. Jelaskan kemajuan persalinan pada ibu dan keluarga, serta ibu dalam meneran.

3. Biarkan ibu memilih posisi yang sesuai meneran

4. Penolong harus memberikan rasa aman dan nyaman, menghilangkan rasa takut pada ibu, memberikan dukungan moral serta membesarkan hati ibu.dukungan ini membantu ibui agar santai. Memberikan pujian saat ibu mengejan.

5. Menjaga kebersihan diri, agarn terhindar dari infeksindir. Jika ada darah lendir atau cairan ketuban keluar dari vagina segera dibersihkan.

6. Mengipas dan memijat untuk menambah kenyamanan bagi ibu.

7. Memberi dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu dengan cara: menjaga privasi ibu, penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan.


(30)

8. Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan dapat dipilih berbagai macam posisi berikut: jongkok, tidur miring, setengah duduk. Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangya mentrauma vagina dan perineum dan infeksi.

9. Menjaga kandung kemih tetap kosong, oleh karena itu itu ibu dianjurkan berkemih sesering mungkin.

10. Memberikan cukup minum, disamping untuk memberi tenaga dan mencegah dehidrasi.

11. Pada saat mengedan, bantu ibu memperoleh posisi yang paling nyaman. Setian posisi memiliki keuntungannya masing-masing, misalnya posisi setengah duduk dapat membantu turunya kepala janin jika persalinan berjalan lambat.

12. Ibu di bimbing mengedan, selama his, anjurkan kepada ibu untuk mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi bernafas, kemungkinan dapat menurunkan PH pada arteri umbilcius yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal. Minta ibu bernafas selagi kontrraksi ketika kepala janin akan lahir. Hal ini menjaga agar perineum meregang pelandan mengontrol lainnya kepala serta mencegah robekan. Setelah bayi lahir nilai warna kulit, tonus otot, kemampuan bernafas dan aktifitas.

13. Periksa denyut jantung janin (DJJ) pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi ( <120x /menit)


(31)

2.3.3 Asuhan Selama Persalinan Kala III

Asuhan pada kala III (Pengeluaran Aktif Plasenta) membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penatalaksanaan aktif kala III meliputi:

1. Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta. Oksotosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi. Jika oksotosin tidak tersedia, rangsangan puting payudara ibu atau susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah.

2. Lakukan penegangan tali pusat terkendali ( PTT) dengan cara: satu tangan diletakkan pada korups uteri tepat di atas simfisis puubis. Selama kontraksi tangan mendorong korups uteri dengan gerakan dorso cranial kearah beakang dan ke arah kepala ibu. Tangan yang lain memegang tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3 menit). Selama kontraksi dilakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus menerus, dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.

3. PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan kontraksi atau ibu dapat juga memberi tahu petugas ketika ia merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang tidak berkontraksi, tangan petugas dapat tetap berada pada uterus tetapi bukan melakukan PTT. Ulangi langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas.

4. Begitu plasenta terasa terlepas, plasenta di keluarkan dengan menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta. Plasenta di keluarkan dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai


(32)

dengan kalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.

5. Segera setela plasenta dan selaputnya dikeluarkan, fundus uteri dipijat agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan, jika uterus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik atau jika perdarahan hebat terjadi maka segera laktoni kompresi bimanual dalam. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk perdarahan pasca persalinan.

6. Jika amenggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 30 menit, periksa kandung kemih dan lakukan katerisasi jika kandung kemih penuh, periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta, berikan oksitosin 10 unit Intra muskuler dimana dosis ketiga dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama, siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta.

7. Periksa ibu secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau vagina atau perbaiki episiotomi.

2.3.4 Asuhan Selama Persalinan Kala IV

Dua jam pertama setelah persalinan merupakan awal yang kritis bagi ibu dan bayi.kemungkinan perdarahan akibat tidak adanya kontraksi, uterus yang lelah karena rahim ibu baru saja mengalami perubahan fisik. Rahim yang selama inii membesar akan berangsur kembali seperti di luar hamil. Penolong harus tinggal bersama ibu untuk memastikan kondisi fital sgn, keadaan rahim. Asuhan kala IV meliputi:


(33)

1. Pemeriksaan undus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, pijat uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi,otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan

2. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertamadan setiap 30 menit selama jam kedua.

3. Menganjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan menawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainnya

4. Membersihkan ibu, vulva, dan perineum. Kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering

5. Membiarkan ibu beristirahat karna lelah melahirkan bayinya dan membantu ibu pada posisi yang aman.

6. Membiarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan bayi dan ibu sebagai permulaan dengan menyusui bayinya .

7. Segera seteslah bayi lahir adalah waktu yang tepat untuk memulai memberikan ASI (Air Susu Ibu) karena menyusui juga membantu uterus berkontraksi.

8. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun dan dibantu karena masih dalam keadaan lemah atu pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dam 3 jam pasca persalinan.

9. Ajari ibu atauanggota keluarga tentang bagaimana merangsang kontraksi mengenal tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi


(34)

2.4 Kerangka Konsep _ Variabel Independen

Variabel Dependen

Karakteristik Ibu - umur - paritas

- tingkat pendidikan - perilaku

- status pasien

Asuhan yang diterima Ibu - Asuhan Kala I - Asuhan Kala II - Asuhan Kala III - Asuhan kala IV

Lingkungan - Fasilitas - Alat


(35)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian adalah analitik dengan menggunakan pendekatan Explanatory research untuk mengetahui hubungan kasual antara variabel independen dengan variabel dependen melalui pengujian hipotesa (Singarimbun.M dan Effendi. S, 1995)

3.2 Lokasi dan Waktu 3.2.1 Lokasi

Lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Jalan Kapten Muslim No. 79 Medan. Dengan alasan bahwa di RSU Sari Mutiara Medan masih tinggi kasus persalinan patologis.

3.2.2 Waktu

Penelitian berlangsung pada bulan Februari sampai April 2007

3.3 Populasi dan Sampel 3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua ibu bersalin patologis di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan, pada bulan Februari s/d April 2007.


(36)

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian dihitung dengan rumus beda dua proporsi (Iwan Ariawan, 1998)

n=

(

Z1-α/2

2P (1-P) + Z1-β

P1(1-P1) + P2 (1-P2)

(

P1-P2

)

²

n = Jumlah Sampel P = P1+ P2

2

P1 = Proporsi kejadian persalinan patologis di beberapa rumah sakit

(55%)

P2 = Prevalansi kejadian persalinan patologis menurut Standart Nasional

Depkes (15%) Derajat Kemaknaan (

α

) 5% Kekuatan Uji = 80 %

Pada penelitian terdahulu di beberapa rumah sakit diperoleh proporsi persalinan patologis 35,7 -55,3 %. Dengan menggunakan rumus di atas diperoleh besar sampel minimal 40 orang, dengan tehnik pengambilan data bertujuan (Purposive Sampling)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: a. Data primer: data yang langsung diperoleh dari respon den melalui


(37)

b. Data sekunder: data yang mendukung data primer yang diperoleh dari dokumen/ status pasien

3.4.2 Hasil Uji Realibilitas

Pada penelitian ini, sebelum data dikumpulkan terlebih dahilu dilakukan. Coba instrumen. Uji coba dilakukan selama 4 ( empat hatri yaitu pada tahap 20 orang pasien di RSU Sari mutiara medan. Hasil uji vadilitas terhadap butir-butir pengamatan dari masing-masing item pertanyaan digunakan kolerasi Product moment. Dikatakan valid apabila r lebih besar dari r tabel=0,1806. Hasil pengolahan diperoleh nilai r dan masing- masing item instrumen mempunyai r lebih besar dari 0,1806 sehingga instrumen pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.

a.Uji reabilitas dilakukan setelah uji vadilitaa dengan mengambil butir-butir instrumen dari masing-masing variabel digunakan rumus koefisien alpha cronchbach. Dikatakan instrumen realibel apabila nilai koefisien alpha cronchbach lebih besar dari r tabel = 0,1806. dari hasil pengamatan diperoleh bahwa koefisien alpha cronchbach dari semua variabel lebih besar dari 0,1806, sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen dari masing-masing variabel sudah realibel.

b.Setelah dilakukan uji validitas dan realibilitas maka dilakukan penelitian dengan cara mengisi kuisioner. Pada saat responden mengisi kuisioner peneliti mendampingi dan memberikan penjelasan kepada responden tentang hal-hal yang tidak diketahui responden. Kuisioner diisi dihadapan peneliti, demikian seterusnya sampai selesai pengisian kuisioner sebanyak 40 orang responden..


(38)

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel

Adapun variabel –variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Karakteristik Ibu yang meliputi umur, pendidikan, paritas dan perilaku

yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya persalinan patologis.

2. Asuhan yang diterima ibu adalah tindakan yang dilakukan kepada ibu selama persalinan.

3. Persalinan patologis 4. Lingkungan

3.5.2 Defenisi Operasional

1. Umur adalah ulang tahun Ibu terakhir pada saat dilakukan wawancara. 2. Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan

3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir

4. Perilaku ibu adalah perawatan yang tidak dilakukan ibu selama kehamilan meliputi: kunjungan, asupan gizi, tablet zat besi, perawatan jalan lahir, senam hamil dan pemeriksaan laboratorium hb dan urine.

5. Status pasien adalah latar belakang pasien pada saat masuk rumah sakit (rujuk atau tanpa rujukan)

6. Asuhan kala I adalah tindakan yang tidak diterima ibu sejak awal persalinan sampai pembukaan jalan lahir (servic) lengkap.

7. Asuhan Kala II adalah tindakan yang tidak diterima ibu sejak pembukaan jalan lahir (servic) lengkap sampai dengan anak lahir.

8. Asuhan kala II adalah tindakan yang tidak diterima ibu sejak pembukaan jalan lahir (servic) lengkap sampai dengan anak lahir.


(39)

9. Asuhan kala III adalah tindakan yang diterima ibu sejak uri lahir sampai dua jam pasca persalinan.

10. Persalinan Patologis adalah persalinan dengan tidak normal yaitu dengan penyulit pada kala I, II, III, dan IV yaitu: seksio sesaria, vakum ekstraksi, induksi persalinan dengan sintosinon, manual plasenta, perdarahan dan lain-lain.

11. Lingkungan adalah fasilitas dan alat adalah kondisi ruang bersalin dan alat-alat pertolongan persalinan (dalam hal ini tidak diteliti)

3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Perilaku Ibu

Untuk menilai perilaku ibu (perawatan yang dilakukan) selama kehamilan dinilai dengan 12 item pertanyaan, dikelompokkan menjadi 2 bagian.

a.bagian I (Soal no 1-9) bila responden menjawab no 1, skor 4, bila menjawab no 2, skor 3, bila menjawab no 3, skor 2, bila menjawab no 4 skor 1 dan bila menjawab no 5 skor 0.

b. Bagian II (Soal no 10-12) setiap jawaban diberi skor 1. responden bisa memilih jawaban lebih dari 1.

c.Berdasarkan skor tersebut, nilai minimal perilaku 3 dan maksimal 48. Selanjutnya dikategorikan sebagai berikut:

1.Buruk apabila mempunyai skor 3-8 2.Cukup apabila mempunyai skor: 19-34 3.Baik apabila mempunyai skor: 35-48


(40)

Asuhan Kala I

a. Bagian I ( Soal no 13-19) bila responden menjawab no 1, skor 4, bila menjawan no 2 skor 3, bila menjawab no 3 skor 2, bila menjawab no 4 skor 1. Sehingga skor minimal 7 dan maksimal 28

b. Bagian II ( Soal no 20-25) setiap jawaban diberi skor 1. responden bisa memilih jawaban lebih dari 1. Sehingga nilai minimal 6 maksimal 24. Berdasarkan skor tersebut, nilai minimal asuhan kala I, 13 dan maksimal 52.

Asuhan Kala II,III,IV

a. Bagian I bila responden menjawab no.1, skore 4, bila menjawab no 2 skor 3, bila menjawab no3 skor 2, bila menjawab no 4 skor 1.

b.Bagian setiap jawaban diberi skor 1. Responden bisa memilih jawaban lebih dari 1

Berdasarkan penelitian tersebut, nilai minimal asuhan kala I, II, III, IV adalah 4 dan nilai maksimal 16

Tabel 3.1 Aspek pengukuran Asuhan yang diterima Ibu selama Persalinan.

No Kala persalinan Indikator Kategori Bobot seluruh indikator 1 2 3 4 Kala I Kala II Kala III Kala IV 13 4 4 4 Tidak lengkap Lengkap Tidak lengkap Lengkap Tidak lengkap Lengkap Tidak lengkap Lengkap 13-22 33-52 4-10 11-16 4-10 11-16 4-10 11-16


(41)

27

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan tekhnik analisa: 1. Analisis Univariat: tujuan analisis untuk menjelaskan distribusi frekuensi

atau besarnya proporsi menurut variabel independen dan variabel dependen.

2. Analisis bivariat: tujuan analisis ini untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan dependen yang diduga kuat mempunyai hubungan analisa ini menggunakan uji chi-square dengan menggunakan derajat kepercayaan 95%. Bila expected count 25 % maka yang dibaca adalah uji Fischer Exact.

3. Analisa mltivariat: tujuan analisis ini untuk melihat faktor mana yang paling dominan pada variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen dengan menggunakan uji Regresi Berganda.


(42)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan

Rumah Sakit Umum (RSU) Sari Mutiara Medan merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan kelas madya plus yang berstatus swasta milik dari Yayasan Sari Mutiara Medan. Pada pertama kali didirikan berbentuk praktek bidan berizazah pada tanggal 23 September 1963 oleh Bidan S. Sitanggang. Setelah mengalami beberapa kali perubahan nama, akhirnya pada tanggal 08 Januari 1988 menjadi RSU Sari Mutiara yan diresmikan oleh Bapak Kepala Kantor Wilayah Depkes RI Propinsi Sumatera. RSU Sari Mutiara Medan juga digunakan sebagai tempat mahasiswa yang akan melakukan praktek/ pelatihan untuk mendapatkan asuhan keperawatan. RSU Sari Mutiara ini didirikan diatas tanah seluas 2.414 m² dengan luas ruang dan kantor 2.043 m².

Tujuan didirikanya RSU Sari Mutiara adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi masyarakat dengan visinya menciptakan pelayan yang berkualitas nasional dan dengan misi memberikan pelayan kesehatan yang bermutu, nyaman dan terjangkau oleh masyarakat. Fasilitas dan pelayanan yang ada pada RSU Sari Mutiara antara lain Instalasi Gawat Darurat (IGD), poliklinik spesialis, rawat inap, perawatan, Intensive Care Unit (ICU) , kamar operasi, kamar bersalindan bayi, laboratorium, farmasi, endoskopi, radiology (CT-scan, Rontgen, USG), medical check up, rehabilitasi medik, rekam medik, ambulans, gizi dan tempat pendidikan.

Ruang kebidanan RSU Sari Mutiara Medan terdiri dari kelas III= 15 tempat tidur, kelas I Plus 6 tempat tidur dan kelas II = 8 tempat tidur, serta ruang


(43)

VIP 3 tempat tidur. Ruang bersalin mempunyai 3 tempat tidur khusus bersalin dan mempunyai alat diagnostik (Ultra Sono Grafi) alat pertolongan persalinan normal dan patologis yaitu Vacum Extracto. Perawatan ibu bersalin dilakukan dengan Roomming in yaitu bayi dengan kapasitas 10 tempat tidur bayi dan 4 tidur khusus bagi bayi prematur (lahir kurang bulan). Disamping untuk ruang bersalin, RSU Sari Mutiara Medan juga memiliki tempat tidur untuk ruangan lain yang dicantumkan menurut kelas seperti dibawah ini:

Tabel 4.1 Jumlah Tempat Tidur menurut Kelas di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Kelas Jumlah Tempat Tidur

1 2 3 4 5 6

Kelas III Kelas II Kelas I VIP Super VIP Eksekutif

56 37 25 11 3 1 Jumlah 169

Keberadaan RSU Sari Mutiara Medan didukung oleh berbagai tenaga medis maupun non medis. Adapun komposisi ketenagaan tersebut dapat digambarkan seperti pada tabel dibawah ini:


(44)

Tabel. 4.2 Tenaga Para Medis Perawatan di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2007

Nomor Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah 1

2

Para Medis

1. Dokter Umum 2. dokter spesialis 3. dokter gigi Para Medis Perwatan

1. S-1 Keperawatan 2. Akper

3. D-3 Kebidanan 4. Perawat Bidan 5. SPK

6.perawat Gigi

Para Medis Non Perawatan Non Medis 14 orang 28 orang 2 orang 8 orang 125 orang 5 orang 8 orang 4 orang 2 orang 32 orang 64 orang

Jumlah 248 orang

4.2 Analisis Univariat Karakteristik Responden

Analisis univariat dari karakteristik responden dan asuhan persalinan yang diterima ibu serta status pasien berturut-turut akan dijabarkan dibawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Variabel Jumlah %

1 Umur

20-35 tahun >35 tahun 37 3 7,5 92,5

Jumlah 40 100

2 Paritas

a. < 3 anak b. > 3 anak

33 7

82,5 17,5


(45)

Lanjutan tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara

No Variabel Jumlah %

3 Tingkat pendidikan a. SLTA b. DIII/Sarjana

36 4

90 10

Jumlah 40 100

4 Perilaku Ibi a. buruk b. cukup

27 13

67,5 32,5

Jumlah 40 100

5 Status Pasien a. rujukan

b. tidak ada rujukan

26 14

65,0 35. 0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nahwa 95 responden pada kelompok umur antara 20-35m tahun selebihnya pada kelompok umur > 35 tahun. Berdasarkan paritas 82,5 % responden mempunyai paritas < hanya sebagian kecil yaitu 17,5 % responden mempunyai lebih dari 3 anak. Semetara berdasarkann pendidikan terlihat 90% berpendidikan SLTA. Selebihnya berpendidkan DIII dan Sarjana. Perilaku responden 67,5% mempunyai perilaku buruk dan selebinhya responden mempunyai perilaku cukup.Berdasarkan status pasien 65% responden berstatus rujukan dan selebihnya buku rujukan.


(46)

Tabel 4.4 Distribusi perilaku responden selama hamil di rumah sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2007

No Perilaku ibu N %

1 Pemeriksaan Kehamilan

1 kali 2-3 kali > 4 kali

11 8 21 27,5 20,0 52,5

Total 40 100

2 Frekuensi makan

3 kali 2 kali 3 kali 11 5 24 27,5 12,5 60

Total 40 100

3 Makan sayur

½ gelas tanpa kuah ½ gelas dengan kuah

6 34

15 35

Total 40 100

4 Konsumsi tablet besi

Usia kehamilan 36 minggu Usia kehamilan 28minggu Usia kehamilan 24 minggu Usia kehamilan 20 minggu

2 15 4 19 0,5 37,5 10,0 47,5

Total 40 100

5 Senam hamil

Tidak senam Senam 11 29 27,5 72,5

Total 40 100

6 Perilaku hidup sehat Minum obat tanpa resep Minum jamu-jamuan Minum obat dan jamu

33 1 6 82,5 2,5 15

Jumlah 40 100

7 Tindakan bila ada keluhan Istirahat di rumah

Minum obat tradisional Minum obat beli diwarung Pergi ke petugas kesehatan

11 10 17 2 27,5 25,0 42,5 5,0


(47)

Lanjutan Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Perilaku Ibu n %

8 Pemeriksaan Laboratorium Pernah Tidak pernah 17 23 42, 5 57,5 Total 40 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hanya 52,5 ibu memeriksa kehamilan lebih dari 4 kali, frekuensi lebih dari 3 kali 27,5 % makan sayur 85% kurang dari 1 gelas, mengkonsumsi tablet zat besi hanya 47,5 % sejak kehamilan 20 minggu, tidak melakukan senam hamil 72,5 % maka obat tanpa resep ,82,5% dan berobat ke petugas kesehatan bila ada keluhannya 5 %.

Tabel 4.5 Distribusi Asuhan Persalinan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007

Nomor Variabel Jumlah %

1 Asuhan Kala I: a. tidak lengkap b. Lengkap

28 12

70,0 30,0

Total 40 100

2 Asuhan kala II a. tidak lengkap b. Lengkap

31 9

80,0 20,0

Total 40 100

3 Asuhan Kala III a. tidak lengkap b. lengkap

31 9

77,5 22,5

Total 4 100

4 Asuhan Kala IV . a. tidak lengkap

c. lengkap

5 35

12,5 87,5


(48)

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat sebanyak 70 % responden tidak menerima asuhan kala I secara lengkap, selebihnyua responden mencerima asuhan kala I dengan lengkap. Demikian juga dengan asuhan kala II 80 % menerima asuhan tetapi tidak lengkap dan 20 % menerima asuhans secara lengkap. Untuk asuhan kala III terlihat bahwa 77,5 % menerima asuhan tetapi tidak lengkap selebihnya responden menerima asuhin kala III dengan lengkap. Adapun asuhan kala IV responden 87,5 % menerima asuhan secara lengkap dan selebihnya tidak menerima asuhann kala IV secara lengkap.

4.3 Analisis Bivariat Karakteristk4.. Ibu dengan kejadian persalinan dan patologis.

4.3.1 Hubungan Umur Responden dengan kejadian persalinan patologis.

Hubungan kelompok umur ibu yang bersalin dengan persalinan patologis dapat dilihat dari tabel.

Tabel 4.6 Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Umur Responden

Kejadian persalinan Sintosinon, Vakum Sintosinon

Ekstraksi,Seksio Vakum Ekstraksi Jumlah Sesaria, lainnya Lainnya

N % N % N %

1 >35 Tahun 3 7,5 - - 3 7,5

2 20-35 Tahun 22 55 15 37,5 37 92,5


(49)

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas usia responden antara 20-35 tahun sebanyak 92,5% dengan persalinan patologis: sintosinon, vakum ekstraksi, dan seksio sesaria dan 55 % dengan jenis persalinan sintosinon, vakum ekstraksi, dan lainnya. Dari hasil Chu Square Expected Count>25% sehingga, dibaca uji Fisher Exact, hasilnya P= 0,279 (P>0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian persalinan patologis.

Hubungan Paritas Responden dengan Kejadian Persalinan Patologis

Hubungan paritas responden yang bersalin dengan kejadian persalinan patologis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7. Hubungan Paritas Responden dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Paritas Responden

Kejadian persalinan Sintosinon, Vakum Sintosinon

Ekstraksi,Seksio Vakum Ekstraksi Jumlah Sesaria, lainnya Lainnya

n % n % n %

1 < 3 anak 20 50 13 32,5 33 82,5

2 > Anak 5 12,5 2 5 7 17,5

Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas paritas responden < 3 anak yaitu sebanyak 82,5 dengan kejadian persalinan sintosinon, vakum ekstraksi dan seksio sesaria dan lainnya 50%. Sedangkan pada paritas > 3 jenis persalinan sintosinon, vakum ekstraksi, dan lainnya yaitu 17,5%. Dari hasil uji Chi square Expected Count > 25% sehingga, dibaca Fisher Exact,


(50)

hasilnya P= 0,691 (P>0,05) artinya tidak ada hubungan paritas dengan kejadian persalinan patologis.

4.3.3 Hubungan Pendidikan Responden dengan Kejadian Persalinan Patologis

Hubungan pendidikan responden yang bersalin dengan kejadian persalinan patologis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8. Hubungan Pendidikan Responden dengan Kejadian Persalinan Patologis Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Pendidkan Responden

Kejadian persalinan Sintosinon, Vakum Sintosinon

Ekstraksi,Seksio Vakum Ekstraksi Jumlah Sesaria, lainnya Lainnya

n % n % n %

1 SLTA 23 57,5 13 32,5 36 90

2 DIII dan

Sarjana

2 5 2 5 4 10

Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa mayoritas ibu berpendidikan SLTA sebanyak 90% dengan kejadian persalinan sintosinon, vakum ekstraksi, seksio sesaria, dan lainnya sebesar 57,5 %. Sedangkan Pendidikan DIII dan sarjana jenis persalinan 10% dengan sintosinon, vakum ekstrasi, dan lainnya. Dari hasil uji Chi Square expected count>25% sehingga. Dibaca Fisher Exact, hasilnya P = 0,622 (P>0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian persalinan patologis.


(51)

Hubungan Perilaku Responden dengan Kejadian Persalinan Patologis

Hubungan perilaku responden yang bersalin dengan kejadian persalinan patologis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Perilaku Responden

Kejadian persalinan Sintosinon, Vakum Sintosinon

Ekstraksi,Seksio Vakum Ekstraksi Jumlah Sesaria, lainnya Lainnya

n % n % n %

1 Buruk 22 57,5 4 10 27 67,5

2 Cukup 2 5 11 27,5 13 32,5

Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas perilaku ibu selama kehamilan buruk sebanyak 67,5 % dengan kejadian persalinan sintosinon, vakum ekstrasi, seksio sesaria, dan lainnya sebanyak 57,5 % dan 32,5 % dengan kejadian persalinan sintosinon, vakum ekstrasi, dan lainnya berperilaku cukup 27,5%. Dari hasil uji Chi Square diperoleh hasil P=0,00 (>0,05)

Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalina Patologis ubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalina Patologis


(52)

Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalinan Patologis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Asuhan Kala I

Kejadian persalinan Sintosinon, Vakum Sintosinon

Ekstraksi,Seksio Vakum Esktrasi Jumlah Sesaria, lainnya Lainnya

n % n % n %

1 Tidak Lengkap

22 55 6 15 28 70

2 Lengkap 3 7,5 9 22,5 12 30

Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100

Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak menerima asuhan kala 1 secara lengkap yaitu sebesar 70 % dengan kejadian persalinan patologis sintosinon, vakum esktrasi, seksio sesaria, lainnya 55 %. Sementara dari 30% menerima asuhan lengkap 22,5% jenis persalinan dengan sintosinon, vakum ektrasi dan lainnya. Dari hasil uji Chi Square diperoleh hasil 0,001 (P < 0,05) yang berarti ada hubungan antara Asuhan Kala I yang diterima dengan kejadian persalinan patologis.


(53)

Hubungan Asuhan Kala II dengan Kejadian Persalinan Patologis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Hubungan Asuhan Kala II dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007.

No Asuhan Kala II

Kejadian persalinan Sintosinon, Vakum Sintosinon

Ekstraksi,Seksio Vakum Esktrasi Jumlah Sesaria, lainnya Lainnya

n % n % n %

1 Tidak Lengkap

23 57,5 9 22,5 32 80

2 Lengkap 2 5 6 15 8 20

Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100

Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas ibu pada asuhan kala II tidak menerima asuhan secara lengkap sebanyak 80% dengan kejadian persalinan patologis sintosinon, vakum ekstrasi, seksio sesaria dan lainnya sebesar 57,5%. Sementara 20 % menerima asuhan secara lengkap 15% dengan kejadian persalinan sintosinon, vakum ekstrasi, dan lainnya. Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai P = 0,014 (P< 0,05) yang artinya ada hubungan asuhan kala II dengan kejadian persalinan patologis.

Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan Patologis bungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan Patologis


(54)

Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan Patologis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12 Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Asuhan Kala III

Kejadian persalinan Sintosinon, Vakum Sintosinon

Ekstraksi,Seksio Vakum Esktrasi Jumlah Sesaria, lainnya Lainnya

n % n % n %

1 Tidak Lengkap

23 57,5 8 20 31 77,5

2 Lengkap 2 5 7 17,5 9 22,5

Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100

Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak menerima asuhan kala III secara lengkap yaitu 77,5 % dengan kejadian persalinan patologis sintosinon, vakum ekstrasi, seksio sesaria dan lainnya sebesar 57,5%. Sedangkan sebanyak 22,5% yang menerima asuhan kala III secara lengkap 17,5% dengan kejadian sintosinon, vakum ekstrasi dan lainnya. Dari hasil uji Chi Square diperoleh P=0,005 (P<0,05) yang artinya ada hubungan asuhan kala III yang diterima dengan kejadian persalinan patologis.


(55)

Hubungan Asuhan Kala IV dengan Kejadian Persalinan Patologis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13 Hubungan Asuhan Kala IV dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Asuhan Kala IV

Kejadian persalinan Sintosinon, Vakum Sintosinon

Ekstraksi,Seksio Vakum Esktrasi Jumlah Sesaria, lainnya Lainnya

n % n % n %

1 Tidak Lengkap

24 60 11 27,5 35 87,5

2 Lengkap 1 2,5 4 10 5 12,5

Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100

Berdasarkan Tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak menerima asuhan kala IV secara lengkap yaitu 87,5 % dengan kejadian persalinan patologis sintosinon, vakum ekstrasi, seksio sesaria dan lainnya. Sementara 12,5% yang menerima asuhan kala IV tidak lengkap 10 % dengan kejadian sintosinon, vakum ekstrasi dan lainnya. Dari hasil uji Chi Square diperoleh P=0,036 (P<0,05) yang artinya ada hubungan asuhan kala IV yang diterima dengan kejadian persalinan patologis.

Analisis Multivariat isis Multivariat


(56)

Hasil penelitian terhadap ibu yang mengalami persalinan patologis di RSU Sari Mutiara Medan, tentang perilaku ibu selama hamil, asuhan yang diterima ibu pada kala I, II, III, IV selanjutnya dilakukan uji regresi berganda dengan

α

= 0,05 untuk melihat variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian persalinan patologis.

Berdasarkan hasil uji regresi berganda antara variabel perilaku ibu hamil selama hamil, asuhan yang diterima ibu pada kala I, II, III, dan IV terhadap kejadian persalinan patologis sebagaai berikut:

Tabel 4.14 Hasil Uji Regresi Berganda Variabel Perilaku Ibu, Asuhan yang di terima ibu pada Kala I, II, III dan IV di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2007

Coefficient

Unstandardized Coefficient

Standardized Coefficient Model

B Sts. Error Beta

t Sig

1 (Constant)

5.6202 .046 -1.210 .234 Perilaku Ibu Selama

Hamil

.598 . 075 .290 3,942 .000

Asuhan Kebidanan Kala I ,555 .082 .548 6.739 .000 Asuhan Kebidanan Kala II .0140 .125 .041 .322 .007 Asuhan Kebidanan Kala IV .123 .143 .128 .865 .039 a. Dependent variable: Jenis Persalinan Patologis

Pada Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa hasil uji regresi berganda di atas dapat dilihat bahwa variabel perilaku ibu selama hamil, asuhan yang di terima ibu pada kala I, II, III, dan IV secara bersama-sama berpengaruh terhadap kejadian persalinan patologis ( P < 0,05) sedangkan variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian persalinan patologis adalah variabel perilaku ibu.


(57)

43 Semakin baik perilaku selama kehamilan semakin rendah kejadian persalinan patologis, dan semakin buruk perilaku ibu selama hamil semakin tinggi kejadian persalinan patologis.


(58)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan terhadap 40 ibu yang bersalin patologis, 92,5% responden berusia 20-35 tahun. Artinya secara umum responden sari mutiara cukup baik, karena responden berada pada usia reproduksi sehat. Pada kondisi ini komplikasi persalinan boleh dikatakan rendah. Sehingga aman untuk kehamilan dan persalinan. Dari hasil uji Fisher exact diperoleh hasil p=0,279 (P.0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian persalinan patologis. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Indriani dimana umur mempunyai hubungan dengan persalinan patologis. Perbedaan ini kemungkinan sample responden yang diteliti, lebih banyak pada kelompok ibu yang beresiko yaitu umur > 35 tahun.

Bila dilihat dari jenis persalinan tindakan seksio sesaria pada penelitian ini lebih tinggi yaitu 42,5 %. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sibuea (2007), dimana angka kejadian seksio sesaria lebih tinggi pada usia <35 tahun. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Nuraim, yang dikutip Sibuea (2007) bahwa seksio sesaria lebih sering dilakukan pada usia < 35 tahun. Tingginya persalinan patologis dengan seksio sesaria di RSU Sari Mutiara tidak terlepas dengan status pasien saat masuk. 65 % merupakan rujukan, dimana sebelum ditolong di RSU Sari Mutiara, kondisi ibu dan janin tidak baik, oleh karena itu responden tidak mendapat asuhan pada kala satu persalinan dengan baik, sehingga untuk menyelamatkan ibu dan anak dilakukan tindakan seksio sesaria.


(59)

5.2 Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis

Paritas merupakan suatu kemampuan dari seorang wanita untuk melahirkan anak. Berdasarkan data yang terkumpul pada Rumah Sakit Sari Mutiara Medan, dari 40 responden melahirkan 82,5% mempunyai anak antara satu sampai tiga orang selebihnya lebih dari tiga. Bila dilihat dari jenis persalinan, seksio sesario lebih banyak pada paritas ibu kurang dari tiga yaitu 37,5%. Dari hasil uji Fisher Exact diperoleh hasil P= 0,591 ( P>0,05) yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian persalinan patologis. Penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan Siti Mulidah (2002) yang menyatakan ada hubungan antara paritas dengan persalinan patologis. Tidak adanya hubungan antara paritas dengan kejadian persalinan pada penelitian ini kemungkinan karena paritas responden yang diteliti sebagian besar mempunyai paritas <dari tiga.

5.3 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis

Tingkat pendidikan merupakan jenjang dalam penyelesaian proses pembelajaran secara formal. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan pengetahuan maupun perilakunya juga makin baik. Dengan pendidikan yang makin tinggi, maka informasi dan pengetahuan yang diperoleh juga makin banyak, sehingga perubahan perilaku kearah yang baik diharapkan dapat terjadi. Namun dalam kenyataannya tingginya tingkat pendidikan tidak selalu diikuti oleh pengetahuan maupun perilaku yang baik.

Dari data yang dikumpulkan dari 40 responden pada umumnya pendidikan SLTA 90 %. Bila dilihat dari jenis persalinan, 45 % ibu mengalami tindakan seksio sesaria, 41,65 %. Berpendidikan SLTA. Dari hasil uji Fisher


(60)

Exact diperoleh hasil P=0,622 (P>0,05) yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadia persalinan patologis. Karena responden yang diteliti, lebih banyak pada kelompok yang berpendidikan SLTA. Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Soekiman, (2002) tidak adanya hubungan karena yang diteliti rata-rata berpendidikan SLTA.

5.4 Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian Persalina Patologis

Perilaku merupakan cerminan dari pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang terhadap sesuatu. Jadi walaupun tingkat pendidikan formal seseorang tinggi, belum tentu memiliki perilaku yang baik. Perilaku lebih ditentukan dari pengetahuan seseorang tentang sesuatu, respons terhadap apa yang dihadapi yang selanjutnya akan di aplikasikan dalam suatu tindakan. Pada penelitian ini 76,5 % respons berperilaku buruk selama kehamilan yang meliputi kunjungan, asupan gizi selama hamil, senam hamil dan berperilaku hidup sehat.

Dari hasil uji Chi Square diperoleh P= 0,00 (P < 0,05) artinya ada hubungan signifikan antara perilaku dengan kejadian persalinan patologis.penelitan ini sesuai dengan penelitian Siti Mulidah (2003). Ibu yang berperilaku buruk selama kehamilan memiliki resiko 4,73 kali mengalami persalinan patologis dibanding yang berperilaku baik. Pada penelitian ini 52,5 % ibu memeriksa kehamilan lebih dari empat kali. Kondisi ini menyebabkan kurang mendapat informasi tentang perawatan kehamilan, tidak terdeteksi secara dini masalah dan komplikasi selama kehamilan yang berakibat pada persalinan. Pemeriksaan lebih dari dua kali menjelang kelahiran dapat memperkecil kemungkinan persalinan patologis. Penelitian Nuchsan (2007) menyatakan bahwa tingginya persalinan patologis akibat Ante Natal Care (ANC) yang


(61)

kurang dari empat kali. Menurut Sibuea (2007), persalinan patologis lebih banyak pada ibu yang melakukan perawatan antenatal.

Aspek perilaku ibu yang lain adalah pola makan ibu yang teratur selama hamil yaitu makan tiga kali sehari dengan lunak yang bervariasi, misalnya daging, telor, tempe, tahu, ikanbasah maupun ikan asin ditambah makan satu gelas teh sayur tanpa kuah setiap kali makan. Pola makan dapat mempengaruhi berat badan wanita hamil. Berat badan normalnya akan naik kira-kira 6,5-16,5 kg dengan rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ibu terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir (Wikjosastro, 2002). Pada penelitian ini pola makan ibu masih ada yang lebih dari tiga kali dalam sehari yaitu sebanyak 27,5%. Kondisi ini mengakibatkan janin besar, sehingga tidak dapat melewati jalan lahir.

Melakukan senam hamil secara teratur, khususnya dua minggu menjelang persalinan juga dapat mempengaruhi persalinan berakhir dengan normal atau patologis. Supriatmaja dan Swardewa (2006) mengatakan melakukan senam hamil dapat memperlancar aliran darah dan mencegah terjadinya konstipasi sehingga pada akhirnya akan mempermudah lancarnya persalinan. Senam yang dianjurkan adalah berjalan di pagi hari, menggerak-gerakkan otot tubuh dan melakukan pergerakan otot-otot panggul misalnya mengepel sambil jongkok dan melakukan pekerjaan rumah tangga dengan jongkok. Hal ini bertujuan agar otot-otot panggul menjadi lemas dan elastis sehingga waktu melahirkan jalan lahir mudah teregang dan anak mudah lahir serta terhindar dari robeknya jalan lahir (Bobak 2000). Pada penelitian ini 27,5% ibu sulit dilewati anak ketika mau lahir. Selain itu kakunnya jalan lahir menyebabkan nyeri yang meningkat, akhirnya ibu tidak tahan dan sulit


(62)

berkoordinasi dengan penolong. Pada keadaan ini biasanya lebih sering persalinan berakhir dengan tindakan.

Selama hamil ibu harus berperilaku hidup sehat,memeriksakan diri ke petugas kesehatan jika ada keluhan. Adanya keluhan seperti pening berlebihan, muka bengkak, kaki bengkak, penglihatan berkunang-kunang dan gerak anak kurang. Jika ibu segera diperiksa bila ada keluhan, kemungkinan persalinan patologis dapat dihindari. Pada penelitian ini hanya 5% ibu yang memeriksakan kehamilan ke petugas kesehatan bila ada keluhan. Selebihnya istirahat di rumah, makan obat tradisional dan beli obat di warung. Sehingga apabila ada keluhan tidak terdeteksi masalah yang ada sehingga berakibat pada kondisi ibu dan janin. Selain itu penulis berasumsi kurangnya kemauan petugas melakukan kunjungan rumah, untuk memberi penyuluhan, sehingga pengetahuan ibu kurang tentang perawatan kehamilan.

Pemeriksaan laboratorium: Hb dan glucose dan protein urinen. Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui tanda penyakit Diabetes dan Pre eklamasi pada kehamilan. Pemeriksaan Hb dan urine minimal 2 kali dilakukan selama kehamilan. Pada penelitian ini masih ada ibu hamil yang tidak memeriksakan Hb dan urine.

Makan tablet zat besi selama kehamilan dianjurkan sejak umur kehamilan 20 minggu. Selama hamil terjadi perubahan volume darah secara fisiologis terjadi ibu hamil. Untuk kenaikan Hb bayi mencapau 18-22 d/desi liter. Ibu harus mentransfer zat besi 300 mg selama hamil. Defisiensi zat besi dapat mengakibatkan anemia, sehingga dalam persalinan mengakibatkan, kurang energi, gangguan his, perdarahan dan letharg mengakibatkan persalinan berakhir dengan patologis. Pada penelitian ini hanya 47,5 % responden makan


(63)

tablet besi sejak kehamilan 20 minggu, selebihnya tidak sesuai dengan anjuran. Keadaan ini dapat mengakibatkan kadar Hb kurang dari 11 gr%. Selain itu 85% ibu makan sayur kurang dari satu gelas setiap makan, tidak makan buah sehingga reasorbsi zat besi tidak sempurna. Pada Kondisi Hb yang rendah oksigen ke janin berkurang, yang dapat mengakibatkan persalinan patologis.

5.5 Hubungan Asuhan Kala I dengan kejadian Persalinan Patologis.

Tindakan dan informasi yang diterima ibu sejakadanya his (kontraksi rahim) yang teratur dari pembukaan jalan lahir (serviks) pada awal persalinan sampai pembukaan serviks lengkap selama di ruang 6 bersalin. Menurut Bobak (2000, kala I memerlukan waktu cukup lama sekitar 6-12 jam. Oleh karena itu untuk menjaga kondisi ibu dan janin dan persalinan berlangsung normal penolong persalinan seharusnya memberi informasi, pendidikan, dukungan, pemenuhan nutrisi, serta pengaturan posisi pada persalinan. Agar persalinan berlangsung normal.

Berdasarkan data yang terkumpul dari 40 ibu yang mengalami persalinan patologis, 70 % ibu menerima asuhan kala I tidak lengkap. Dari hasil Chi Square diperoleh hasil P = 0,001 (P< 0,05) artinya terdapat hubungan signifikan antara asuhan kala I dengan kejadian persalinan patologis. Tidak dilakukaknya asuhan secara lengkap di RSU Sari Mutiara penulis berasumsi, belum adanya SOP ( Standart Operasional Prosedur) pada kala I persalinan secara tertulis yang akan dilakukan oleh penolong, sehingga masing-masing penolong melakukan asuhan sesuai dengan keinginannya.


(1)

8. Selama kehamilan apakah ibu mempunyai kebiasaan dibawah ini 1. Tidak ada

2. Minum jamu

3. Makan obat tanpa resep 4. Merokok

5. Minum alkohol

9. Keluhan apa saja yang ibu alami selama hamil 1. Tidak ada

2. Kaki bengkak 3. Muka bengkak 4. Pening berlebihan

5. Penglihatan berkunang-kunang

10.Selama hamil senam hamil apa saja yang dilakukan 1. Menarik dan mengeluarkan nafas

2. Melakukan praktek mengedan 3. Latihan posisi waktu melahirkan 4. Jalan ke luar rumah setiap pagi 5. Tidak ada

11.Perawatan apa saja yang dilakukan ibu di rumah pada jalan lahir 1. Membersihkan jalan lahir tiap mandi

2. Memakai pakaian dalam yang bersih 3. Cebok dengan air hangat

4. Cebok dengan air sirih 5. Tidak melakukan apa-apa

12.Setiap makan jenis lauk apa saja yang dimakan 1. Daging

2. Telur


(2)

D. Asuhan yang diterima Ibu selama masa Persalinan Asuhan Kala I

13.Selama di ruang bersalin kapan Ibu diajari cara mengejan. 1. Sejak tiba di ruang bersalin

2. Setelah kontraksi teratur dan kuat 3. Sejak ingin mengedan

4. Setelah bayi hendak dilahirkan.

14. Kapan diberi tahu hasil pemeriksaan yang dilakukan 1. Setelah selesai melakukan pemeriksaan

2. Sewaktu dintanyakan 3. Saat mau melahirkan 4. Saat ada masalah

15.Bila ibu ingin berkemih apa yang dilakukan pada ibu 1. Membantu ibu berkemih

2. Menyuruh Ibu berkemih

3. Memasang Alat untuk mengeluarkan kencing 4. Tidak ada yang dilakukan

16.Siapa yang menemani ibu selama di ruang bersalin 1. Suami

2. Keluarga 3. Tema 4. Petugas

17.Kapan saja ibu didampingi di ruangan bersalin, 1. selama diruangan bersalin


(3)

18.Selama diruang bersain apakah ibu diberi minum a. Selalu

b. Sering

c. Kadag-kadang d. Tidak Pernal

19 Kapan saja ibu diber 1. Setelah kontraksi 2. Setelah selesai menedan 3. setelah melahirkan anak. 4.Selah melahirkan uri

20.Apa saja yang diberitahu pada Ibu pada saat masuk ruang bersalin? 1. Adanya rasa nyeri pada jalan lahir

2. Hasil pemeriksaan yang dilakukan 3. Waktu perkiraan anak lahir

4. Peraturan ruang bersalin

21.Apa yang diberi tahu setelah dilakukan pemeriksaan pada ibu 1. Kondisi janin

2. Pembukaan jalan lahir 3. Perkiraan janin lahir 4. Kondisi ibu

22.Untuk kenyamanan di ruag bersalin yang dilakukan pada ibu. 1. Melap keringat

2. Mengipas Ibu 3. Memasang AC


(4)

23.Selama di ruang bersalin pemeriksaan apa saja yang dilakukan 1. Mengukur nadi

2. Mengukur suhu

3. Mengukur tekanan darah 4. Mengukur denyut jantung janin

24.Tanda-tanda persalinan apa saja yang diberi tahu pada ibu. 1. Kontraksi makin teratur

2. Ibu ingin mengejan

3. Rasa sakit makin bertambah 4. Ketuban pecah

25.Makanan apa saja yang diberikan selama di ruang bersalin. 1. Makan nasi

2. Makan roti 3. Makan telur 4. Makan buah

E. Asuhan Kala II

26. Saat bayi mau lahir bagaimana posisi Ibu 1. Sesuai keinginan

2. Miring 3. Jongkok 4. Tidur telentang

27. Saat melahirkan cara mengejan yang dianjurkam 1. Membatukan


(5)

28. Setiap selesai mengejan, apa saja yang dilakukan pada ibu 1. Menyuruh istirahat

2. Memberi pujian 3. Memberi minum 4. Tarik nafas

29. Selama di ruang bersalin apa saja yang dilakukan petugas, keluarga 1. Menopang kepala

2. Memberi minum 3. Menggosok punggung

4. Merangsang puting susu untuk kontraksi

Asuhan Kala III

30. Sebelum melahirkan Uri apa saja yang dilakukan pada ibu 1. Meraba perut untuk memeriksa bayi ke-dua

2. Mengeluarkan kencing 3. Merangsang rahim 4. Menyuntik Ibu

31. Sewaktu melahirkan uri apa saja yang dilakukan pad Ibu 1. Memijat rahim dengan pelan

2. Menyuruh istiraht 3. Menyuruh mengedan

4. Menekan rahim dengan kuat

32. Setelah bayi lahir apa saja yang dilakukan Ibu 1. Memberi minum

2. Mengukur tekanan darah 3. Menyusukan bayi


(6)

33. Setelah uri lahir informasi apa saja yang diberitahu pada Ibu 1. Kelengkapan uri

2. Keadaan rahim 3. Keadaan jalan lahir 4. Cara Message Rahim

Asuan Kala IV

34. Sebelum dipindahkan ke ruangan berapa kali dilakukan pemeriksaan 1. > 6 kali

2. 3-5 kali 3. 1-2 kali 4. Tidak pernah

35. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan sebelum ibu dipindahkan ke ruangan 1. Tekanan darah

2. Kontraksi rahim 3. Kandungan kencing 4. Perdarahan jalan lahir

36. Informasi yang diberikan untuk mencegah perdarahan pada Ibu? 1. Cara merangsang kontraksi

2. Tanda-tanda perdarahan 3. Merapatkan kaki

4. Menyuruh istirahat

37. Sebelum Ibu dipindahkan ke ruangan rawat inap, apa yang dilakukan? 1. Mengukur tekanan darah

2. Memeriksa perdarahan 3. Mengeluarkan kencing 4. Membersihkan Ibu