Lokasi dan Waktu Penelitian Alat Bahan Analisis Data Secara Statistik

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan sifat dari suatu keadaan sampel dalam hal ini dilakukan perbandingan mutu tablet Metronidazol generik dengan merek dagang secara in vitro.

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Formulasi Sediaan Solid Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Maret 2009 – Mei 2009.

3.2 Alat

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Disintegration Tester Erweka, Dissolution Tester Erweka DT, Strong Cobb Hardness Tester Erweka, Roche Friabilator Erweka, Spektrofotometer Ultraviolet UV Mini 1240 Shimadzu, Stopwatch, Neraca listrik, alat-alat gelas dan alat laboratorium lainnya.

3.3 Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air suling, Asam Klorida pekat E. Merck, Metronidazol BPFI Badan POM, Tablet Metronidazol generik PT. Kimia Farma, Tablet Metronidazol generik PT. Phyto Kemo Agung Farma, Tablet Omenizol ® PT. Mutifa, Tablet Fladex ® Forte PT. Dexa Medica, Tablet salut selaput Velazol ® PT. Novell, Kaplet Grafazol ® PT. Graha Farma, Tablet salut selaput Trichodazol ® PT. Sanbe Farma, dan Kaplet salut selaput Metrolet ® PT. Harsen. Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. 3.4 Metode Penelitian 3.4.1 Teknik Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah tablet Metronidazol generik, tablet Metronidazol merek dagang, tablet salut selaput Metronidazol merek dagang, kaplet Metronidazol merek dagang dan kaplet salut selaput Metronidazol merek dagang dengan jumlah zat aktif 500 mg per tablet. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan secara purposif dengan cara mengambil sampel dari salah satu apotik yang ada di Jalan Gatot Subroto Medan. 3.4.2 Pembuatan Pereaksi 3.4.2.1 Asam Klorida 0,1 N Encerkan 8,5 ml asam klorida P dengan air suling hingga 1000 ml Ditjen POM., 1995.

3.3.2.2 Cairan Lambung Buatan

Larutkan 2,0 g natrium klorida P dalam 7,0 ml asam klorida P dan air secukupnya hingga 1000 ml. Larutan mempunyai pH lebih kurang 1,2 Ditjen POM., 1995.

3.5 Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Metronidazol dalam Larutan HCl 0,1 N

3.5.1 Pembuatan Larutan Induk Baku I

Ditimbang seksama 50 mg Metronidazol BPFI, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml. Dilarutkan dengan HCl 0,1 N dan dicukupkan sampai garis tanda, lalu dikocok homogen maka diperoleh larutan induk baku dengan konsentrasi 500 mcgml. Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

3.5.2 Pembuatan Larutan Induk Baku II

Dari LIB I dipipet sebanyak 10 ml lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda sehingga diperoleh konsentrasi 100 mcgml.

3.5.3 Penentuan Kurva Serapan Metronidazol

Dari LIB II dipipet sebanyak 6 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Dikocok homogen maka akan diperoleh larutan konsentrasi 12 mcgml. Diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1 N. Kurva serapan Metronidazol dapat dilihat pada Gambar 1 halaman 25.

3.5.4 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Metronidazol dalam Larutan HCl 0,1 N

Dari LIB II dipipet masing-masing 3 ml; 4,5 ml; 6 ml; 7,5 ml; dan 9 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, kemudian dicukupkan volumenya dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, sehingga diperoleh konsentrasi Metronidazol masing-masing 6 mcgml; 9 mcgml; 12 mcgml; 15 mcgml; dan 18 mcgml. Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dengan menggunakan HCl 0,1 N sebagai blanko. Hasil penentuan kurva kalibrasi Metronidazol dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 44. 3.6 Evaluasi Tablet 3.6.1 Penetapan Kadar Metronidazol dalam Tablet Ditimbang seksama 20 tablet, dicatat beratnya, kemudian digerus sampai homogen. Ditimbang sejumlah serbuk yang setara dengan 50 mg Metronidazol sebanyak 6 kali, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. kemudian dilarutkan dengan HCl 0,1 N dan dicukupkan sampai garis tanda, dikocok homogen maka diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 mcgml. Disaring dan lebih kurang 25 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung. Dari larutan tersebut dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, maka diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 mcgml. Selanjutnya dipipet sebanyak 6 ml filtrat, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, maka diperoleh larutan dengan konsentrasi 12 mcgml. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 277 nm dengan menggunakan HCl 0,1 N sebagai blanko. Persyaratan: Tablet Metronidazol mengandung Metronidazol, C 6 H 9 N 3 O 3 , tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 110,0 dari jumlah yang tertera pada etiket Ditjen POM., 1995. Data kadar tablet pada Lampiran 5 halaman 49 dan contoh perhitungan pada Lampiran 4 halaman 47.

3.6.2 Uji Keseragaman Sediaan

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV bahwa kadar zat aktif 50 mg atau lebih besar dari 50 mg yang merupakan 50 atau lebih dari bobot satuan sediaan, maka uji keseragaman sediaan dilakukan dengan cara keragaman bobot. Penetapan keragaman bobot dilakukan dengan cara: Ditimbang seksama 10 tablet, satu persatu dan dihitung bobot rata-rata. Kemudian ditentukan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet. Dari hasil penetapan kadar dihitung jumlah zat aktif dari masing-masing 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. Persyaratan: Keragaman bobot terletak antara 85,0 sampai 115,0 dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang atau sama dengan 6,0 Ditjen POM., 1995. Perhitungan keragaman bobot dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 73 dan hasil uji keragaman bobot pada Lampiran 18 halaman 77.

3.6.3 Uji Kekerasan Tablet

Alat: Strong Cobb Hardness Tester Erweka Cara: Sebuah tablet diletakkan tegak lurus diantara anvil dan punch, tablet dijepit dengan memutar skrup pengatur hingga tanda lampu “stop” menyala, knop ditekan dan dicatat angka yang ditunjukkan jarum penunjuk skala pada saat tablet pecah. Percobaan ini dilakukan untuk 5 tablet. Ketentuan umum: Kekerasan tablet 4-8 kg Parrot, 1970. Data uji kekerasan dapat dilihat pada Lampiran 19 halaman 79.

3.6.4 Uji Friabilitas

Alat: Roche Friabilator Erweka Cara: Ditimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu, dicatat beratnya a gram. Tablet dimasukkan ke dalam alat friabilator, lalu alat dijalankan selama 4 menit 100 kali putaran. Setelah batas waktu yang ditentukan tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu, lalu ditimbang beratnya b gram. Friabilitas F = a – b a x 100 Ketentuan umum: Kehilangan berat ≤ 0,8 Voight, 1994 . Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. Data uji friabilitas dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 20 halaman 80.

3.6.5 Uji Waktu Hancur

Alat: Disintegration Tester Erweka

3.6.5.1 Tablet Tidak Bersalut

Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Dimasukkan 1 tablet pada masing- masing tabung dari keranjang, dimasukkan satu cakram pada tiap tabung, kemudian alat dijalankan. Digunakan air dengan suhu 37º ± 2º C sebagai media. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi, angkat keranjang dan amati keenam tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang dari 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna. Persyaratan: Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut Ditjen POM., 1979.

3.6.5.2 Tablet Bersalut Bukan Enterik

Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Dimasukkan 1 tablet pada masing- masing tabung dari keranjang, dimasukkan satu cakram pada tiap tabung, kemudian alat dijalankan. Digunakan cairan lambung buatan LP dengan suhu 37º ± 2º C sebagai media. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi, angkat keranjang dan amati keenam tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang dari 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna. Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. Persyaratan: Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput Ditjen POM., 1979. Data uji waktu hancur dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman 67. 3.6.6 Uji Disolusi Tablet Untuk menguji laju disolusi tablet dilakukan dengan menggunakan alat Dissolution Tester. Medium : 900 ml HCl 0,1 N Alat : tipe 1 metode keranjang Kecepatan putaran : 100 rpm Waktu : 60 menit Cara: Satu tablet dimasukkan ke dalam wadah disolusi yang telah berisi 900 ml medium disolusi yang bersuhu 37º ± 0,5º C. Kemudian keranjang diputar dengan kecepatan 100 rpm. Pada interval waktu 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55 dan 60 menit larutan dipipet sebanyak 0,5 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, lalu diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Serapan diukur pada panjang gelombang 277 nm dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1 N. Volume medium diusahakan tetap dengan menambahkan medium HCl 0,1 N sebanyak 0,5 ml setelah pemipetan. Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Persyaratan: Dalam waktu 60 menit harus larut tidak kurang dari 85 Q C 6 H 9 N 3 O 3 dari jumlah yang tertera pada etiket Ditjen POM., 1995. Interpretasi: Persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Apabila tidak memenuhi persyaratan maka pengujian dilanjutkan sampai tiga tahap, kecuali bila hasil pengujian Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. memenuhi tahap S1 atau S2. Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti yang tertera dalam masing-masing monografi, dinyatakan dalam persentase kadar pada etiket, angka 5 dan 15 dalam tabel adalah persentase kadar pada etiket, dengan demikian mempunyai arti yang sama dengan Q. Data uji disolusi dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 71 dan contoh perhitungan pada Lampiran 15 halaman 69. Tabel 1. Kriteria Penerimaan Zat Aktif yang Larut dengan Disolusi Tahap Jumlah yang diuji Kriteria penerimaan S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5 S2 6 Rata-rata dari 12 unit S1 + S2 adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak 1 unit sediaan yang lebih kecil dari Q - 15 S3 12 Rata-rata dari 24 unit S1 + S2 + S3 adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15 dan tidak 1 unit pun yang lebih kecil dari Q – 25 Ditjen POM., 1995

3.7 Analisis Data Secara Statistik

Kadar zat aktif sebenarnya yang terkandung dalam sampel dapat diketahui menggunakan uji distribusi t. Data diterima atau ditolak dihitung dengan menggunakan metode standar deviasi dengan rumus: 1 2 − − = ∑ n X X SD i Keterangan: X i = nilai dari masing-masing pengukuran X = rata-rata dari pengukuran Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. n = jumlah perlakuan Gandjar, dkk., 2007 Untuk mencari t hitung digunakan rumus: t hitung = n SD X X − Sebagai dasar penolakan data hasil uji analisis adalah t hitung ≥ t tabel atau t hitung ≤ - t tabel. Untuk menentukan kadar zat aktif dalam sampel dengan taraf kepercayaan 99, = 0,01, dk= n-1, dapat digunakan rumus: Kadar sebenarnya: µ = X ± t 2,dk x SD n Keterangan: X = Interval kepercayaan kadar sampel X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi dk = derajat kebebasan dk = n-1 = taraf kepercayaan n = jumlah perlakuan Wibisono, 2005 Hasil perhitungan statistik kadar zat aktif sebenarnya pada sampel dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 51 sampai dengan Lampiran 13 halaman 65. Untuk mencari koefisien variasi atau Relative Standard Deviation RSD ditentukan dengan rumus: RSD = X SD x 100 Keterangan : SD = Standar Deviasi X = rata-rata kadar zat berkhasiat Gandjar, dkk., 2007 Data hasil perhitungan RSD dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 73. Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI dalam Larutan HCl 0,1 N Metronidazol memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 277 nm dengan A 1 1 = 377a dalam pelarut asam Moffat, 1986. Dari penelitian ini, pengukuran serapan maksimum Metronidazol BPFI diperoleh 277 nm. Hasil pengukuran yang diperoleh menunjukkan panjang gelombang serapan maksimum yang sama dengan literatur dan penetapan kadar selanjutnya dilakukan pada panjang gelombang maksimum 277nm. Gambar 1. Kurva Serapan Metronidazol BPFI dengan Konsentrasi 12 mcgml dalam Larutan HCl 0,1 N