KPK atau „siapa yang akan menjadi pengawas dari para pengawas tersebut?’
5
melainkan digunakannya „due process of law’ yang baik dan benar dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi di KPK sesuai dengan
Undang-undang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan KUHAP serta adanya transparansi KPK dalam penanganan kasus korupsi terhadap
masyarakat.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang hendak diteliti ialah bagaimana penetapan tersangka Miranda S. Goeltom oleh KPK telah sesuai atau tidak dengan
Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi dan KUHAP. Serta faktor-faktor apa saja yang mendasari penetapan tersangka tersebut. Rumusan tersebut dirinci
kedalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : a. Bagaimana penetapan tersangka Miranda S. Goeltom dilihat dari
Undang-undang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan KUHAP ?
b. Faktor-faktor apa saja yang mendasari penetapan tersangka Miranda S. Goeltom?
2. Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan penelitian ini, maka permasalahan penelitian ini akan dibatasi. Pemberantasan korupsi terdapat tiga unsur atau
5
Pepatah latih lama „Quis custodiet ipsos custodet?’
bidang, yaitu pencegahan, penindakan, dan peran serta masyarakat. Penelitian ini hanya membahas penetapan tersangka Miranda S. Goeltom oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam tindak pidana korupsi sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang Tindak Pidana
Korupsi.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan:
a. Untuk membuktikan apakah penetapan status tersangka yang dilakukan KPK sesuai dengan UU Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dan KUHAP. b. Untuk menjelaskan beberapa faktor-faktor yang mendasari penetapan
tersangka Miranda S. Goeltom oleh KPK. 2.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk: a. Secara teoritis, penelitian ini memberikan penjelasan tentang Kinerja
KPK dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana KUHAP. b. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada para
peminat hukum tata negara dan praktisi ketatanegaraan dalam melihat
seluas apa kewenangan KPK. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan kinerja KPK sesuai Undang-undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yang sudah ditentukan.
c. Secara akademis, penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum dalam Program Studi Ilmu Hukum di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Sebagaimana pendapat Lord Acton bahwa “power tends to corrupt, and absolute power corrupt absolutely”, kekuasaan itu
bagaimanapun kecilnya cenderung untuk disalahgunakan. Semakin kuat kekuasaan itu semakin kuat pula kecendrungan penyalahgunaannya.
6
Pendapat ini terbukti dengan seberapa banyak kasus korupsi yang terjadi di dunia, dan seberapa banyak kasus korupsi yang terjadi di Indonesia.
Seiring dengan munculnya berbagai lembaga independen negara memperkuat adanya kekuasaan yang disalahgunakan.
2. Kerangka Konseptual
Pada bagian ini akan dikemukakan konsep dasar yang digunakan sebagai dasar operasional dalam penelitian ini, antara lain adalah korupsi,
6
A Mukti Arto, Konsepsi Ideal Mahkamah Agung, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001, h. 11.
komisi pemberantasan korupsi, lembaga negara, lembaga negara independen serta penetapan tersangka.
a. Korupsi Korupsi sebagai fenomena menyimpang dalam kehidupan
sosial budaya, kemasyarakatan dan kenegaraan. Korupsi berasal dari kata Latin Corruptio atau Corruptus, kemudian muncul dalam bahasa
Inggris dan Perancis Corruption, dalam bahasa Belanda Korruptie, selanjutnya dalam bahasa Indonesia dengan sebutan korupsi.
7
Korupsi juga diartikan sebagai sebuah kejahatan yang menghancurkan lembaga demokrasi, menggerogoti tatanan hukum, merusak
kepercayaan masyarakat
terhadap negara,
memperlamban pertumbuhan ekonomi, menghambat upaya-upaya pengentasan
kemiskinan, mengganggu alokasi sumber daya, menurunkan daya saing negara dan melumpuhkan investasi.
8
b. Komisi Pemberantasan Korupsi Merebaknya kasus korupsi yang melanda bangsa kita
belakangan ini, sungguh sangat memprihatinkan. Keprihatinan masyarakat akan kenyataan semakin merajarelanya penyakit korupsi
yang melanda bangsa ini, maka pada tanggal 29 Desember 2003
7
A. Hamzah, Korupsi : Dalam Pengelolaan Proyek Pembangunan, Jakarta : Akademika Pressindo, 1985, h. 2-3.
8
Krisna Harahap, Pemberantasan Korupsi Jalan Tiada Ujung, Bandung : Grafiti, 2006, „dikutip dari kata pengantar Drs. Taufiequrrahman Ruki, S.H. , selaku mantan ketua
Komisi Pemberantasan Korupsi, h. xi.