Latar Belakang 1. Identifikasi Masalah

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1. Identifikasi Masalah

Pembangunan kawasan industri di Kabupaten Bekasi sangat strategis untuk bisa lebih digali potensinya karena DKI Jakarta sebagai Ibu kota negara sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan penambahan kawasan industri, karena lahan terbuka di wilayah ini sudah sangat terbatas. Bertolak pada konsep bahwa tidak ada pembangunan yang tidak memerlukan lahan, setiap pembangunan terlebih pembangunan fisik pastinya akan memerlukan lahan. Wilayah Kabupaten Bekasi yang letaknya berbatasan dengan Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta tentunya akan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Berdasarkan kebijakan pemerintah, wilayah yang berada di sekitar DKI Jakarta seperti Bekasi, Tangerang, Cilegon, dikembangkan sebagai wilayah pusat kawasan industri. Khusus untuk daerah Bekasi tidak kurang dari 6.000 Ha diperuntukan untuk dijadikan sebagai kawasan industri. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. Perusahaan kawasan industri adalah perusahaan-perusahaan yang terdapat pada kawasan industri dan 2 mengusahakan pengembangan maupun pengelolaan kawasan industri yang bersangkutan. Pembangunan kawasan industri antara lain bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan industri di daerah, memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan industri, serta untuk meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri. Dengan adanya pembangunan wilayah industri di pinggiran wilayah ibu kota maka penduduk yang ingin masuk kota Jakarta dari berbagai pelosok daerah lain dapat tersalurkan pada daerah sekitar Jakarta tersebut sehingga tingkat mobilisasi urbanisasi bisa berkurang. Pembangunan industri di Kabupaten Bekasi tidak terpisahkan dari arah pembangunan industri wilayah yang harus mampu mengikuti sekaligus memenuhi tuntutan pembagunan regional dan nasional tanpa mengabaikan kebutuhan spesifik wilayah. Keragaman fisik wilayah dalam beberapa kondisi merupakan kendala, namun di sisi lain merupakan potensi sebagai pendorong laju pembangunan industri wilayah. Kejelian dan kecermatan kelompok perencana dan pelaksana pembangunan industri dalam memanfaatkan potensi dan mengatasi kendala tersebut merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan perindustrian. Peranan sektor industri dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi berupa output sektor industri atau PDRB sektor industri tidak terlepas dari adanya peranan investasi dan tenaga kerja. Investasi yang dilakukan adalah 3 investasi langsung berupa investasi asing Penanaman Modal Asing dan investasi domestik Penanaman Modal Dalam Negeri. Investasi langsung dapat menyerap banyak tenaga kerja yang berada dipasar tenaga kerja dan investasi langsung juga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena output yang dihasilkan akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya investasi di daerah. Investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana sebagian dari investasi tersebut digunakan untuk pengadaan berbagai barang modal yang akan digunakan untuk kegiatan proses produksi.melalui investasi proses produksi dapat ditingkatkan yang kemudian mampu akan meningkatkan output produksi sehingga akan menaikan pendapatan daerah. Iklim investasi mencerminkan sejumlah faktor yang berkaitan dengan lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan insentif bagi perusahaan- perusahaan untuk melakukan investasi secara produktif dan menciptakan lapangan pekerjaan. Selain investasi, tenaga kerja merupakan input atau faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi pada sektor industri. Tetapi kontribusi industri pengolahan yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi tidak disertai dengan tingginya penyerapan tenaga kerja disektor industri. Angka pengangguran total di Indonesia pada tahun 2009 diproyeksikan meningkat menjadi 9 persen. Sebelumnya, angka pengangguran sebesar 8,5 persen pada tahun 2008. Hal ini terjadi karena 4 pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di sektor industri negatif akibat adanya krisis keuangan global. LIPI, 2009. Menurut lokasi, pada tahun 2009 salah satu daerah yang kontribusi PDRB nya paling besar terhadap PDRB Jawa Barat adalah Kabupaten Bekasi. Industri di Kabupaten Bekasi merupakan barometer industri di Jawa Barat karena memiliki tingkat kontribusi output terbesar. Tabel 1.1 Kontribusi PDRB Sektor Industri Terbesar di Provinsi Jawa Barat No Daerah Kabupaten Kota PDRB juta Rupiah Kontribusi Terhadap PDRB Jawa Barat persen 1 Kabupaten Bekasi 45.831.406,78 26,42 2 Kabupaten Bogor 33.404.257,88 14,97 3 Kabupaten Bandung 20.154.147,70 9,03 4 Kabupaten Karawang 19.353.619,16 8,67 5 Kota Bandung 14.167.032,24 6,35 6 Kota Bekasi 11.765.711,35 5,27 7 KotaKab lainnya di Jawa Barat 65.394.879,19 29,30 Jawa Barat 210.071.054,31 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Bekasi 2009 Kontribusi PDRB Kabupaten Bekasi berada pada peringkat pertama yang berkontribusi sebesar 26,42 persen dari total PDRB Jawa Barat karena daerah bekasi merupakan daerah yang ditopang oleh banyaknya kawasan industri dan dekat dengan perekonomian ibukota. Kedua penyumbang terbesar yaitu Kabupaten Bogor berkontribusi sebesar 14,97 hal ini karena 5 ada dukungan dari Pemda Bogor melalui APBD dalam menggalakan iklim usaha. Penyumbang ketiga terbesar yaitu Kabupaten Bandung dengan Kontribusi sebesar 9,03 persen yang merupakan basis ibu kota Jawa Barat dengan dukungan perijinan usaha yang lebih mudah dan sumber daya yang potensial. Menurut Badan Promosi dan Penaman Modal Daerah BPPMD Jawa Barat tahun 2009, Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang mendapatkan investasi paling besar yaitu mencapai 43,64 persen dari keseluruhan investasi yang berada di Jawa Barat atau senilai Rp 30,223 trilyun. Selain itu, dari investasi yang telah dilakukan, penyerapan tenaga kerja yang terjadi mencapai 95,110 orang dimana penyerapan tenaga kerja ini merupakan penyerapan tenaga kerja yang berada pada peringkat pertama diantara Kabupaten dan kota kota lainnya yang berada di Jawa Barat.

2. Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini, maka agar permasalahan tidak meluas, pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada perekonomian sub sektor industri pengolahan. Sektor industri yang dimaksud adalah semua industri sub sektor pengolahan yang berada di Kabupaten Bekasi mencakup sektor migas dan non migas. Dalam penelitian ini data yang digunakan data time series dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2009. Penelitian mengenai sektor industri pengolahan sengaja 6 dilakukan karena sektor tersebut paling dominan dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto PDRB total Kabupaten Bekasi. Faktor investasi yang diteliti mencakup Peananaman Modal Asing PMA dan Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN sehingga bisa diketahui dari mana sumber yang paling berpengaruh dan dominan terhadap perekonomian sektor industri tersebut. Selain investasi faktor tenaga kerja juga menjadi fokus dalam penelitian ini untuk melihat pengaruhnya terhadap PDRB sub sektor industri di Kabupaten Bekasi.

B. Perumusan Masalah