Belajar, Mengajar, dan Hasil Belajar

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar, Mengajar, dan Hasil Belajar

Syah 2009 mengemukakan secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sardiman 2007 membagi pengertian belajar menjadi dua, yaitu dalam arti luas dan sempitkhusus. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Slameto 2003 mengungkapkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, sebagaimana Gulo 2002 menganggap belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat. Sedangkan Abdurrahman 1999 berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. 6 7 Bagi Sanjaya 2006, belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Dari beberapa pengertian diatas disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan individu sehingga terjadi perubahan ke arah yang lebih baik melalui interaksi lingkungan, pengalaman maupun semua aspek yang terlibat di dalamnya. Berkaitan dengan belajar, kegiatan yang tak kalah pentingnya dalam dunia pendidikan adalah mengajar. Mengajar dan belajar adalah dua peristiwa yang berkaitan dan berinteraksi satu sama lain. Sama halnya dengan belajar, menurut Nana Sudjana Djamarah Zain, 2006 mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan siswa agar dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbinganbantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. Menurut Mursell Nasution 1995 mengajar dapat dipandang sebagai menciptakan situasi dimana diharapkan anak-anak akan belajar dengan efektif. Gulo 2002 menambahkan bahwa mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar secara optimal. Sistem lingkungan ini terdiri atas beberapa komponen, termasuk guru, yang saling berinteraksi dalam menciptakan proses belajar yang terarah pada tujuan tertentu. 8 Sejalan dengan itu, Sardiman 2009 mengemukakan bahwa mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Kondisi atau sistem lingkungan tersebut diciptakan sedemikian rupa untuk membantu perkembangan siswa secara optimal. Howard Slameto, 2003 memberikan definisi mengajar yang lebih lengkap, yaitu suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill , a ttitu d e , id ea ls cita- cita, a p p recia tio n s penghargaan dan kn o wledge . Proses belajar dan mengajar sebagai kesatuan akan menghasilkan sesuatu yang disebut dengan hasil belajar. Abdurrahman 1999 mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar mengajar. Suprijono 2010 mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap apresiasi dan keterampilan. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya Abdurrahman 1999 menyebutkan hasil belajar dipengaruhi dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis, faktor eksternal yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan yang tidak tepat. Sedangkan menurut Sardiman 2009 hubungan guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar 9 merupakan faktor yang sangat menentukan pencapaian hasil belajar yang optimal. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika hubungan guru dan siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka hasil belajar pun tidak akan tercapai secara optimal. Jadi, dapat disimpulkan hasil belajar adalah suatu puncak belajar, yaitu kemampuan maupun perubahan perilaku meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh siswa dengan segala faktor yang mempengaruhinya setelah proses belajar mengajar.

2.2 Pembelajaran Matematika di SMP