Penetapan Tersangka Menurut Kitab Undang-Undang Hukum

dengan pengertian yang terdapat pada hukum acara pidana Amerika, yang menegaskan bahwa untuk melakukan tindakan penangkapan atau penahanan, harus didasarkan adanya bukti dan kesaksian. Jika ditelaah pengertian bukti permulaan yang cukup, pengertiannya hampir serupa dengan apa yang dirumuskan Pasal 183, yakni harus berdasar prinsip ”batas minimal pembuktian” yang terdiri dari sekurang-kurangnya dua alat bukti bisa terdiri dari dua orang saksi atau saksi ditambah satu alat bukti lain. Rasulullah SAW menjelaskan masalah pembebanan pembuktian yang populer dalam perspektif hokum Islam adalah: ”Pembuktian dibebankan pada penggugat dan sumpah kepada tergugat” Pembuktian dibebankan pada penguggat affirmanti incoumbil probato, bahwa mendapatkan hukum yang sesuai petitum gugatannya, seorang penguggat harus mengemukakan bukti-bukti yang membenarkan dalil-dalil gugatannya. Dalam Islam kesaksian adalah salah satu bukti yang sah. Kesaksian dalam Islam dikenal dengan istilah Asy-syahadah menurut bahasa memiliki arti sebagai berikut; a Pernyataan atau pemberian yang pasti b Ucapan yang keluar dari pengetahuan yang diperoleh dengan penyaksian langsung; c Mengetahui sesuatu secara pasti,mengalami, dan melihatnya. Menurut syara‟ kesaksian adalah pemberitahuan yang pasti yaitu; ucapan yang keluar dan diperoleh dari pengetahuan yang diperoleh dengan penyaksian langsung. Kesaksian dapat diterima sebagai alat bukti apabila jika memenuhi syarat sebagai berikut; 1. Kesaksian dilakukan didalam sidang pengadilan, jika dilakukan diluar sidang pengadilan, meski itu dihadapan hakim ,tidak dianggap sebagai kesakasian. 2. Kesaksian diucapkan dengan lafad kesaksian, seperti saya bersaksi. 3. Jumlah dan syarat orang yang menjadi saksi sesuai dengan syarat dan ketentuan syari‟at. Dan adapun syarat yang lain adalah menjadi saksi karena Allah SWT, seperti yang dijelaskan dalam surah An-nisa ayat 135 : اَي اَهُيأ نيذلا اونَمآ ۟ اونوك ۟ نماَوق لاِب ۡ سق ۡ ط ءاَدَهش هلل ... 531 Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman Hendaklah kamu menjadi orang-orang yang sentiasa menegakkan keadilan, lagi menjadi saksi yang menerangkan kebenaran kerana Allah...” Dengan pembatasan yang lebih ketat daripada yang dulu diatur dalam HIR, suasana penyidikan tidak lagi main tangkap dulu, baru nanti dipikirkan pembuktian. Metode kerja penyidik menurut KUHAP, harus dibalik, lakukan penyelidikan yang cermat dengan teknik dan taktis investigasi yang mampu mengumpulkan bukti. Setelah cukup bukti, baru dilakukan pemeriksaan penyidikan ataupun penangkapan dan penahanan. 20 Berarti pada prinsipnya, penetapan seseorang menjadi tersangka dilakukan melalui tindakan penyelidikan dan penyidikan. penyelidikan yaitu serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang adanya sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyelidikan menurut cara yang diatur dalam pasal 1 angka 5 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP. Di dalam pasal 1 angka 2 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana disebutkan juga bahwa penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan mengenai kewenangan hakim dalam menetapkan saksi menjadi tersangka guna menemukan tersangkanya. Jadi, penetapan tersangka terletak pada penyelidikan dan penyidik. Berdasarkan pasal 1 butir 2, bahwa penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP, untuk mencari serta mengumpulkan barang bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi guna menentukan tersangkanya. 20 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan. Jakarta: Sinar Grafika, Edisi Kedua, 2007, h. 158 Penyelidikan dalam hukum acara pidana, tingkat acara pidana dibagi dalam 4 tahap, yaitu: 21 1. Tahap penyelidikan yang dilakukan oleh polisi negara 2. Tahap penuntutan yang dilakukan oleh jaksa atau Penuntut Umum 3. Tahap pemeriksaan di depan sidang pengadilan oleh jaksa 4. Tahap pelaksanaan putusan pengadilan oleh jaksa dan lembaga pemasyarakatan di bawah pengawasan ketua pengadilan yang bersangkutan. Berdasarkan tahap tersebut, penyelidikan merupakan suatu proses atau langkah awal yang menentukan dari keseluruhan proses penyelesaian tindak pidana yang perlu diselidiki dan diusut secara tuntas. Upaya untuk memyelidiki dan mengusut tindak pidana secara konkret dapat dikatakan penyelidikan dinilai sesudah terjadinya tindak pidana untuk mendapatkan keterangan-keterangan tentang : 1. Tindakan pidana apa yang dilakukan 2. Kapan tindakan itu dilakukan 3. Dimana tindakan itu dilakukan 4. Dengan apa tindakan itu dilakukan 5. Bagaimana tindakan itu dilakukan 6. Mengapa tindakan itu dilakukan 7. Siapa pelaku tindakan tersebut 21 Anton Freddy Susanto, Wajah Peradilan Kita Kontriksi Sosial Tentang Penyimpangan Mekanisme Kontrol dan akuntanilitas Peradilan Pidana, PT. Refika Aditama, 2004, Bandung , hlm 82. Karena penyelidikan merupakan langkah awal yang menentukan dari keseluruhan tahap acara pidana, maka dalam mencari keterangan- keterangan seperti diatas seorang penyidik harus tunduk kepada ketentuan hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia yaitu UU No. 8 tahun 1981 sebab jika tahap penyelidikan tersebut sangat penting bagi proses penyelidikan tersebut sangat penting bagi proses acara pidana selanjutnya. Apabila tahap penyelidikan saja sudah banyak melakukan pelanggaran dan kesalahan diluar ketentuan Undang-undang yang berlaku, maka secara otimatis tahap cara berikutnya akan terpengaruh yang berarti tidak mungkin akan terjadi penyesatan putusan hakim. Betapa pentingnya penyidikan perkara dalam pelakanaan hukum acara pidana dapat dilihat dalam hubungan dengan ketentuan-ketentuan KUHAP mengenai penyidikan, penuntutan dan peradilan perkara. Seorang penyidik harus melakukan penyelidikan secara tertip dan harus selalu memperhatikan dalil-dalil yang ada dilapangan. Seorang penyelidik harus memperhatikan dan menyidik setiap fakta yang ada dilapangan sekecil apapun karena sejalan dengan tujuan hukum acara pidana, maka tugas penyelidikan perkara adalah “mencari kebenaran materiil” memang, dalam penyelidikan perkara pidana kebenaran materiil yang mutlak tidak akan pernah dapat diperoleh 100 karena hanya Tuhanlah yang mengetahui. Walaupun demikian dengan memperhatikan setiap dalil dan fakta sekecil apapun bukti-bukti yang berkaitan dengan perkara pidana dapat dicari sebanyak-banyaknya sehingga suatu penyelidikan dapat mendekati kebenaran bahwa ada suatu tindak pidana yang dilakukan dan siapa pelaku-pelakunya. Ada pun ketika seorang saksi setelah memberikannya keterangannya dalam proses peradilan diubah statusnya menjadi tersangka ini adalah kewenangan Hakim dalam mengubah status saksi menjadi tersangka pada dasarnya memang di jelaskan. Status tersangka bisa diterapkan kepada orang yang diduga melakukan tindak pidana. Bisa jadi, sebelumnya yang bersangkutan berstatus sebagai saksi. Untuk menentukan siapa yang akan dituntut melakukan suatu tindak pidana semata-mata dibebankan kepada penuntut umum. 22 Namun, di dalam ruang sidang, hakimlah yang paling berkuasa, termasuk memilah-milah siapa saksi yang harus dimintai keterangan lihat SEMA No. 2 Tahun 1985 tentang Seleksi Terhadap Saksi-Saksi yang Diperintahkan Untuk Hadir di Sidang Pengadilan. Dan jika dalam persidangan ditemukan bukti keterlibatan saksi dalam suatu perkara, hakim dapat meminta aparat penegak hukum lain untuk menindaklanjuti dugaan keterlibatan saksi tersebut. Jika ditemukan bukti yang cukup dalam perkara yang sama, maka kepada saksi dapat dikenakan status tersangka. Hakim biasanya menyarankan dan tidak langsung menetapkan status tersangka. Kewenangan hakim untuk secara langsung menetapkan saksi menjadi tersangka juga terdapat di dalam KUHAP, tetapi untuk tindak 22 Putusan Mahkamah Agung No. 205KKr1957tertanggal 12 Oktober 1957, di akses tanggal 14 Januari 2015, pukul 14.32 pidana memberikan keterangan palsu. Kewenangan itu diatur dalam Pasal 174 KUHAP. Sebelum status tersangka ditetapkan, hakim lebih dahulu memperingatkan saksi berupa ancaman sanksi memberikan keterangan palsu. Jika tetap memberikan keterangan yang diduga hakim palsu, maka hakim langsung memerintahkan saksi ditahan dan dituntut oleh penuntut umum karena sumpah palsu. Berarti dalam penjelasan sebelumnya dapat kita ketahui bahwa hakim bisa secara langsung menetapkan saksi menjadi tersangka dan dapat pula secara tidak langsung menetapkan saksi menjadi tersangka, yakni dengan meminta aparat penegak hukum lain, seperti kejaksaan, kepolisian sampai KPK sebagai salah satu lembaga independen negara. Status tersangka kepada saksi dapat ditetapkan jika saksi yang dipanggil secara patut secara sadar tidak mau datang ke pengadilan. Saksi semacam itu mungkin dapat ditetapkan melanggar Pasal 224 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana “KUHP”. Hakim tinggal memerintahkan panitera membuat berita acara, lalu dikirim ke jaksa, untuk dilakukan penuntutan. Jadi, wewenang jaksa tetap melakukan penuntutan. 23

B. Penetapan

Tersangka Menurut Undang-Undang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi KPK sebagai lembaga pemberantas korupsi mempunyai kewenangan dalam hal menetapkan tersangka. Bisa kita lihat pada salah 23 Wirjono Prodjodikoro. Hukum Acara Pidana di Indonesia. Cet-2. Bandung : Sumur Bandung, 1962, h.45 satu tugas KPK yang berdasarkan Pasal 6 huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi “UU KPK” adalah melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. Secara umum, mekanisme penanganan perkara di lembaga superbody ini sama seperti di lembaga penegak hukum lainnya. Pada saat KPK menangani suatu perkara bukan karena operasi tangkap tangan yang telah masuk tahap penyelidikan, dalam aturannya akan memvalidasi temuan informasi-informasi yang berkembang. Baik informasi yang dipaparkan terperiksa, maupun informasi yang didapat dari suatu dokumen serta hasil sadapannya. Validasi sendiri, dilakukan dengan cara menelaah hasil temuannya itu. Biasanya KPK akan memanggil orang-orang yang diduga berkaitan dengan perkara yang tengah diselidikinya. Namun, orang tersebut masih berstatus terperiksa. Atau, validasi bisa dengan cara menelaah dan mencocokan barang bukti satu dengan bukti lainnya. Setelah temuan-temuan tersebut atau ada hasil validasi yang jelas, KPK akan melakukan gelar perkara atau sering disebut ekspose. Gelar perkara akan dihadiri Penyelidik, Direktur Penyelidikan, Direktur Penyidikan, Deputi Penindakan serta Pimpinan KPK. 24 Kewenangan KPK dalam melakukan penyidikan tindak pidan korupsi adalah dalam melakukan pemeriksaan KPK dapat mengabaikan 24 Deni Setyawati, KPK Pemburu Koruptor Kiprah Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Memberangus Korupsi, Yogyakarta : Pustaka Timur, 2008, h.31 aturan tertentu jika tersangka yang ditangani oleh KPK adalah pejabat negara, dengan tidak perlu mendapatkan izin terlebih dahulu untuk melakukan pemeriksaan. Hal ini berdasarkan ketentuan dalam Pasal 46 ayat 1 Undang- Undang KPK “Dalam hal seseorang ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi terhitung sejak tanggal penetapan tersebut prosedur khusus yang berlaku dalam rangka pemeriksaan tersangka yang diatur dalam peraturan perundang-undangan lain, tidak berlaku berdasarkan Undang- Undang ini.” Selanjutnya kewengan KPK dalam menetapkan seorang saksi menjadi seorang tersangka adalah apabila seseorang yang terbukti melakukan tindak pidana dan atau yang awalnya hanya sebagai saksi dalam suatu kasus dan KPK memiliki dua alat bukti sebagai bukti permulaan yang cukup dalam menetapkan sebagai tersangka. Saksi dalam hal ini bisa dituntut juga sebagai tersangka dalam kasus yang sama tetapi berkas yang baru. Dalam hal menetapkan tersangka berarti tidak bisa sembarangan, harus adanya bukti yang cukup atau minimal dua alat bukti seperti yang sudah dijabarkan di atas. Jika tidak terdapat dari minimal dua alat bukti tersebut tetapi pihak yang berwenang tetap menetapkan seseorang yang diduga melakukan tindak pidana sebagai tersangka atau di tuduh sebagai pelaku tindak pidana maka hal ini disebut fitnah dan berkata dusta. Dijelaskan dalan surah An-Nur ayat 11 :                                  Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita yang amat dusta itu ialah segolongan dari kalangan kamu; janganlah kamu menyangka berita yang dusta itru buruk bagi kamu, bahkan ia baik bagi kamu. Tiap-tiap seorang di antara mereka akan beroleh hukuman sepadan dengan kesalahan yang dilakukannya itu dan orang yang mengambil bahagian besar dalam menyiarkannya di antara mereka, akan beroleh seksa yang besar di dunia dan di akhirat. Berdasarkan Pasal 44 ayat 2 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, menyatakan bahwa ”Bukti permulaan yang cukup dianggap telah ada apabila telah ditemukan sekurang-kurangnya 2 dua alat bukti, termasuk dan tidak terbatas pada informasi atau data yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan baik secara biasa maupun elektronik atau optik”. Dan Pimpinan KPK juga menafsirkan bahwa keterangan lima orang saksi yang bersesuaian satu dengan yang lainnya itu dianggap sebagai alat bukti baru yaitu petunjuk.