Kenakalan Remaja Komunikasi Antarpribadi 1. Komunikasi Antarpribadi

suatu objek dan juga terjadi tak seimbang kalau dua orang saling menyenangi suatu objek dan juga terjadi tak seimbang kalau dua orang saling menyenangi, tetapi yang satu menyenangi objek, dan yang lain tidak. Selanjutnya apabila terjadi keseiimbangan, setiap peserta akan menghadang perubahan, dan manakala terjadi ketidakseimbangan berbagai upaya akan dilakukan untuk memulihkan keseimbangan Kognitif. 22

5. Kenakalan Remaja

Masa remaja adalah transisi dari anak-anak menuju masa remaja dan melibatkan sejumlah perubahan sosial, biologis, kognitif, dan juga emosionalnya. Sering kali masa remaja memandang dirinya seolah-olah merasa paling hebat, merasa paling unik, dan merasa tidak terkalahkan. Keluarga, teman-teman, dan ligkungan sekolah adalah tempat yang paling berpengaruh untuk karakteristik diri seorang anak muda atau anak remaja. Kesemuanya saling berpengaruh antara satu lingkungan dengan lingkungan lain. Apabila kita ingat pemilihan umum, tampak bahwa seorang baru dianggap sah sebagai pemilih calon pemilih bila mereka telah berumur 17 tahun, untuk memperoleh surat izin mengemudi SIM seseorang harus berumur paling sedikit 18 tahun. Dan apabila seseorang melakukan tindak pidana melanggar hukum, seperti mencuri, merampok, berbuat zina dan sebagainya, sedangkan usianya msaih di bawah 18 tahun, maka bila dijatuhi hukuman, tidak dikurung atau dipenjara, akan tetapi dititipkan di tempat yang disediakan untuk menampung mereka selama menjalani hukuman, dan mereka tetap diberikan kesempatan untuk 22 Onong Uchana Effendy. M.A. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, cet.3, 2003, Hal.261-262 pergi kesekolah. Apabila umur mereka telah 18 tahun, dipandang telah dewasa dan harus menjalanu hukuman sebagai orang dewasa, dipenjarakan dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa umur Remaja dalam segi hukum adalah 13-1718 tahun. 23 Kenakalan remaja atau kenakalan siswa atau bisa juga disebut dengan juvenile delinquency merupakan fenomena yang sering terjadi di dalam sekolah baik laki-laki ataupun perempuan. Penyimpangan yang terjadi tidak pernah lepas dari kondisi sosial dan budaya yang berkembang didaerah tersebut. Semakin daerah atau lingkungan dipenuhi oleh pengangguran semakin tinggi tingkat kejahatan didaerah tersebut. Anak remaja yang sedang mencari jati diri akan mengikuti perkembangan didaerahnya, sedikit sekali yang bisa bertahan untuk tidak mengikuti lingkungan sekitar. Istilah baku perdana dalam konsep psikologi adalah juvenvile delinquency secara etimologis dapat dijabarkan bahwa juvenvile berarti anak delinquency berarti kejahatan. Dengan demikian secara etimologis adalah kejahatan anak. Menurut Drs. B. Simanjutak. S.H. menegaskan lebih suka menggunakan istilah tersebut dalam pengertian termasuk juga anak-anak terlantar yang membutuhkan bantuan, pengemis, dan gelandangan. 24 Psikolog Drs. Bimo Walgito merumuskan arti selengkapnya dari juvenvile delinquency sebagai berikut : tiap perbuatan jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa maka perbuatan itu merupakan kejahatan. Jadi merupakan 23 Zakiah Daradjat, Remaja, Harapan Dan Tantangan, jakarta: CV Ruhama, cet.2, 1995 hal.9-10. 24 Drs. B. Simanjutak. S.H, Latar Belakang kenakalan Anak –Etimologi Juvenvile Delinquency : hal. 69 perbuatan yang melawan hukum, yang dilakukan oleh anak khususnya anak remaja. 25 Sedangkan Dr. Fuad merumuskan juvenvile delinquency sebagai berikut yaitu perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bilamana dilakukan orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan. 26 Dalam perumusan arti juvenvile delincuency oleh Dr. Fuad Hasan dan Drs. Bimo Walgito nampak adanya pergeseran mengenai kualitas subyek. Dari kedua pakar tersebut subyek bergeser dari kualitas anak menjadi remajaanak remaja. Metode untuk mempermudah klasifikasi kenakalan remaja dapat dilakukan dengan cara melacak rentangan umur dalam kehidupan manusia. Drs, Andi Mappiare dengan mengutip lengkap Elizabeth B. Hurlock, menulis tentang adanya sebelas masa rentang kehidupan : 1. Parental ialah saat konsepsi sampai lahir. Pada masa ini masa dimana orang tua yang saling berkomitmen untuk memiliki seorang anak tetapi hanya sebatas pengkonsepan dimana kedua orang tua masih merencanakan ingin memiliki anak sampai terlahirnya anak didunia ini. 2. Masa Neonatal yaitu masa dari lahirnya anak di hari pertama sampai akhir minggu kedua setelah lahir. Dan orang tua sudah harus menyiapkan nama untuk anak yang akan dibesarkan sampai dewasa nanti. 3. Masa Bayi ialah akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua. Dimasa ini bayi sudah berada didalam rumah dan terus diajak berkomunikasi dengan keluarganya dan orang-orang yang berada disekelilingnya. 25 Bimo Wakgito, Kenakalan Anak juvenvile delinquency, hal. 2. 26 Drs. B. Simanjutak. S.H, Latar Belakang Kenakalan Anak –Etimologi Juvenvile Delinquency : hal. 70-71 4. Masa Kanak-Kanak Awal ialah dua tahun sampai enam tahun. Disinilah seorang anak mulai belajar untuk melihat apa yang harus dilakukan dan melakukan apa saja yang orang tua lakukan dan teman-teman juga mempengaruhi pola pikir anak tersebut. 5. Masa Kanak-Kanak Akhir ialah enam tahun sampai 10 atau 11 tahun. Pada masa ini anak sudah di masukan ke sekolah dan menerima pelajaran dari guru sekolah dan mendapat pengetahuan sosial didalam sekolah, disini guru, orang tua dan lingkukan teman-teman sangat berperan penting untuk karakter anak tersebut. 6. Pubertas atau Pra-adolsen yaitu 10 tahun atau 12 tahun sampai 13 tahun atau 14 tahun. Pengawasan orang tua dan guru harus ketat karena jika pengawasan orang tua atau guru kurang maka tidak menutup kemungkinan anak yang sedang pubertas melakukan tindakan yang tidak diingiinkan dan melanggar peraturan. 7. Masa Remaja Awal adalah 13 tahun atau 14 tahun sampai 17 tahun. Dimasa ini masa yang paling menonjol yaitu karena kepercayaan diri seorang anak akan memuncak dimasa ini, pada masa ini ego sangat tinggi dan biasanya lebih mementingkan ego dari pada hal apapun. 8. Masa Remaja Akhir ialah 17 tahun sampai 21 tahun. Setelah lulus Sekolah Menengah Atas lulus lanjut ketingkat perguruan tinggi. Anak ytang sudah melewati masa Pubertas dan masa remajanya mulai memikirkan akan memilih jurusan apa dan akan kemana tujuan hidupnya, pemikiran disini sudah mulai melebar memikirkan masa depannya yang lebih baik. 9. Masa Dewasa Awal ialah 21 tahun sampai 40 tahun. Karakter seserang sudah terlihat di masa dewasa akhir dan tingkat ego sudah mulai stabil dan semnagat untuuk bekerja sedang tinggi. Pada masa ini sudah berfikir untuk membangun keluarga dengan pasangan. 10. Masa Setengah Baya ialah 40 sampai 60 tahun. Pada masa ini sudah bisa menikmati hasil kerja keras Masa Dewasa Awal dengan keluargannya semakin rajin dan giat masa dewasa awalnya bekerja semakin banyak pula harta yang dimiliki. Dan pada masa ini pula tidak banyak yang sudah menikahkan kembali anaknya untuk membangun keluarganya. 11. Masa Tua ialah enam puluh tahun sampai meninggal dunia. 27 Masa tua adalah masa dimana benar-benar menikmati hasil jerih payah kerja kerasnya selama hidupnya. Dan tinggal menunggu sampai akhir hayatnya. Suatu perbuatan itu disebuut delinkuen apabila perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada pada masyarakat dimana dia hidup, suatu perbuatan yang anti sosial dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif. 28 Setiap daerah dan setiap wilayah memiliki norma-norma tersendiri, jika menurut suatu daerah berpelukan adalah tidak melanggar norma maka itu tidak di namakan melanggar norma. tidak akan dikatakan melanggar norma- norma yang berlaku jika tidak melanggar norma yang berada didaerah tersebut. Juvenvile Delinquency kenakalan remaja bukan hanya perbuatan anak- anak yang melawan hukum semata akan tetapi juga termasuk didalamnya perbuatan yang melanggar norma masyarakat. Dewasa ini sering terjadi seorang 27 Drs. Andi Mappiane, Psikologi Remaja, hal. 32-33. 28 Drs. Simanjutak, S.H., Pengantar kriminologi patologi sosial, hal.295 anak digolongkan kedalam delinkuen jika pada anak tersebut nampak adanya kecenderungan-kecenderungan anti sosial yang sangat memuncak sehingga perbuatan-perbuatan tersebut menimbulkan gangguan-gangguan terhadap keamanan, ketentraman, dan ketertiban masyarakat, misalnya pencurian, pembunuhan, penganiayaan, pemerasan, penipuan, pengelapan dan gelandangan serta perbuatan-perbuatan lain yang dilakukan oleh anak remaja yang meresahkan masyarakat. Perbuatan anak-anak muda yang nyata-nyata bersifat melawan hukum dan anti sosial tersebut pada dasarnya tidak disukai oleh masyarakat, disebut juga problem sosial. Jadi pada dasarnya problema-problema sosial menyangkut nilai- nilai sosial dan moral, oleh karena menyangkut tata kelakuan yang immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Maka masalah-masalah sosial akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. 29 Keresahan yang ditimbulkan oleh anak-anak remaja sebenrnya menjadi tanggung jawab seluruh anggota masyarakat. Ditinjau dari segi penyebabnya, masyarakat terlibat didalamnya dan jika dilihat dari sisi lain masyarakatlah yang memikul beban kerugian. Suatu hal yang layak jika di dalam menanggulangi kenakalan remaja masyarakat juga bertanggung jawab secara moral. juvenile delinquency tidak dipandang sebagai masalah yang timbul dan menimpa kelompok umur tertentu, akan tetapi dinilai sebagai problema sosial yang muncul dari kelompok kecil sebagai implikasi dari akselerasi perubahan masyarakat secara global. 29 Soerjono Soekanto, S.H., MA, sosiologi suatu pengantar, hal.276 Keterlibatan masyarakat di dalam menanggulangi anak delinkuen dapat berupa : 1. Memberi Nasihat secara langsung kepada anak yang bersangkutan agar anak tersebut meninggalkan kegiatannya yang tidak sesuai dengan seperangkat norma yang berlaku, yakni norma hukum, sosial, susila dan agama. Jika tidak sengaja melihat seorang anak atau siswa sedang mencoret tembok sebagai lingkungan yang ada di dalam sekolah wajib memberi tahu kalau perbuatan itu salah dan melaporkan kepada guru. 2. Membicarakan dengan waliorangtua murid yang bersangkutan dan dicarikan jalan keluarnya untuk menyadarkan anak tersebut. Sekolah dan rumah adalah tempat paling tepat untuk membimbing anak. Guru dan orang tua sangat berperan penting atas pertumbuhan anak sampai dewasa, jadi harus terus berupaya menyadarkan bahwa apa yang dilakukannya adalah melanggar tata norma atau telah melakukan perbuatan tidak baik. 3. Langkah yang terakhir adalah masyarakat harus berani melaporkan kepada pejabat yang berwenang tentang adanya perbuatan delinkuen sehingga segera dilakukan langkah-langkah prevensi secara menyeluruh. Jika masih batas yang wajar bisa hanya melapor kepada orang tua wali maurid dan jika sudah parah dan tidak wajar wajib di laporkan kepada pihak berwajib apalagi jika mengenai barang haram, benda tajam, pembunuhan dan lain-lain. Laporan tersebut hendaknya harus disertai dengan bukti-bukti nyata sehingga bukti tersebut dapat dijadikan bukti yang kuat untuk intansi yanbg berwenang didalam menyelesaikan kasus kenakalan remaja jugenvile delinquency. 30 30 Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: PT. Rineka Cipta, cet.3, 1995 hal.134-135 43 BAB III SMK BUNDA KANDUNG JAKARTA

A. Sejarah Berdirinya

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antarpribadi Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus tentang Komunikasi Antarpribadi Guru – Siswa terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK Negeri 8 Medan)

8 70 93

Komunikasi antara guru dan siswa dalam mengurangi tingkat kenakalan siswa di SMAN 74 Jakarta

2 9 91

Pelaksanaan Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Di MAN Jakarta

1 12 105

Hubungan Kelompok Teman Sebaya dan Pola Aktivitas dengan Tingkat Kenakalan Remaja di SMK Perguruan Cikini, Jakarta Utara

0 14 110

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI REMAJA LAPAS DENGAN PENDAMPING Komunikasi Antarpribadi Remaja Lapas Dengan Pendamping (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Remaja di Lapas Klaten dengan pendamping Yayasan Sahabat Kapas Mencapai Keterbukaan Diri).

0 3 14

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI REMAJA LAPAS DENGAN PENDAMPING Komunikasi Antarpribadi Remaja Lapas Dengan Pendamping (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Remaja di Lapas Klaten dengan pendamping Yayasan Sahabat Kapas Mencapai Keterbukaan Diri).

0 4 15

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGELOLAAN KENAKALAN REMAJA Peran Guru Bimbingan Konseling Dan Guru Pendidikan Agama Dalam Pengelolaan Kenakalan Remaja Di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan.

0 1 11

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGELOLAAN KENAKALAN REMAJA Peran Guru Bimbingan Konseling Dan Guru Pendidikan Agama Dalam Pengelolaan Kenakalan Remaja Di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan.

0 2 22

BAB I PENDAHULUAN - EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK JAKARTA 1

0 0 9

Submisi : 24 April 2018 Pendahuluan - Komunikasi Antarpribadi Guru Bimbingan Konseling (BK) dan Siswa dalam Mengurangi Tindakan Pelanggaran di SMA Negeri 1 Balaesang

0 0 9