Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.
2.2.2.4 Kekerasan
Kekerasan diartikan sebagai kekuatan untuk menghancurkan tablet. Kekerasan tablet ditentukan oleh besarnya tenaga yang diperlukan untuk
memecah tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan dan pengangkutan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen Lachman, dkk., 1994.
Ketahanan dari tablet terhadap goncangan pada waktu pengangkutan, pengemasan dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan
dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan yang umum untuk tablet adalah 4 – 8 kg. Untuk tablet hisap dan
tablet sustained release kekerasannya 10 – 20 kg. Tablet kunyah mempunyai kekerasan yang lebih kecil dari 3 kg. Walaupun kekerasan yang lebih tinggi
menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan berkurangnya porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang
menyebabkan lamanya waktu hancur. Alat-alat yang dipergunakan untuk menguji kekerasan tablet antara lain: Stokes Monsanto, Strong Cobb dan Pfizer Soekemi,
dkk., 1987.
2.2.2.5 Friabilitas Kerapuhan
Kerapuhan ditandai sebagai massa seluruh partikel yang berjatuhan dari tablet melalui beban pengujian mekanis. Kerapuhan diberikan dalam persen yang
ditarik dari massa tablet sebelum pengujian Voight, 1994. Kerapuhan dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk
akhir. Seringkali kandungan air kelembapan rendah tetapi masih dalam batasan
Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.
yang dapat diterima dapat berfungsi sebagai pengikat. Granul yang sangat kering dan hanya mengandung sedikit sekali persentase kelembapan, sering
menghasilkan lebih banyak tablet renyah daripada granul yang kadar kelembapannya 2 sampai 4. Karena itulah sangat sukar membuat tablet yang
mengandung sejumlah zat yang dapat dihidrolisis tetap stabil secara kimia Lachman, dkk., 1994.
2.2.2.6 Disolusi
Disolusi adalah proses melarutnya obat Ansel, 1989. Dua sasaran dalam mengembangkan uji disolusi in vitro yaitu untuk menunjukkan pelepasan obat
dari tablet kalau dapat mendekati 100 dan laju pelepasan obat seragam pada setiap batch dan harus sama dengan laju pelepasan dari batch yang telah
dibuktikan mempunyai bioavailabilitas dan efektif secara klinis Lachman, dkk., 1994.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi yaitu: 1.
faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia obat Sifat-sifat fisikokimia dari obat yang mempengaruhi laju disolusi meliputi
kelarutan, bentuk kristal, bentuk hidrat solvasi dan kompleksasi serta ukuran partikel.
2. faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan
Formulasi sediaan berkaitan dengan bentuk sediaan, bahan pembantu dan cara pengolahan. Pengaruh bentuk sediaan pada laju disolusi tergantung
pada kecepatan pelepasan bahan aktif yang terkandung didalamnya. Penggunaan bahan pembantu sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur
dan pelicin dalam proses formulasi mungkin akan menghambat atau
Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.
mempercepat laju disolusi tergantung pada bahan pembantu yang dipakai. Cara pengolahan dari bahan baku, bahan pembantu dan prosedur yang
dilaksanakan dalam formulasi sediaan padat peroral juga akan berpengaruh pada laju disolusi.
3. faktor yang berkaitan dengan alat uji disolusi dan parameter uji
Faktor ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan selama percobaan yang meliputi kecepatan pengadukan, suhu medium, pH medium dan metoda uji
yang dipakai Syukri, 2002.
2.3 Pembagian Tablet