Analisis pengaruh investasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan sub sektor industri pengolahan di kabupaten Bekasi

(1)

ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA

TERHADAP PERTUMBUHAN SUB SEKTOR INDUSTRI

PENGOLAHAN DI KABUPATEN BEKASI

Skripsi

Disusun oleh : FAUZI HIDAYAT

106084003600

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, 15 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama mahasiswa:

1. Nama : Fauzi Hidayat

2. NIM : 1060 8400 3600

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Ekonomi

4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Sub Sektor Industri Pengolahan Di Kabupaten Bekasi

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Juni 2011

1. Prof. Dr. Abdul Hamid,MS (___________________)

Ketua

2. Zuhairan Y.Yunan, SE, MSc (___________________)

Sekretaris

3. Dr. Lukman, MSi (___________________)

Penguji Ahli 4. Pheni Chalid, SF. MA. Ph, D (___________________)

Pembimbing I

5. Utami Baroroh, MSi (___________________)


(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Jumat, 20 Agustus 2010 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Fauzi Hidayat

2. NIM : 1060 8400 3600

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan 4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja

Terhadap Pertumbuhan Sub Sektor Industri Pengolahan Di Kabupaten Bekasi

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasisa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Agustus 2010

1. Lukman M.Si (___________________)

Ketua

2. Utami Baroroh, M.Si (___________________)

Sekretaris

3. Pheni Chalid, SF.MA.Ph,D (___________________)


(4)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fauzi Hidayat

NIM : 106084003600

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 16 Juni 2011 Yang Menyatakan,


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Fauzi Hidayat

Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 23 Maret 1988

Alamat : Jl.Raya Simpang 1 Sindangbarang-Cianjur

No. Kontak : 085694476072

Email : Fauzi.hidayat46@gmail.com

Status Marital : Single

Pendidikan Formal

 SDN Simpang 1 Sindang Barang-Cianjur  SLTPN 1 Sindang Barang-Cianjur  SMA 1 Sindang Barang-Cianjur

 UIN Syarif Hidayatullah SI IESP - Jakarta

Pendidikan Nonformal

 English Course (ILP), Talking English/Conversation 2010  English Course (LBI), Basic-Middle Level Tahun 2009  Kursus Komputer (Sistacom) Basic Level Tahun 2005-2006


(6)

Pengalaman Organisasi Selama di Kampus

 Koordiantor Pengembangan Ekonomi BEMJ IESP 2008-2009  Anggota Koperasi Mahasiswa UIN Syahid Jakarta 2006-2008

Latar Belakang Keluarga

1. Ayah : H.Hidayat

2. Tempat & Tgl Lahir : Cianjur, 04 Juni 1950

3. Alamat : Jln.Simpang 1 Sindang Barang-Cianjur

4. Telepon : 085871166283

5. Ibu : Hj.Nurhidayah

6. Tempat & Tgl Lahir : Cianjur, 18 Juli 1953

7. Alamat : Jln.Simpang 1 Sindang Barang-Cianjur

8. Telepon : 0263361721


(7)

ABSTRACT

Investment and labor force are the factors that contribute to the formation of GDP that encourages economic growth of a region

The purpose of this research is to investigate the influence factor of investment and labor force input to GDP growth in the manufacturing industry sub-sector in district of Bekasi. The analytical method was used multiple regression. Secondary data were used time series data from 1989 to 2009 period. Independent variables consisted of foreign investment, and domestic investment, and labor force, while the dependent variable is the GDP sub-sector manufacturing industry.

The results of this study indicates that from regression results simultan domestic and foreign investment and labor force significant impact on GDP growth in the manufacturing industry sub sector in district of Bekasi with the F-statistic probability value is 0.000000. While testing the partial regression results for the significant level (α= 5 percent) foreign investment have significant impact with coefficient of 0.396108 and prob of t-statistic 0.0000, domestic investment have significant impact with coefficient of 0.198398 and prob of t-statistic 0.0151. While the labor factor has no significant with Prob of t-statistic 0.3298. The reason why labor force is not significantly influence to dependent variable, among others: (1). Industrial district of Bekasi is more capitaly intensive industry (2). Labor productivity is lower than use machine technology (3). There is high population growth rate while employment industrial sector is very limited.


(8)

ABSTRAK

Investasi dan tenaga kerja merupakan faktor yang berkontribusi dalam pembentukan PDRB sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh investasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Berganda. Data sekunder yang digunakan adalah data time series periode tahun 1989-2009. Variabel independen terdiri dari investasi PMA, dan PMDN, serta tenaga kerja, sedangkan variabel dependennya adalah PDRB sub sektor industri pengolahan.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari hasil regresi secara simultan investasi PMA dan PMDN, serta tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di kabupaten bekasi dengan nilai probabilitas F-statistik adalah 0,000000. Sedangkan pengujian secara parsial dari hasil regresi pada taraf nyata (α = 5 persen) investasi PMA berpengaruh signifikan dengan koefisien 0,396108 dan prob. t-statistik 0,0000, PMDN berpengaruh signifikan dengan koefisien 0,198398 dan prob. t-statistik 0,0151. Sedangkan tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan dengan nilai Prob.t-statistik 0,3298. Penyebab tidak berpengaruhnya faktor tenaga kerja antara lain: (1). Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat modal (2). Produktivitas tenaga kerja yang lebih rendah dibandingkan penggunaan teknologi mesin (3). Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sementara penyerapan tenaga kerja sektor industri sangat terbatas.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya atas kekuatan dan kesabaran yang diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Sub Sektor Industri pengolahan di Kabupaten Bekasi”. penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tuaku untuk kasih sayangnya yang tulus, Ibu Hj.Nurhidayah dan Bapak H.Hidayat sumber motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas semua doa dan dukungan yang telah diberikan padaku sampai detik ini. Semoga suatu saat aku dapat membalas kebaikan yang diberikan dan dapat menjadi kebanggan bagi Ibu dan Bapak. Amin. 2. My brother, K.Gun dan K.Hendra serta My sister T.Eni dan T. Ida yang telah

banyak membantu didalam tiap momen perjalanan hidupku, semoga sukses kakak-kakak ku dengan apa yang ingin diraih kelak.

3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah berusaha keras untuk memajukkan FEB.

4. Drs. Lukman M.Si. selaku ketua jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif hidayatullah Jakarta

5. Pheni Chalid, SF.MA.Ph.D. selaku dosen pembimbing I skripsi yang telah memberikan ilmu, bimbingan, tuntunan, motivasi, dan pengarahan yang luar biasa kepada penulis. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.


(10)

6. Utami Baroroh, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan sekaligus dosen pembimbing II skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

7. Fahmi Wibawa, SE.MBA dan Dr.Erna Cipta Fahmi yang sudah meluangkan waktunya untuk tempat berdiskusi dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen FEB atas ilmunya yang bermanfaat yang telah diberikan, 9. Elmi Budianti, terima kasih untuk memberikanku semangat setiap hari telah

banyak membantu didalam perjalanan hidupku, bisa dan yakin dapat menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas pengertian, cinta, dan doamu. 10. Sahabat karibku Yoga, serta sahabat-sahabatku Andra, Fathoni, Randy,

Maulana, Indra, terimakasih untuk persahabatan yang luar biasa, 4 tahun lebih canda dan tawa bersama kalian adalah hal yang sangat berharga dan takkan terlupakan dalam hidupku.

11. Teman-teman seperjuangan IESP angkatan 2006, yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas waktu, senyum, dan canda tawanya selama ini. Setiap langkah adalah cerita maka lakukanlah yang terbaik untuk setiap langkahmu… semoga kita semua bisa menjadi bagian dari impian-impian kita.

12. Kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam mencapai kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Terima Kasih

Fauzi Hidayat Penulis


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... i

ABSTRACT... iv

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... vii

DATAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

1. Identifikasi Masalah ... 1

2. Batasan Masalah ... 4

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri ... 11

1. Pengertian Industri ... 11

2. Teori Industrialisasi... 12

3. Strategi Industrialisasi ... 15

4. Klasifikasi Industri ... 17

B. Investasi ... 20


(12)

2. Faktor Penentu Investasi ... 21

3. Jenis Investasi ... 23

4. Peranan Investasi ... 25

5. Tujuan Penyelenggaraan Investasi... 26

C. Faktor yang Mempengaruhi PDRB Industri ... 27

1. Penanaman Modal Asing (PMA) ... 27

2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ... 29

3. Tenaga Kerja (TK) ... 31

a. Pengertian Tenaga Kerja... 31

b. Penyerapan Tenaga Kerja... 33

D. Penelitian Terdahulu ... 35

E. Kerangka Berpikir ... 40

F. Hipotesis... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 43

B. Metode Penentuan Sampel ... 43

C. Metode Pengumpulan Data ... 44

D. Metode Analisis Data... 45

1. Analisis Regresi Berganda ... 45

2. Uji Stasioneritas Data... 47

a. Uji Akar Unit Phillips-Perron test ... 47


(13)

b. Uji Multikolinearitas... 49

c. Uji Heterokedastisitas ... 50

d. Uji Autokorelasi ... 50

4. Pengujian Statistik ... 51

a. Uji F-statistik ... 52

b. Koefisien Determinasi (R2) ... 52

c. Uji t-statistik ... 53

E. Depinisi Operasional Variabel ... 54

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif ... 56

1. Perkembangan Perekonomian Kabupaten Bekasi ... 56

2. PDRB sub Sektor Industri Pengolahan ... 58

3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ... 64

4. Penanaman Modal Asing (PMA) ... 67

5. Tenaga Kerja (TK) ... 69

B. Analisis dan Pembahasan ... 73

1. Uji Stasioneritas data ... 73

a. Uji akar unitPP Test ... 73

b. Uji Derajat Integrasi ... 74

2. Uji Asumsi Klasik... 76

a. Hasil Uji Normalitas ... 76

b. Hasil Uji Multikolinearitas... 77


(14)

3. Hasil Uji Regresi Metode Regresi Berganda... 80

4. Hasil Uji Statistik... 81

a. Uji F-statistik ... 81

b. Koefisien Determinasi(R2) ... 82

c. Uji Parsial (uji-t) ... 82

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 91

B. Implikasi ... 92

C. Saran... 93

DAFTAR PUSTAKA... 95 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Kontribusi PDRB Sektor Industri terbesar di Jawa Barat 4

1.2 Distribusi PDRB menurut Lapangan Usaha 6

2.1 Kelompok Komoditas Industri Pengolahan 18

2.2 Penelitian Terdahulu 35

3.1 Kriteria Pengambilan Daerah Autokorelasi 51

4.1 Persentase dan Kontribusi PDRB Berdasarkan lapangan Usaha 60 4.2 Banyaknya Perusahaan Industri besar dan sedang menurut

Kelompok Industri pengolahan 64

4.3 Hasil Uji Phillip-Perron test 73

4.4 Hasil Uji Integrasi 75

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas 77

4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas 78

4.7 Hasil Uji Autokorelasi 79

4.8 Hasil Olah Data dengan Metode regresi berganda 80

4.9 Hasil Uji t-statistik 82


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Gambaran Ketenagakerjaan 32

2.2 Kerangka Pemikiran 40

4.1 PDRB Kabupaten Bekasi Atas harga Berlaku dan Konstan 57 4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bekasi 2001-2009 58 4.3 Perkembangan Sub Sektor Industri Pengolahan kab.Bekasi

Tahun 1989-2009 61

4.4 Perkembangan Realisasi Investasi PMDN Kabupaten Bekasi

Tahun 1989-2009 66

4.5 PerkembanganRealisasi Investasi PMA Kabupaten Bekasi

Tahun 1989-2009 69

4.6 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja pada sub sector industri

Pengolahan tahun 1989-2009 70

4.7 Perkembangan jumlah penduduk Kab.Bekasi 2005-2009 71 4.8 Penyerapan Tenaga Kerja Menurut kelompok Industri 2009 72


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Data Observasi Penelitian 99

2 Data Observasi Dalam Bentuk Logaritma 100

3 Uji Stasioneritas Data 101

4 Uji Derajat Integrasi 102

5 Uji Asumsi Klasik 103


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. Identifikasi Masalah

Pembangunan kawasan industri di Kabupaten Bekasi sangat strategis untuk bisa lebih digali potensinya karena DKI Jakarta sebagai Ibu kota negara sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan penambahan kawasan industri, karena lahan terbuka di wilayah ini sudah sangat terbatas. Bertolak pada konsep bahwa tidak ada pembangunan yang tidak memerlukan lahan, setiap pembangunan terlebih pembangunan fisik pastinya akan memerlukan lahan.

Wilayah Kabupaten Bekasi yang letaknya berbatasan dengan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta tentunya akan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Berdasarkan kebijakan pemerintah, wilayah yang berada di sekitar DKI Jakarta seperti Bekasi, Tangerang, Cilegon, dikembangkan sebagai wilayah pusat kawasan industri. Khusus untuk daerah Bekasi tidak kurang dari 6.000 Ha diperuntukan untuk dijadikan sebagai kawasan industri.

Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. Perusahaan kawasan industri adalah


(19)

mengusahakan pengembangan maupun pengelolaan kawasan industri yang bersangkutan. Pembangunan kawasan industri antara lain bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan industri di daerah, memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan industri, serta untuk meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan (Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri).

Dengan adanya pembangunan wilayah industri di pinggiran wilayah ibu kota maka penduduk yang ingin masuk kota Jakarta dari berbagai pelosok daerah lain dapat tersalurkan pada daerah sekitar Jakarta tersebut sehingga tingkat mobilisasi urbanisasi bisa berkurang.

Pembangunan industri di Kabupaten Bekasi tidak terpisahkan dari arah pembangunan industri wilayah yang harus mampu mengikuti sekaligus memenuhi tuntutan pembagunan regional dan nasional tanpa mengabaikan kebutuhan spesifik wilayah. Keragaman fisik wilayah dalam beberapa kondisi merupakan kendala, namun di sisi lain merupakan potensi sebagai pendorong laju pembangunan industri wilayah. Kejelian dan kecermatan kelompok perencana dan pelaksana pembangunan industri dalam memanfaatkan potensi dan mengatasi kendala tersebut merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan perindustrian.

Peranan sektor industri dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi berupa output sektor industri atau PDRB sektor industri tidak terlepas dari adanya peranan investasi dan tenaga kerja. Investasi yang dilakukan adalah


(20)

investasi langsung berupa investasi asing (Penanaman Modal Asing) dan investasi domestik (Penanaman Modal Dalam Negeri). Investasi langsung dapat menyerap banyak tenaga kerja yang berada dipasar tenaga kerja dan investasi langsung juga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena output yang dihasilkan akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya investasi di daerah.

Investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana sebagian dari investasi tersebut digunakan untuk pengadaan berbagai barang modal yang akan digunakan untuk kegiatan proses produksi.melalui investasi proses produksi dapat ditingkatkan yang kemudian mampu akan meningkatkan output produksi sehingga akan menaikan pendapatan daerah. Iklim investasi mencerminkan sejumlah faktor yang berkaitan dengan lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan insentif bagi perusahaan-perusahaan untuk melakukan investasi secara produktif dan menciptakan lapangan pekerjaan.

Selain investasi, tenaga kerja merupakan input atau faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi pada sektor industri. Tetapi kontribusi industri pengolahan yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi tidak disertai dengan tingginya penyerapan tenaga kerja disektor industri. Angka pengangguran total di Indonesia pada tahun 2009 diproyeksikan meningkat menjadi 9 persen. Sebelumnya, angka pengangguran sebesar 8,5 persen pada tahun 2008. Hal ini terjadi karena


(21)

pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di sektor industri negatif akibat adanya krisis keuangan global. (LIPI, 2009).

Menurut lokasi, pada tahun 2009 salah satu daerah yang kontribusi PDRB nya paling besar terhadap PDRB Jawa Barat adalah Kabupaten Bekasi. Industri di Kabupaten Bekasi merupakan barometer industri di Jawa Barat karena memiliki tingkat kontribusi output terbesar.

Tabel 1.1

Kontribusi PDRB Sektor Industri Terbesar di Provinsi Jawa Barat

No Daerah Kabupaten / Kota

PDRB (juta Rupiah)

Kontribusi Terhadap PDRB

Jawa Barat (persen)

1 Kabupaten Bekasi 45.831.406,78 26,42

2 Kabupaten Bogor 33.404.257,88 14,97

3 Kabupaten Bandung 20.154.147,70 9,03

4 Kabupaten Karawang 19.353.619,16 8,67

5 Kota Bandung 14.167.032,24 6,35

6 Kota Bekasi 11.765.711,35 5,27

7 Kota/Kab lainnya di Jawa Barat

65.394.879,19 29,30

Jawa Barat 210.071.054,31 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Bekasi 2009

Kontribusi PDRB Kabupaten Bekasi berada pada peringkat pertama yang berkontribusi sebesar 26,42 persen dari total PDRB Jawa Barat karena daerah bekasi merupakan daerah yang ditopang oleh banyaknya kawasan industri dan dekat dengan perekonomian ibukota. Kedua penyumbang


(22)

ada dukungan dari Pemda Bogor melalui APBD dalam menggalakan iklim usaha. Penyumbang ketiga terbesar yaitu Kabupaten Bandung dengan Kontribusi sebesar 9,03 persen yang merupakan basis ibu kota Jawa Barat dengan dukungan perijinan usaha yang lebih mudah dan sumber daya yang potensial.

Menurut Badan Promosi dan Penaman Modal Daerah (BPPMD) Jawa Barat tahun 2009, Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang mendapatkan investasi paling besar yaitu mencapai 43,64 persen dari keseluruhan investasi yang berada di Jawa Barat atau senilai Rp 30,223 trilyun. Selain itu, dari investasi yang telah dilakukan, penyerapan tenaga kerja yang terjadi mencapai 95,110 orang dimana penyerapan tenaga kerja ini merupakan penyerapan tenaga kerja yang berada pada peringkat pertama diantara Kabupaten dan kota kota lainnya yang berada di Jawa Barat.

2. Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini, maka agar permasalahan tidak meluas, pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada perekonomian sub sektor industri pengolahan. Sektor industri yang dimaksud adalah semua industri sub sektor pengolahan yang berada di Kabupaten Bekasi mencakup sektor migas dan non migas. Dalam penelitian ini data yang digunakan data time series dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2009. Penelitian mengenai sektor industri pengolahan sengaja


(23)

dilakukan karena sektor tersebut paling dominan dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) total Kabupaten Bekasi.

Faktor investasi yang diteliti mencakup Peananaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sehingga bisa diketahui dari mana sumber yang paling berpengaruh dan dominan terhadap perekonomian sektor industri tersebut. Selain investasi faktor tenaga kerja juga menjadi fokus dalam penelitian ini untuk melihat pengaruhnya terhadap PDRB sub sektor industri di Kabupaten Bekasi.

B. Perumusan Masalah

Pembentukan PDRB Kabupaten Bekasi ditentukan oleh besarnya output yang dihasilkan oleh masing-masing sektor ekonominya.

Tabel 1.2

Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bekasi Menurut Lapangan Usaha

Sumber: BPS Kabupaten Bekasi

No Lapangan Usaha 2007 2008 2009

1 Pertanian 1,99 1,96 1,90

2 Pertambangan dan Penggalian 1,39 1,36 1,25

3 Industri Pengolahan 80,02 79,73 80,16

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,87 1,80 1,78

5 Bangunan 1,07 1,10 1,18

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

8,81 9,01 9,32

7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,38 1,44 1,49 8 Keuangan, Persewaan, dan

Jasa

1,03 1,03 1,05

9 Jasa-Jasa 2,12 2,28 2,30


(24)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kontribusi diantara sektor industri pada beberapa tahun terakhir didominasi oleh sektor industri pengolahan yang mencapai rata-rata sekitar 80 persen dari total keseluruhan PDRB Kabupaten Bekasi. Kedua oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang berkontribusi rata-rata sekitar 8-9 persen, dan ketiga ditempati sektor Jasa-Jasa yang berkontribusi rata-rata sebesar 2 persen.

Tingginya kontribusi sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi menjadikan sektor industri ini menjadi sektor yang paling utama dan dominan dalam pembentukan PDRB total di Kabupaten Bekasi. Namun hal ini tidak membuat angka pengangguran Kabupaten Bekasi menurun secara signifikan, pada tahun 2008 angka pengangguran Kabupaten Bekasi masih terbilang cukup tinggi yaitu mencapai 15,12 persen. Menurut Badan Perencanaan dan Pembangungan Daerah Kabupaten Bekasi tahun 2008, angka ini diperkirakan akan tetap tinggi dalam kurun waktu 3 tahun kedepan karena Kabupaten Bekasi sebagai daerah yang penopang utamanya industri, memilki tingkat urbanisasi yang tinggi sehingga berdampak pada laju pertumbuhan penduduk (LPP) yang tinggi juga.

Para pencari kerja tersebut melakukan urbanisasi ke kabupaten Bekasi karena Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang menarik terjadinya urbanisasi dikarenakan daerah asal mereka tidak ada kesempatan pekerjaan. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan penduduk yang mencapai 3,46 persen pada tahun 2008. Urbanisasi dan LPP yang tinggi tersebut mengakibatkan


(25)

termasuk angkatan kerja yang sudah terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Pada tahun 2008 angka pengangguran cukup tinggi mencapai sekitar 15 persen dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi hanya mencapai 4,13 persen. Jika dihubungkan dengan tingkat investasi di Kabupaten Bekasi, angka pengangguran ini bertolak belakang dengan tingkat investasi dan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka pengaruh investasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan tentunya menarik untuk diteliti, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh setiap variabel tersebut terhadap pertumbuhan sub sektor industri pengolahan. Oleh karena itu penelitian ini akan meneliti bagaimana pengaruh dari PMA, PMDN dan Tenaga Kerja terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan pada periode 1989-2009.

Berdasarkan uraian perumusan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitian yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, diantaranya :

1. Bagaimana pengaruh penanaman Modal Asing (PMA) terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi ?

2. Bagaimana pengaruh penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi ?

3. Bagaimana pengaruh Tenaga Kerja (TK) terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi ?


(26)

4. Bagaimana pengaruh investasi PMA, PMDN dan TK tersebut secara bersama-sama terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan Kabupaten Bekasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, terdapat beberapa tujuan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor Industri pengolahan di Kabupaten Bekasi.

b. Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi.

c. Untuk mengetahui pengaruh Tenaga Kerja terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi.

d. Untuk mengetahui pengaruh investasi dan tenaga kerja secara simultan terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi.


(27)

2. Manfaat Penelitian

Penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : a. Memberikan informasi tentang keadaan sektor industri, khususnya

sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi.

b. Memberikan informasi bagi para pembaca dan sebagai bahan referensi bagi kalangan akademis yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.

c. Memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah maupun industri dalam menetapkan suatu kebijakan untuk mendorong kemajuan sektor industri di Kabupaten Bekasi.

d. Bagi penulis, penilitian ini merupakan tambahan wawasan bidang ekonomi, sehingga penulis dapat mengembangkan ilmu yang di peroleh selama mengikuti perkuliahan.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Industri

1. Pengertian Industri

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yang dimaksud dengan industri adalah kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi dan barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya.

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. (www.Organisasi.Org/industri)

Menurut G. Kartasapoetra (1997:68), pengertian industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih untuk penggunaannya. Dalam pengertian lain, industri adalah suatu aktivitas yang mengubah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dengan tujuan untuk dijual.

Dalam istilah ekonomi, industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian sempit, industri adalah kegiatan yang mengubah barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.


(29)

Dari beberapa pengertian industri maka secara garis besar dapat disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan yang memproduksi barang-barang tertentu dan menempati areal tertentu dengan output produksi berupa barang atau jasa. Berdasarkan pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang sangat penting. Melalui kegiatan industri akan dihasilkan berbagai kebutuhan manusia mulai dari peralatan sederhana sampai pada peralatan modern. Jadi pada dasarnya kegiatan itu lahir untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Pembagunan ekonomi disuatu negara dalam periode jangka panjang akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi negara tersebut. Dimana dimulai dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan pada sektor pertanian, menuju perekonomian modern yang didominasi oleh sektor industri (Budianto.1999:67) Menurut istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi structural dan dapat didefinisikan sebagai rangkaian perubahan dalam komposisi permintaan, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), produksi dan penggunaan faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal yang diperlukan guna mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

2. Teori Industrialisasi

Proses industrialisasi dan pembangunan industri ini sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahtraan


(30)

masyarakat dalam dua pengertian sekaligus. Pertama yaitu tingkat hidup yang lebih maju. Kedua, menjadikan taraf hidup yang lebih berkualitas, atau dengan kata lain pembangunan industri itu sendiri merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahtraan masyarakat, bukan merupakan kegiatan mandiri yang hanya sekedar berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fisik belaka (Arsyad. 2010:442).

Keberhasilan sebuah proses industrialisasi tidak terlepas dari adanya dukungan kapasitas sumber daya manusia yang relevan dan kemampuan

“proses” tersebut dalam memanfaatkan secara optimal setiap sumber daya

alam dan sumber daya lain yang tersedia. Hal ini berarti pula bahwa industrialisasi merupakan sebuah upaya guna menngkatkan produktivitas tenaga manusia dengan disertai upaya untuk memperluas ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian, Proses industrialisasi dapat diupayakan dengan dua jalan sekaligus yaitu Secara Vertikal: yang diindikasikan oleh semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi. Secara Horizontal: yang diindikasikan oleh semakin luasnya lapangan kerja yang produktif yang tersedia bagi penduduk.

Di sisi lain, sektor industri mempunyai peranan salah satunya sebagai sektor pemimpin (leading sector) yang membawa perekonomian menuju kemakmuran. Sektor industri dijadikan leading sector sebab hal tersebut mempunyai begitu banyak kelebihan dibandingkan sektor pertanian dan jasa. Kelebihannya antara lain, produksinya mempunyai


(31)

pengusaha keuntungan yang besar, dan proses produksinya lebih bisa dikendalikan oleh manusia.(Arsyad (2010: 442).

Industrialisasi disetiap negara menpunyai corak yang berbeda beda. Satu hal yang senantiasa menjadi pertanyaan adalah apa yang menyebabkan suatu daerah/Negara mengalami perkembangan yang lebih pesat dibandingkan dengan daerah/Negara lainnya. Ada dua teori yang dapat dijadikan rujukan dalam menjawab pertanyaan ini. Yaitu: (Arsyad. 2010: 448)

1. Teori Export Base(North, 1964)

Teori ini menyatakan bahwa sektor ekspor berperan penting dalam pembangunan daerah, karena sector tersebut dapat memberikan kontribusi yang penting bagi perekonomian daerah. Kontribusi tersebut antara lain:

a. Ekspor dapat secara langsung meningkatkan pendapatan atas faktor-faktor produksi dan pendapatan daerah.

b. Perkembangan ekspor akan menciptakan permintaan terhadap produksi industri lokal (residentiary industry), yaitu industri yang produknya digunakan untuk melayani pasar di daerah tersebut.

2. Teori Resource-Based( Perloff dan Wingo,1964)

Teori ini merupakan perluasan dari teori export base,karena teori ini juga menyatakan bahwa perkembangan sector ekspor di suatu daerah peranannya sangat besar sekali dalam pembangunan


(32)

ekonomi daerah. Namun ada beberapa perbedaan mendasar diantara kedua teori tersebut, yaitu:

a. Data yang digunakan dalam teori resources base jauh lebih lengkap dibandiingkan dengan data yang digunakan dalam teoriexport base.

b. Teori resource based, analisisnya lebih mendalam serta memberikan penekanan pada dua hal berikut: (a) pentingnya peranan kekayaan alam suatu daerah dalam pembangunan daerah yang bersangkutan (b) factor-faktor yang mempengaruhi efek pengganda dari sektor ekspor pada perekonomian daerah

3. Strategi Industrialisasi

Menurut Arsyad (2010:457) ada 2 hal strategi yang biasa dilakukan oleh Negara maju maupun Negara sedang berkembang. Strategi tersebut antara lain:

1. Subtitusi impor (import substitution). Strategi ini disebut strategi orientasi kedalam atau inward looking yaitu industrialisasi yang mengutamakan pengembangan jenis jenis industri untuk mnenggantikan kebutuhan akan impor barang barang sejenis. Pelaksanaannya dalam dua tahap. Pertama: terlebih dahulu mengembangkan industri industri barang konsumsi. Kedua:


(33)

dan aluminium. Salah satu ciri yang menonjol dalam strategi ini adalah pelaksanaan disertai dengan tingkat proteksi yang tinggi baik tarif bea masuk dan pajak barang impor.

Alasan sebuah Negara /daerah melakukan subtitusi impor yaitu: a. Untuk mengurangi atau menghemat devisa

b. Pemerintah akan melakukan proteksi dengan cara pembatasan barang-barang impor.

c. Agar sebuah Negara mampu memenuhi kebutuhan atas berbagai barang industry dengan kekuatan sendiri tanpa harus mengimpor dari Negara lain

d. Untuk mengembangkan kegiatan ekonomi di dalam negeri 2. Promosi ekspor (export promotion). Strategi ini mengutamakan

pengembangan jenis industri yang menghasilkan produk produk ekspor. Syarat utama adalah tingkat proteksi yang rendah disertai dengan insentif dalam meningkatkan ekspor.

Ada empat faktor yang dapat menjelaskan mengapa strategi industrialisasi promosi ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat daripada strategi subtitusi impor. Keempat faktor tersebut antara lain:

a. Ada kaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri b. Skala ekonomis

c. Dampak persaingan atas prestasi perusahaan


(34)

Dalam melaksanakan strategi industrialisasi menggunakan indikator tersebut, antara satu tahap dengan tahap lain perubahan bersifat perlahan dan berkesinambungan agar peranan industri dalam pembentukan PDRB bagi suatu daerah dapat terlaksana.

4. Klasifikasi Industri

a. Jenis industri berdasarkan pengelompokan Tenaga Kerja

Menurut (Arsyad.2010:454) pengelompokan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja dibedakan menjadi empat kriteria, yaitu:

1. Industri Besar: industri yang menggunakan tenaga kerja 100 orang atau lebih.

2. Industri Menengah: industri yang menggunakan tenaga kerja antara 20-99 orang

3. Industri kecil: industri yang menggunakan tenaga kerja antara 5-19 orang.

4. Industri Mikro / Rumah Tangga: industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari 5 orang ( termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar)

b. Jenis industri berdasarkan besar kecilnya modal

1. Industri padat modal (Capital Intensive), adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan


(35)

2. Industri padat karya (Labor Intensive) industri yang lebih dititikberatkan pada sejumlah besar tenaga kerja dalam pembangunan dan pengoprasiannya. (Perpustakaan Online Indonesia)

c. Jenis industri berdasarkan Klasifikasi atau berdasarkan SK menteri Perindustrian No.19/M/I/1986

Berdasarkan Internsional Standart of Industrial Clasification (ISIC), berdasarkan pendekatan kelompok komoditas industry pengolahan terbagi atas beberapa kelompok komoditas.

Tabel 2.1

Kelompok Komoditas Industri Pengolahan

Kode Kelompok Industri

31 Industri makanan, minuman, tembakau 32 Industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit

33 Industri Kayu dan barang-barang dari kayu termasuk perabotan rumah tangga

34 Industri Kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan

35 Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batubara, karet, dan platik

36 Industri galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batubara

37 Industri logam dasar

38 Industri barang dari logam, mesin dan perlatan 39 Industri pengolahan lainnya.


(36)

d. Jenis industri berdasarkan pemilihan lokasi

1. Industri yang yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented industri), industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong kantong dimana konsumen potensial berada. Semakin dekat kepasar akan semakin menjadi lebih baik.

2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja/ labor (man power oriented industry), industri yang berada pada lokasi dipusat pemukiman penduduk karena biasanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak tenaga kerja/ pegawai untuk lebih efektif dan efisien.

3. Industri yang berorientasi untuk menitikberatkan pada bahan baku (supply oriented industry), industry yang mendekati lokasi dimana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transfortasi yang besar.

e. Jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan

1. Industri Primer, yaitu industri yang mana barang barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu.

2. Industri Sekunder, yaitu industri yang bahan mentahnya diolah sehingga menghasilkan barang barang untuk diolah kembali.


(37)

3. Industri Tersier, industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa untuk keperluan perencanaan anggaran Negara dan analisis pembangunan.

B. Investasi

1. Pengertian Investasi

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2003:121).

Investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh penanam modal (investor) yang menyangkut penggunaan sumber-sumber seperti peralatan, gedung, peralatan produksi, dan mesin-mesin baru lainnya atau persediaan yang diharapkan akan memberikan keuntungan dari investasi. (Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, 1993:145)

Investasi merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan atau mempertahankan stok barang modal yang terdiri dari mesin, pabrik, kantor dan produk-produk tahan lama lainnya yang digunakan dalam proses produksi(Julius A. Mulyadi, 1990: 268).

Investasi adalah kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi (produksi) dengan harapan untuk memperoleh keuntungan (benefit) pada masa yang akan datang. Pada dasarnya investasi dibedakan


(38)

menjadi investasi finansial dan investasi non financial. Investasi finansial adalah bentuk pemilikan instrumen finansial seperti uang tunai, tabungan, deposito, modal dan penyertaan, surat berharga, obligasi dan sejenisnya. Sedangkan investasi non financial direalisasikan dalam bentuk investasi fisik (investasi riil) yang berwujud capital atau barang modal, termasuk didalamnya inventori / persediaan (BKPM.2004).

Investasi juga dapat di katakan sebagai suatu bentuk pembiayaan pembangunan yang merupakan langkah awal dalam kegiatan produksi. Kegiatan produksi yang produktif tersebut dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan dengan posisi semacam ini maka hakikatnya investasi juga merupakan langkah awal dari kegiatan pembangunan ekonomi.

2. Faktor Penentu Investasi

Faktor-faktor penentu investasi sangat tergantung pada situasi di masa depan yang sulit untuk diramalkan, maka investasi merupakan komponen yang paling mudah berubah.

Sukirno (1996:76) menjelaskan bahwa faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi dalam suatu perekonomian antara lain, yaitu:

1. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh di masa depan

Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis


(39)

dan dapat dilaksanakannya, dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang diperlukan. Semakin baik keadaaan masa depan, semakin besar tingkat keuntungan yang akan diperoleh pengusaha. Oleh sebab itu, mereka akan lebih terdorong untuk melaksanakan investasi yang telah atau sedang dirumuskan dan direncanakan.

2. Kemajuan teknologi

Pada umumnya semakin banyak perkembangan teknologi yang dibuat, semakin banyak pula kegiatan pembaruan yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Untuk melaksanakan pembaruan-pembaruan, para pengusaha harus membeli barang-barang modal yang baru, dan adakalanya juga harus mendirikan bangunan-bangunan pabrik/industri yang baru. Maka semakin banyak pembaruan yang akan dilakukan, semakin tinggi tingkat investasi yang akan tercapai

3. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya

Dalam analisis mengenai penentuan pendapatan nasional pada umumnya dianggap investasi yang dilakukan para pengusaha adalah berbentuk investasi otonomi. Walau bagaimanapun, pengaruh pendapatan nasional kepada investasi tidak boleh diabaikan. Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan


(40)

terhadap barang barang dan jasa-jasa. Keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi. Dengan perkataan lain, apabila pendapatan nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula

4. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan

Ketika perusahaan mengalami peningkatan keuntungan, pada umumnya keuntungan yang diperoleh tersebut akan disalurkan untuk meningkatkan produksi. Dengan kata lain, akan meningkatkan investasi perusahaan tersebut. Adanya peningkatan keuntungan perusahaan membuat perusahaan berusaha untuk lebih meningkatkan keuntungannya lagi di masa depan sehingga perusahaan meningkatkan tingkat investasinya guna mencapai tingkat keuntungan yang diharapkan lebih besar.

3. Jenis- Jenis Investasi

Berdasarkan kekhususan tertentu dari kegiatannya, investasi dibagi dalam kelompok :

1. Investasi Baru

Invesatsi baru yaitu investasi bagi pembuatan system produksi baru, baik sebagai bagian dari usaha baru untuk produksi baru maupun perluasan produksi, tetapi harus menggugnakan


(41)

2. Investasi Peremajaan

Investasi jenis umumnya hanya digunakan untuk mengganti barang-barang capital lama dengan yang baru, tetapi masih dengan kapasitas dan ongkos produksi yang sama dengan alat yang digantikannya.

3. Invetasi Rasionalisasi

Pada kelompok ini peralatan yang lama digantika oleh yang baru tetapi dengan ongkos produksi yang lebih murah, walaupun kapasitas sama dengan yang digantikannya.

4. Investasi perluasan

Dalam kelompok investasi ini peralatannya baru sebagai pengganti yang lama. Kapasitasnya lebih besar sedangkan ongkos produksi masih lama.

5. Investasi Modernisasi

Investasi digunakan untuk memproduksi barang baru yang memang proses baru, atau memproduksi lama dengan proses yang baru.

6. Investasi diversifikasi

Investasi ini untuk memperluas program produksi untuk perusahaan tertentu, sesuai dengan program diversifikasi kegiatan usaha korporasi yang bersangkutan


(42)

4. Peranan Investasi

Penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Perubahan laju pertumbuhan investasi tersebut mempengaruhi tinggi rendahnya pembangunan ekonomi diwilayah tersebut. Oleh karenanya, setiap negara ataupun daerah tertentu berupaya menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi tersebut agar masuk ke dalamnya.

Dilihat dari sudut pandang ekonomi makro, investasi (I) memiliki peranan yang cukup penting dalam menentukan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara / Daerah disamping belanja masyarakat (C), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor bersih (X-M). selain itu, investasi juga memiliki dampak terhadap peningkatan produksi barang dan jasa serta penciptaan lapangan pekerjaan. Besar kecilnya investasi yang dilakukan dalam suatu kegiatan ekonomi (produksi) ditentukan oleh tingkat bunga, tingkat pendapatan, kemajuan teknologi, ramalan kondisi ekonomi ke depan, dan faktor-faktor lain (Sukirno, 1994:87).

Motif utama suatu negara mengundang investasi adalah untuk menggali potensi kekayaan alam dan sumberdaya lainnya dalam upaya mempercepat pembangunan ekonomi. Kenyataan ini disebabkan karena investasi, baik asing maupun domestik akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, melalui proses industrialisasi, guna meningkatkan ekspor barang manufaktur dan kebutuhan pasar domestik (subtitusi impor). Proses


(43)

teknologi, alih kepemilikan, perluasan kesempatan kerja yang disertai dengan peningkatan keahlian dan keterampilan. Namun, dalam proses tersebut harus dihindari dominasi perekonomian nasional oleh modal asing. (Wiranata, 2004:12).

5. Tujuan Penyelenggaraan Investasi

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1997:

1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi 2) Menciptakan lapangan kerja

3) Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan 4) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha

5) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, 6) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan

7) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, dan


(44)

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PDRB sub Sektor Industri Pengolahan

1. Penanaman Modal Asing (PMA)

Investasi asing atau biasa disebut Penanam Modal Asing (PMA) adalah satu upaya untuk meningkatkan jumlah modal untuk pembangunan ekonomi yang bersumber dari luar negri. (Suryatno, 2003:72). menjelaskan bahwa PMA terdiri atas :

1. Investasi portopolio (portopolio investment), yakni investasi yang melibatkan hanya aset-aset finansial saja, seperti obligasi dan saham, yang didenominasikan atau ternilai dari mata uang nasional. Kegiatan investasi portopolio atau financial ini biasanya berlangsung melalui lembaga lembaga keuangan seperti bank, perusahaan dana investasi, yayasan pensiunan, dan sebagainya. 2. Investasi asing langsung (Foreign Direct Investment), merupakan

PMA yang meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, dan sebagainya.

Wiranata (2004) berpendapat bahwa investasi dapat dianggap sebagai salah satu sumber modal pembangunan ekonomi yang penting. Semua Negara yang menganut sistem ekonomi terbuka, pada umunya memerlukan investasi asing, terutama perusahaan yang menghasilkan


(45)

Investasi asing langsung sangat penting peranannya bagi perekonomian Indonesia. Selain sebagai salah satu sumber untuk peningkatan devisa negara, investasi asing langsung juga berfungsi sebagai transfer teknologi, keterampilan manajemen dan lapangan kerja baru. Investasi asing langsung juga memberikan beberapa kelebihan, antara lain yaitu

investasi asing lebih memberikan rasa aman bagi negera yang menjadi tuan rumah dari resiko-resiko yang terjadi akibat perkembangan perekonomian kotemporer yang seringkali dramatis, terutama akibat perubahan apresiasi mata uang. (Kuncoro, 2001:128).

Penanaman modal asing (PMA) memiliki peran mikro maupun makro dalam suatu perekonomian. Secara makro, PMA berperan penting dalam upaya meningkatkan kegiatan investasi nasional dan pertumbuhan ekonomi. Secara mikro, PMA berpengaruh terhadap ketenagakerjaan, penguasaan dan pendalaman teknologi, dan terhadap pengembangan keterkaitan antar industri di dalam negeri (domestic linkages) termasuk akses industri dalam negeri terhadap jaringan produksi, perdagangan, dan investasi regional/global

Pada saat ini banyak negara yang sedang berkembang maupun negara maju telah menyadari dan melaksanakan atau mengusahakan kerjasama antara pemerintah dengan swasta. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan penanaman modal dari negara maju ke negara sedang berkembang. Bagi negara maju, motif mencari untung dari kegiatan


(46)

penanaman modal akan selalu diutamakan, sedangkan bagi negara sedang berkembang menganggap kegiatan penanaman modal asing tersebut sebagai suatu perluasan untuk mendapatlkan perkembangan perdagangan dalam negeri

Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat membutuhkan peranan penting dari arus modal asing, baik yang berbentuk pinjaman, bantuan, dan investasi. Hal ini disebabkan karena sumber dana yang tersedia dalam negeri sangat terbatas, sehingga peranan asing diperlukan. Selain untuk meningkatan sumber dana, kegiatan investasi asing juga akan membawa pengaruh positif di berbagai sektor. Pada sektor moneter dengan meningkatnya invetasi maka akan mendorong peningkatan cadangan devisa negara, dengan cadangan devisa yang cukup maka nilai kurs rupiah akan dapat dijaga pada posisi yang stabil. Sedangkan pada sektor makroekonomi kegiatan investasi akan mendorong kegiatan ekspor, menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan akan mendorong pada peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Investasi dalam negri biasa di kenal dengan istilah Penanaman Modal Dalam negri (PMDN) adalah bentuk upaya menambah modal untuk pembangunan melalui investor dalam negri. Modal dari dalam negri ini bisa didapat baik itu dari pihak swasta ataupun dari pemerintah.


(47)

Keberadaan penanaman modal dalam negeri diatur dalam Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri kemudian disempurnakan dengan diberlakukannya UU No. 12 tahun 1970. Menurut ketentuan penanaman modal tersebut, penanaman modal dalam negeri adalah penggunaaan modal dalam negeri yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disediakan/disisihkan guna menjalankan usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya ( Harjono, 2007:178).

Menurut Wiranata (2004:18) dasar pertimbangan dikeluarkannya UU No. 6 tahun 1970 tentang PMDN adalah sebagai berikut:

1. Modal meupakan faktor penting dalam penyelenggaraan pembangunan ekkonomi nasional yang berdasarkan kemampuan dan kesanggupan bangsa Indonesia itu sendiri.

2. Perlunya dilakukan pemupukan modal dan pemanfaatan modal dalam negeri dan membuka kesempatan bagi pengusaha swasta seluas-luasnya.

3. Perlunya memanfaatkan modal dalam negeri yang dimiliki pihak asing dan menetapkan batas waktu usaha bagi perusahaan asing di Indonesia yang menggunakan modal dalam negeri.

Pengembangan investasi-investasi daerah dalam memacu pertumbuhan PMDN, sangat penting untuk di tingkatkan. Sebab PMDN


(48)

merupakan bentuk arus modal yang berasal dari dalam negeri sehingga dengan meningkatnya PMDN di harapkan investor-investor dalam negeri dapat bersaing dengan investor asing dalam kontribusinya meningkatkan perekonomian.

3. Tenaga Kerja

a. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur pada batas usia kerja, dimana batas usia kerja setiap negara berbeda-beda.Usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun keatas yang telah dianggap mampu melaksanakan pekerjaan, mencari kerja, bersekolah, mengurus rumah tangga, dan kelompok lainnya seperti pensiunan (Disnaker, 2008).

Angkatan kerja (Labor Force ) didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif atau bisa juga disebut sumber daya manusia.

Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu peningkatan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Pada kenyataannya,


(49)

jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang positif terhadap kesejahtraan.

Gambar 2.1

Gambaran Ketenagakerjaan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dari bagan diatas terlihat bahwa angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk yang termasuk kedalam usia kerja.usia kerja adalah suatu tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja dan menghasilkan pendapatannya sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14-25 tahun. Selain penduduk dalam usia kerja, ada juga penduduk diluar usia kerja, yaitu dibawah usia kerja dan diatas usia kerja.penduduk yang dimaksud yaitu anak-anak usia sekolah dan yang sudah pensiunan atau usia lanjut.

Bagian lain penduduk dalam usia kerja adalah bukan angkatan kerja. Yang termasuk didalamnya adalah para remaja yang sudah termasuk usia kerja tetapi belum bekerja atau belum mencaripekerjaan

Penduduk

Bukan Usia Kerja Usia Kerja

Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja


(50)

karena masih sekolah, ibu rumah tangga pun termasuk kedalam kelompok bukan angkatan kerja.

Penduduk dalam usia kerja yang termasuk angkatan kerja, dikelompokan menjadi tenaga kerja (bekerja) dan bukan kerja (mencari kerja atau menganggur). Tenaga kerja (Man Power) adalah bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta dalam proses produksi serta menghasilkan barang atau jasa.

b. Penyerapan Tenaga Kerja

Pada Negara yang sedang berkembang umumnya masalah pengangguran merupakan problema yang sulit dipecahkan hingga kini. Karena masalah pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi yang maksimal. Seperti halnya dinegara Indonesia, pemerintah mengupayakan berbagai jalan keluar untuk dapat mengatasi pengangguran secara lambat laun baik diperkotaan dan di pedesaaan.

Proses dari usaha-usaha kesempatan kerja yang merupakan topik dalam penelitian ini dapat diwujudkan apabila pembinaan dan pengembangan industri-industri kecil, sedang dan besar dapat berjalan semestinya. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk dapat mendorong perekonomian rakyat.


(51)

tenaga kerja disuatu lapangan usaha untuk dapat sesuai dengan usaha itu sendiri.

Dalam ilmu ekonomi seperti yang kita ketahui faktor-faktor produksi adalah tanah, modal, tenaga kerja, skill (keahlian). Salah satu faktor tersebut tenaga kerja yang benar sesuai kebutuhan dengan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki agar tenaga kerja yang dimiliki dalam sector industri. Modal utama yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia (SDM).

Tenaga kerja yang ada atau lapangan usaha yang ada, tidak mampu menyerap tenaga kerja kondisi yang tidak siap pakai. Disinilah perlunya peranan pemerintah upaya mengatasi melalui pembinaan dan pengembangan industry kecil diharapkan dapat memberikan hasil yang diaharapkan.

Selanjutnya dari uraian diatas dijelaskan melalui peningkatan bantuan lunak dan peningkatan bantuan keras dapat dapat meningkatkan motivasi, pengetahuan, keterampilan, dan wawasan/pandangan yang luas sehingga lebih mempermudah proses penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan. Masalah penyerapan tenaga kerja ini juga tidak terlepas dari kesempatan yang tersedia di tengah tengah masyarakat.


(52)

D. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu akan di uraikan secara ringkas, meskipun terdapat kemiripan dalam ruang lingkup penelitian tetapi terdapat perbedaan dengan penelitian ini, baik dalam obyek atau periode waktu yang digunakan. Sehingga penelitian terdahulu tersebut dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Beberapa Penelitian terdahulu tersebut akan dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu N o Peneliti, Tahun

Judul Penelitian Variabel Alat Analisis

Hasil

1. Octivinang sih (2006)

Analisis

Pengaruh Nilai Upah Minimum Kabupaten terhadap Investasi, Penyerapan Tenaga kerja, dan

PDRB di

Kabupaten Bogor” - UMP - PMA - PMDN - Tenaga Kerja - Ordinary Least Square (OLS) - Software SASV8 1.Investasi(PMA dan PMDN) berpengaruh positif terhadap PDRB Kota Bogor 2.UMP berpengaruh positif terhadappenyera pan Tenaga Kerja. 2. Kawengian (2002) “Analisis Pengaruh

- PDRB - Ordinary Least

1. kegiatan investasi


(53)

Tenaga Kerja dalam Sektor Pertanian dan Sektor Industri Guna

Menentukan Strategi Pembangunan Ekonomi Irian Jaya”. Investasi - Tenaga Kerja (OLS) - kuantita tif dan deksript if. pengaruh terhadap PDRB Irian Jaya tetapi investasi tidak mampu menimbulkan efek pertumbuhan yang kuat apabila tidak diikuti dengan peningkatan kualitas tenaga kerja 3. Tejasari (2008)

Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia” - Investasi - Tenaga Kerja - PDRB - Ordinary Least Square (OLS) - Software Eviews 4.1 1.Hasil penelitiannya membuktikan bahwa tenaga kerja dan investasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi 4. Novita Linda Sitompul (2008) Analisis Pengaruh

Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB

- PDRB Industri, Pertanian, danPerda gangan - Ordinary Least Square (OLS). 1.PDRB Sumatera Utara dipengaruhi oleh tiga sector ekonomi utama,


(54)

Sumatera Utara” - Investasi - Tenaga Kerja yaitu sektor pertanian, sektor industri, dan sektor perdagangan, 2.Investasi (PMDN) serta tenaga kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB Sumatera Utara 3.Kondisi Perekonomian (Dummy Krisis) tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB Sumut. 5. Ferdiyan (2006) Analisis Pengaruh

Otonomi Daerah Terhadap

Pertumbuhan Investasi di Provinsi Jawa

- Inflasi - PMA - PMDN - PDRB - Dummy - analisis Shift Share - Ordinary Least Square 1.Terdapat perbedaan antara periode sebelum dan sesudah Otda. Sebelum otda pertumbuhan


(55)

Daerah) negative, sedangkan sesudah Otda pertumbuhan investasi positif terhadap perekonomian

2.PMDN dan

Inflasi berpengaruh negatif terhadap PDRB

3.PMA berpengaruh Positif terhadap

PDRB Jawa

Barat.

6 Morris M. Kleiner (2007) Do Industrial Relations Institutions Influence Foreign Direct Investment.Evide nce from OECD Nations (1985-2000) - FDI - Tenaga Kerja - Industri - Pajak - PDRB - Panel data Negara-negara anggota OECD. 1. Rendahnya tingkat FDI akan sangat

mempengaruhi tingkat produksi industri.

2. Ada trade-off antara peningkatan ekonomi


(56)

terhadap penyerapan tenaga kerja 7 Linda Fung

Yee, & Chyau Tuan (1997) Evolving Outward Investment, Industrial Concentration, and Technology Change: Implications for Hong Kong - Industri Manufakt ur - FDI - Produktiv itas Tenaga Kerja - Error Correcti on Model (ECM) - Kebijakan Perdagangan terbuka membuka peluang pengekploitasian tenaga kerja dan menyebabkan outward looking - FDI berdampak

langsung

menrestrukturisa si industri manufaktur di Hongkong

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB sub sektor industri pengolahan di kabupaten Bekasi.

Setelah mengidenentifikasi kemudian menganalisis sumber modal mana dari investasi yang ada (PMA dan PMDN) yang berpengaruh terhadap sektor industri serta untuk mengatahui pengaruh tenaga kerja


(57)

Variabel Independen

E. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2

Gambar Kerangka Pemikiran

Pengaruh Investasi (PMA dan PMDN) dan Tenaga Kerja terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi

Industri Pengolahan

1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 2. Tekstil, Pakaian jadi, dan Kulit 3. Kayu dan barang dari kayu 4. Kertas, Percetakan, dan Penerbitan

5. Bahan Kimia, Minyak bumi, Batubara, Karet, dan Bahan dari Plastik

6. Barang galian bukan Logam 7. Logam Dasar

8. Barang-barang dari logam, Mesin 9. Industri pengolahan lainnya

Pendekatan Faktor Input

Investasi

Tenaga Kerja (X3)

PMA (X1)

PMDN (X2)

Variabel Dependen PDRB sub Sektor Industri Pengolahan

(Y)

Metode Analisis:

Model Analisis Regresi Berganda (OLS)

Hasil


(58)

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan awal yang masih bersifat sementara yang akan dibuktikan setelah data empiris diperoleh.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya:

1. Octavianingsih (2006) skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh

Nilai Upah Minimum Kabupaten Terhadap Investasi ,

penyerapan Tenaga kerja, dan PDRB di Kabupaten Bogor”

menyimpulkan bahwa investasi PMA dan PMDN berpengaruh positf terhadap PDRB Kota Bogor.

2. Ferdiyan (2006) dengan judul “Analisis Pengarug Otonomi Daerah Terhadap Pertumbuhan Investasi Di Provinsi Jawa Barat”

menyimpulkan bahwa Investasi PMA berpengaruh positif sedangkan PMDN berpengaruh negatif terhadap PDRB Jawa Barat.

3. Novita linda Sitompul dalam Skripsinya yang berjudul “ Analisis

Pengaruh investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera

Utara “ menyimpulkan bahwa PMDN dan tenaga kerja


(59)

Beradasarkan uraian diatas, maka penulis mengajukan hipotesis untuk dilakukan pengujian ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan tujuan dari penelitian adalah:

a. Diduga Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh signifikan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan.

b. Diduga Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh signifikan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan.

c. Diduga Tenaga kerja (TK) berpengaruh signifikan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan.

d. Diduga bahwa PMA, PMDN, dan TK berpengaruh secara simultan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan.


(60)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, data runtut waktu (Time Series) dengan menggunakan metode analisis berganda. Variabel yang digunakan yaitu PDRB sub sektor industri pengolahan, Investasi mencakup Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),dan Tenaga Kerja (TK).

Pembahasan dalam penelitian ini menitikberatkan pada perekonomian sub sektor industri pengolahan. Sektor industri yang dimaksud adalah semua industri sub sektor pengolahan yang berada di Kabupaten Bekasi mencakup sektor migas dan non migas. Dalam penelitian ini data yang digunakan data time series dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2009. Penelitian mengenai sektor industri pengolahan sengaja dilakukan karena sektor tersebut berkontribusi besar dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) total Kabupaten Bekasi.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB sub sektor industri pengolahan, Investasi PMA dan PMDN, serta jumlah


(61)

tenaga kerja yang terserap dalam sektor industri pengolahan dengan data tahunan selama periode 1989-2009.

C. Metode Pengumpulan Data

Sebagai tahap awal penelitian ini adalah dengan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan penelitian. Kemudian menganalisis hubungan antar variabel dari teori-teori tersebut dengan permasalahan aktual yang ada pada saat ini. Tahap selanjutnya adalah mengumpulkan data yaitu berupa data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan atau lembaga pengumpul data yang mana dalam penelitian ini antara lain diperoleh dari:

1. Badan Pusat Stastistik Daerah Kabupaten Bekasi 2. Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat

3. Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Kabupaten Bekasi

4. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat

5. Literatur-literatur serta informasi-informasi tertulis baik yang berasal dari instansi terkait maupun internet, yang berhubungan dengan topik penelitian untuk memperoleh data tersebut


(62)

D. Metode Analisis Data

1. Analisis Regresi Berganda

Untuk mencapai tujuan penelitian dan pengujian hipotesis, Dalam penelitian ini dilakukan analisis regresi berganda untuk melihat faktor faktor yang mempengaruhi PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi.

Penelitian ini menggunakan model regresi berganda (multiple regression) dengan rumusan model penelitian sebagai berikut :

INDSTR =β0+1PMA +2PMDN +3TK +……….. (3.1)

Namun didalam penelitian ini akan digunakan persamaan regresi berganda yang telah di transformasikan dalam bentuk logaritma dengan menggunakan kuadrat terkecil, dengan formulasi sebagai berikut :

LnINDSTR =β0+β1LnPMA +β2LnPMDN +β3LnTK +…. (3.2)

Keterangan:

INDSTR = PDRB Sub Sektor industri pengolahan (milyar rupiah) PMA = Penanaman Modal Asing (milyar rupiah)

PMDN = Penanaman Modal Dalam Negeri (milyar rupiah) TK = Tenaga Kerja ( /Ribu Orang)

β = Intercept

Β1-β3 = koefisien regresi masing-masing variable independen.


(63)

Metode analisis regresi berganda akan menghasilkan estimator yang mempunyai sifat tidak bias, linier dan mempunyai varian yang minimum atau BLUE, yaitu:

a. Bestadalah yang terbaik.

b. Linier adalah kombinasi linier dari data sampel. Jika ukuran sampel ditambah maka hasil nilai estimasi akan mendekati parameter populasi yang sebenarnya.

c. Unbiased adalah rata-rata atau nilai harapan atau estimasi sesuai dengan nilai yang sebenarnya.

d. Efficient estimator adalah memiliki varians yang minimum diantara pemerkira lain yang tidak bias.

Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil regresi dari model penelitian yang akan digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap data penelitian tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah model tersebut dapat dianggap relevan atau tidak. Pengujian yang dilakukan melalui uji stasioneritas data setelah itu dilakukan pengujian uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan multikolinearitas, kemudian dilakukan uji statistik yang meiliputi uji signifikansi parameter individu (uji t statistik), dan uji sinifikan simultan (uji F statistik), dan uji koefisien determinasi (R2).


(64)

2. Uji Stasioneritas Data

a. Uji Akar Unit Phillips-Perron (PP) test

Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan nilai statistik PP dengan nilai kritisnya yaitu distribusi statistik MacKinnon. Jika nilai absolute statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolute statistik PP lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner.

Langkah-langkah pengujian stasioner sebagai berikut Hipotesis:

Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat Nol H1: Data tersebut stasioner pada derajat Nol

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:

- Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = …% maka, menolak H0dan menerima H1

- Jika PP test statistik < PP tabekl (critical value α = …%) maka H0diterima, dan menolak H1.

b. Uji Derajat Integrasi

Data time series pada umumnya adalah data yang tidak stasioner. Untuk menghindari regresi lancung maka harus ditransformasikan data tersebut menjadi data stasioner.


(65)

Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses differensi data uji stasioner data melalui proses differensi ini disebut uji derajat integrasi

Seperti uji akar unit PP, keputusan sampai pada derjat keberapa suatu data akan stasioner. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan antara nilai statistik PP yang diperoleh dari koefisien y dengan nilai kritis distribusi statistik MacKinnon. Jika nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya pada differensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat kesatu. Akan tetapi, jika nilainya masih lebih kecil maka uji integrasi perlu dilanjutkan pada differensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang stasioner.

Langkah-langkah pengujian stasioner sebagai berikut Hipotesis:

Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat Nol H1: Data tersebut stasioner pada derajat Nol

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:

- Jika PP test statistik > PP tabel (critical valueα=…% maka menolak H0dan menerima H1

- Jika PP test statistik < PP tabekl (critical value α = …%) maka H0diterima, dan menolak H1.


(66)

3. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti melakukan uji normalitas, multikolinieritas, uji heteroskedasitsitas, dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residual variabel dependen dan independen berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas ini menggunakan normality histogram (Insukindro, 2003:61).

Uji normalitas melalui uji Jarque-Bera (J-B). Metode ini menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis. Nilai statistik JB didasarkan pada distribusi Chi Squares dengan derajat kebebasan (df) 2. Jika nilai probabilitas statistik JB lebih kecil dari α = 5 persen maka terjadi permasalahan normalitas atau residual tidak didistribusikan secara normal dan sebaliknya (Widarjono, 2007:54).

b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah hubungan antara variabel independen dan dependennya. Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan melihat Correlation Matrix, jika nilai korelasi yang dihasilkan sangat tinggi (umumnya > 0,8) maka model regresi dikatakan memiliki permasalahan multikolinieritas (Widarjono, 2007:114).


(67)

Multikolinieritas juga dapat diuji dengan metode deteksi Klien, yaitu dengan membandingkan koefisien determinasi auxiliary dengan koefisien determinasi model regresi aslinya. Jika koefisien determinasi auxiliary lebih besar dari koefisien determinasi model regresi aslinya, maka terjadi permasalahan multikolinieritas antara variabel independen yang digunakan dalam model penelitian (Widarjono, 2007:117).

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah variansi data yang digunakan untuk membuat model menjadi tidak konstan. Pengujian terhadap ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam suatu model empiris yang sedang diamati juga merupakan langkah penting sehingga dapat terhindar dari masalah regresi lancung. Metode untuk dapat mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model empiris dengan menggunakan ujiWhite Hetedoskedasticity, jika X2 (Obs* R-Squared) > X2 tabel atau nilai probability Obs*R-Sqauared< 0,05 atauα=5 persen (Insukindro, 2003:62).

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah terjadinya korelasi antara variabel itu sendiri pada pengamatan yang berbeda. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation Lagrange Multiplier Test (uji-LM). Uji ini sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat


(68)

pertama tetapi bisa juga digunakan pada tingkat derajat. Dikatakan terjadi autokorelasi jika nilai X2 (Obs*R-Squared) hitung > X2 tabel atau nilai probability < 0,05 atau α=5 persen (Insukindro, 2003:60).

Selain itu pengujian terhadap gejala auotokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW). Uji Durbin Watson (DW) dapat dilakukan dengan cara melihat nilai DW pada hasil regresi yang mana daerah bebas autokorelasi idealnya nilai DW tersebut nilainya berada antara (1,54–2,46)

Tabel 3.1

Kriteria Pengambilan Keputusan Daerah Autokorelasi Tolak Ho,

berarti ada autokorelasi

positif

Tidak dapat diputuskan

Tidak menolak Ho, berarti

tidak ada autokorelasi

positif

Tidak dapat diputuskan

Tolak Ho, berarti ada autokorela si negatif

0 dL du 2 4-du

4-dL 1,10 1,54 2,46 2,90

Sumber: (Winarno, 2007:5.25)

4. Pengujian Statistik

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara individu dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji statistik ini meliputi Uji F, Uji-t dan Koefisien Determinasi (R2).


(69)

a. Uji Simultan (Uji F-Stastik)

Uji F-statistik menunjukkan apakah semua variabel independen dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependennya. Untuk melakukan uji-F dengan cara Quick Look, yaitu: melihat nilaiprobabilitydan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai tabel dengan F-hitungnya. Jika nilaiprobability < 0,05 atau α=5 persen dan jika nilai F-hitung lebih tinggi dari t-tabel maka maka suatu variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya (Kuncoro, 2003:219)

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien detrminasi mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu, nilai R2yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas dan nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependennya (Kuncoro, 2003:220).


(70)

c. Uji Parsial (Uji t-Statistik)

Uji ini digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dengan variabel yang lain konstan. Untuk menguji pengaruh setiap variabel independen tersebut, maka nilai t hitung harus di bandingkan dengan nilai t tabel

Untuk nilai t tabel dapat diperoleh dengan melihat tabel distribusi untukα = 0,05 dan derajat n– k. Maka dalam pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut :

H0: β1 = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen)

H1:βi≠ 0 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel

dependen)

Selain dengan menngunakan cara diatas, uji-t juga dapat dilakukan dengan caraQuick Look,yaitu: melihat nilaiprobability dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai t-tabel dengan t-hitungnya. Jika nilai probability < 0,05 atauα=5 persen dan jika nilai t-hitung lebih tinggi dari t-tabel yang berarti menolak Ho dan menerima H1 dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependennya dan sebaliknya (Kuncoro, 2003:219).


(71)

E. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data tahunan(time series)Dengan menggunakan satu variable terikat (dependen) yaitu PDRB sub sektor industri pengolahan dan tiga variabel bebas (Independen) yaitu PMA dan PMDN, serta Tenaga Kerja yang dianggap mempunyai pengaruh nyata terhadap sektor industri. Penjelasan variabel-variabel tersebut sebagai berikut:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen ialah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas (Lukman, 2007:5).

a. Output / PDRB Industri

Data PDRB Industri yang digunakan dalam penelitian ini adalah data PDRB sub sektor industri pengolahan, data tahunan dari 1989 sampai dengan 2009 yang diperoleh dari Statistik Industri Besar dan Sedang terbitan BPS Pusat dan Daerah. PDRB industri ini dalam bentuk Milyar rupiah

2. Variabel Independen

Variabel independen ialah variabel yang nilainya mempengaruhi perilaku dari variabel terikat (Lukman, 2007: 5).

a. Penanaman Modal Asing

Data PMA adalah data relisasi Penanaman Modal Asing (PMA) yang disetujui pemerintah daerah menurut sektor ekonomi, dengan periode tahunan selama kurun waktu 1989 sampai dengan 2009.


(1)

DATA OBSERVASI DALAM BENTUK LOGARITMA

Tahun

LnINDSTR

LnPMA

LnPMDN

LnTK

1989

14.99224

10.94035

11.81567

11.43650

1990

15.22286

11.07991

11.77108

11.74383

1991

15.33003

10.96102

11.88360

11.87493

1992

15.53504

11.23583

13.16229

11.62037

1993

15.76622

11.72736

13.57560

9.640238

1994

16.57941

12.70467

13.88617

11.91440

1995

16.79662

15.18735

13.73814

12.17206

1996

16.93838

14.54471

13.43483

12.33426

1997

17.17588

14.68929

13.26939

12.84492

1998

16.62634

14.49758

12.35237

11.51945

1999

16.74533

14.83571

12.06818

11.73764

2000

16.91057

15.49906

12.17917

11.30267

2001

17.05434

14.19780

12.09300

11.53614

2002

17.11478

14.73494

13.33799

11.67651

2003

17.07317

14.93861

13.33799

11.68667

2004

17.16732

15.00947

13.57372

12.08140

2005

17.26270

15.11896

13.22363

12.19792

2006

17.31802

15.22034

13.52458

12.28817

2007

17.42805

15.48897

13.71818

12.28644

2008

17.37211

15.01846

13.14315

12.27297


(2)

LAMPIRAN 3

UJI STASIONERITAS DATA

Uji Stasioneritas Pada

Tingkat Level

1.

LniNDSTR

PP Test Statistic -2.039824 1% Critical

Value*

-3.8067 5% Critical Value -3.0199

10% Critical Value -2.6502

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

2. LnPMA

PP Test Statistic -1.649546 1% Critical

Value*

-3.8067 5% Critical Value -3.0199 10% Critical Value -2.6502 *MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

3. LnPMDN

PP Test Statistic -2.103341 1% Critical Value* -3.8067

5% Critical Value -3.0199

10% Critical Value -2.6502

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

4. LnTK

PP Test Statistic -3.315216 1% Critical Value* -3.8067

5% Critical Value -3.0199

10% Critical Value -2.6502


(3)

UJI DERAJAT INTEGRASI

Uji Stasioneritas Pada tingkat

First Difference

1. LnIndstr

2. LnPMA

PP Test Statistic -4.673887 1% Critical

Value*

-3.8304 5% Critical Value -3.0294 10% Critical Value -2.6552 *MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

3. LnPMDN

PP Test Statistic -3.747937 1% Critical

Value*

-3.8304 5% Critical Value -3.0294 10% Critical Value -2.6552 *MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

4. LnTK

PP Test Statistic -3.851732 1% Critical

Value*

-3.8304 5% Critical

Value

-3.0294 10% Critical

Value

-2.6552 *MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.


(4)

LAMPIRAN 5

Uji Asumsi Klasik

1. Hasil Uji Normalitas,

Jarque-Bera Test

2. Hasil Uji Multikolinearitas,

Correlation Matrix Test

LNPMA

LNTK

LNPMDN

LNPMA

1.000000

0.461522

0.429454

LNTK

0.461522

1.000000

0.226360

LNPMDN

0.429454

0.226360

1.000000

0 2 4 6 8

-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4

Series: Residuals Sample 1989 2009 Observations 21

Mean -5.33

Median -0.03

Maximum 0.49

Minimum -0.53

Std. Dev. 0.19 Skewness -0.15 Kurtosis 5.00 Jarque-Bera 3.59 Probability 0.16


(5)

.

4. Uji Autokorelasi,

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic

0.398147

Probability

0.911279

Obs*R-squared

5.159987

Probability

0.820145

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic

0.719356

Probability

0.503125


(6)

LAMPIRAN 6

HASIL ESTIMASI REGRESI

Sumber: Data Sekunder yang diolah

Substituted Coefficients:

=====================

LNINDSTR = 0.3961076971*LNPMA + 0.1983984212*LNPMDN +

0.08690810641*LNTK + 7.534991674

Dependent Variable: LNINDSTR

Method: Least Squares

Sample: 1989 2009

Included observations: 21

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

LNPMA

0.396108

0.034714

11.41072

0.0000

LNPMDN

0.198398

0.073423

2.702121

0.0151

LNTK

0.086908

0.086627

1.003249

0.3298

C

7.534992

1.170104

6.439593

0.0000

R-squared

0.937426

Mean dependent var

16.66904

Adjusted R-squared

0.926383

S.D. dependent var

0.798850

S.E. of regression

0.216748

Akaike info criterion

-0.050523

Sum squared resid

0.798652

Schwarz criterion

0.148434

Log likelihood

4.530492

F-statistic

84.89212