Pembelajaran Matematika di SMP

9 merupakan faktor yang sangat menentukan pencapaian hasil belajar yang optimal. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika hubungan guru dan siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka hasil belajar pun tidak akan tercapai secara optimal. Jadi, dapat disimpulkan hasil belajar adalah suatu puncak belajar, yaitu kemampuan maupun perubahan perilaku meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh siswa dengan segala faktor yang mempengaruhinya setelah proses belajar mengajar.

2.2 Pembelajaran Matematika di SMP

Menurut Sanjaya 2005 pembelajaran adalah proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untukn mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Hamalik 2008 mengatakan pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan. Djamarah Zain 2006 menyatakan pembelajaran adalah suatu kondisi yang sengaja diciptakan. Guru yang menciptakannya guna membelajarkan siswa. Guru yang mengajar dan siswa yang belajar. Melalui perpaduan dari kedua unsur manusiawi tersebut maka lahirlah interaksi edukatif. Interaksi antara guru dan siswa berlangsung dalam situasi belajar dan mengajar dalam proses pembelajaran. Dalam situasi tersebut terdapat faktor-faktor yang saling berhubungan, yaitu tujuan mengajar, siswa yang belajar, guru yang mengajar, bahan yang diajarkan, 10 metode mengajar, alat bantu mengajar, prosedur penilaian, dan situasi pengajaran. Dalam proses pengajaran tersebut, semua faktor bergerak secara dinamis dalam suatu rangkaian untuk mencapai tujuan. Sardiman 2007 menyatakan pembelajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para siswa di dalam kehidupan, yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh para siswa. Tugas perkembangan itu akan mencakup kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan juga sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sehubungan dengan tugas perkembangan, Syah 2009 menguraikan proses perkembangan siswa yang meliputi: 1 Perkembangan motorik, yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik siswa. 2 Perkembangan kognitif, yakni perkembangan fungsi intelektual atau kecerdasan. 3 Perkembangan sosial dan moral, yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara siswa dalam berkomunikasi dengan objek atau orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Siswa yang berada pada jenjang SMP menurut tahap perkembangan kognitif berada dalam tahap formal operasional yakni berkisar pada usia 11 sampai dengan 15 tahun. Pada tahap ini siswa memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif secara serentak maupun berurutan, yakni kapasitas menggunakan hipotesa dan kapasitas menggunakan 11 prisnsip-prinsip abstrak. Dengan kemampuan tersebut, maka siswa akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak seperti ilmu matematika. Menurut Tinggih Tim MKPBM, 2001 secara etimologis matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio penalaran. Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika. Abdurrahman 1999 mengutip pendapat beberapa ahli, diantaranya menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner mengemukakan bahwa matematika di samping bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Kline juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Tim MKPBM 2001 menyebutkan tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang telah dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara GBHN, yaitu: 1 Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan di dalam kehidupan dan di dunia yang berkembang, melalui latihan bertindak atas 12 dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien. 2 Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika di SMP Tim MKPBM, 2001 agar: 1 Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialih gunakan melalui kegiatan matematika. 2 Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah. 3 Siswa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 4 Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika. Matematika di SMP merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa. Berdasarkan KTSP, mata pelajaran matematika di SMP diberikan sebanyak 6  40 menit 6 jam pelajaran dalam satu minggu. Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SMP yang diajarkan antara lain 1 bilangan, 2 aljabar, 3 geometri dan pengukuran, serta 4 statistika dan peluang. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di SMP adalah suatu proses interaksi belajar mengajar oleh guru dan 13 siswa dalam bidang studi matematika meliputi pola, bentuk, lambang, simbol, bahasa, operasi dan hubungan-hubungan yang tersusun sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa SMP pada suatu lingkungan belajar yang telah diatur dan direncanakan.

2.3 Model Pembelajaran