26
diri  pegawai  untuk  berusaha  mencapai  prestasi  kerja  secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang
siap  secara  psikofisik  sikap  secara  mental,  fisik,  tujuan  dan situasi. Artinya seorang pegawai harus siap mental, mampu secara
fisik,  memahami  tujuan  utama  dan  target  kerja  yang  akan  dicapai serta mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja.
Menurut  Amstrong  dan  Baron  dalam  Wibowo  2007,  faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu sebagai berikut:
1  Personal factor, ditunjukan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi, dan komitmen individu.
2  Leadership  factor,  ditentukan  oleh  kualitas  dorongan,  bimbingan, dan dukungan yang dilakukan manajer dan team leader.
3  Team  factor,  ditunjukan  oleh  kualitas  dukungan  yang  diberikan oleh rekan kerja.
4  System  factor,  ditunjukan  oleh  adanya  sistem  kerja  dan  fasilitas yang diberikan organisasi.
5  Contextualsituational  factor,  ditunjukan  oleh  tingginya  tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal.
3. Kepemimpinan
a. Pengertian Kepemimpinan
Menurut  Hasibuan  2007  kepemimpinan  adalah  proses mempengaruhi  orang  lain  untuk  memahami  dan  setuju  tentang  apa
yang akan dikerjakan dan bagaimana tugas itu dapat dilakukan secara
27
efektif,  dan  proses  memfasilitasi  usaha  individu  dan  kelompok  untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan Robbins 2003 mengemukakan
bahwa  kepemimpinan  adalah  kemampuan  untuk  mempengaruhi  suatu kelompok  ke  arah  tercapainya  tujuan.  Sumber  dari  pengaruh  ini  bisa
formal,  seperti  misalnya  yang  disajikan  oleh  pemilikan  peringkat manajerial  dalam  suatu  organisasi.  Karena  posisi  manajemen  muncul
bersama  suatu  tingkat  wewenang  yang  dirancang  secara  formal, seseorang dapat  menjalankan suatu peran kepemimpinan semata-mata
karena kedudukannya dalam organisasi tersebut. Organisasi  membutuhkan  kepemimpinan  yang  kuat  dan
manajemen  yang  baik  untuk  efektivitas  yang  optimum.  Dalam  dunia yang  dinamis  dewasa  ini,  organisasi  membutuhkan  pemimpin  untuk
menciptakan visi tentang masa depan, dan menginspirasi para anggota organisasi  agar  mau  mencapai  visi  itu.  Suatu  organisasi  juga
membutuhkan  para  manajer  untuk  merumuskan  rencana  rinci, menciptakan  struktur  organisasi  yang  efisien,  dan  mengawasi  operasi
organisasi setiap harinya. Kemudian  menurut  Armstrong  1990,  kepemimpinan  adalah
mengerjakan segala sesuatu melalui orang lain – jika ada sasaran untuk
dicapai,  jika  suatu  tugas  harus  dilaksanakan  dan  jika  lebih  dari  satu orang  diperlukan  untuk  melakukannya.  Armstrong  juga  mengatakan
bahwa  semua  manajer  adalah  pemimpin,  dalam  arti  bahwa  mereka hanya  akan  dapat  mengerjakan  apa  yang  harus  mereka  kerjakan
28
dengan  dukungan  kelompoknya,  yang  harus  tergerak  atau  dibujuk untuk  mengikuti  mereka.  Karena  itu,  kepemimpinan  adalah  sesuatu
mengenai  mendorong  dan  membangkitkan  individu  dan  kelompok untuk  berusaha  sebaik-baiknya  demi  mencapai  hasil  yang  diinginkan.
Kepemimpinan memainkan peranan penting dalam manajemen sumber daya  manusia.  Pencapaian  keunggulan  dalam  usaha  dan  manajemen
sangat tergantung kepada kemampuan pimpinan untuk menyampaikan pandanganngannya visi, antusiasme, dan rasa memiliki tujuan kepada
kelompoknya. Hersey  dan  Blanchard  1982,  mengemukakan  bahwa
kepemimpinan  adalah  proses  mempengaruhi  aktivitas  individu  atau sekelompok  orang  dalam  usaha  untuk  mencapai  tujuan  dalam  situasi
tertentu.  Hersey    Blanchard  juga  menyatakan  bahwa  studi-studi empirik cenderung menunjukkan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan
normatif  atau  terbaik.  Pemimpin  yang  efektif  mengadaptasi  perilaku mereka untuk memenuhi kebutuhan pengikut mereka dan lingkungan.
Berdasarkan  beberapa  pengertian  menurut  para  ahli  diatas, dapat  ditarik  kesimpulan  bahwa  kepemimpinan  adalah  suatu  proses
dimana  seseorang  mempengaruhi  orang  lain  atau  suatu  kelompok dalam organisasi agar bersedia melakukan kegiatan atau bekerja untuk
mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Kepemimpinan disini dapat dipandang  sebagai  suatu  sarana  untuk  mempengaruhi  sekelompok
orang  agar  mau  bekerjasama,  mentaati  segala  peraturan  yang  ada
29
dengan  rasa  tanggung  jawab  untuk  mencapai  tujuan  organisasi. Seorang  pemimpin  harus  mempunyai  jiwa  kepemimpinan  dan  sifat-
sifat kepribadian yang baik, agar menjadi teladan bagi yang dipimpin. Kepemimpinan  merupakan  salah  satu  faktor  yang  sangat
penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan  suatu  organisasi  ditentukan  oleh  kepemimpinan  dalam
organisasi  tersebut.  Setiap  pemimpin  dituntut  untuk  menampilkan kepribadian  yang  menyatu  dalam  ucapan,  sikap  dan  prilakunya
sehingga  apapun  tugas  yang  dibebankan  kepada  bawahannya  akan diselesaikan  dengan  rela  dan  penuh  semangat.  Setiap  pimpinan  yang
memberikan  motivasi  secara  tepat  dan  terarah  akan  berpengaruh terhadap  perubahan  tingkah  laku  bawahannya.  Mereka  akan  bersedia
menjalankan tugasnya dengan ikhlas dan sadar punya tanggung jawab serta tidak merasa terpaksa.
b. Gaya Kepemimpinan
Dalam  memimpin  perusahaan,  seorang  pemimpin  tidak  bisa lepas  dari  gaya  kepemimpinan.  Gaya  kepemimpinan  itu  timbul
berdasarkan  cara  bertindak  atau  bertingkah  laku  dari  pimpinan  yang bersangkutan.  Seorang  pemimpin  dapat  meningkatkan  efektifitas
kepemimpinannya  dengan  menggunakan  gaya yang  berbeda
tergantung dari situasi dan kondisi yang sedang dihadapinya. Berbagai tipe dan gaya kepemimpinan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari.  Dalam  melakukan  kegiatan  menggerakan  atau  memberikan
30
motivasi  kepada  bawahannya,  berbagai  cara  dapat  dilakukan  oleh seorang  pemimpin  yakni  dengan  melakukan  tindakan-tindakan  yang
selalu  terarah  pada  pencapaian  tujuan  organisasi.  Cara  atau  teknik seseorang
dalam menjalankan
kepemimpinan disebut
gaya kepemimpinan.
Menurut  Hasibuan  2007,  terdapat  3  gaya  kepemimpinan yaitu:
1  Kepemimpinan Otoriter Kepemimpinan  otoriter  adalah  jika  kekuasaan  atau  wewenang,
sebagian  besar  mutlak  tetap  berada  pada  pimpinan  atau  kalau pimpinan itu menganut sistem sentralisasi wewenang. Pengambilan
keputusan  dari  kebijaksanaan  hanya  ditetapkan  sendiri  oleh pimpinan,  bawahan  tidak  diikutsertakan  untuk  memberikan  saran,
ide dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. 2  Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan  dengan  cara  persuasif,  menciptakan  kerjasama  yang
serasi,  menumbuhkan  loyalitas  dan  partisipasi  para  bawahan. Pimpinan  memotivasi  bawahan  agar  merasa  ikut  memiliki
perusahaan.
31
3  Kepemimpinan Delegatif Kepemimpinan  delegatif  adalah  dimana  seorang  pemimpin
mendelegasikan  wewenang  kepada  bawahan  dengan  cukup lengkap,  dengan  demikian  bawahan  dapat  mengambil  keputusan
dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya.  Pemimpin  tidak  peduli  cara  bawahan  mengambil
keputusan  dan  mengerjakan  pekerjaannya,  sepenuhnya  diserahkan kepada bawahan.
Sedangkan  macam-macam  gaya  kepemimpinan  menurut Robbins 2011 terdiri dari:
1  Gaya Otokratis Gaya  otokratis  menggambarkan  pemimpin  yang  biasanya
cenderung  memusatkan  wewenang,  mendiktekan  metode  kerja, membuat  keputusan  unilateral,  dan  membatasi  partisipasi
karyawan. 2  Gaya Demokratis
Gaya  demokratis  menggambarkan  pemimpin  yang  cenderung melibatkan
karyawan dalam
mengambil keputusan,
mendelegasikan wewenang,
mendorong partisipasi
dalam memutuskan  metode  dan  sasaran  kerja,  dan  menggunakan  umpan
balik sebagai peluang untuk melatih karyawan.
32
3  Gaya Laissez Faire Dalam gaya laisezz faire, pemimpin umumnya memberi kelompok
kebebasan  penuh  untuk  membuat  keputusan  dan  menyelesaikan pekerjaan dengan cara apa saja yang dianggap sesuai.
c. Model-Model Kepemimpinan Situasional
Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi merupakan suatu teori yang berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang
mengatakan adanya asas-asas organisasi dan manajemen yang bersifat universal,  dan  pandangan  yang  berpendapat  bahwa  tiap  organisasi
adalah  unik  dan  memiliki  situasi  yang  berbeda-beda  sehingga  harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu. Dari berbagai teori yang
berkembang,  berikut  ini  adalah  beberapa  model  kepemimpinan situasional:
1  Model Kepemimpinan Hersey-Blanchard Model  kepemimpinan  situasional  Hersey-Blanchard  ini
dikemukakan oleh Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard. Model kepemimpinan  situasional  Harsey-Blanchard  didasarkan  atas
perilaku  tugas  dan  perilaku  hubungan  yang  diberikan  oleh pimpinan  kepada  para  bawahannya.  Perilaku  tugas  adalah  suatu
perilaku  seorang  pemimpin  untuk  menetapkan  tujuan  yang  perlu dicapai,  mengorganisasi  situasi  kerja  yang  kondusif,  menetapkan
batas  waktu  yang  wajar  dan  memberikan  arahan  spesifik  bagi karyawan agar para karyawan mampu menyelesaikan pekerjaannya
33
dengan baik. Perilaku hubungan adalah perilaku seorang pemimpin yang  ingin  memelihara  hubungan-hubungan  pribadi  diantara
dirinya  dengan  para  karyawan  atau  bawahannya  dengan  berbagai jalan  seperti  memberi  dukungan  dan  dorongan  kepada  karyawan
agar  semangat  dalam  bekerja,  memberikan  kesempatan  untuk berpendapat,  membantu  mengatasi  permasalahan  yang  dihadapi
karyawan,  serta  memberikan  penghargaan  bagi  karyawan  yang berprestasi dalam bekerja Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard,
1982. 2  Model Kepemimpinan Kontingensi Fiedler
Model  kepemimpinan  kontingensi  Fiedler  dikemukakan oleh Fred E. Fiedler. Model ini menjelaskan bahwa pemimpin akan
berhasil  menjalankan  kepemimpinannya  apabila  menerapkan  gaya kepemimpinan  yang  berbeda  dalam  menghadapi  situasi  yang
berbeda.  Tidak  ada  pemimpin  yang  berhasil  dengan  hanya menerapkan  satu  macam  gaya  untuk  segala  situasi.  Terdapat  tiga
sifat  situasi  yang  berpengaruh  terhadap  efektifitas  kepemimpinan, yaitu:
a  Hubungan  antara  pemimpin  dan  anggota,  merupakan  variabel yang
sangat kritis
dalam menentukan
situasi yang
menguntungkan. b  Derajat susunan tugas, merupakan masukan kedua yang sangat
penting untuk situasi yang menguntungkan.
34
c  Kedudukan  kekuasaan  pemimpin  yang  diperoleh  melaui wewenang formal, adalah dimensi sangat kritis yang ketiga dari
situasi. 3  Model Kepemimpinan Jalur Tujuan Path-Goal
Model  kepemimpinan  jalur  tujuan  ini  dikemukakan  oleh Evans  dan  House.  Pendekatan  model  kepemimpinan  jalur  tujuan
berdasarkan  pada  model  pengharapan  yang  menyatakan  bahwa motivasi  individu  berdasarkan  pada  pengharapannya  atas  imbalan
yang  menarik.  Pendekatan  ini  menitikberatkan  pada  pemimpin sebagai  sumber  imbalan  dan  mencoba  memprediksi  bagaimana
perbedaan  tipe  imbalan  dan  perbedaan  gaya  kepemimpinan mempengaruhi  motivasi,  prestasi,  dan  kepuasan  bawahan.  Model
ini  dianggap  sebagai “path-goal” karena terfokus pada bagaimana
pemimpin mempengaruhi persepsi dari pengikutnya tentang tujuan pekerjaan,  tujuan  pengembangan  diri,  dan  jalur  yang  dibutuhkan
untuk mencapai tujuan
4. Lingkungan Kerja