Uji F-statistik Koefisien Determinasi R Uji Parsial Uji-t

81 Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.8 diatas adalah: L N INDSTR=7.534991674+0.3961076971L N PMA+0.1983984212L N PM DN+ 0.08690810641L N TK

4. Hasil Uji Statistik

Setelah dilakukan pengujian analisis uji asumsi klasik dimana semua kriteria uji asumsi klasik tersebut terpenuhi, serta hasil olah data regresi melalui analisi regresi berganda maka selanjutnya akan dilakukan analisis uji statistik yang meliputi uji F-statistik, koefisien determinasi R 2 , dan uji t-statistik. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai uji statistik tersebut.

a. Uji F-statistik

Uji F-statistik digunakan untuk menguji signifikansi seluruh variabel independen secara bersama-sama dalam mempengaruhi variabel dependen, Dari hasil regresi diperoleh nilai F-statistik 84.89212 F-tabel 3,196777 selain itu nilai Prob. F-statistik adalah 0,000000. Nilai ini lebih kecil dari tingkat kesalahan α=5 persen atau 0,05 yang berarti bahwa variabel independen PMA, PMDN dan TK secara bersama–sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen PDRB Sub sektor industri pengolahan. 82

b. Koefisien Determinasi R

2 Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau prosentase dari variasi total variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh model regresi R 2 dalam regresi. Hasil olah data regresi menunjukkan bahwa R 2 yang diperoleh dari hasil estimasi regresi sebesar 0.937426. Hal ini berarti bahwa 93,7426 persen dari variasi variabel PDRB sub sektor industri pengolahan mampu dijelaskan oleh variabel PMA, PMDN, dan TK, sedangkan 0,62574 atau 6,2574 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

c. Uji Parsial Uji-t

Berdasarkan hasil estimasi pada hasil regresi, didapat bahwa dari semua variabel independen yang digunakan yaitu PMA, PMDN, dan Tenaga Kerja TK hanya ada dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi Tabel 4.9 Hasil Uji t-statistik Variabel Koefisien t-hitung t-tabel Prob Pengaruh PMA 0.396108 11,4107 1,7396 0.0000 Siginifikan PMDN 0.198398 2,7021 1,7396 0.0151 Signifikan TK 0.086908 1,0032 1,7396 0.3298 Tidak Signifikan 83 1. Pengaruh Penanaman Modal Asing PMA Terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan Hipotesis: H : β 1 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. H 1 : β 1 ≠0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai Prob. t-statistik PMA adalah 0,0000. Nilai ini lebih kecil dari α = 5 persen atau 0,05 yang berarti menolak H o dan menerima H 1 . Hal ini menunjukkan bahwa variabel PMA secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan sub sektor industri pengolahan. Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien Penanaman Modal Asing PMA memiliki pengaruh yang posistif. Dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan PMA sebesar satu milyar rupiah maka akan meningkatkan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi sebesar 0,396108 milyar rupiah cateris paribus. Hubungan positif yang terjadi antara PMA dengan sub sektor industri pengolahan disebabkan oleh sebagian besar investasi PMA yang dilakukan investor asing hampir mencapai 60 persennya berada di sektor industri, sehingga modal asing tersebut lebih banyak dialokasikan untuk sektor industri 84 BKPM, 2009. Sub sektor industri yang paling diminati oleh para investor diantaranya sub industri logam, Mesin, Elektronik, dan tekstil. Sehingga dari adanya modal investasi asing yang dialokasikan cukup besar ke sektor industri, menjadikan sektor industri menjadi sektor yang utama dan paling dominan kontribusnya terhadap PDRB total Kabupaten Bekasi. Besarnya modal investasi PMA yang masuk ke Kabupaten Bekasi khususnya sub sektor industri pengolahan tidak terlepas dari peranan pemerintah yang berupaya untuk menarik minat investor asing. Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah Kabupaten yaitu para investor asing diberikan kelonggaran dalam melakukan investasinya, kelonggaran tersebut berupa perubahan Daftar Skala Prioritas DSP yang semula tertutup untuk PMA, sekarang fasilitas itu bisa dimasuki PMA sehingga dapat memperluas investasinya di bidang ekspor impor. Kebijakan ini dilakukan karena di Kabupaten Bekasi terdapat kawasan berikat dimana kawasan berikat ini merupakan kawasan dengan batasan-batas tertentu yang didalamnya diberlakukan ketentuan khusus dibidang pabean terhadap barang yang dimasukan dari luar daerah maupun dalam daerah pabean lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan pungutan bea,cukai, atau pungutan lainnya sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan ekspor impor. Dengan adanya fasilitas tersebut hal ini 85 merupakan insentif yang secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan ekspor nonmigas karena produsen eksportir dapat melakukan kegiatan produksi secara lebih murah, mudah dan efisien. 2. Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN Terhadap PDRB industri pengolahan. Hipotesis: H : β 2 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. H 1 : β 2 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai Prob. t-statistik PMDN adalah 0,0151. Nilai ini lebih kecil dari α=5 persen atau 0,05 yang berarti menolak H dan menerima H 1 . Hal ini menunjukkan bahwa variabel PMDN secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan. Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN memiliki pengaruh yang posistif. Dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan PMDN sebesar satu milyar rupiah maka akan meningkatkan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi sebesar 0,198398 milyar rupiah cateris paribus. 86 Hubungan positif yang terjadi antara PMDN dengan sub sektor industri pengolahan dilihat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan ke arah yang positif, meningkat dalam arti bahwa tren yang ditunjukan oleh fluktuasi PMDN itu sendiri cenderung baik sehingga bagi investor lokal hal ini dapat menjadi alasan untuk menanamkan modalnya.Jika suatu tren itu baik, dapat diartikan bahwa keadaan itu mendukung untuk melakukan investasi, sehingga para investor tidak terlalu khawatir untuk menanamkan modalnya. Walaupun dalam beberapa kasus hal tersebut tidak selalu baik dikarenakan pegaruh keadaan fluktuasi ekonomi dan iklim investasi yang kurang kondusif. Dilihat dari kontribusi realisasi PMDN yang masuk ke Kabupaten Bekasi, Jika dibandingkan dengan PMA nilai investasi PMDN kontribusi sumbangannya relatif lebih kecil, tercatat bahwa realisasi investasi asing mencapai Rp. 5,3 trilyun sedangkan investasi dalam negeri hanya sekitar 1 trilyun BPPMD Jawa Barat,2009. Hal ini terjadi karena investasi yang berada di Kabupaten Bekasi memang sebagian besar didominasi oleh para investor asing. Meskipun kontribusi realisasi PMDN bisa dibilang cukup kecil dibandingkan PMA, namun PMDN juga berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan. 87 Faktor-faktor yang mempengaruhi selain fasilitas dukungan dari pemerintah daerah yang sudah lama didapatkan oleh Investor lokal seperti Daftar Skala Prioritas DSP, kondisi keamanan dan ketertiban yang kondusif, serta koordinasi investor lokal dengan Pemda juga cukup mempengaruhi terhadap pertumbuhan investor dalam negeri. 3. Pengaruh Tenaga Kerja TK Terhadap PDRB industri pengolahan. Hipotesis:. H : β 3 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. H 1 : β 3 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap variabel dependen Nilai Prob. t-statistik Tenaga Kerja TK adalah 0,3298. Nilai ini lebih besar dari α = 5 persen atau 0,05 yang berarti menerima H o dan menolak H 1 . Hal ini menunjukkan bahwa variabel TK secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan. Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien Tenaga Kerja TK tidak memiliki pengaruh terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan. Tenaga kerja yang tidak signifikan 88 pengaruhnya terhadap PDRB industri dikarenakan sebagian besar industri di Kabupaten Bekasi merupakan industri yang padat modal. Hal ini terlihat dari rata-rata penggunaan tenaga kerja. Tabel 4.10 Rata-rata Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Kelompok Industri Jumlah Industri 2009 Rata-Rata Tenaga Kerja Makanan,Minuman, dan Tembakau 55 117,76 Tekstil, Pakaian jadi, dan Kulit 67 519,30 Kayu dan Barang- barang dari kayu 28 172,04 Kertas dan Percetakan Penerbitan 37 152,43 Kimia, Bahan Kimia, Karet, dan Plastik 176 191,24 Barang-barang galian bukan logam 69 177,22 Logam Dasar 23 223,74 Barang-barang dari logam, Mesin 370 302,91 Industri Pengolahan Lainnya 17 362,00 Sumber: BPS Kabupaten Bekasi Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa hampir sebagian besar sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi termasuk jenis industri yang padat modal. Hal ini dapat dilihat dari industri kimia, karet dan barang dari plastik yang jumlah 89 industrinya sebanyak 176 indsutri, sedangkan jumlah tenaga kerjanya rata-rata sebanyak 191 pekerja per satu industri. Begitupun dengan industri logam, mesin dan elektronika, jumlah industri sebanyak 370 industri tetapi rata-rata penggunaan tenaga kerja hanya 302 orang setiap industri. Berbeda halnya pada industri yang memang tergolong labor intensive, misalnya industri tekstil, pakaian jadi dan kulit dimana industri ini jumlahnya berkisar hanya 67 lebih sedikit djumlah industrinya dibandingkan industri lainnya tetapi rata- rata penggunaan tenaga kerja mencapai 519 orang per unit industri, jadi iindustri ini menyerap tenaga kerja paling besar daiantara sub sektor industri lainnya BPS Kabupaten Bekasi. Selain itu tidak signifikannya faktor tenaga kerja dimungkinkan karena produktifitas tenaga kerja tersebut lebih rendah daripada produktifitas penggunaan dari teknologi mesin yang digunakan oleh jenis industri yang padat modal. Jadi bisa disimpulkan bahwa sektor industri di Kabupaten Bekasi ini cenderung lebih dipengaruhi oleh tingkat modal sehingga penggunaan tenaga kerja untuk industri kurang dikarenakan faktor produksi modal lebih besar daripada faktor tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan input atau faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi pada sektor industri. Tetapi kontribusi industri pengolahan yang cukup besar terhadap 90 pertumbuhan ekonomi tidak disertai dengan tingginya penyerapan tenaga kerja disektor industri. Tingginya kontribusi sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi, tidak membuat angka pengangguran Kabupaten Bekasi menurun secara signifikan. Pada tahun 2008, angka pengangguran Kabupaten Bekasi masih terbilang cukup tinggi yaitu mencapai 15,12 persen, angka ini diperkirakan akan tetap tinggi dalam kurun waktu 3 tahun kedepan karena Kabupaten Bekasi sebagai daerah yang penopang utamanya industri, memilki tingkat urbanisasi yang tinggi sehingga berdampak pada laju pertumbuhan penduduk LPP yang tinggi juga. Bappeda, Kabupaten Bekasi 2009. 91

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan olah data dan hasil analisis pengujian data secara deskriptif dan statistik, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian secara simultan, menunjukan bahwa PMA, PMDN, dan Tenaga Kerja berpengaruh signifikan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi. Hal tersebut dibuktikan dari hasil regresi dimana Nilai Prob. F-statistik adalah 0,000000. 2. Penanaman Modal Asing PMA berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan. Hasil regresi dengan nilai koefisien 0,396108. Sehingga dapat diartikan setiap terjadi peningkatan investasi PMA 1 milyar, maka akan meningkatkan PDRB sub sektor industri pengolahan sebesar 0,396108 milyar rupiah dengan asumsi Cateris Paribus. 3. Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan. Hasil regresi dengan nilai koefisien adalah 0,198398. Sehingga dapat diartikan jika terjadi peningkatan PMDN 1 milyar maka akan terjadi peningkatan PDRB sub sektor industri pengolahan sebesar 0,198398 milyar rupiah dengan asumsi Cateris Paribus. 4. Variabel Tenaga Kerja TK dari hasil pengolahan data tidak berpengaruh terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi. Nilai