BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jurnalisme berasal dari perkataan journal, artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti surat kabar. Jurnalisme adalah
bidang disiplin dalam mengumpulkan, memastikan, melaporkan, dan menganalisis informasi yang dikumpulkan mengenai kejadian sekarang, termasuk tren, masalah,
dan tokoh. Orang yang mempraktekkan kegiatan jurnalistik disebut jurnalis atau wartawan.
1
Media adalah agen konstruksi pesan. Fakta atau peristiwa yang ditulis adalah hasil konstruksi. Bagi kaum konstruksionis realitas itu bersifat subjektif,
realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu. Realitas bisa berbeda-beda,
tergantung bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
2
Karena fakta itu diproduksi dan ditampilkan secara simbolik, maka realitas tergantung pada bagaimana ia dilihat
dan bagaimana fakta tersebut dikonstruksi dalam kata-kata yang ekstrim, pikiran dan konsep kitalah yang membentuk dan mengkreasikan fakta-fakta yang sama
bisa menghasilkan fakta yang berbeda-beda.
1
Hikmat Kusumaningrat, Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik, Bandung : Rosda Karya, 2006
2
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta : LKIS, 2002, h. 19
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini
mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, dan heboh atau lebih diingat, untuk mengiring
interpretasi khalayak sesuai perspektif. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang
digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil,
bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut
3
. Karenanya, berita menjadi manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan subjek sebagai suatu yang legitimate, objektif,
alamiah, wajar, atau tak terelakkan.
4
Pertengahan Oktober 2008, berita nasional di Indonesia dihebohkan dengan adanya pernikahan siri bawah tangan antara Pujiono Cahyo Widianto alias Syekh
Puji dengan Lutfiana Ulfah. Berita ini cukup mengejutkan, lantaran Syekh Puji yang merupakan pengusaha lukisan kaligrafi dan juga pemilik Pondok Pesantren Miftahul
Jannah Pudjiono, Bedono, Jambu, Kabupaten Semarang, seorang lelaki berusia 43 tahun dan beristri, menikahi seorang gadis di bawah umur yang baru saja berusia 12
tahun. Pernikahan antara Syekh Puji dengan Ulfah menuai kontroversi di masyarakat.
Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam perlindungan anak menilai, pernikahan tersebut seharusnya tidak terjadi. Karena, pernikahan tersebut dilakukan
3
Agus Sudibyo, Citra Bung Karno, Analisis Berita Pers Orde Baru Yogyakarta : Bigraf Publishing, 1999, h. 23.
4
Nugroho, Eriyanto, Frans Sudiarsis, Politik Media Mengemas Berita, Jakarta : Institut Studi Arus Informasi, 1999, h. 21.
terhadap anak usia 12 tahun. Dalam Undang-Undang Tahun 1974 disebutkan bahwa, batas minimal usia pernikahan seseorang adalah ketika pengantin perempuan berusia
minimal 16 tahun dan pengantin laki-laki minimal 19 tahun. Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Tahun 1974 mengenai pernikahan, jelas Syekh Puji telah
melakukan pelanggaran. Menindak lanjuti pelanggaran tersebut, Komnas Pelindungan Anak akhirnya melaporkan Syekh Puji ke Kepolisian Daerah Jawa
Tengah. Berita mengenai pernikahan kontroversi Syekh Puji dan Ulfah, sempat
menjadi pemberitaan di berbagai media massa, baik itu media cetak maupun elektronik. Di media online sendiri, antara Kompas Cyber Media dan Republika
Online sempat memberitakan kasus tersebut. Walaupun hanya beberapa kali pemberitaan namun, kasus tersebut cukup menyita perhatian. Kompas Cyber Media
selama dua minggu terhitung tanggal 24 Oktober sd 10 November 2008, tujuh kali memberitakan kasus tersebut, yaitu MUI Minta Masyarakat Tak Ikut-ikutan Syekh
Puji 24 Oktober 2008, Polisi Harus Aktif Sikapi Tindakan Syekh Puji 25 Oktober
2008, Syekh Puji Dilaporkan ke Polda Jateng 27 Oktober 2008, Menag: Syekh Puji Bisa Terkena Sanksi
27 Oktober 2008, Kak Seto Temui Syekh Puji 31 Oktober 2008, Syekh Puji Tetap Diproses Hukum 03 November 2008, Syekh Puji
Titipkan Istri ke Mertua 10 November 2008.
Sedangkan Republika Online hanya lima kali memberitakan kasus tersebut, yaitu Pernikahan Syekh Puji, Polisi Periksa Tiga Saksi 29 Oktober 2008,
Powiltabes Mulai Periksa Saksi Pernikahan Bocah 29 Oktober 2008, Kapasitas
Pengacara Syekh Puji Dipertanyakan 30 Oktober 2008, Meutia Hatta: Harus ada
Sanksi Untuk Syekh Puji 30 Oktober 2008, Syekh Puji Minta Maaf dan Siap
Ceraikan Lutfianah 03 November 2008. Beberapa judul berita di atas dan juga
judul-judul lainnya serta pandangan kedua media cetak tersebut mengenai pernikahan antara Syekh Puji dan Ulfah tampak menarik untuk diteliti.
Dengan latar belakang masalah tersebut, peneliti merasa tertarik untuk menulis sebuah skripsi yang berjudul : Analisis Berita Pernikahan Syekh Puji dengan
Pendekatan Framing Studi Kasus Berita Kompas Cyber Media dan Republika Online.
B. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah