Komunikasi Antarpribadi Guru Bimbingan Penyuluhan Dengan Siswa Dalam Mengurangi Tingkat Kenakalan Remaja Di Smk Bunda Kandung Jakarta

(1)

TINGKAT KENAKALAN REMAJA DI SMK BUNDA

KANDUNG JAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Alamsyah Nugraha

NIM: 109051000033

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

TINGKAT KENAKALAN REMAJA DI SMK BUNDA

KANDUNG JAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S.Kom.I)

Oleh:

Alamsyah Nugraha

NIM: 109051000033

Di bawah Bimbingan

Rachmat Baihaky M.A.

NIP197611292009121001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

Skripsi berjudul “KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU BIMBINGAN PENYULUHAN DENGAN SISWA DALAM MENGURANGI TINGKAT KENAKALAN REMAJA DI SMK BUNDA KANDUNG

JAKARTA”telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 15 Januari 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I.) pada Konsentrasi Jurnalistik, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 15 Januari 2014

Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota,

Rachmat Baihaky, MA NIP 197611292009121001

Umi Musyarofah, M. AG NIP 197108161997032002

Anggota, Penguji I

Nasichah, MA NIP 196711261996032001

Penguji II

Ade Masturi, MA NIP 197506062007101001

Pembimbing

Rachmat Baihaky, MA NIP 197611292009121001


(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Januari 2014


(5)

i Nama : Alamsyah Nugraha

NIM : 109051000033

KOMUNIKIASI ANTARPRIBADI GURU BIMBINGAN PENYULUHAN

DENGAN SISWA DALAM MENGURANGI TINGKAT KENAKALAN

REMAJA DI SMK BUNDA KANDUNG JAKARTA

Juvenile delinquency atau kenakalan remaja atau pun siswa muncul sebagai masalah sosial yang semakin meningkat pada zaman ini, baik yang terdapat di negara-negara dunia ketiga yang baru merdeka maupun di negara berkembang bahkan di negara-negara yang sudah maju. Kenakalan anak-anak remaja ini teristimewa sekali erat kaitannya dengan modernisasi, industrialisasi, urbanisasi, taraf kesejahteraan dan kemakmuran. Usaha adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern saat ini sangat kompleks sehingga menjadi tidak mudah.

Oleh karena itu, proses penyampaian pesan komunikasi antar pribadi antara guru Bimbingan Penyuluhan dengan siswa sangat diperlukan di setiap sekolah, baik negeri maupun swasta. Pentingnya komunikasi yang dibangun oleh guru dengan siswa akan mempengaruhi untuk mengurangi tingkat kenakalan pada remaja. Itulah sebabnya penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang terjalin antara guru bimbingan penyuluhan dengan siswa berkaitan dengan proses penyampaian pesan komunikasi antar pribadi guru BP dengan siswa dan Seberapa efektif komunikasi antar pibadi yang dilakukan oleh guru kepada siswa. teori yang digunakan adalah A-B-X Newcomb dalam buku Onong Uchana Effendy yang menyangkut antara komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi antar pribadi.

Alat pengumpul data yang penulis gunakan adalah deskriptif kualitatif untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan. Alat pengumpul data ini juga menggunakan alat pengumpul data dengan observasi dan wawancara terhadap dua guru bimbingan penyuluhan dan 10 siswa secara mendalam guna mendapatkan data yang akurat.

Hasil dari penelitian ini adalah proses penyampaian pesan komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh guru BP terhadap siswa berjalan dengan efektif karena siswa tidak merasa malu jika dekat dengan guru BP dan tidak segan untuk menceritakan masalah pribadi. Pemberian motivasi dan hukuman yang diberikan oleh guru dan sekolah membuahkan hasil yang baik sehingga siswa merasa jera dan tidak mengulangi lagi dan diterima oleh siswa. Karena siswa mendapatkan manfaat dari adanya bimbingan penyuluhan, peraturan, dan hukuman yang ada didalam sekolah. Pemberian motivasi yang dilakukan guru BP secara perlahan dapat merubah sikap, pola pikir dan kenakalan remaja disekolah. Dengan begitu guru BP mampu mengurangi tingkat kenakalam remaja atau siswa dari dalam sekolah. setiap siswa merasakan manfaat yang berbeda dari adanya bimbingan penyuluhan di dalam sekolah dan permasalahan dapat diselesaikan dengan baik

Keyword: komunikasi antar pribadi, guru BP(bimbingan peyuluhan), kenakalan remaja.


(6)

ii

Tiada kata yang patut kita lantunkan selain puji syukur kehadirat Allah

SWT Tuhan yang Maha Agung yang dengan limpahan anugerah dan nikmat yang

tak terukur kepada kami selaku peneliti, sehingga dapat memulai dan

menyelesaikan penelitian ini. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah

kepada junjungan baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Amien.

Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang melekat pada

diri peneliti, khususnya pada penyelesaian skripsi ini. Namun Alhamdulillah

dengan keterbatasan dan kekurangan ini akhirnya peneliti bisa menyelesaikan

penelitian ini. Hal ini tidak terwujud sendirinya melainkan karena dukungan dan

bantuan dari banyak pihak baik moril maupun materi, sehingga banyak ucapan

terimakasih peneliti ucapkan kepada:

1. Keluarga tercinta, Ayahanda tercinta Agus Hidayat S. KOM, ibunda

tercinta Sulihati, serta kakak tercinta Zaura Silvyana beserta suaminya

Ahmad Awliya dan adik tersayang Lazuardi Muhammad. Begitupun

keluarga Besar Nenek Mas’ain, sepupu-sepupu, OM-OM dan Tante-Tante dan juga kekasih tercinta Asih Setya Waryani. Yang telah

memberikan dukungan berupa materi dan motivasi serta do’a yang tulus dan menjadi motivasi bagi peneliti.

2. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Pembantu Dekan Bid. Akademik Drs. Wahidin

Saputra, MA, Pembantu Dekan Bid. Adm. Umum Drs. Mahmud Jalal


(7)

iii

M.A. yang telah memberikan sarana dan prasarana yang baik selama

peneliti berada di kampus ini;

4. Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Ibu Hj. Umi

Musyarofah, M. AG yang telah membantu peneliti dalam

menyelesaikan nilai akademis di kampus tercinta ini;

5. Bapak Rachmat Baihaky M.A. selaku Pembimbing yang telah

membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

6. Bapak, Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah

memberikan wawasan ke-ilmuan, mendidik dan mengarahkan peneliti

selama peneliti berada pada masa kuliah;

7. Bapak, Ibu pengawas Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam mencari berbagai

literature yang menunjang untuk skripsi ini;

8. Bapak, Ibu pengawas Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam mencari berbagai

literature yang menunjang untuk skripsi ini;

9. Sahabat-sahabat KPI A angkatan 2009 yang telah memberikan

dukungan dan ikatan persahabatan serta keluarga kecil selama peneliti

berada di masa kuliah, kebahagiaan serta keakraban yang tidak akan

terlupakan. Khususnya ketua kelas selama perkuliahan saudara


(8)

iv

10. Serta pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan

skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu namun tidak

mengurangi Rasa Hormat dan Ucapan Terima kasih kepada mereka

semua.

Peneliti merasa perlu memberikan ucapan terima kasih yang

sebanyak-banyaknya kepada mereka yang telah peneliti sebutkan di atas, berkat dukungan,

semangat, serta do’a yang tulus kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Tentu saja skripsi ini jauh dari nilai kesempurnaan, namun besar harapan peneliti

bahwa skripsi ini dapat memberi manfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Tinjauan Pustaka ... 10

E. Metodologi Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Antarpribadi ... 15

1. Komunikasi Antarpribadi ... 15

2. Bentuk Penyampaian Pesan Komunikasi Antarpribadi. ... 26

3. Efektifitas Komunikasi Antarpribadi ... 28

4. Teori A-B-X Newcomb ... 33

5. Kenakalan Remaja ... 35

BAB III GAMBARAN UMUM SMK BUNDA KANDUNG JAKARTA A. Profil SMK Bunda Kandung ... 43


(10)

vi

D. Program Keahlian ... 52

E. Perusahaan Pendukung ... 52

F. Gedung Teori ... 53

G. Gedung Biro Praktek ... 54

BAB IV HASIL ANALISIS DATA LAPANGAN SMK BUNDA KANDUNG A. Identifikasi Informan ... 56

B. Bentuk Penyampaian Pesan Komunikasi Antarpribadi Guru Bimbingan Dengan Siswa Dalam Mengurangi Tingkat Kenakalan Remaja ... 61

C. Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Guru Bimbingan Penyuluhan dengan Siswa Dalam Mengurangi Tingkat Kenakalan Remaja... 66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79


(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari makhluk

lainnya, oleh karenanya manusia disebut sebagai mahkluk sosial. Sebagai

makhluk sosial tentu saja manusia pun tidak bisa lepas dari proses komunikasi

dalam kehidupan sehari-harinya. Komunikasi merupakan sarana yang utama

dalam kehidupan makhluk sosial. Tak ada seorang pun yang dapat menarik diri

dari proses komunikasi baik dalam fungsinya maupun dalam praktiknya.

Komunikasi terjadi dimana saja seperti di rumah, sekolah, kantor, rumah

sakit serta disemua tempat yang terjadi sosialisasi. Artinya hampir seluruh

kegiatan manusia selalu beriringan dengan komunikasi. Banyak para ahli menilai

bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi

seseorang dalam hidup bermasyarakat.1

Komunikasi merupakan kegiatan menyampaikan informasi. Komunikasi

atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin Communicatio,

dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama disini maksudnya

adalah sama makna. Harold Lasswell dalam bukunya The Structure and Function

of Communication in Society mengatakan bahwa cara baik untuk menjelaskan

komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What

In Which Channel To Whom With What Effect?.

1

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Utama, 2007), hal.1


(12)

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima

unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu : (1) Komunikator

(siapa yang mengatakan), (2) Pesan (mengatakan apa?), (3) Media (melalui

channel/media apa?), (4) Komunikan (kepada siapa?), (5) Efek (dengan

dampak/efek apa?). Jadi, berdasarkan pendapat Lasswell di atas, komunikasi

adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui

media yang menimbulkan efek tertentu.2

Evertt M. Rogers yang dikutip oleh Suranto mendefinisikan komunikasi

sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari

sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya. Pendapat

senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan bahwa komunikasi

merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan

dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa

tujuan khusus. Selain definisi yang telah disebutkan di atas, pemikir komunikasi

yang cukup terkenal yaitu Wilbur Schramm memiliki pengertian yang sedikit

lebih detil. Menurutnya, komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak

antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima

memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol

yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.3

Proses penyampaian komunikasi dapat dilakukan secara langsung maupun

tidak langsung. Komunikasi langsung dapat dilakukan secara langsung seperti

2

Harold Dwight Lasswell, (1948), The Structure and Function of Communication in

Society, (New York : Institues for Religius and Social Studies Jewish Theological Seminary of

America, 1972), 37. 3


(13)

berbicara dengan lawan bicara. Komunikasi langsung bersifat efektif untuk

mengetahui tanggapan lawan bicara kita. Selain itu, komunikasi tidak langsung

biasanya dapat berkomunikasi melalui surat menyurat, sms, dan e-mail.

Komunikasi seperti itu bersifat komunikasi tidak langsung. Komunikasi tidak

langsung memang efisien namun ada baiknya jika komunikasi berlangsung secara

langsung akan dapat diketahui secara jelas timbal balik dari lawan bicara,

sehingga resiko salam paham dapat dihindari atau dikurangi.

Seperti telah disebutkan diatas komunikasi pun merupakan proses

penyampaian pesan dari sumber pertama kepada penerima melalui sarana atau

media dengan maksud agar terjadinya perubahan pada diri orang yang menerima

pesan tersbut. Komunikasi terdiri dari beberapa komponen-komponen.

diantaranya ada komunikator, pesan, saluran, komunikan dan efek atau pengaruh.

Selain itu, komponen yang turut mendukung untuk menentukan berhasil tidaknya

suatu komunikasi adalah tanggapan timbal balik dari komunikan serta gangguan

yang terkait di antara keduanya.

Komunikasi interpersonal merupakan salah satu komunikasi yang

berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Karena komunikasi interpersonal

merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan secara tatap muka antara dua

orang atau pun lebih secara terorganisasi, ataupun pada kerumunan orang.4

Kegiatan khusus yang terjadi pada komunikasi interpersonal ini yaitu komunikasi

yang hanya melibatkan dua orang secara tatap muka, yang memungkinkan

4

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1993) hal.4


(14)

masing-masing pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik

reaksi secara verbal maupun nonverbal.

Setiap individu memiliki pemahaman dalam bertindak dan memiliki

makna pribadi pada setiap hubungan dimana individu terlibat. Komunikasi antar

pribadi memberikan pemahaman mengenai komunikasi dalam proses psikologis.

Dalam sudut pandang psikologis komunikasi antar pribadi merupakan kegiatan

yang di dalamnya terlibat dua orang atau lebih yang memiliki tingkat kesamaan

tertentu, baik laki-laki maupun perempuan. Masing-masing individu tersebut

sama-sama memperluas diri pribadi ke dalam tindakan komunikasi melalui

perasaan, pemikiran, keyakinan, atau dengan kata lain melalui proses psikologi

mereka.

Selain itu aspek komunikasi jika dipandang dalam sudut psikologis adalah

mengenai asumsi bahwa pada diri pribadi individu terletak dalam diri individu

dan tidak mungkin untuk diamati secara langsung melainkan harus adanya faktor

pendukung lainnya. Artinya dalam proses komunikasi antar pribadi pengamatan

terhadap sesorang individu dilakukan melalui perilakunya dengan mendasarkan

pada persepsi orang lain dalam hal ini pengamat atau orang lain.

Dalam hal aspek psikologi, komunikasi mencakup pengamatan pada dua

dimensi, yaitu internal dan eksternal. Fungsi psikologi dari komunikasi ialah

untuk memberikan arti atau tanda-tanda melalui perilaku atau tindakan yang

nantinya dapat diamati. Proses interpretasi pada masing-masing individu berbeda


(15)

kepribadian yang berbeda-beda yang terbentuk karena pengalaman yang berbeda

pula.

Komunikasi antar pribadi berfungsi untuk mempengaruhi atau membujuk

orang lain. Karena pada komunikasi ini kita menggunakan kelima alat indera

untuk mempertinggi daya tarik pesan yang kita komunikasikan kepada

komunikan. Fungsi komunikasi antar pribadi tidak saja berbatas pada pertukaran

informasi atau pesan saja, tetapi merupakan kegiatan individu dan kelompok

dalam hal tukar menukar data, fakta dan ide agar komunikasi dapat belangsung

secara efektif fan informasi yang diasampaikan oleh komunikator dapat diterima

dengan baik.

Salah satu tempat dimana pengaplikasian komunikasi antar pribadi dapat

dilaksanakan adalah disekolah. Sekolah merupakan tempat lembaga organisasi

yang bertujuan meningkatkan pengetahuan yang tidak terlepas dari prestasi belajar

seorang individu dalam hal ini siswa. Prestasi belajar pun harus disertai dengan

etika dan moral yang sesuai, yang akhirnya dapat menumbuhkan kedisiplanan

dalam diri siswa.

Kegiatan belajar dan mengajar yang berlangsung di sekolah merupakan

proses transformasi pesan edukatif dari guru sebagai komunikator kepada siswa

sebagai komunikan berupa materi belajar dari sumber belajar kepada pembelajar.

Dalam pembelajaran terjadi proses komunikasi untuk menyampaikan pesan dari

pendidik kepada peserta didik dengan tujuan agar pesan dapat diterima dengan


(16)

demikian keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat tergantung kepada efektifitas

proses komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran tersebut.

Oleh karena itu, sekolah membutuhkan guru yang berkompeten dalam hal

mengajar dan mendidik, yang inovatif, kreatif dan cukup waktu menekuni tugas

profesionalnya, yang dapat menjaga wibawa dihadapan siswanya. Dapat

dikatakan bahwa guru merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan pendidikan dan

pengajaran di sekolah, artinya segala kebijakan rencana inovasi gagasan

pendidikan yang ditetapkan untuk mewujudkan cita-cita pendidikan Nasional,

yang pada akhirnya mutu pelaksanaan terletak ditangan guru.

Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak dapat dipisahkan

dari upaya peningkatan kualitas pendidikan yang sekarang ini sedang menjadi

sorotan dan harapan banyak orang di Indonesia. Wujud dari proses pendidikan

yang paling nyata terjadi dilapangan dan bersentuhan langsung dengan sasaran

adalah berupa kegiatan belajar mengajar pada tingkat satuan pendidikan. Kualitas

kegiatan belajar mengajar atau sering disebut dengan proses pembelajaran tentu

saja akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan yang pada akhirnya akan

menjadi berupa sumber daya manusia.

Proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah tentunya tidak terlepas

pada proses komunikasi, dimana komunikasi yang penulis angkat adalah

komunikasi antar pribadi antara guru dan murid di sekolah. Pelajar atau siswa

adalah seseorang yang sedang menginjak usia remaja, yang merupakan masa

transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Diusia remaja biasanya timbul gejolak


(17)

dalam belajar, dalam kehidupan sosial, dan dalam diri siswa sendiri.

Kesulitan-kesulitan yang menghampiri siswa biasanya akan mengakibatkan siswa merasa

gelisah yang akhirnya akan mengganggu konsentrasi belajar. Permasalahan ini

yang menjadikan tugas tenaga pengajar atau guru menjadi lebih berat, karena guru

harus menghadapi berbagai perbedaan sifat dan sikap secara individual pada diri

siswa.

Siswa yang sedang mengalami pergejolakan di dalam dirinya

membutuhkan tempat untuk berbagi cerita dan tempat untuk bersandar.

Kebanyakan siswa yang tidak terpenuhi kasih sayangnya maka akan mencari

tempat dimana siswa tersebut akan diberikan kasih sayang, tidak jarang malah

siswa tersebut melakukan hal-hal yang melanggar aturan di dalam sekolah karena

tidak mendapat kasih sayang di rumahnya. Komunikasi yang di dalam suatu

keluarga tidak terjalin efektif akan menimbulkan efek yang tidak baik untuk anak

atau siswa. Efek yang berkepanjangan akan membuat anak atau siswa tersebut

mencari perhatian untuk mendapatkan kasih sayang. pada akhirnya siswa

membutuhkan tempat untuk bercerita dan bersandar didalam sekolah.

Syarat utama terjadinya komunikasi adalah adanya interaksi antara

komuniator (guru) dengan komunikan (murid/siswa). Karena komunikasi

merupakan proses penyampaian pesan atau pemindahan informasi untuk

mencapai tujuan yang diharapkann komunikator. Dengan komunikasi antar

pribadi secara persuasif dan efektif antara guru terhadap siswanya diharapkan

dapat membantu dan memotivasi siswa untuk lebih giat lagi belajar, karena


(18)

siswa lebih komunikatif dan mau belajar lebih giat sehingga rencana dan tujuan

dari sekolah akan tercapai yakni menciptakan siswa yang bermutu.

Untuk itu penulis mengangkat dalam bentuk penelitian yang berjudul

“KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU BIMBINGAN PENYULUHAN

DENGAN SISWA DALAM MENGURANGI TINGKAT KENAKALAN

REMAJA DI SMK BUNDA KANDUNG JAKARTA”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Seiring dengan luasnya latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka

penulis membatasi pada komunikasi antarpribadi yang terjadi antara Guru

Bimbingan Penyuluhan dengan Siswa kelas XII dalam mengurangi tingkat

kenakalan siswa di SMK BUNDA KANDUNG Jakarta Selatan.

Adapun rumusan masalah yang peniliti akan bahas yaitu :

1. Bagaimana bentuk penyampaian pesan Komunikasi Antarpribadi antara

guru bimbingan penyuluhan dengan siswa dalam mengurangi tingkat

kenakalan remaja di SMK BUNDA KANDUNG Jakarta?

2. Bagaimana Efektifitas komunikasi Antarpribadi guru Bimbingan

Penyuluhan dengan siswa dalam mengurangi tingkat kenakalan remaja di


(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana bentuk penyampaian pesan komunikasi

Antarpribadi guru bimbingan penyuluhan dengan siswa dalam

mengurangi tingkat kenakalan remaja.

b. Bagaimana efektifitas komunikasi Antarpribadi guru bimbingan

penyuluhan dengan siswa dalam mengurangi tingkat kenakalan remaja

di SMK BUNDA KANDUNG.

2. Manfaat Penelitian

a. Sebagai usaha untuk memperdalam pengetahuan mengenai hal-hal

yang berhubungan dengan peningkatan profesi sebagai bidang

garapan penulis dan merupakan bahan acuan serta perbandingan bagi

studi dalam usaha mengembangkan keilmuan yang sesuai bidangnya.

b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi

dan dokumentasi ilmiah, dan dalam rangka meningkatkan sebuah

andil khusus para pengajar dalam memberikan pendidikan. Maka

skripsi ini diharapkan mampu memberikan eveluasi terhadap seluruh

aktifitas pendidikan tentang hal mana yang harus dapat dipertahankan

atau dapat diperbaiki sehingga keberadaan pengajar di SMK BUNDA

KANDUNG Jakarta dapat lebih meningkat lagi dengan baik dan

sempurna.


(20)

D. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan dengan penemuan sebelumnya penulisn mendapatkan

informasi maupun data yang berdasarkan buku, internet, jurnal, artikel serta hasil

temuan terdahulu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Rosalina Tahun

2009 dengan Judul Pola Komunikasi Guru dan Murid pada Lembaga Bimbingan

Belajar Bintang Pelajar dan Hari Styioko Tahun 2011 dengan judul Komunikasi

antara guru dan siswa dalam mengurangi tingkat kenakalan siswa di SMA-N 74

Jakarta.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, bentuk penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan

kualitatif yaitu metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif

biasanya tidak dimaksudkan untuk memberikan penjelasan-penjelasan

(explanation), mengontrol gejala-gejala, mengemukakan prediksi, atau untuk

menguji teori apapun, tetapi lebih dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran

dan/atau pemahaman (understanding), mengenai bagaimana dan mengapa suatu

gejala atau realitas itu terjadi.5 Penelitian kualitatif tidak hanya sekedar

menjelaskan tentang sebuah fenomena saja, tetapi yang terpenting adalah

5

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta:PT.LkiS Pelangi Aksara, 2007), Cet.I, 35.


(21)

menjelaskan makna dari fenomena yang muncul, bahkan menjelaskan

meta-maknawi yakni makna di balik makna.6

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah observasi dan

wawancara mendalam. Penelitian dengan metode pengamatan atau observasi

(observation research) biasanya dilakukan untuk melacak secara sistematis dan

langsung gejala-gejala komunikasi terkait dengan persoalan-persoalan sosial,

politis, dan kultural masyarakat.7 Pawito menyebutkan terdapat dua jenis metode

pengamatan atau observasi, yaitu (a) observasi dengan ikut terlibat dalam kegiatan

komunitas yang diteliti (participant observation), dan (b) observasi tidak terlibat

(nonparticipant observation). Penulis menggunakan jenis yang kedua, karena

penulis ikut ambil bagian dalam sampai tingkat tertentu dalam kegiatan atau

proses-proses penting dalam melakukan pengamatan. Teknik selanjutnya

wawancara mendalam, wawancara mendalam adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau

tanpa menggunakan pedoman wawancara.8 Metode wawancara mendalam sama

halnya seperti metode wawancara lainnya, hanya peran pewawancara, tujuan

wawancara, peran informan dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan

wawancara pada umumnya. Dalam hal kegiatan mewawancarai peneliti turut

6

Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, 2007), 43-56.

7

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta:PT.LkiS Pelangi Aksara, 2007), hal. 111.

8

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan

Metodologis Ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),


(22)

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang peneliti gunakan

untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan kajian lapangan

menentukan skala sikap dari remaja.9

3. Penentuan Subjek Penelitian

Penelitian ini mengambil sampel di sekolah SMK BUNDA KANDUNG

Jakarta dengan kriteria Subjek sebagai berikut : (1) Remaja laki-laki 9 siswa dan

remaja perempuan 1 siswi. (2) Bersekolah di tempat penulis melakukan

penelitian. (3) beragama Islam. (4) Remaja laki-laki dan perempuan yang pernah

melakukan tindakan tawuran antar sekolah.

4. Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi dalam penelitian komunikasi antara guru dan siswa

dalam mengurangi tingkat kenakalan siswa, peneliti mengadakan penelitian di

sekolah SMK Bunda Kandung Jakarta. Gedung Teori : Jl. Palapa Raya No. 3

Pasar Minggu, Jakarta Selatan, telp. 7805248 Biro Praktek : Jl. Tanjung Barat

Selatan N0. 1 Lenteng Agung, Jakarta Selatan, telp. 7800725

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data untuk mencapai tujuan analisis data kualitatif tersebut

maka peneliti menggunakan metode studi kasus sebagai metode analisis data

kualitatif. Studi kasus merupakan salah satu metode analisis data kualitatif yang

menekankan pada kasus-kasus khusus yang terjadi pada objek analisis. Dengan

9

Jenis kuesioner dalam hal menentukan sikap ini juga digunakan oleh Gazi Saloom dalam melakukan penelitian pada jurnal TAZKIYA Journal of psychology Vol.7. No.2, Hubungan Identitas, Orientasi Keagamaan, dan Kuantitas Kontak Sosial dengan Kualitas Hubungan Sosial (penelitian di kota Mataram NTB), 2007, 324-336


(23)

studi kasus diharapkan dapat diperoleh data yang rinci, mendalam, dan

komprehensif mengenai masalah yang akan diteliti. Karena studi kasus

merupakan suatu studi komprehensif, rinci, intens, dan mendalam serta lebih

diupayakan sebagai upaya menelaah masalah-masalah atau fenomena-fenomena

yang bersifat kontemporer, kekinian.10

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini antara lain :

Bab I PENDAHULUAN

Membahas latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi

penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II LANDASAN TEORI

Membahas tentang landasan teori yang berisi pengertian

komunikasi Antarpribadi, bentuk penyampaian pesan komunikasi

Antarpribadi, Efektifitas komunikasi Antarpribadi, teori Newcomb

A-B-X serta definisi kenakalan Remaja.

Bab III GAMBARAN UMUM SMK BUNDA KANDUNG JAKARTA

Menjabarkan gambaran umum SMK BUNDA KANDUNG

Jakarta, menjelaskan tentang sejarah, visi dan misi, struktur

10

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan

Metodologis Ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),


(24)

organisasi, kepengurusan, program kerja, serta sarana dan

prasarana SMK Bunda Kandung Jakarta

Bab IV HASIL PENELITIAN

berisi tentang hasil penelitian yang membahas tentang Identifikasi

Informan, bentuk penyampaian pesan komunikasi Antarpribadi

guru bimbingan penyuluhan dengan siswa SMK Bunda Kandung,

Efektifitas komunikasi Antarpribadi guru bimbingan penyuluhan

dengan siswa SMK Bunda Kandung dalam mengurangi tingkat

kenakalan remaja.

Bab V PENUTUP


(25)

15

TINJAUAN TEORITIS

A. Komunikasi Antarpribadi

1. Komunikasi Antarpribadi

Manusia Sebagai Mahluk Sosial tidak pernah lepas dari proses komunikasi

sehari-hari baik berkomunikasi dengan secara langsung maupun tidak langsung.

Komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengiriman pesan

atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat

dipahami.1 Setiap hari manusia selalu saling bertukar informasi dan berita, saling

bertukar fikiran agar bisa saling memahami dan mengerti.

Komunikasi berasal dari kata communication yang berpangkal dari

perkataan latin yaitu communis yang artinya membuat kebersamaan. Astrid

Susanto mengemukakan, perkataan komunikasi berasal dari kata communicare

yang dalam bahasa latin mempunyai arti berpartisipasi, memberitahukan,

menyampaikan pesan, informasi, gagasan dan pendapat yng dilakukan oleh

seseorang kepada orang lain dengan mengharap feedback.2

Pada sisi lain komuikasi merupakan proses penyampaian pesan dari

sumber kepada penerima melalui saluran atau media dengan tujuan agar terjadi

perubahan terhadap orang lain. Komunikasi sebagai suatu proses tersendiri atas

komponen–komponen yakni source yaitu sumber adalah apa-apa yang ada di dalam benak seseorang, baik berupa ide, pemikiran, gagasan dan lain-lain.

1

Departemen pendidikan nassional, kamus besar bahasa indonesia, hal. 585 2


(26)

komunikator ialah orang pertama yang menyampaikan pesan. istilah lainnya ialah

encoder. message ialah pesan, baik berupa kata-kata, lambang-lambang, isyarat,

tanda-tanda atau gambar yang disampaikan. Menurut Muhamad Ami yang

dimaksudkan dengan pesan dalam proses komunikasi adalah suatu informasi yang

akan dikirim kepada penerima pesan.3 Komunikan adalah orang yang menerima

pesan. Istilah lainnya ialah decoder. Yaitu usaha komunikan dalam menafsirkan

message atau pesan yang disampaikan oleh komunikator. Menurut Gunadi

komunikan adalah orang yang menjadi sasaran dari kegiatan komunikasi.4

Destination adalah tujuan yang ingin dicapai dari proses komunikasi. Medium

adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Feedback adalah

tanggapan/umpan balik/jawaban atau respon komunikan kepada komunikator. dan

efek adalah perubahan yang terjadi terhadap komunikan akibat dari di terimanya

pesan melalui komunikasi. Efek bisa berarti bersifat pengetahuan, afektif yang

meliputi perasaan emosi atau juga bersifat konatif yang merupakan tindakan.5

Asumsi dasar komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan

kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya.

Kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai

jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa berkomunikasi akan

terisolasi. Pesan itu lewat perilaku manusia seperti berbicara, melambaikan

tangan, tersenyum, bermuka masam, menganggukan kepala, atau memberikan

suatu isyarat. Perilaku manusia dapat disebut pesan apabila perilaku manusia

3

Ami Muhammad, komunikasiOrganisasi (Jakarta : bumi aksara, 1995) hal. 12 4

Y.S. Gunadi, Himpunan istilah Komunikasi (Jakarta : Gramedia, 1980). hal. 7 5


(27)

harus dapat di observasi oleh seseorang dan perilaku harus mengandung makna.

Dengan kata lain setiap perilaku yang dapat diartikan adalah sebuah pesan.

Komunikasi adalah hal yang sangat penting di dalam kehidupan manusia.

Dengan komunikasi pertukaran informasi bisa dilakukan. Bisa dikatakan manusia

akan tersesat didalam kehidupannya bila tidak berkomunikasi. Dengan

berkomunikasi seseorang bisa mengenal dirinya sendiri dan lingkungan

sekitarnya. Komunikasi pun bisa merubah sikap dan perilaku seseorang.

Bagaimana komunikasi itu berlangsung tergantung siapa dan apa yang

dibicarakan. Jika komunikasi dilakukan untuk memerintah orang lain contohnya

dari atasan kepada bawahan maka mau tidak mau bawahan tersebut harus

menuruti apa yang diperintahkan oleh atasan.

Komunikasi biasanya dilakukan oleh dua orang atau lebih. Baik

komunikasi verbal maupun non-verbal. Komunikasi verbal dilakukan dengan

langsung berbicara menyampaikan pesan, ide, gagasan sedangkan komunikasi

non-verbal dilakukan dengan bahasa isyarat atau bahasa tubuh yang

mengisyaratkan apakah proses komunikasi yang sedang berlangsung

membosankan atau tidak atau pesan yang disampaikan oleh komunikator bisa

diterima atau tidak oleh komunikan.

Komunikasi yang baik dan benar akan memudahkan komunikan untuk

menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Komunikasi antara

komunikator dan komunikan disebut komunikasi antarpribadi karena komunikasi


(28)

berkomunikasi. Terjadi secara tatap muka antara dua individu.6 Komunikasi

antarpribadi juga bisa diartikan sebagai proses pertukaran ide, fikiran, dan

gagasan antar orang-orang yang saling berkomunikasi. Baik pertukaran makna

yang bermanfaat bagi keduanya atau tidak bermanfaat sikap tersebut di sebut

komunikasi antarpribadi.

Fungsi komunikasi antarpribadi tidak sebatas pertukaran informasi atau

pesan saja, tetapi merupakan kegiatan individu dan kelompok mengenai

tukar-menukar data, fakta dan ide-ide agar komunikasi dapat berlangsung secara efektif

dan informasi yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima dengan baik,

maka komunikator perlu menyampaikan pola komunikasi baik pula.7

Komunikator harus pintar mengemas pesan yang akan disampaikan kepada

komunikan, komunikator harus tahu sedang berbicara kepada siapa dan sedang

membicarakan apa. Jika komunikator memberikan bahasa komunikasi yang

intelek kepada tukang becak dan memberikan bahasa pasar kepada orang intelek

maka keduanya akan saling tidak efektif komunikasinya.

Komunikasi antarpribadi juga proses saling mengenal di antara satu pibadi

dengan pribadi lain, setiap kali terjadi komunikasi antarpribadi maka terjadi pula

perpindahan informasi dari satu orang terhadap orang lain. Sampai tidaknya pesan

yang disampaikan tergantung pengolahan pesan yang diolah oleh komunikator

sehingga sampai dimengerti oleh komunikan. Dan penerimaan pengolahan pesan

6

Nasrullah Rulli, Komunikasi antar budaya di era budaya siber. (Jakarta : Kencana prenada media grop 2012). hal. 10

7


(29)

yang diterima dari komunikator. Proses penyampaian pesan tersebut bermaksud

memberikan pengertian atau mempengaruhi sikap atau tindakan orang lain.

Dalam komunikasi antarpribadi memiliki beberapa definisi seperti

pendapat Devito yang menjelaskan komunikasi antarpribadi adalah pengiriman

pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil

orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.8 Dimana pun dan kapanpun

kita sering melihat dan melakukan komunikasi antarpribadi, saling bertukar

informasi, fikiran, dan ide. Baik disadari ataupun tidak disadari hal tersebut adalah

komunkasi antarpribadi. Semakin sering terjadi komunikasi antarpribadi maka

tingkat saling mengenal dan saling memahami akan semakin meningkat.

Sedangkan menurut Sasa Djuarsa menerangkan definisi komunikasi antar

pribadi dalam tiga perspektif, yaitu :

1. Pespektif Komponensial, yaitu melihat komunikasi antarpribadi

menurut komponen-komponennya. Yakni “merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan di antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang,

dengan berbagai efek dan umpan balik” (feed back).9 Komponen-komponen tersebut harus dijelaskan sebagai bagian-bagian yang terintegrasi dalam tindakan

komunikasi antarpribadi.

Komponen yang pertama yaitu pengirim dan penerima. Komounikasi

antarpribadi paling tidak melibatkan dua orang. Setiap orang yang terlibat dalam

komunikasi antarpribadi menginformasikan dan mengirim pesan (fungsi

8

Riyono Pratikto, Berbagai Aspek Komunikasi (Bandung, Remadja Karya, 1987), hal. 42 9

Riyono Pratikto, Berbagai Aspek Komunikasi, (Bandung, Remadja Karya, 1987), hal. 105


(30)

pengirim) sekaligus menerima dan memahami pesan (fungsi penerima). istilah

Pengirim dan penerima ini menyatakan bahwa proses komunikasi antarpribadi

tidak dapat dilakukan pada diri sendiri jika dilakukan komunikasi kepada diri

sendiri disebut dengan komunikasi intrapribadi yaitu komunikasi yang

berlangsung dalam diri seseorang. Orang itu berperan baik sebagai komunikator

maupun sebagai komunikan. Dia berbicara kepada dirinya sendiri. Dia berdialog

dengan dirinya sendiri. Dia bertanya kepada dirinya dan dijawab oleh dirinya

sendiri.10 Biasanya komunikasi intrapribadi dilakukan di dalam hati atau di

suarakan dengan suara yang kecil, hanya di dengar oleh diri sendiri tidak untuk

didengar oleh orang lain.

Kemudian yang kedua adalah komunikasi antar pribadi berkaitan dengan

manusia bukan pada binatang, mesin, gambar atau lainnya. Karena komunikasi

antarpribadi dilakukan dengan dua pribadi atau dua orang yang saling

berkomunikasi baik bertukar informasi, berita, fikiran, maupun ide. Jika seorang

pribadi berkomunikasi dengan binatang, gambar, atau mesin itu tidak dinamakan

komunikasi antarpribadi karena dia tidak berkomunikasi dengan pribadi atau

manusia yang lain.

Yang terakhir komunikasi antarpribadi dilakukan dua orang atau

sekelompok kecil orang. Tidak seperti komunikasi intrapribadi yang dilakukan

didalam diri sendiri, bertanya sendiri dan di jawab oleh diri sendiri, komunikasi

antar pribadi berlangsung dua orang atau sekelompok kecil yang saling bertatap

muka dan saling bertukar informasi.

10

Onong Uchana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, cet-3 2003), hal.57.


(31)

Komponen yang ke dua Encoding dan Decoding. Yaitu tindakan

mengemas dan mengartikan pesan. Yaitu pesan-pesan yang akan di sampaikan

dengan kode atau lambang atau diformulasikan terlebih dahulu dengan

menggunakan kata-kata, symbol dan sebagainya disebut Encoding. Salah satu

berhasilnya komunikasi dengan baik komunikator harus mengemas pesan yang

akan disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh komunikan.

Sebaliknya, tindakan untuk mengintrepetasikan dan memahami pesan-pesan yang

diterima disebut dengan Decoding. Tidak hanya asal mengartikan pesan yang

telah disampaikan komunikator. Komunikan harus bisa mengartikan pesan yang

disampaikan dengan baik dan benar sesuai dengan pola fikir komunikator atau

Encoding.

Komponen ketiga komponen Pesan-pesan. Yakni informasi baik berita,

ide, dan gagasan yang sedang di bicarakan oleh dua orang atau lebih yang sedang

berkomunikasi disebut pesan-pesan. Kualitas informasi sangat ditentukan oleh

pengetahuan, pengalaman, selera, dan iman seseorang yang mengolah stimulus

menjadi informasi. Adapun kualitas pesan sangat ditentukan oleh kemampuan dan

kreatifitas seseorang dalam mengolah informasi menjadi pesan.11 pesan-pesan

dalam komunikasi antar pribadi bisa berbentuk verbal (seperti kata-kata) atau

nonverbal (gerakan dan simbol) atau gabungan antara keduanya.

Komponen selanjutnya adalah Saluran, yakni media yang menghubungkan

antara pengirim dan penerima pesan. Lazimnya para pelaku bertemu secara tatap

11

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004) hal.30


(32)

muka. Saluran saluran adalah alat dimana proses pesan yang disampaikan oleh

komunikator berpindah kepada penerima atau komunikan.

Komponen kelima ialah Gangguan. Yakni seringkali terjadi pesan yang

dikirim berbeda dengan pesan-pesan yang diterima. Hal ini disebabkan adanya

gangguan pada saat terjadinya komunikasi. Gangguan tersebut bisa berupa fisik,

psikologis, atau gangguan semantik atau yang biasa disebut dengan salah

pengertian.

Komponen ke enam Umpan balik Yakni unsur yang sangat penting dalam

proses komunikasi antar pribadi, karena pengirim dan penerima secara terus

menerus dan bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara, baik

secara verbal maupun non-verbal. Umpan balik biasanya berlangsung saat

kejadian.

Komponen Yang terakhir adalah Akibat. Proses komunikasi selalu

mempunyai berbagai akibat, baik pada salah satu pelaku atau keduanya. Akibat

yang terjadi bisa menjadi akibat positif maupun akibat negatif. Akibat tergantung

pada proses komunikasi yang berlangsung,

2. Perspektif Pengembangan, yakni melihat komunikasi antarpribadi dari

proses pengembangannya. Yakni “suatu proses yang berkembang, yaitu dari yang

bersifat impersonal autau biasa saja meningkat menjadi interpersonal atau lebih

intim. Artinya terjadi peningkatan diantara pelaku komunikasi. Bisa dikatakan

Komunikasi yang sudah menjadi komunikasi interpersonal bila pertama data

psikologis, artinya komunikasi antarpribadi seseorang memprediksikan orang lain


(33)

interaksi impersonal memandang orang lain menurut data kultural dan sosiologis

kedua, pengetahuan yang dimiliki, dalam situasi antarpribadi, kita tidak hanya

dapat memprediksi bagaimana seseorang akan betindak, tetapi juga dapat

menjelaskan perilaku orang tersebut. Dan ketiga Aturan-aturan yang ditentukan

sendiri oleh para pelaku komunikasi. Dalam situasi interaksi interpersonal

norma-norma sosial tidak lagi berlaku tetapi aturan-aturannya bisa dibuat sendiri dan di

sepakati bersama.

3. Perspektif Rasional, yakni melihat komunikasi antarpribadi dari

hubungannya. Yakni komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang

mempunyai hubungan yang terlihat jelas diantara mereka. Sementara ada yang

berpendapat pengertian tersebut terlalu luas. konsep ini meliputi semua

komunikasi tatap muka, baik yang sudah saling mengenal lama maupun baru

kenal. Tetapi disini mengabaikan komunikasi antara suami dan istri yang sudah

lama saling mengenal.

Menurut Gerald R Miller dan Mark Steinberg (1975), yang dikutip oleh

M. Budiatna, menjelaskan bahwa dalam komunikasi antarpribadi dapat dilakukan

dengan tiga tingkatan analisis yang digunakan dalam melakukan prediksi, yaitu :

Tingkat pertama analisis pada tingkat kultural, kultur atau kebudayaan

menurut koentjaraningrat, yaitu keseluruhan gagasan dan karya manusia yang

dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dan hasil budi dan karya itu.

Inti definisi ini ialah bahwa kebudayaan adalah produk manusia sebagai

keseluruhan gagasan dan karya manusia yang ada di luar diri individu yang harus


(34)

orang yang diajak berkomunikasi atau komunikan. Karena baik adat istiadat,

bahasa dan lainnya setiap daerah berbeda-beda. Jadi komunikator harus lebih

memahami dan mengerti. Setelah analisis pada tingkat kultural dilanjutkan pada

tingkat sosiologis.

Tingkat selanjutnya analisis pada tingkat sosiologis, yaitu komunikator

melakukan prediksi mengenai reaksi komunikan terhadap pesan yang ia

sampaikan berdasarkan keanggotan komunikan dalam kelompok sosial tertentu.

Keanggotan suatu kelompok tidak terikat oleh faktor atau batasan-batasan

geografis. Data tingkat sosiologis merupakan generalisasi dari tingkah laku yang

ditemui pada keanggotaan setiap kelompok, yang tidak dapat begitu saja

diterapkan pada setiap anggota kelompok.

Analisis yang terakhir pada tingkat psikologis, yaitu komunikator

melakukan prediksi pada data psikologis pada pihak lain yang berkomunikasi,

yakni karakteristik khas kepribadian pihak lain. Maka komunikasi makin bersifat

pribadi.12 Tiap individu memiliki watak dan kepribadian yang tidak pernah sama

dengan yang lainnya. Dan ini merupakan hasil tempaan dan terbentuk berdasarkan

pengalaman di masa lalu.13 Pada tingkat ini yang diprediksi lebih intim dan lebih

mendalam biasanya sudah terjalin hubungan yang akrab sehingga bisa

mendapatkan data psikologisnya.

Pentingnya situasi komunikasi antarpribadi ialah karena prosesnnya

memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara

dialogis selalu lebih baik dari pada secara monologis. Monolog menunjukan suatu

12

M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antar Pribadi, (Jakarta, Universitas Terbuka, 1994) hal. 12.

13


(35)

bentuk komunikasi seseorang berbicara yang lain mendengarkan; jadi tidak

terdapat interaksi. Yang aktif hanya komunikator saja, sedang komunikan bersifat

pasif. Situasi komunikasi seperti ini terjadi misalnya ketika seorang ayah

memberi nasihat kepada anaknya yang nakal lalu anaknya hanya mendengarkan

saja, seorang istri cerewet yang tengah memarahi suaminya dan suaminya

bersabar, seorang instruktur yang memberikan petunjuk tentang cara

mengoperasikan sebuah mesin.

Dialog adalah bentuk komunikasi antar pribadi yang menunjukan terjadi

interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunkasi ini berbentuk ganda,

masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses

komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku komunikasi untuk

terjadinya pengertian bersama (Mutual understanding) dan Empati. disitu terjadi

rasa saling menghormati bukan disebabkan karena status sosial ekonomi,

melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing-masing adalah manusia yang

wajib berhak, pantas dan wajar dihargai dan dihormati sebagai manusia.

Walaupun demikian derajat keakraban dalam komunikasi antarpribadi

dialogis pada situasi tertentu bisa berbeda. Komunikasi secara horizontal selalu

menimbulkan derajat keakraban yang lebih tinggi ketimbang komunikasi secara

vertikal. Yang dimaksudkan horizontal adalah komunikasi antara orang-orang

yang memiliki kesamaan dalam apa yang disebut Wilbur Schramm frame of

reference (bidang pengalaman). Yang kadang-kadang dinamakan juga field of

experience (bidang pengalaman). Para pelaku komunikasi yang mempunyai


(36)

yang sama atau hampir sama dalam tingkat pendidikan, jenis profesi, atau

pekerjaan, agama, bangsa atau bangsa, hobi, ideologi, dan lain sebagainya.

Dua orang yang sama mahasiswa atau sama petani atau

sama-sama anggota ABRI, apabila terlibat dalam suatu percakapan akan efektif dan

akrab disebabkan frame of reference-nya sama.14

2. Bentuk Penyampaian Pesan Komunikasi Antarpribadi

a. Komunikasi Verbal

Bentuk Pesan komunikasi antar pribadi yang disampaikan oleh pengirim

kepada penerima dapat dikemas secara verbal dengan kata-kata atau nonverbal

tanpa kata-kata. Komunikasi yang pesannya dikemas secara verbal disebut

komunikasi verbal, sedangkan komunikasi yang pesannya dikemas secara

nonverbal disebut komunikasi nonverbal. Jadi, komunikasi verbal adalah

penyampaian makna dengan menggunakan kata-kata. Sedang komunikasi

nonverbal tidak menggunakan kata-kata.

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, lisan

maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar

Manusia Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran,

gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta

14

Onong Uchana Effendy, M.A. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, cet.3, 2003), Hal.60-61


(37)

menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan

bertengkar. Dalam komunikasi verbal itu bahasa memegang peranan penting.15

Komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan secara langsung bertatap

muka antara komunikator dengan komunikan, seperti berpidato atau ceramah.

Selain itu juga, komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan

menggunakan media, contoh seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon.

Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak

langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi

dilakukan dengan menggunakan berupa media surat, lukisan, gambar, dan grafik.

b. Komunikasi Non-Verbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam

bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh

lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir

secara otomatis komunikasi nonverbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi

nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal lebih jujur

mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan.

Komunikasi nonverbal digunakan untuk memastikan bahwa makna yang

sebenarnya dari pesan-pesan verbal dapat dimengerti atau bahkan tidak dapat

dipahami. Keduanya, komunikasi verbal dan nonverbal, kurang dapat beroperasi

secara terpisah, satu sama lain saling membutuhkan guna mencapai komunikasi

yang efektif.

15

Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 22


(38)

Mark L. Knapp dalam Jalaludin 1994 menyebut lima fungsi pesan nonverbal

yang dihubungkan dengan pesan verbal yang pertama Repetisi yaitu mengulang

kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah

mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala. Kemudian Substitusi

yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun

kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan

kepala.

Selanjutnya Kontradiksi adalah menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan

mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.” Yang ke empat

Komplemen yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.

Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap

dengan kata-kata. Terakhir Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau

menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda

dengan memukul meja.16 Dengan memahami komunikasi nonverbal kita terhadap

seseorang, dengan mudah kita dapat membentuk persepsi interpersonal kita

terhadap orang lain. Tetapi bila kita tidak cermat dalam memahami komunikasi

nonverbal seseorang maka yang terjadi adalah kegagalan komunikasi.

3. Efektifitas komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi dapat berjalan efektif jika komunikator dapat

dengan jelas menyampaikan pesan, ide, gagasan, kepada komunikan tanpa

mengalami kesalahan dan pengurangan dalam penerimaan pesan. Komunikasi

16

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet ke-23, 2005) hal. 287


(39)

yang efektif dapat mengubah dan menggugah kepada orang lain sehingga

mendorong dan memotivasi orang lain untuk berubah. Komunikasi antarpribadi

yang efektif Menurut J. S. Bois mengemukakan dalam Riyono Praktikto

butir-butir persyaratan untuk suatu komunikasi yang efektif, antara lain :

1. Terimalah Orang lain sebagaimana adanya, meskipun anda suka atau

tidak, dengan perhitungan bahwa anda tidak dapat mengubah nilai-nilai, tujuan,

pendapat, perasaannya pada saat ini juga. Jika kita menerima keadaan orang lain

suka atau tidak maka komunikasi yang kita sampaikan akan maksimal dan

berjalan efektif. Dengan saliing menerima maka komunikasi bisa berjalan baik.

2. Harapkan dan Undanglah orang lain untuk mengekpresikan

perasaannya, tujuannya, nilai-nilainya, kekuatannya, keraguannya, informasinya

dan penafsirannya dengan bebas dan yang bersangkutan dengan fokus situasi.

Bantulah dia agar mengeluarkan fikirannya menceritakan dari waktu ke waktu

secara mendalam dab jelas. buat orang yang kita ajak komunikasi bisa dan dapat

mengeluarkan apa yang ada di fikirannya buat seakan komunikasi berjalan dengan

baik dan efektif.

3. Ekpresikan Reaksi Semantik (seluruh reaksi total dari badan, pikiran,

emosi dan inteleknya) anda sendiri dalam sikap/tingkah laku yang sama bila anda

menggunakan kata ganti “saya” sebagai subyek dalam pernyataan anda. Rasakan apa yang dirasakan orang yang sedang kita ajak komunikasi, samakan perasaan

dan fikiran sehingga komunikasi berjalan lancar.

4. Jagalah Hubungan Perasaan masing-masing, buatlah pertukaran


(40)

dan keramahan. Saling menjaga perasaan membuat komunikasi menjadi lancar

dan pertukaran informasi terus mengalir deras karena rasa yang telah dibangun

oleh keduanya.

5. Jangan menilai secara kritis (Mengkritik) dari segi pandangan orang lain

yang bertentangan dengan segi pandangan anda sebagai standar kebijaksanaan dan

kebenaran. Pandanglah sesuatu dari segi pandang orang yang sedang diajak

komunikasi dan jika tidak sepemahaman coba untuk tidak langsung mengkritik

secara langsung tetapi ubah sudut pandang dia secara perlahan-lahan.

6. Pandanglah keseluruhan proses sebagai kawan kerja sama yang

dinamis, tidak terlalu banyak untuk menemukan beberapa tujuan cara pemecahan

masalah. Dalam memecahkan masalah dan berkomunikasi harus melihat dan

memandang dari sisi yang luas,

7. Biarkan anda masing-masing mengukur keberhasilan dari pengalaman

anda bukan arti kemenangan dari segi pandangan individu, tetapi dalam arti

meningkatkan kepercayaan dan kemauan yang saling mengutungkan.17

Adapun efektifitas dari segi prosesnya adalah : karena,

1. Adanya Arus Balik Langsung.

2. Komunikator dapat melihat seketika tanggapan komunikan.

3. Komunikator dapat mengusahakan ketepatan yang paling tinggi

derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam situasi dan

kondisi.18

17


(41)

Kriteria paling penting bagi ke efektifan komunikasi antarpribadi adalah

pengaruh yang disampaikan oleh seorang komunikator kepada komunikan. Yang

dimaksud dengan pengaruh bukan berarti pengendalian, tetapi seseorang

komunikator mencapai hasil yang dimaksudkan. Jika komunikator berharap

mendapatkan jawaban yang empatis dan dia memperoleh hal itu sebagai hasil dari

interaksinya, maka Komunikator telah berhasil mempengaruhi orang lain.

Karenanya, efek adalah salah satu elemen komunikasi yang penting untuk

mengetahui berhasil atau tidaknya komunikasi yang di inginkan.19 Berhasil

tidaknya komunikasi terlihat dari efek yang akan ditimbulkan setelah percakapan.

Apakah informasi yang disampaikan diterima dengan baik oleh komunikan atau

tidak. Jika efeknya baik dan sesuai dengan apa yang diinginkan komunikator

maka komunikasi berjalan efektif.

Dalam komunikasi antarpribadi terdapat istilah mencari kesamaan dan

ketidak samaan dalam proses komunikasi, menurut Everett M. Rogers ada istilah :

1. Homophily (berasal dari bahasa yunani hamauios) yaitu sebuah istilah

yang menggambarkan derajat pasangan perorangan yang berinteraksi memiliki

kesamaan dalam sifat (attribute), seperti agama, pendidikan, umur, status sosial,

dan jenis kelamin. Sehingga komunikasi berjalan dengan lancar. Tetapi untuk

memunculkan ide-ide baru biasanya komunikasi dalam homopily kurang efektif

karena biasanya ide-ide baru didapat dari perbedaan baik status sosial, agama

maupun gendre. Tetapi komunikasi ini bisa berjalan efektif karena kesamaan

status sosial.

18

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (jakarta : UIN perss 2007) h.115 19


(42)

2. Heterophily, yaitu istilah yang menggambarkan derajat pasangan

orang-orang yang berinteraksi mempunyai perbedaan dalam sifat tertentu, seperti:

agama, pendidikan, jenis kelamin. Biasanya komunikasi ini berjalan kurang

efektif karena perbedaan yang terjadi. Tetapi tidak jarang karena perbedaan

tersebut menjadi bisa memunculkan hal-hal atau ide- ide baru muncul. Tidak

jarang salah satunya diuntungkan dan satunya dirugikan karena pertukaran

informasi yang dikomunikasikan contohnya jika intelek merasa dirugikan jika

berkomunikasi dengan yang tidak memiliki pendidikan. Dan komunikasi akan

berjalan tidak stabil.

3. Empati, yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya

kepada peranan orang lain. Robert L.Katz dalam bukunya Empathy, mengatakan

apabila kita mengalami suartu empati, maka kita merasakan seolah-olah apa yang

dirasakan orang lain menjadi persaaan kita juga. Jadi kegembiraan seseorang

menjadi kegembiraan kita juga dan kesedihan seseorang menjadi kesedihaan kita

juga. Menurut Robert, empati adalah menempatkan posisi orang lain kedalam diri

kita.20

Dengan adanya istilah di atas maka dapat menggambarkan, bahwa lebih

dekat dengan kesamaannya sejumlah orang dalam komunikasi, maka lebih sering

mereka berinteraksi satu sama lainya. Jadi komunikasi yang dilakukan secara

efektif adalah apabila komunikator dan komunikan berada dalam keadaan

homophily, yakni antara komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam

pengertian, sikap, dan bahasa. Demikian juga apabila adanya kemampuan

penyesauaian diantara keduaanya. Namun bukan berarti orang heterophyli tidak

20


(43)

dapat mengadakan komunikasi, tetapi semakin sering orang heretophyli

mengadakan komunikasi, maka besar kemungkinan untuk menjadi homophyli.21

4. Teori A-B-X Newcomb

Teori ABX adalah Salah satu teori komunikasi antarpribadi Theodore

Newcomb model teori ini adalah merupakan salah satu model yang

memperkenalkan pada bentuk yang sangat mendasar berbeda. Namun model

komunikasi ini memperkenalkan kita pada kenyataan bahwa model ini merupakan

model pertama dalam suatu masyarakat. Dalam bentuk sederhana dari kegiatan

komunikasi seseorang atau seorang komunikator yaitu A yang menyampaikan

informasi kepada B atau komunikam. Mengenai sesuatu yaitu X. model tersebut

menyatakan bahwa orientasi A atau komunikator terhadap B atau komunikan dan

terhadap X adalah saling ketergantungan. Dan ketiganya membentuk suatu sistem

yang meliputi empat Orientasi.

Teori ini menyangkut kasus dua orang yang mempunyai sikap tenang dan

tidak senang terhadap masing-masing dan terhadap objek eksternal yaitu antara

komunikator dengan komunikan. sebagai komunikator harus memiliki wawasan

luas terhadap komunikan yang sedang bermasalah dan harus bisa menyesuaikan

diri dengan komunikan. maka akan timbul hubungan seimbang (jika dua orang

saling menyenangi dan juga menyenangi suatu objek) dan juga terjadi tak

seimbang (kalau dua orang saling menyenangi suatu objek) dan juga terjadi tak

seimbang (kalau dua orang saling menyenangi, tetapi yang satu menyenangi

objek, dan yang lain tidak).

21


(44)

Model ini mengandung tiga unsur yaitu A dan B yang mewakili dua orang

anggota kelompok dan X sebagai objek pembicaraan (komunikasi). Menurut

Newcomb, tingkah laku komunikasi terbuka antara A harus berorientasi dengan

B, pada X. Untuk mencari keadaan yang simetris, A atau komunikator harus

berusaha untuk melengkapi diri dengan informasi tentang B yaitu komunikan

pada X yakni masalah dan ini dilakukan melalui interaksi. A atau komunikator

harus bisa mempengaruhi B atau komunikan untuk bisa melakukan perbaikan diri.

Begitupun sebaliknya komunkator bisa menjadi B jika komunikator sedang

memberikan informasi dirinya untuk diketahui oleh komunikator. Maka

komunikator menjadi B dan komunikan menjadi A. X nya tetap masalah dan

informasi yang terus dikumpulkan untuk mengetahui masalah apa dan solusi apa

yang harus diberikan oleh komunikator.

Jika A atau komunikator ingin memberikan motivasi atau dorongan untuk

menjadi lebih baik lagi terhadap B satau komunikan bermasalah maka

komunikator harus mengumpulkan informasi yang lengkap dari berbagai elemen.

Dengan mengumpulkan informasi dari berbagai elemen maka komunikator dapat

memberikan motivasi dan dorongan agar komunikan dapat menemukan hal apa

yang harus dilakukan untuk menjadi lebih baik lagi.

Model Newcomb ini merupakan perluasan dari karya psikolog Heider

(1946) berkenaan dengan keajegan dan ketidakajegan yang mungkin timbul

diantara dua orang dalam hubungannya dengan orang ketiga atau suatu objek.

Teori itu menyangkut kasus dua orang yang mempunyai sikap senang atau tidak

senang terhadap msaing-masing dan terhadap objek eksternal, maka akan timbul


(45)

suatu objek) dan juga terjadi tak seimbang (kalau dua orang saling menyenangi

suatu objek) dan juga terjadi tak seimbang (kalau dua orang saling menyenangi,

tetapi yang satu menyenangi objek, dan yang lain tidak). Selanjutnya apabila

terjadi keseiimbangan, setiap peserta akan menghadang perubahan, dan manakala

terjadi ketidakseimbangan berbagai upaya akan dilakukan untuk memulihkan

keseimbangan Kognitif.22

5. Kenakalan Remaja

Masa remaja adalah transisi dari anak-anak menuju masa remaja dan

melibatkan sejumlah perubahan sosial, biologis, kognitif, dan juga emosionalnya.

Sering kali masa remaja memandang dirinya seolah-olah merasa paling hebat,

merasa paling unik, dan merasa tidak terkalahkan. Keluarga, teman-teman, dan

ligkungan sekolah adalah tempat yang paling berpengaruh untuk karakteristik diri

seorang anak muda atau anak remaja. Kesemuanya saling berpengaruh antara satu

lingkungan dengan lingkungan lain.

Apabila kita ingat pemilihan umum, tampak bahwa seorang baru

dianggap sah sebagai pemilih calon pemilih bila mereka telah berumur 17 tahun,

untuk memperoleh surat izin mengemudi (SIM) seseorang harus berumur paling

sedikit 18 tahun. Dan apabila seseorang melakukan tindak pidana melanggar

hukum, seperti mencuri, merampok, berbuat zina dan sebagainya, sedangkan

usianya msaih di bawah 18 tahun, maka bila dijatuhi hukuman, tidak dikurung

atau dipenjara, akan tetapi dititipkan di tempat yang disediakan untuk menampung

mereka selama menjalani hukuman, dan mereka tetap diberikan kesempatan untuk

22

Onong Uchana Effendy. M.A. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, cet.3, 2003), Hal.261-262


(46)

pergi kesekolah. Apabila umur mereka telah 18 tahun, dipandang telah dewasa

dan harus menjalanu hukuman sebagai orang dewasa, dipenjarakan dan

sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa umur Remaja dalam segi

hukum adalah 13-17/18 tahun.23

Kenakalan remaja atau kenakalan siswa atau bisa juga disebut dengan

juvenile delinquency merupakan fenomena yang sering terjadi di dalam sekolah

baik laki-laki ataupun perempuan. Penyimpangan yang terjadi tidak pernah lepas

dari kondisi sosial dan budaya yang berkembang didaerah tersebut. Semakin

daerah atau lingkungan dipenuhi oleh pengangguran semakin tinggi tingkat

kejahatan didaerah tersebut. Anak remaja yang sedang mencari jati diri akan

mengikuti perkembangan didaerahnya, sedikit sekali yang bisa bertahan untuk

tidak mengikuti lingkungan sekitar.

Istilah baku perdana dalam konsep psikologi adalah juvenvile delinquency

secara etimologis dapat dijabarkan bahwa juvenvile berarti anak delinquency

berarti kejahatan. Dengan demikian secara etimologis adalah kejahatan anak.

Menurut Drs. B. Simanjutak. S.H. menegaskan lebih suka menggunakan istilah

tersebut dalam pengertian termasuk juga anak-anak terlantar yang membutuhkan

bantuan, pengemis, dan gelandangan.24

Psikolog Drs. Bimo Walgito merumuskan arti selengkapnya dari juvenvile

delinquency sebagai berikut : tiap perbuatan jika perbuatan tersebut dilakukan

oleh orang dewasa maka perbuatan itu merupakan kejahatan. Jadi merupakan

23

Zakiah Daradjat, Remaja, Harapan Dan Tantangan, (jakarta: CV Ruhama, cet.2, 1995) hal.9-10.

24

Drs. B. Simanjutak. S.H, Latar Belakang kenakalan Anak –Etimologi Juvenvile


(47)

perbuatan yang melawan hukum, yang dilakukan oleh anak khususnya anak

remaja.25 Sedangkan Dr. Fuad merumuskan juvenvile delinquency sebagai berikut

yaitu perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bilamana

dilakukan orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan.26 Dalam

perumusan arti juvenvile delincuency oleh Dr. Fuad Hasan dan Drs. Bimo Walgito

nampak adanya pergeseran mengenai kualitas subyek. Dari kedua pakar tersebut

subyek bergeser dari kualitas anak menjadi remaja/anak remaja.

Metode untuk mempermudah klasifikasi kenakalan remaja dapat

dilakukan dengan cara melacak rentangan umur dalam kehidupan manusia. Drs,

Andi Mappiare dengan mengutip lengkap Elizabeth B. Hurlock, menulis tentang

adanya sebelas masa rentang kehidupan :

1. Parental ialah saat konsepsi sampai lahir. Pada masa ini masa dimana

orang tua yang saling berkomitmen untuk memiliki seorang anak tetapi hanya

sebatas pengkonsepan dimana kedua orang tua masih merencanakan ingin

memiliki anak sampai terlahirnya anak didunia ini.

2. Masa Neonatal yaitu masa dari lahirnya anak di hari pertama sampai

akhir minggu kedua setelah lahir. Dan orang tua sudah harus menyiapkan nama

untuk anak yang akan dibesarkan sampai dewasa nanti.

3. Masa Bayi ialah akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua. Dimasa

ini bayi sudah berada didalam rumah dan terus diajak berkomunikasi dengan

keluarganya dan orang-orang yang berada disekelilingnya.

25

Bimo Wakgito, Kenakalan Anak (juvenvile delinquency), hal. 2. 26

Drs. B. Simanjutak. S.H, Latar Belakang Kenakalan AnakEtimologi Juvenvile


(48)

4. Masa Kanak-Kanak Awal ialah dua tahun sampai enam tahun. Disinilah

seorang anak mulai belajar untuk melihat apa yang harus dilakukan dan

melakukan apa saja yang orang tua lakukan dan teman-teman juga mempengaruhi

pola pikir anak tersebut.

5. Masa Kanak-Kanak Akhir ialah enam tahun sampai 10 atau 11 tahun.

Pada masa ini anak sudah di masukan ke sekolah dan menerima pelajaran dari

guru sekolah dan mendapat pengetahuan sosial didalam sekolah, disini guru,

orang tua dan lingkukan teman-teman sangat berperan penting untuk karakter

anak tersebut.

6. Pubertas atau Pra-adolsen yaitu 10 tahun atau 12 tahun sampai 13 tahun

atau 14 tahun. Pengawasan orang tua dan guru harus ketat karena jika pengawasan

orang tua atau guru kurang maka tidak menutup kemungkinan anak yang sedang

pubertas melakukan tindakan yang tidak diingiinkan dan melanggar peraturan.

7. Masa Remaja Awal adalah 13 tahun atau 14 tahun sampai 17 tahun.

Dimasa ini masa yang paling menonjol yaitu karena kepercayaan diri seorang

anak akan memuncak dimasa ini, pada masa ini ego sangat tinggi dan biasanya

lebih mementingkan ego dari pada hal apapun.

8. Masa Remaja Akhir ialah 17 tahun sampai 21 tahun. Setelah lulus

Sekolah Menengah Atas lulus lanjut ketingkat perguruan tinggi. Anak ytang

sudah melewati masa Pubertas dan masa remajanya mulai memikirkan akan

memilih jurusan apa dan akan kemana tujuan hidupnya, pemikiran disini sudah


(49)

9. Masa Dewasa Awal ialah 21 tahun sampai 40 tahun. Karakter seserang

sudah terlihat di masa dewasa akhir dan tingkat ego sudah mulai stabil dan

semnagat untuuk bekerja sedang tinggi. Pada masa ini sudah berfikir untuk

membangun keluarga dengan pasangan.

10. Masa Setengah Baya ialah 40 sampai 60 tahun. Pada masa ini sudah

bisa menikmati hasil kerja keras Masa Dewasa Awal dengan keluargannya

semakin rajin dan giat masa dewasa awalnya bekerja semakin banyak pula harta

yang dimiliki. Dan pada masa ini pula tidak banyak yang sudah menikahkan

kembali anaknya untuk membangun keluarganya.

11. Masa Tua ialah enam puluh tahun sampai meninggal dunia.27 Masa tua

adalah masa dimana benar-benar menikmati hasil jerih payah kerja kerasnya

selama hidupnya. Dan tinggal menunggu sampai akhir hayatnya.

Suatu perbuatan itu disebuut delinkuen apabila perbuatan tersebut

bertentangan dengan norma-norma yang ada pada masyarakat dimana dia hidup,

suatu perbuatan yang anti sosial dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti

normatif.28 Setiap daerah dan setiap wilayah memiliki norma-norma tersendiri,

jika menurut suatu daerah berpelukan adalah tidak melanggar norma maka itu

tidak di namakan melanggar norma. tidak akan dikatakan melanggar

norma-norma yang berlaku jika tidak melanggar norma-norma yang berada didaerah tersebut.

Juvenvile Delinquency (kenakalan remaja) bukan hanya perbuatan

anak-anak yang melawan hukum semata akan tetapi juga termasuk didalamnya

perbuatan yang melanggar norma masyarakat. Dewasa ini sering terjadi seorang

27

Drs. Andi Mappiane, Psikologi Remaja, hal. 32-33. 28


(50)

anak digolongkan kedalam delinkuen jika pada anak tersebut nampak adanya

kecenderungan-kecenderungan anti sosial yang sangat memuncak sehingga

perbuatan-perbuatan tersebut menimbulkan gangguan-gangguan terhadap

keamanan, ketentraman, dan ketertiban masyarakat, misalnya pencurian,

pembunuhan, penganiayaan, pemerasan, penipuan, pengelapan dan gelandangan

serta perbuatan-perbuatan lain yang dilakukan oleh anak remaja yang meresahkan

masyarakat.

Perbuatan anak-anak muda yang nyata-nyata bersifat melawan hukum dan

anti sosial tersebut pada dasarnya tidak disukai oleh masyarakat, disebut juga

problem sosial. Jadi pada dasarnya problema-problema sosial menyangkut

nilai-nilai sosial dan moral, oleh karena menyangkut tata kelakuan yang immoral,

berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Maka masalah-masalah sosial

akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat

mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.29

Keresahan yang ditimbulkan oleh anak-anak remaja sebenrnya menjadi

tanggung jawab seluruh anggota masyarakat. Ditinjau dari segi penyebabnya,

masyarakat terlibat didalamnya dan jika dilihat dari sisi lain masyarakatlah yang

memikul beban kerugian. Suatu hal yang layak jika di dalam menanggulangi

kenakalan remaja masyarakat juga bertanggung jawab secara moral. juvenile

delinquency tidak dipandang sebagai masalah yang timbul dan menimpa

kelompok umur tertentu, akan tetapi dinilai sebagai problema sosial yang muncul

dari kelompok kecil sebagai implikasi dari akselerasi perubahan masyarakat

secara global.

29


(51)

Keterlibatan masyarakat di dalam menanggulangi anak delinkuen dapat

berupa :

1. Memberi Nasihat secara langsung kepada anak yang bersangkutan agar

anak tersebut meninggalkan kegiatannya yang tidak sesuai dengan seperangkat

norma yang berlaku, yakni norma hukum, sosial, susila dan agama. Jika tidak

sengaja melihat seorang anak atau siswa sedang mencoret tembok sebagai

lingkungan yang ada di dalam sekolah wajib memberi tahu kalau perbuatan itu

salah dan melaporkan kepada guru.

2. Membicarakan dengan wali/orangtua murid yang bersangkutan dan

dicarikan jalan keluarnya untuk menyadarkan anak tersebut. Sekolah dan rumah

adalah tempat paling tepat untuk membimbing anak. Guru dan orang tua sangat

berperan penting atas pertumbuhan anak sampai dewasa, jadi harus terus berupaya

menyadarkan bahwa apa yang dilakukannya adalah melanggar tata norma atau

telah melakukan perbuatan tidak baik.

3. Langkah yang terakhir adalah masyarakat harus berani melaporkan

kepada pejabat yang berwenang tentang adanya perbuatan delinkuen sehingga

segera dilakukan langkah-langkah prevensi secara menyeluruh. Jika masih batas

yang wajar bisa hanya melapor kepada orang tua wali maurid dan jika sudah parah

dan tidak wajar wajib di laporkan kepada pihak berwajib apalagi jika mengenai

barang haram, benda tajam, pembunuhan dan lain-lain.

Laporan tersebut hendaknya harus disertai dengan bukti-bukti nyata


(52)

berwenang didalam menyelesaikan kasus kenakalan remaja (jugenvile

delinquency).30

30


(1)

Interviewer : Ivo Chilvera

Kelas : XII Teknik Kelistrikan 3

Waktu Wawancara : Selasa, 15 Mei 2013

Tempat wawancara : SMK Bunda Kandung Jakarta

Pertanyaan

1. Apakah anda merasa nyaman belajar di sekolah SMK Bunda Kandung?

2. Apakah anda pernah bolos pelajaran atau bolos sekolah dan bagaimana perasaan anda setelah bolos?

3. Apakah anda pernah tawuran, jika pernah seberapa sering dan bagaimana perasaan anda setelah setelah ikut tawuran?

4. Apakah guru BP menawarkan diri untuk menjadi tempat bercerita masalah pribadi dan apakah pernah Guru BP menanyakan apakah anda punya masalah atau tidak secara langsung?

5. Apa yang guru BP lakukan untuk memotivasi anda? dan Bagaimana penyampaian guru BP jelas atau tidak?

6. Apakah anda merasakan manfaat setelah bimbingan dengan guru BP?

7. Seberapa efektif komunikasi antara guru BP dengan siswa dalam mengurangi tingkat kenakalan remaja siswa di sekolah ini?

Jawaban :

1. Nyaman belajar disini karena lingkungan yang aman dan tentram tidak ribut dan tidak berisik sehingga belajar jadi santai dan tidak terganggu.


(2)

2. Pernah bolos pelajaran beberapa kali dan bolos sekolah biasanya karena kesiangan jadi tidak masuk sekolah deh.

3. Saya pernah ikut tawuran beberapa kali tapi bukan karena kemauan saya. Biasanys karena diajak dan bahkan dipaksa teman jadi mau-mau aja dan tidak enak kalau di tolak soalnya sahabat saya yang sering mengajak.

4. Guru BP selalu menawarkan diri untuk menjadi tempat curhat dan penyampaian guru BP disampaikan dengan jelas ketika memberi motivasi di lapangan sekolah dan dengan kata yang ringan dan mudah dimengerti sehingga saya mudah untuk mengerti apa yang disampaikan.

5. Menceramahi kami semua dengan kata-kata motivasi dan cerita-cerita orang sukses terlebih alumni kami yang sudah sukses.

6. Berasa sekali manfaatnya karena kalau ingin cerita, guru BP selalu siap mendengarkan kapanpun waktunya. Dan selalu memberikan motivasi.

7. komunikasi berjalan efektif karena di sekolah komunikasi berjalan dengan terbuka, tidak membedakan mana murid dan mana guru ketika di luar kelas, jadi merasa dekat dengan guru.


(3)

Interviewer : Yusuf Kamil

Kelas : XII Teknik Kelistrikan 4

Waktu Wawancara : Kamis, 24 Mei 2013

Tempat wawancara : SMK Bunda Kandung Jakarta

Pertanyaan

1. Apakah anda merasa nyaman belajar di sekolah SMK Bunda Kandung?

2. Apakah anda pernah bolos pelajaran atau bolos sekolah dan bagaimana perasaan anda setelah bolos?

3. Apakah anda pernah tawuran, jika pernah seberapa sering dan bagaimana perasaan anda setelah setelah ikut tawuran?

4. Apakah guru BP menawarkan diri untuk menjadi tempat bercerita masalah pribadi dan apakah pernah Guru BP menanyakan apakah anda punya masalah atau tidak secara langsung?

5. Apa yang guru BP lakukan untuk memotivasi anda? dan Bagaimana penyampaian guru BP jelas atau tidak?

6. Apakah anda merasakan manfaat setelah bimbingan dengan guru BP?

7. Seberapa efektif komunikasi antara guru BP dengan siswa dalam mengurangi tingkat kenakalan remaja siswa di sekolah ini?

Jawaban :

1. Nyaman dan tidak nyaman semua teergantung hati dan perasaan jika hati sedang senang, maka belajar menjadi nyaman. Jika sedang gundah atau sedih, maka tidak nyaman.


(4)

2. Bolos biasanya sengaja, karena butuh penyegaaran otak, biasanya saya kalau bolos saya ngajak teman jadi kalau dihukum tidak sendirian.

3. Pernah karena penasaran saya jadi ikut tawuran. Tapi saya hanya sekedar penasaran dulu juga pernah sampai ketagihan tetapi hanya di bagian belakang hanya seru-seruan saya tidak pernah memikirkan apa akibat jika saya tawuran.

4. Tidak pernah menawarkan menjadi tempat curhat, tidak pernah menanyakan langsung apa punya masalah atau tidak kepada saya.

5. Biasanya guru BP memberikan bimbingan penyuluhan di lapangan sekolah secara menyeluruh dan memanggil siswa setiap pagi ke ruangan BP sebelum masuk ke dalam kelas.

6. Tidak tahu saya, karena saya tidak pernah bimbingan penyuluhan dengan guru BP secara pribadi. Biasanya saya datang ke ruang BP karena melakuakan pelanggaran disekolah.

7. Lumayan efektif komunikasi antara guru BP dengan siswa dalam mengurangi tingkat kenakalan remaja disekolah. Guru BP selalu berusaha mendekati siswa yang bermasalah disekolah. Dan guru BP aktif memanggil siswa bermasalah keruang BP.


(5)

Interviewer : Irsandi Irawan

Kelas : XII Teknik Kelistrikan 5

Waktu Wawancara : Kamis, 24 Mei 2013

Tempat wawancara : SMK Bunda Kandung Jakarta

Pertanyaan

1. Apakah anda merasa nyaman belajar di sekolah SMK Bunda Kandung?

2. Apakah anda pernah bolos pelajaran atau bolos sekolah dan bagaimana perasaan anda setelah bolos?

3. Apakah anda pernah tawuran, jika pernah seberapa sering dan bagaimana perasaan anda setelah setelah ikut tawuran?

4. Apakah guru BP menawarkan diri untuk menjadi tempat bercerita masalah pribadi dan apakah pernah Guru BP menanyakan apakah anda punya masalah atau tidak secara langsung?

5. Apa yang guru BP lakukan untuk memotivasi anda? dan Bagaimana penyampaian guru BP jelas atau tidak?

6. Apakah anda merasakan manfaat setelah bimbingan dengan guru BP?

7. Seberapa efektif komunikasi antara guru BP dengan siswa dalam mengurangi tingkat kenakalan remaja siswa di sekolah ini?

Jawaban :

1. Cukup nyaman belajar di sekolah ini. Antara teori dan praktek sama dan seimbang. Praktek setiap siswa diberikan satu alat atau mesin jadi mempermudah kami untuk praktek secara langsung.


(6)

2. Ya lumayan seringlah, kadang merasa menyesal jika bolos kadang tidak menyesal karena kadang saya senang jika bolos sekolah dan jalan-jalan diwaktu jam sekolah.

3. Udah jarang, karena saya merasa rugi kalo tawuran apalagi kalau saya kena lemparan batu atau kalau kena sabetan dari pihak lawan dan paling tidak enak ketika ketangkap polisi, orang tua disuruh datang kekantor polisi.

4. Pernah menawarkan untuk menjadi tempat curhat namun realisasinya belum, penjelasan guru BP dikelas lumayan jelas, mengisnpirasi, dan memberikan gambaran kehidupan di dunia industri.

5. Guru BP memberikan motivasi ketika siswa sedang dalam masa penghukuman. Kalau saya sedang kena hukuman melanggar peraturan setiap pagi saya harus datang keruang BP dan wali kelas untuk meminta tanda tangan dan diberikan motivasi.

6. Saya belum pernah melakukan bimbingan penyuluhan langsung datang ke ruang BP. Kalau karena hukuman saya sering setiap pagi datang ke ruang BP untuk meminta tanda tangan guru BP dan wali kelas.

7. Cukup efektif untuk menanggulangi siswa yang nakal dan bermasalah, Walaupun masih ada beberapa siswa yang melakukan kenakalan lagi di dalam sekolah. Namun dalam pengawasan guru BP.


Dokumen yang terkait

Komunikasi Antarpribadi Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus tentang Komunikasi Antarpribadi Guru – Siswa terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK Negeri 8 Medan)

8 70 93

Komunikasi antara guru dan siswa dalam mengurangi tingkat kenakalan siswa di SMAN 74 Jakarta

2 9 91

Pelaksanaan Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Di MAN Jakarta

1 12 105

Hubungan Kelompok Teman Sebaya dan Pola Aktivitas dengan Tingkat Kenakalan Remaja di SMK Perguruan Cikini, Jakarta Utara

0 14 110

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI REMAJA LAPAS DENGAN PENDAMPING Komunikasi Antarpribadi Remaja Lapas Dengan Pendamping (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Remaja di Lapas Klaten dengan pendamping Yayasan Sahabat Kapas Mencapai Keterbukaan Diri).

0 3 14

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI REMAJA LAPAS DENGAN PENDAMPING Komunikasi Antarpribadi Remaja Lapas Dengan Pendamping (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Remaja di Lapas Klaten dengan pendamping Yayasan Sahabat Kapas Mencapai Keterbukaan Diri).

0 4 15

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGELOLAAN KENAKALAN REMAJA Peran Guru Bimbingan Konseling Dan Guru Pendidikan Agama Dalam Pengelolaan Kenakalan Remaja Di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan.

0 1 11

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGELOLAAN KENAKALAN REMAJA Peran Guru Bimbingan Konseling Dan Guru Pendidikan Agama Dalam Pengelolaan Kenakalan Remaja Di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan.

0 2 22

BAB I PENDAHULUAN - EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK JAKARTA 1

0 0 9

Submisi : 24 April 2018 Pendahuluan - Komunikasi Antarpribadi Guru Bimbingan Konseling (BK) dan Siswa dalam Mengurangi Tindakan Pelanggaran di SMA Negeri 1 Balaesang

0 0 9